Proses Pengolahan Bahan Pustaka

29 12 Adapun tujuan pendidikan pengguna pada perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan keterampilan pengguna agar mampu memanfaatkan kemudahan dan sumber daya perpustakaan secara mandiri 2. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya dan pelayanan perpustakaan 3. Mempromosikan pelayanan perpustakaan

2.4 Pengolahan Bahan Pustaka

Bahan pustaka yang sudah di inventarisasi, belum dapat langsung disimpan dalam rak untuk dipinjamkan. Untuk dapat dipinjamkan masih harus dilengkapi dengan beberapa perlengkapan. Proses persiapan itu disebut pengolahan. Perlu dikemukakan, bahwa bahan pustaka yang berupa tampak- dengar audio-visual jumlahnya masih amat sedikit, dan belum bisa diproses sebagaimana seharusnya. Oleh karena itu belum bisa disirkulasikan secara sempurna. Dalam Buku Membina Perpustakaan Sekolah 1994,73 perlengkapan yang diperlukan agar buku siap untuk disirkulasikan meliputi: 1. Label buku 2. Kartu buku 3. Kantong kartu buku 4. Lembar wajib kembali lembar sirkulasi 5. Kartu peminjaman

2.4.1 Proses Pengolahan Bahan Pustaka

Menurut Sutarno 2012 pengolahan bahan pustaka adalah pekerjaan yang terdiri daribeberapa kegiatan yang berlangsungsecara berurutan, sistematika dan kronologis. Sebelum diolah, maka buku-bukutersebut belum dapat dibaca atau dipinjam karena belum dilengkapi dengan beberapa persyaratan seperti kode nomor klasifikasi, kartu katalog, label, dan sarana temu kembali. Sebagai usaha jasa pelayananservice, perpustakaan haruslah dapat memberikan pelayanan yang baik, cepat dan tepat kepada para pemakai. Untuk itu bahan pustaka yang ada perlu diatur secara baik menurut suatu sistem. Universitas Sumatera Utara 29 13 Apabila buku telah dilengkapi dengan alat-alat pembantu sebagaimana diutarakan di muka buku. Cara penyusunan harus praktis dan sistematis. Praktis berarti mudah ditemukan kembali dalam waktu sesingkat mungkin. Sistematis yaitu memakai sistem pengelompokan atau klasifikasi tertentu. Klasifikasi menurut isisubjek yang telah dibakukan oleh Melvil Louis Kossuth Dewey. Pengelompokan ini terkenal dengan nama Dewey Decimal Classification, disingkat DDC. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Klasifikasi Persepuluhan Dewey.

2.4.1.1 Klasifikasi Persepuluhan Dewey

Menurut Suwarno 2010 Dewey Decimal Clasification DDC merupakan sistem klasifikasi perpustakaan hasil karya Melvil Dewey 1851-1931. Dewey telah merintis sistem klasifikasi ini ketika ia masih menjadi mahasiswa dan bekerja sebagai pustakawan di Amherst College, Massachusetts, di sebuah negara di Amerika Serikat. Klasifikasi atau pengelompokan bahan pustaka bermaksud membagi bahan pustaka yang ada menurut golongan tertentu dengan cara tertentu pula. Klasifikasi Dewey disebut persepuluhan karena memakai angka-angka persepuluhan untuk menyatakan cabang-cabang pengetahuan yang ada. Angka-angka yang dipakai untuk seluruh bidang ilmu pengetahuan diberi nomor dari 000 sampai dengan 999. Seluruh angka dari 000 sampai 999 itu meliputi semua bidang ilmu pengetahuan dan aktivitas manusia, dibagi atas sepuluh bagian, dan seterusnya. Setiap bagian kelompok ilmu masih dibagi lagi menjadi 10 sub bagian kelompok ilmu, dan seterusnya. Sistem Dewey dipilih karena praktis dan tepat. Praktis karena angka persepuluhan memungkinkan mencakupsemua cabang ilmu pengetahuan. Betapapun banyaknya judul pustaka dapat dimasukkan dalam nomor klasifikasi. Hal ini memungkinkan pengembangan perpustakaan yang bersangkutan. Sistem Dewey DDC tepat karenasesuai dengan urutan penataan buku dalam rak. Buku disusun menurut golongan subjek. Susunan sedemikian mempermudah siswa dalam menemukan bacaan yang di butuhkan dan mempermudah pelayanan sistem terbuka yang dilaksanakan di perpustakaan Universitas Sumatera Utara 29 14 sekolah. Dengan kemudahan ini penggunaan kalsifikasi DDC dapat mencapai maksudnya: setiap siswa paham ke rak mana harus menuju, atau kebagian nomor berapa ia dapat menemukan buku yang dikehendakinya.

