Berdasarkan hasil yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis mengambil judul “Analisis Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia yang
melakukan akuisisi”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan manufaktur
melakukan akuisisi? 2.
Apakah faktor-faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan manufaktur melakukan akuisisi?
3. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan manufaktur
sebelum dan sesudah akusisi?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan manufaktur melakukan akuisisi.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menetukan keberhasilan
perusahaan manufaktur melakukan akuisisi 3.
Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan manufaktur sebelum dan sesudah akusisi.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagi perusahaan Sebagai bahan pertimbangan dalam hal pengambilan keputusan
akusisi, sehingga strategi perusahaan yang diambil menjadi lebih efektif dan efisien.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai bahan refrensi dan sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya.
3. Bagi investor
Dapat menjadi rekomendasi dan bahan pertimbangan investor dalam berinvestasi pada perusahaan, serta sebagai tolak ukur investor untuk
melihat pertumbuhan perusahaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengambilalihan Usaha
Dunia usaha yang semakin berkembang dan persaingan yang juga menjadi semakin ramai dan ketat sehingga seringkali timbul persaingan yang tidak
sehat dan saling merugikan. Untuk mengatasi adanya tindakan yang saling merugikan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, perlu
adanya suatu bentuk kerjasama yang saling menguntungkan. Salah satu bentuk kerjasama yang dapat ditempuh adalah dengan melalui
pengambilalihan usaha antara dua atau lebih perusahaan dengan perusahaan lain baik yang sejenis. Pengambilalihan usaha merupakan salah satu strategi
untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan perusahaan. Pengambilalihan usaha dapat berupa pembelian saham suatu
perusahaan oleh perusahaan lain. Jenis pengambilalihan usaha yaitu akuisisi, dalam pengambilalihan usaha salah satu perusahaan bermaksud
membeli perusahaan lain dan kerap kali berada di luar kemampuan pimpinan perusahaan atau kelompok-kelompok pemegang saham.
2.1.2 Akuisisi
Akuisisi adalah suatu pengambilalihan usaha dimana salah satu perusahaannya yaitu pengakuisisi memperoleh kendala atas aset dan operasi
perusahaan yang diakuisisi Dharmasetya dan Sulaimin, 2002:15. Biasanya perusahaan pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan terakuisisi. Melalui akuisisi perusahaan dapat menjadikan perusahaan targetnya sebagai anak perusahaannya, jadi dengan kata
lain perusahaan baik pengakuisisi ataupun perusahaan target tetap berdiri semua. Banyak alasan perusahaan melakukan akusisi. Menurut Brigham dan
Houston 2001:377 dasar pemikiran untuk akuisisi adalah untuk mendapatkan sinergi, pertimbangan pajak, pembelian aktiva, diversifikasi, dan insentif pribadi
manajer. Akuisisi merupakan strategi eksternal yang digunakan perusahaan dalam meningkatkan nilai value perusahaan. Keberhasilan strategi akuisisi yang
dilakukan oleh perusahaan sangat bergantung atas kinerja yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam melaksankan strategi tersebut serta optimalisasi sumber.
Sebelum Akuisisi Sesudah Akuisisi
Pengendalian
Sumber: Moin 2003
Gambar 2.1 Skema Akuisisi
PT. A PT. A
PT. B PT. B
Menurut Dharmasetya dan Sulaimin 2002:11 ada beberapa jenis akusisi, yaitu: 1.
Akuisisi Horisontal Akuisisi horisontal adalah akusisi perusahaan sejenis, yaitu
perusahaan pembeli membeli perusahaan lain yang usahanya sejenis. Biasanya akuisisi seperti ini dilakukan karena ingin memperbesar
pangsa pasar perusahaan. 2.
Akuisisi Vertikal Akuisisi vertikal adalah akusisi yang dimana perusahaan membeli
perusahaan lain yang bukan sejenis, tetapi perusahaan yang dibeli akan membantu perusahaan untuk proses produksinya.
