Sistem Pengembangan Peternakan Konsep Manajemen Strategi Bertahan

12

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pengembangan Peternakan

Pengembangan peternakan merupakan sebuah sistem pengelolaan terpadu dan menyeluruh yang meliputi semua kegiatan mulai dari pembuatan manufacture, dan penyaluran distribution sarana produksi ternak atau sapronak, kegiatan usaha produksi budidaya, penyimpanan dan pengolahan, serta penyaluran dan pemasaran produk peternakan yang didukung oleh lembaga penunjang seperti perbankan dan kebijakan pemerintah Rahardi dan Hartono dalam Muttaqien, 2007. Secara garis besar mata rantai agribisnis peternakan terdiri dari empat rangkaian kegiatan ekonomi yaitu: 1. Sub sistem agribisnis praproduksi merupakan kegiatan yang menghasilkan sapronak bibit, peralatan dan perlengkapan, pakan, obat-obatan 2. Sub sistem on farm budidaya merupakan kegiatan pengelolaan peternakan itu sendiri seperti penggemukan untuk menghasilkan daging, pemerahan susu untuk menghasilkan susu, pemeliharan ayam untuk menghasilkan telur atau dagingnya. 3. Sub sistem pasca produksi atau pengolahan yaitu kegiatan pengolahan terhadap hasil atau manfaat yang telah diambil dari ternak seperti pengolahan daging menjadi kornet, sosis, pengemasan susu maupun telur sehingga meningkatkan nilai jualnya. Universitas Sumatera Utara 13 4. Sub sistem penunjang yaitu lembaga penunjang yang menyediakan jasa dalam mengelola peternakan seperti perbankan, balai penelitian, maupun dinas peternakan

