Sound Level Meter Teori Kebisingan

Tabel 2.1. Ambang batas pendengaran manusia dalam dB Sound Pressure Pa Sound Level dB Contoh Keadaan 200 140 Ambang batas atas pendengaran 130 Pesawat terbang tinggal landas 20 120 Diskotik yang amat gaduh 110 Diskotik yang gaduh 2 100 Pabrik yang gaduh 90 Kereta api berjalan 0,2 80 Pojok perempatan jalan 70 Mesin penyedot debu umumnya 0,02 60 Percakapan dengan berteriak 0,002 30 s.d. 50 Percakapan normal 0,0002 20 Desa yang tenang, angin berdesir 0,00002 0 s.d. 10 Ambang batas bawah pendengaran

2.1.5. Sound Level Meter

Tingkat kekuatan atau kekerasan bunyi diukur dengan alat yang disebut Sound Level Meter SLM. Alat ini terdiri dari mikrofon, amplifier, weighting networt dan layar display dalam satuan dB. SLM sederhana hanya dapat mengukur tingkat kekerasan bunyi dalam satuan dB, sedangkan SLM yang canggih sekaligus mampu menunjukkan frekuensi bunyi yang diukur. Proses kerja SLM sederhana diilustrasikan dalam Gambar 2.2. Skala dB atau Monitor hasil Filter oktaf-band mikrofon Amplifier Gambar 2.1. Sistem kerja SLM Universitas Sumatera Utara SLM yang amat sederhana biasanya hanya dilengkapi dengan bobot pengukuran A dBA dengan sistem pengukuran seketika tidak dapat menyimpan data dan mengelolah data, sedangkan yang sedikit lebih baik, dilengkapi dengan skala pengukuran B dan C. Beberapa SLM yang lebih canggih dapat sekaligus dipakai untuk menganalisis tingkat kekerasan dan frekuensi bunyi yang muncul selama rentang waktu tertentu dan mampu menggambarkan gelombang yang terjadi. Beberapa produsen menamakannya Hand Held Analyser HHA, ada pula dalam model Desk Analyser DA. Meski nampak canggih dan rumit, sesungguhnya menggunakan SLM untuk mengukur tingkat kekerasan bunyi tidaklah sulit. Yang penting adalah menaatin pedoman atau standar yang telah ditetapkan agar hasil pengukurannya menjadi benar. Adapun persyaratan tersebut adalah : 1. Agar posisi pengukuran stabil, SLM sebaiknya dipasang pada tripot. Setiap SLM, bahkan yang paling sederhana, idealnya dilengkapi dengan lubang untuk mendudukkannya pada tripot. SLM yang diletakkan pada tripot lebih stabil posisinya dibandingkan yang dipegang oleh tangan operator manusia yang mengoperasikannya. Posisi operator yang terlalu dekat dengan SLM juga dapat mengganggu penerimaan bunyi oleh SLM karena tubuh manusia mampu memantulkan bunyi. Peletakan SLM pada papan, seperti meja atau kursi, juga dapat mengurangi kebenaran hasil pengukuran karena sarana tersebut akan memantukan bunyi yang diterima. 2. Operator SLM setidaknya berdiri pada jarak 0,5 m dari SLM agar tidak terjadi efek pemantulan. 3. Untuk menghindari terjadinya pantulan dari elemen-elemen permukaan disekitarnya, SLM sebaiknya ditempatkan pada posisi 1,2 m dari atas permukaan lantai; 3,5 m dari permukaan dinding atau objek lain yang memantulkan bunyi. Universitas Sumatera Utara 4. Untuk pengukuran didalam ruangan atau bangunan, SLM berada pada posisi 1 m dari dinding-dinding pembentuk ruangan. Bila diletakkan dihadapan jendela maka jaraknya 1,5 m dari jendela tersebut. Agar hasil lebih benar, karena adanya kemungkinan pemantulan oleh elemen pembentuk ruang, pengukuran SLM dalam ruang sebaiknya dilakukan pada tiga titik berbeda dengan jarak antar titik lebih kurang 0,5 m. 5. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang benar dan mampu mencatat semua fluktuasi bunyi yang terjadi, SLM dipasang pada posisi slow responsse. Mediastika, Christina, 2005

2.2. Polusi Suara atau Kebisingan