3. Akuisisi Konglomerasi
Akuisisi konglomerasi adalah akuisisi yang dimana perusahaan membeli perusahaan lain yang tidak ada hubungannya satu sama
lain. Dalam hal ini perusahaan pembeli sudah kelebihan dana dan ingin membuat konglomerasi perusahaan.
Klasifiaksi berdasarkan objek yang diakuisisi yaitu: 1.
Akuisisi Saham Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan suatu transaksi jual
beli perusahaan dan transaksi tersebut mengakibatkan beralihnya kepemilikan perusahaan dari penjual kepada pembeli.
Karena perusahaan didirikan atas saham-saham, maka akuisisi terjadi ketika pemilik saham menjual saham-saham mereka kepada
pembelipengakuisisi. Akuisisi saham merupakan salah satu bentuk akuisisi yang paling umum ditemui dalam hampir setiap kegiatan
akuisisi. Akuisi tersebut dapat dilakukan dengan cara membeli seluruh atau sebagian saham-saham yang telah dikeluarkan oleh
perseroan maupun dengan atau tanpa melakukan penyetoran atas sebagian maupun seluruh saham yang belum dan akan dikeluarkan
perseroan yang mengakibatkan penguasaan mayoritas atas saham perseroan oleh perusahaan yang melakukan akuisisi tersebut, yang
akan membawa ke arah penguasaan manajemen dan jalannya perseroan.
2. Akuisisi Aset
Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain maka dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva atau aset
perusahaan lain tersebut. Jika pembelian tersebut hanya sebagian dari aktiva perusahaan maka hal ini dinamakan akuisisi parsial.
Akuisisi aset secara sederhana dapat dikatakan merupakan: a.
Jual beli aset antara pihak yang melakukan akuisisi aset sebagai pihak pembeli dengan pihak yang diakuisisi
asetnya sebagai pihak penjual, jika akuisisi dilakukan dengan pembayaran uang tunai.
Dalam hal ini segala formalitas yang harus dipenuhi untuk suatu jual beli harus diberlakukan, termasuk jual beli atas hak
atas tanah yang harus dilakukan dihadapan pejabat pembuatan akta tanah.
b. Perjanjian tukar menukar antara aset yang diakuisisi dengan
suatu kebendaan lain milik dan pihak yang melakukan akuisisi, jika akuisisi tidak dilakukan dengan cara tunai. Dan
jika kebendaan yang dipertukarkan dengan aset merupakan saham, maka akuisisi tersebut dikenal dengan nama assets for
share exchange, dengan akibat hukum bahwa perseroan yang diakuisisi tersebut menjadi pemegang saham dan perseroan
yang diakuisisi.
2.1.3 Motif Akuisisi
Pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaaan melakukan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif non ekonomi Nugroho,
2010. Motif ekonomi berkaitan dengan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham. Disisi lain, motif non ekonomi adalah motif yang bukan didasarkan pada tujuan perusahaan tersebut, tetapi didasarkan pada
keinginan subjektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajemen perusahaan.
1. Motif Ekonomi
Jika ditinjau dari perspektif manajemen keuangan, esensi dari tujuan perusahaan adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan
nilai bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Akuisisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah mencapai
peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh aktivitas dan keputusan yang diambil oleh perusahaan harus diarahkan mencapai
tujuan ini. Disamping itu dalam motif ekonomi akuisisi yang lain meliputi:
a. Mengurangi waktu, biaya dan resiko kegagalan memasuki
pasar baru. b.
Mengakses reputasi teknologi, produk, dan merk dagang. c.
Memperoleh sumber daya manusia yang profesional. d.
Membangun kekuatan pasar. e.
Memperluas pangsa pasar. f.
Mengurangi persaingan. g.
Mempercepat pertumbuhan. h.
Menstabilkan cash flow dan keuntungan. 2.
Motif Sinergi Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan
akuisisi adalah menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah akuisisi yang lebih besar daripada
penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum akusisi.
Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan perusahaan-perusahaan yang bergabung sedemikian rupa
sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktifitas-aktifitas
perusahaan jika mereka bekerja sendiri. Pengaruh sinergi bisa timbul dari empat sumber Nugroho, 2010
yaitu: a.
Penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi.
b. Penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang
lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analisis sekuritas.
c. Perbedaan efesiensi, yang berarti manajemen salah satu
perusahaan lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah akuisisi.
d. Peningkatan penguasaan pasar akibat berkurangnya
persaingan.
Bentuk-bentuk sinergi disajikan berikut ini: a.
Sinergi Operasi Sinergi operasi operating synergy terjadi ketika perusahaan
hasil kombinasi mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan cara pemanfaatan secara optimal sumber daya
perusahaan. Dengan adanya akuisisi maka diharapkan perusahaan dapat memasarkan produknya hingga mencapai
kapasitas penuh. Hal itu terjadi karena pemanfaatan kapasitas produksi yang semula masih menganggur atau dibawah
kapasitas optimalnya akan dapat dioptimalkan untuk mendukung permintaan pasar.
b. Sinergi Financial
Sinergi finansial financial synergy dihasilkan ketika perusahaan hasil akuisisi memiliki struktur modal yang kuat
dan mampu mengakses sumber-sumber dana dari luar secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya
modal perusahaan semakin menurun. Struktur permodalan yang kuat akan menjamin berlangsungnya aktivitas operasi
perusahaan tanpa mengahadapi kesulitan likuiditas. Akses yang semakin mudah terhadap sumber-sumber dana
dimungkinkan ketika perusahaan memiliki ukuran yang semakin besar. Perusahaan yang memiliki struktur
permodalan yang kuat dan besar akan diberi kepercayaan oleh pasar. Kondisi seperti ini akan memberikan dampak
positif bagi perusahaan karena makin meningkatnya kepercayaan pihak lain seperti lembaga keuangan sebagai
sumber pendanaan perusahaan.
Perusahaan yang memiliki kepercayaan dari publik seperti itu memiliki risiko kebangkrutan yang lebih kecil daripada yang
tidak memiliki kepercayaan publik. c.
Sinergi Manajerial Sinergi manajerial managerial synergy dihasilkan ketika
terjadi transfer kapabilitas manajerial dan skill dari perusahaan yang satu ke perusahaan lain. Manajemen yang
seperti ini mampu bersinergi dalam mengambil keputusan strategik. Perusahaan yang belum memiliki manajerial yang
bagus perlu pembelajaran internal melalui akuisisi dengan perusahaan lain apabila ingin memiliki keunggulan
manajerial. d.
Sinergi Teknologi Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan
keunggulan teknik sehingga saling memetik manfaat. Sinergi teknologi dapat terjadi misalnya pada departemen riset dan
pengembangan, departemen desain dan engineering, proses manufacturing dan teknologi informasi.
e. Sinergi Pemasaran
Perusahaan yang melakukan akuisisi akan memperoleh manfaat dari semakin luas dan terbukanya produk,
bertambahnya lini produk yang dipasarkan, dan semakin banyak konsumen yang bisa dijangkau.
3. Motif Diversifikasi
Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui akuisisi. Diversifikasi dimaksud untuk
mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Akan tetapi jika melakukan
diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada pada koridor yang mendukung kompetensi inti.
4. Motif Non Ekonomi
Aktivitas akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat non
ekonomi seperti prestise dan ambisi. Motif non ekonomi bisa berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan.
Bentuk-bentuk motif non ekonomi yaitu sebagai berikut: a.
Motif Hubris Hipotesis Motif Hubris Hipotesis ini menyatakan bahwa akuisisi
semata-mata didorong oleh motif ketamakan dan kepentingan pribadi para eksekutif perusahaan. Alasannya adalah
menginginkan ukuran perusahaan yang lebih besar. Dengan semakin besarnya perusahaan maka semakin besar
kompensasi yang akan diterima. Kompensasi yang akan diterima bukan hanya berupa materi namun juga berupa
pengakuan dan aktualisasi diri.
Dalam hubris hipotesis menerangkan alasan mengapa manajer bersedia membayar premium yang sangat tinggi
terhadap perusahaan target. Hal ini disebabkan oleh kepercayaan diri yang berlebihan terhadap prospek
perusahaan yang diakuisisi. b.
