Latar Belakang Gambaran Pengetahuan Sikap dan Tindakan Masyarakat Kecamatan Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau tentang Filariasis

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limfatik filariasis juga dikenalkan sebagai elefantiasis yang disebabkan oleh infeksi filaria nematoda dalam sistem limfa tubuh badan kita yang dibawa oleh vektor nyamuk. Terdapat lapan jenis spesies filaria yang menginfeksi manusia yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Loa loa, Onchocerca volvulus, Brugia timori, Mansonella ozzardi, Mansonella perstans dan Mansonella streptocerca tapi 4 spesies pertama merupakan infeksi filaria yang majoriti. Secara estimasi terdapat 170 juta orang dari seluruh dunia menderita infeksi filaria yang ditransmisi oleh spesies nyamuk tertentu dan arthropoda yang lain. Satu perlima dari populasi dunia atau 1.1 milyar orang mempunyai resiko terinfeksi filariasis Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006 dalam Setiawan, 2008. Infeksi Wuchereria bancrofti merupakan filariasis yang paling banyak di kalangan manusia. Terdapat 115 juta orang terinfeksi dan ditemukan di tempat tropik Hoerauf, 2003 dan subtropik dan termasuk juga Asia, Amerika selatan, Carribean. Brugian malayi banyak ditemukan di China, India, korea, jepang, Filipina, Malaysia dan Indonesia Harrison’s principles of internal medicine, 2008. Berdasarkan survei yang dilaksanakan pada tahun 2000-2004, di Indonesia terdapat lebih dari 8000 orang menderita klinis kronis filariasis yang tersebar di seluruh propinsi. Secara epidemiologi, data ini mengindikasikan lebih dari 60 juta penduduk Indonesia berada di daerah yang berisiko tinggi tertular filariasis, dengan enam juta penduduk diantaranya telah terinfeksi Depkes RI, 2006 dalam Setiawan, 2008 . Survei lain mengatakan sebanyak 8.243 orang di Indonesia telah menderita Universitas Sumatera Utara klinis kronis filariasis terutama di pedesaan Depkes RI, 2006 dalam Setiawan, 2008, sedangkan berdasarkan survei cepat tahun 2000, jumlah penderita kronis yang dilaporkan sebanyak 6.233 orang tersebar di 1.553 desa, di 231 kabupaten, 26 propinsi. Data ini belum menggambarkan keadaan yang sebenarnya karena hanya dilaporkan oleh 42 puskesmas dari 7.221 puskesmas. Angka jumlah kabupaten atau kota yang endemis filariasis terus meningkat. Pada tahun 2006, tercatat 266 kabupaten atau kota endemis filariasis. Pada 2007 ada peningkatan menjadi 304 dan 2008 menjadi 318 kabupaten atau kota. Selain itu, penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan di masyarakat propinsi Riau. Dari sebelas kabupaten atau kota di Riau masih ada 10 adalah endemis yang berarti jumlah penderita melebihi 1. Dari data yang ada Dinas Kesehatan Propinsi Riau, 2006 kasus kronis filariasis masih terdapat di 10 KabupatenKota dengan jumlah kasus elephantiasis Kaki gajah yang dilaporkan sebanyak 281 kasus yang ditemui di 126 desa. Penderita filaria terbanyak di kabupaten Indragiri Hulu 109 kasus dan terendah di Kota Pekanbaru 1 kasus. Walaupun filariasis jarang menyebabkan kematian tapi ia merupakan punca keempat terbesar di dunia yang menyebabkan lumpuh WHO 1998. Filariasis juga memperberatkan beban ekonomi penderita, keluarga penderita dan komuniti mereka berada. Sebenarnya filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh kemiskinan dan ia juga menyebabkan kemiskinan. Ini merupakan lingkaran syaitan yang berterus-terusan. Beban ekonomi oleh filariasis secara langsung meningkatkan beban ekonomi penderita, meningkatkan perbelanjaan pelayanan kesehatan dan juga menurunkan produktivitas individu yang terinfeksi dan sampai bisa menurunkan produktivitas seluruh kabupaten atau kota endemis. Di India, satu per tiga kasus filariasis ditemukan, melebihi 10 juta orang. Total uang penatalaksanaan yang termasuk obat, transportasi, pembayaran ke dokter dan tempat tinggal sewaktu pengobatan melebihi 30 juta US setiap tahun Ramaih et al., Universitas Sumatera Utara 2000 dalam Anne and Andrew, 2000. Di samping itu, filariasis juga memperberatkan pelayanan kesehatan di tempat endemis. Pada tahun 1998, Gyapong estimasi bahwa di rumah sakit Ghana terdapat 25 dari semua pembedahan adalah dilakukan pada penderita filariasis yang punya gejala hidrocoele Ghana Ministry of Health Personal communication, 1998 dalam Anne and Andrew , 2000 . Hidrocoele dan limfadenoma merupakan manifestasi klinis yang paling sering dijumpai pada penderita filariasis. Ini akan menurunkan produktivitas penderita seumur hidup karena ini merupakan komplikasi permanen. Di India, estimasi 1 milliar US hilang oleh karena penurunan produktivitas Ramaiah et al., 2000 dalam Anne and Andrew, 2000, di komuniti tertentu 7-8 pekerja buruh berkurang Ramu et al, 1996 dalam Anne and Andrew, 2000. Di Afrika, filariasis meyebabkan kehilangan 1 milliar US setiap tahun oleh karena penurunan produktivitas juga dan 83 disebabkan oleh hidrocoele. Walaupun komplikasi dan kesan dari filariasis adalah begitu serius tapi filariasis bisa dicegah dengan beberapa langkah yang gampang saja. Yang pertama, hindari dari gigitan nyamuk, kedua, memberantas nyamuk dan sumber perindukan nyamuk dan ketiga minum obat anti filaria jika berada di tempat endemis. Oleh karena itu, pengetahuan tentang filariasis adalah amat penting untuk menurunkan kasus filariasis maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan di masyarakat propinsi Riau, kabupaten Pelalawan, kecamatan Pangkalan Kerinci.

1.2 Rumusan masalah