2.2 Konsep Manajemen Strategi Bertahan

Manajemen strategi merupakan suatu hal yang mutlak untuk mengembangkan usaha peternakan yang dijalankan oleh keluarga. Dengan menerapkan manajemen strategi usaha di sektor informal berupa peternakan ini akan mampu mengendalikan serta menentukan sendiri nasib keberlangsungan usahanya. Manfaat lain utama dari manajemen strategi yaitu membantu usaha sector informal ini dalam merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui pendekatan yang lebih sistematis, logis, dan rasional untuk menentukan pilihan-pilihan strategis. Oleh karena itu dibutuhkan suatu strategi manajemen untuk dapat mengintegrasikan fungsi-fungsi manajemen dalam perkembangan usaha Meisafitri, 2008. Pearce dan Robinson 1997 menyebutkan manajemen strategis didefinisikan sebagai kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan formulasi dan pelaksanaan implementasi rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran. Menurut Dirgantoro 2004 manajemen strategis didefinisikan sebagai suatu proses berkesinambungan yang membuat organisasi secara keseluruhan sesuai dengan lingkungannya. Manajemen strategi merupakan seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Tujuan dari manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa mendatang. Universitas Sumatera Utara 14 Manajemen strategis terdiri dari tiga tahap yaitu David, 2006: 1 formulasi strategi 2 implementasi strategi dan 3 tahap evaluasi strategi. Dalam rangka meformulasikan strategi, langkah-langkah yang harus dilakukan berupa: 1 Mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, 2 Menentukan kekuatan dan kelemahan internal, 3 Menetapkan tujuan jangka panjang, 4 Merumuskan strategi alternatif serta 5 Memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan Secara umum pertumbuhan ekonomi selalu dijelaskan lebih karena factor eksternal seperti struktur system ekonomi. Tetapi, bagi McClelland lebih pada faktor internal yakni pada nilai-nilai motivasi yang mendorong untuk memanfaatkan peluang untuk meraih kesempatan. McCleland menyimpulkan bahwa keinginan ada kaitannya dengan dorongan dan perilaku dalam kehidupan mereka yang dikenal dengan “Need For Achievment” yakni hasrat untuk bekerja dengan baik, tidak demi pengakuan dan gengsi yang didapat dari lingkungan sosialnya, melainkan dorongan kerja untuk memuaskan batin. Bagi mereka yang memiliki dorongan “Need For Achievment” tinggi akan bekerja lebih keras, belajar lebih cepat dalam menyelesaikan masalah dan sebagainya. Permasalahan pada negara berkembang selalu dihadirkan pada situasi dan kondisi yang menyebabkan tingginya tingkat resiko dalam menghasilkan pendapatan Universitas Sumatera Utara 15 yang bervariasi. Rumahtangga yang dihadapkan pada situasi dan kondisi yang berisiko ini, harus memikirkan resiko manajemen dan resiko strategi bertahan. Termasuk didalamnya jaminan social untuk dirinya melalui menabung dan jaminan yang baik untuk menghadapi situasi yang diluar dugaan. Dalam perjalan hidupnya, manusia hidup dengan alam secara timbal balik yakni bagaimana manusia beradaptasi dengan alam agar dapat Survive bertahan hidup dengan cara mengalihkan energi alam kepada dirinya. Sanderson 1995 mendefenisikan adaptasi sebagai sifat sosial akibat adanya kebutuhan tujuan, dan hasrat yang ada pada individu. Hal ini menggerakkan manusia untuk menciptakan inovasi baru dan cara-cara yang digunakan untuk menyerap sumber daya alam yang dibutuhkannya Leo dan Ika:2002 Suparlan 1999 mengatakan adaptasi pada hakikatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk dapat melangsungkan hidup. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup: o Syarat dasar alamiah, biologis manusia harus makan dan minum untuk kestabilan temperature tubuhnya untuk tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengann organ-organ tubuh lainnya o Syarat dasar kejiwaan, manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan-perasaan takut , keterpencilan, gelisah dan lain-lain. o Syarat dasar sosial, manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaannya. Universitas Sumatera Utara 16 Konsep mata pencaharian sangat penting dalam memahami strategi bertahan hidup, karena merupakan bagian dari strategi mata pencaharian. Strategi bertahan dalam mengatasi permasalahan khusunya tekanan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu: 1. Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk melakukan aktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja, dan sebagainya 2. Strategi Pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga 3. Strategi Jaring Pengaman, misalnya menjalin relasi, baik secara informal maupun formal dengan lingkungan sosialnya, dan lingkungan kelembagaan. Model pembangunan yang bertumpu pada industri padat modal dan terkonsentrasi di perkotaan, menjadikan perpindahan penduduk tanpa keterampilan dan pendidikan yang memadai dari desa hijrah ke kota merupakan konsekuensi awal yang harus ditanggung. Konsekuensi selanjutnya adalah muncul berbagai macam profesi yang digeluti oleh penduduk yang bertujuan untuk dapat bertahan hidup. Kota Medan yang sebagai ibukota propinsi Sumatera Utara adalah kota terbesar ketiga di Indonesia. Oleh karena itu juaga merupakan sebagai salah satu merupakan bagian penting dari pembangunan negara Indonesia. Dalam perkembangan kota Medan, yang sudah menuju ke arah kota metropolitan, masyarakat dituntut