Ambisi Pemilik Adanya ambisi dari pemilik perusahaan untuk menguasai
berbagai sektor bisnis. Menjadikan aktivitas akuisisi sebagai strategi perusahaan untuk menguasai perusahaan-perusahaan
yang ada untuk membangun kerajaan bisnis. Hal ini biasanya terjadi dimana pemilik perusahaan memiliki kendali dalam
pengambilan keputusan perusahaan.
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Akuisisi
Alasan perusahaan melakukan akuisisi adalah ada manfaat lebih yang diperoleh dari akuisisi dan adanya keinginan perusahaan untuk
mendapatkan nilai tambah bagi perusahaan atas keputusan tersebut. Moin 2003 menjelaskan kelebihan akuisisi sebagai berikut:
1. Mendapatkan cash flow dengan cepat karena produk dan pasar telah
jelas. Ketika perusahaan melakukan keputusan akuisisi, maka bidder akan memperoleh pasar dari yang telah dikuasai oleh
perusahaan target.
2. Memperoleh kemudahan danapembiayaan karena kreditor lebih
percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan. Pengambilalihan usaha akuisisi akan menjadikan kondisi
keuangan perusahaan lebih mapan dalam hal ini adanya peningkatan aset atau sejenisnya.
3. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman. Keputusan
akuisisi yang dilakukan akan menghasilkan karyawan-karyawan yang berpengalaman, dimana karyawan tersebut dapat berasal dari
perusahaan bidder, target, maupun perekrutan karyawan baru yang berpengalaman.
4. Mendapatkan pelanggan yang telah ada tanpa harus merintis dari
awal. Keputusan akuisisi akan menyebabkan perusahaan bidder memperoleh pasar yang sebelumnya dikuasai oleh perusahaan
target, sehingga secara tidak langsung juga akan menguasai pelanggan yang telah ada.
5. Memperoleh sistem operasional dan administratif yang mapan.
Sistem operasional dan administratif dapat dimiliki dengan pelaksanaan akuisisi yang efektif.
6. Mengurangi resiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari
pelanggan baru. Perusahaan bidder tidak akan bersusah payah dalam mencari pelanggan, karena pelanggan telah terbentuk dari
perusahaan target sebelum dilaksanakan akusisi.
7. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis yang baru. Perusahaan
akan lebih mudah dalam menguasai pasar, karena pelaksanaan akuisisi hanya memerlukan waktu yang relatif singkat.
8. Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang lebih
cepat. Infrastruktur dalam hal ini dapat berupa gedung, gudang, tanah, dan lain-lain dari perusahaan target.
Selain kelebihan tersebut, akuisisi juga memiliki kelemahan yaitu sebagai berikut Moin, 2003:
1. Proses integrasi yang tidak mudah. Walaupun pelaksanaan akuisisi
memerlukan waktu yang relatif singkat, namun integrasi dalam pelaksanaan hal tersebut cukup sulit, karena diperlukan koordinasi
dari pihak-pihak yang berkaitan dengan hal tersebut. 2.
Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat. Penentuan nilai perusahaan target akan menjadi salah satu penyebab
gagalnya akuisisi itu sendiri. Salah satu penyebabnya adalah adanya kecenderungan perusahaan target tidak menampilkanterbuka
terhadap semua informasi finansial maupun non financial yang dimiliki.
3. Biaya konsultan yang mahal.
4. Meningkatkan kompleksitas birokrasi. Birokrasi akan menghambat
jalannya pelaksanaan keputusan merger dan akuisisi itu sendiri,
serta adanya perizinan yang sulit juga akan semakin menghambat pelaksanaan akusisi.
5. Biaya koordinasi yang mahal.
6. Seringkali menurunkan moral organisasi.
7. Tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham. Hal ini
berkaitan dengan adanya agency problem, dimana manager melakukan keputusan akuisisi yang tidak optimal, dalam artian
keputusan tersebut dilakukan hanya untuk mencapai tujuan individu.
