genus menjadi Brugia tetapi nama spesies tetap. Pinhao dan David dan Edeson 1961 dalam Sudomo, 2008 telah menemukan mikrofilaria yang mirip dengan
microfilaria B.malayi pada manusia di Timor Portugis.
Sementara itu mikrofilaria yang sama ditemukan di Timor Barat, Flores dan Alor Kurihara T et al., 1975 dalam Sudomo, 2008, pada periode tersebut penelitian
difokuskan pada penyebaran W. bancrofti dan B. malayi. Pada tahun 1980, spesies baru dari Wuchereria pada lutung Presbythis cristatus di Kalimantan Selatan
ditemukan oleh Palmieri et al. Spesies baru tersebut diberi nama Wuchereria kalimantani. Wuchereria bancrofti tipe perdesaan masih banyak ditemukan di Papua
dan beberapa daerah lain di Indonesia. Di Indonesia kurang lebih 10 juta orang telah terinfeksi oleh filariasis sedangkan kurang lebih 150 juta orang hidup di daerah
endemik population at risk.
Biasanya daerah endemik B.malayi adalah daerah dengan hutan rawa swampy forest, sepanjang sungai besar atau badan air yang lain. Sedangkan daerah
endemik W. bancrofti perkotaan adalah daerah perkotaan yang kumuh, padat penduduknya dan banyak genangan air kotor sebagai habitat dari vektor parasit
tersebut, yaitu Cx. Quinquefasciatus, tidak seperti W. bancrofti, gambaran epidemiologi B. malayi lebih rumit. Spesies Brugia malayi di Indonesia dibagi
menjadi tiga bentuk strain yang dibagi menurut periodisitas mikrofilaria di dalam darah, yaitu bentuk periodik nokturna, sub-periodik nokturna dan non- periodik.
Walaupun antara berbagai tipe B. malayi dapat dibedakan secara morfologi dan epidemiologi, tetapi manifestasi klinisnya sama saja.
2.1.2 Limfatik Filariasis
Filariasis limfatik disebabkan Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Gejala elefantiasis penebalan kulit dan jaringan-jaringan di
bawahnya sebenarnya hanya disebabkan oleh filariasis limfatik ini. B. timori
Universitas Sumatera Utara
diketahui jarang menyerang bagian kelamin, tetapi W. bancrofti dapat menyerang tungkai dada, serta alat kelamin. Filariasis subkutan disebabkan oleh Loa loa cacing
mata Afrika, Mansonella streptocerca, Onchocerca volvulus, dan Dracunculus medinensis cacing guinea. Mereka menghuni lapisan lemak yang ada di bawah
lapisan kulit. Jenis filariasis yang terakhir disebabkan oleh Mansonella perstans dan Mansonella ozzardi, yang menghuni rongga perut.
Semua parasit ini disebarkan melalui nyamuk atau lalat pengisap darah, atau, untuk Dracunculus, oleh kopepoda Crustacea.
Selain elefantiasis, bentuk serangan yang muncul adalah kebutaan Onchocerciasis akibat infeksi oleh Onchocerca
volvulus dan migrasi microfilariae lewat kornea.
2.1.3 Cara Penularan dan Morfologi
Cacing jantan dan betina hidup di saluran dan kelenjar limfe; bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria
yang bersarung. Microfilaria ini hidup di dalam darah dan terdapat di aliran darah tepi pada waktu-waktu tertentu saja, jadi mempunyai periodisitas. Pada umumnya,
microfilaria W. bancrofti bersifat periodisitas nokturna, artinya microfilaria hanya terdapat di dalam darah tepi pada waktu malam. Pada siang hari, microfilaria terdapat
di kapiler alat dalam paru, jantung, ginjal dan sebagainya Medical Microbiology And Immunology, 1992.
Di daerah Pasifik, microfilaria W. bancrofti mempunyai periodisitas subperiodik diurnal. Microfilaria terdapat di dalam darah siang dan malam, tetapi
jumlahnya lebih banyak pada waktu siang. Di Muangthai terdapat suatu daerah yang mikrofilarianya yang bersifat subperiodik nokturna. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi periodisitas microfilaria adalah zat asam dan zat lemas di dalam
Universitas Sumatera Utara
darah, aktivitas hospes, irama sirkadian, jenis hospes dan jenis parasit, tetapi secara pasti mekanisme periodositas mikrofilaria tersebut belum diketahui.
Di daerah perkotaan, parasit ini ditularkan oleh nyamuk Culex quinquefasatus. Di perdesaan vektornya berupa nyamuk Anopheles atau nyamuk
Aedes. Parasit ini tidak ditularkan oleh nyamuk Mansonia. Daur hidup parasit ini memerlukan waktu yang panjang. Masa pertumbuhan parasit di dalam nyamuk
kurang lebih 2 minggu. Pada manusia, masa pertumbuhan belum diketahui secara pasti tetapi diduga kurang lebih 7 bulan, sama dengan masa pertumbuhan parasit ini
di dalam Presbytis cristata lutung. Microfilaria yang terisap oleh nyamuk, melepaskan sarungnya di dalam lambung, menembus dinding lambung dan bersarang
di antara otot-otot toraks. Mula-mula parasit ini memendek, bentuknya menyerupai soses dan disebut larva stadium I. Dalam waktu kurang lebih seminggu, larva ini
bertukar kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang disebut larva stadium II. Pada hari kesepuluh dan selanjutnya, larva bertukar kulit sekali lagi, tumbuh makin
panjang dan lebih kurus disebut larva stadium III.
Gerakan larva stadium III sangat aktif. Bentuk ini bermigrasi, mula-mula ke rongga abdomen kemudiam ke kepala dan alat tusuk nyamuk.
Bila nyamuk sedang aktif mencari darah akan terbang berkeliling sampai adanya rangsangan hospes yang
cocok diterima oleh alat penerima rangsangannya. Rangsangan ini akan memberi petunjuk pada nyamuk untuk mengetahui dimana adanya hospes , kemudian baru
menggigit Depkes RI, 2001. Bila nyamuk yang mengandung larva stadium III bersifat infektif dan mengigit manusia, maka larva tersebut secara aktif masuk ke
dalam tubuh hospes dan bersarang di saluran limfe setempat. Di dalam tubuh hospes, larva mengalami dua kali pergantian kulit, tumbuh menjadi larva stadium IV lalu
stadium V dan cacing dewasa Parasitologi Kedokteran, 2008. Siklus ini yang berterusan sehingga semakin banyak menderita filariasis dan manusia merupakan
definitive host.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Vektor