untuk memiliki kemampuanskill yang bisa diperolh dari pendidikan. Keterbatasan pendidikan dan keterampilan yang dimiliki oleh parapendatang menyebabkan mereka lebih memilih pada jenis kegiatan usaha yang Universitas Sumatera Utara 17 tidak terlalu menuntut pendidikan dan keterampilan yang tinggi. Kata strategi sama maknanya dengan siasat, kiat atau taktik. Dalam arti umum menurut Gibbs “strategi adalah rencana untuk pencapaian tujuan yang telahditetapkan dengan biaya sekecil mungkin”. Sedangkan menurut Ivor K. Davies strategi berarti rencana pokok mengenai pencapaian, beberapa tujuan yang lebih umum PEPAK, 24 Juli 2003 Resistensi berarti perlawanan. Merupakan gerakan atau perlawanan yang terjadi karena adanya ketidakpuasan terhadap sesuatu hal. Menurut Pearce J. A Robinson 1997 definisi resistensi adalah setiap semua tindakan para anggota kelas masyarakat yang rendah dengan maksud untuk melunakkan atau menolak tuntutan- tuntutanmisalnya sewa, pajak, penghormatan yang dikenakan pada kelas itu oleh kelas-kelas yang lebih atas misalnya tuan tanah, negara, pemilik mesin, pemberipinjaman uang atau untuk mengajukan tuntutan-tuntutannya sendiri misalnyapekerjaan, lahan, kemurahan hati, penghargaan terhadap kelas-kelas atasan ini. Keberanian sektor ini untuk melakukan resistensi adalah sebuah proses akumulasi dari berbagai fenomena yang melatarbelakangi, antara lain: Pertama, adanya model penataan sektor informal yang selalu menggunakan pendekatan represif, bukan persuasif. Kedua, adanya sikap ketidakpedulian pemerintah kotaterhadap keberadaan sektor informal sehingga selalu dimarjinalkan. Ketiga, terbungkamnya suara sektor informal. Budaya top down dalam setiap pembuatankebijakan yang mengatur sektor informal juga menyebabkan terjadinya resistensisektor informal terhadap Pemerintah Kota. Keempat, adanya stigma negatif yangselama ini sengaja ditempelkan oleh Pemerintah Kota terhadap keberadaan Universitas Sumatera Utara 18 sector informal. Kelima, berhembusnya era reformasi. Era reformasi merupakan variabel penting yang bisa memicu terjadinya resistensi sektor informal, karena era itu mampu memberikan suasana atau ruang bagi terwujudnya resistensi sektorinformal dalam bentuk yang riil Kalau dilihat dari beberapa alasan yang melatar belakangi peternak babi untuk tetap bertahan di daearah Mandala ini, fenomena ini sejalan dengan teori pilihan rasional yang memusatkan perhatian pada aktor. Aktor dalam hal ini dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan dan maksud. Artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakannya tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan tersebut. Aktor dipandang mempunyai pilihan atau nilai, dan keperluan sehingga tindakan yang dilakukanbertujuan untuk memaksimalkan keinginan dan kebutuhannya Ritzer, 2005. Salah satu cara yang dilakukan Pemerintah untuk menata keberadaan peternak babi adalah dengan melakukan “relokasi”. Relokasi dalam kehidupan peternak babi merupakan pemindahan lokasi peternakan dari satu tempat ke tempat yang lain dan ini merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah untuk menertibkan para peternak. Relokasi akan dilakukan ke daerah Deli Serdang. Relokasi tersebut ternyata tidak sepenuhnya mendapat tanggapan yang positif dari para warga yang bekerja sebagai peternak babi karena tidak semua warga yang berprofesi tersebut yang bersedia untuk menempati area relokasi tersebut. Alasan penolakan karena tidak jarang relokasi yang dilakukan cenderung kurang menguntungkan bagi mereka karena harus memakan biaya lagi jika ingin merewat ternak mereka. Disamping itu relokasi bukan untuk memecahkan masalah, tetapi cenderung memunculkan masalah baru bagi Universitas Sumatera Utara 19 peternak tersebut karena sebagai pihak yang lemah dan terkesan selalu tertelikung oleh kebijakan-kebijakan yang ada. Relokasi yang nota bene bertujuan untuk menertibkan tetapi justru malah bisa membenani dengan permasalahan modal dan mahalnya harga sewa tanah. Para peternak tersebut menolak relokasi dan alasan-alasan yang melatarbelakangi tersebut berkaitan erat dengan pilihan secara rasional. Fenomena ini didukung teori rasionalitas yang dikemukakan oleh Weber. Rasionalitas ekonomi seringkali menjadi pilihan utama karena rasional tersebut mampu menggerakkan banyak perubahan sosial dan perilaku kehidupan orang-orang Salim, 2002. Bekerja sebagai peternak babi merupakan salah satu bentuk usaha yang mempunyai jiwa kewirausahaan yang tinggi dan mampu bersaing di tengah persaingan perekonomian kota. Bertahannya peternak babi di kawasan Mandala semata-mata dilakukan untuk menentang kebijakan pemerintah PERDA tetapi lebih disebabkan karena faktor pilihan rasional yang harus diambil sehingga mereka bisa tetap bertahan hidup. Peternak babi bukanlah sektor yang membebani pemerintah sehingga mereka seharusnya tidak dimarginalkan oleh peraturan-peraturan yang berlaku. Peternak babi adalah salah satu bentuk kewirausahaan yang mandiri sehingga diperlukan ruang untuk para peternak tersebut agar bisa melangsungkan kehidupannya. Ruang yang diberikan hendaknya mampu menunjang kegiatan yang dilakukan bukan malah sebaliknyayang menjauhkan peternak babi dari aset hidupnya yaitu para pembeli. Kebijakan yang diberlakukan pun hendaknya bisa memberi payung bagi kegiatan mereka bukan hanya membatasi ruang gerak. Universitas Sumatera Utara 20

BAB III METODE PENELITIAN