2.4.1.2 Menentukan Isi subjek Buku

Dalam Buku Membina Perpustakaan Sekolah 1994,73 menggunakan klasifikasi DDC berarti menggolongkan bahan pustaka menurut isi. Oleh karena itu untuk dapat mengklasifikasi buku, orang harus dapat mengetahuiapa isi buku yang bersangkutan, dengan tujuan untu dapat menentukan ke dalam kelompok mana buku itu harus dimaksudkan. Ada beberapa cara untuk dapat menentukan isi buku secara cepat dan mudah, yaitu dengan membaca: 1. Judul, pada umumnya judul buku dapat langsung memberi petunjuk apa yang dikemukakan dalam buku tersebut. 2. Pengantar, pada umumnya pengantar membicarakan lingkup yang hendak dibahas oleh buku, latar belakang penulisan, tujuannya, dalam rangka apa, dan lain sebagainya. Dari pengantar dapat diperoleh gambaran tentang isi buku secara singkat tetapi lebih lengkap daripada dari judul saja. 3. Daftar isi, menunjukkan garis besar isi penulisan, pokok-pokok pembicaraan, kerangka isi umumnya, sistematik materi buku, sekaligus menunjukkan pada halaman berapa bagian itu diuraikan. 4. Pendahuluan, memberikan keterangan lebih mendalam tentang isi buku daripada judul dan pengantar, sehingga dari pendahuluan kemungkinan akan lebih mudah bagi petugas klasifikasi untuk menentukan subjek buku itu. 5. Blurb, yaitu keterangan tentang buku yang biasanya ditulis di jaket buku. Keterangan itu kadang-kadang berupa rekomendasi, pujianpenerbit mengenai bukuyang bersangkutan beserta kekhususan isinya, cara penajian maupun penulisannya. Petugas klasifikasi harus berhati-hatidengan blurb ini, sebab keterangannya seringkali berisi iklan. 6. Indeks, yaitu daftar alfabetisdari nama atau subjek yang dibahas dalam buku bersangkutan secara terperinci, disertai penunjukan halaman tempat hal itu berada. Manfaat indeks hampir sama dengan daftar isi, tetapi pada indeks Universitas Sumatera Utara 29 15 semua disusun menurut abjad dan lebih terperinci. Sering dipisahkan antara indeks nama dan indeks subjek untuk memudahkan para pemakai. 7. Teks, bila hal pembantu diatas belum memuaskan atau belum memberikan gambaran yang pasti dan jelas mengenai isi buku itu, jalan selanjutnya adalah membaca teks isi. Cara ini dinilai tidak efisien karena memakan cukup banyak waktu, meskipun tidak perlu membaca semuanya.

2.1.4.3 Menentukan Nomor Pustaka

Maksud klasifikasi ialah mengelompokkan koleksi bahan pustaka yang sejenis menjadi satu kelompok dengan memberi kode nomor DDC agar mudah ditemukan kembali. Maka setelah isi buku diketahui, ditentukan nomor buku tersebut sebaiknya diperiksa apakah nomor tersebut sudah terdapat dalam kartu katalog. Apabila telah ada, sedang judul maupun isinya berlainan maka nomor tersebut perlu diteliti dan diperbaiki, mungkin salah satu diantara keduanya judul dan atau isinya terdapat kekeliruan. Kemudian nomor yang sudah ditentukan itu dicantumkan dengan pensil pada halaman juduldisebelah kanan atas. Dengan demikian nomor tersebut dapat segera dicantumkan dalam buku inventaris, sebagai nomor pustaka.

2.5 Katalogisasi