2. 2.1.5 Alasan-alasan Melakukan Akuisisi
Pada dasarnya pengambilalihan perusahaan dilakukan dengan satu alasan yaitu untuk mendapatkan sinergi. Pengambilaliahan perusahaan akan
menghasilkan sinergi hanya apabila perusahaan-perusahaan yang diambilalih masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan pada
bidang yang tidak sama Pardede, 2011:603. Alasan perusahaan melakukan pengambilalihan yaitu sebagai berikut:
1. Memperbesar ukuran perusahaan
Salah satu ukurannya adalah jumlah harta yang dimiliki atau jumlah sumber daya yang didayagunakan. Sebuah perusahaan bertambah
besar apabila jumlah harta yang dimilikinya atau jumlah sumber daya yang didayagunakan semakin besar.
2. Meningkatkan kedudukan persaingan
Salah satu cara meningkatkan kedudukan perusahaan dalam persaingan adalah mengurangi jumlah pesaingnya di pasar. Pesaing
dapat dibuat menjadi bukan pesaing dengan cara mengambilalihnya. Dengan pengambialihan, siasat yang sebelumnya diberlakukan oleh
perusahaan saingan akan menjadi siasat bersama atau akan menjadi siasat tambahan bagi perusahaan yang mengambilalih. Kemudian
siasat yang sebelumnya digunakan oleh perusahaan saingan untuk memerangi perusahaan, dengan sendirinya dapat dihapuskan.
3. Memperluas pangsa pasar
Pangsa pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan dapat diperluas dengan cara merebut pangsa pasar pesaing. Hal ini benar terutama
apabila pasar yang dilayani saat ini sudah tidak mungkin lagi diperluas sehingga peningkatan pangsa pasar satu perusahaan akan
berarti pengurangan pangsa pasar perusahaan lain. Dengan cara mengambilalih perusahaan pesaing maka pangsa pasar pesaing akan
menjadi tambahan kepada pangsa pasar perusahaan. 4.
Memperoleh manfaat sinergik Manfaat sinergik adalah manfaat tambahan yang diperoleh melalui
pengambialihan perusahaan lain. Manfaat sinergik yang paling nyata dari pengambialihan perusahaan lain ialah penghematan yang timbul
sebagai akibat adanya kesempatan untuk mendayagunakan penuh
pegawai yang selama ini menggunakan hanya sebagian jam kerjanya, serta penurunan biaya tetap setiap satuan barang karena
akan terdapat lebih banyak barang yang akan menanggung biaya tetap keseluruhan.
2.1.6 Tujuan melakukan Akuisisi
Tujuan umum perusahaan melakukan akusisi dengan perusahaan lain untuk meningkatkan pasar dan nilai tambah melalui upaya penciptaan efisiensi
yang lebih baik, meningkatkan sinergi operasional, sinergi keuangan. Selain itu masih terdapat bermacam-macam tujuan yang dapat dicapai dalam
pengambilalihan usaha yaitu:
1. Menghindari kebangkrutan
2. Meningkatkan efisiensi manajemen
3. Penghematan biaya
4. Kekuatan monopoli
2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Akuisisi
Keberhasilan atau kegagalan suatu akuisisi sangat bergantung pada ketepatan analisis dan penelitian yang meyeluruh terhadap faktor-faktor
penyelaras antara perusahaan yang akan diambilalih. Faktor-faktor yang dianggap memberi kontribusi terhadap keberhasilan
akuisisi yaitu Hitt:2002: 1.
Melakukan audit sebelum akuisisi.
2. Perusahaan target dalam keadaan baik.
3. Memiliki pengalaman akuisisi sebelumnya.
4. Perusahaan target relatif kecil.
5. Melakukan akuisisi yang bersahabat.
Menurut M. Hanafi 2004 ada beberapa faktor-faktor penyebab kegagalan akuisisi yaitu:
1. Membayar terlalu mahal. Membayar terlalu mahal akan
meningkatkan biaya sehingga menjadi melebihi manfaat akuisisi. 2.
Manajemen post-akuisisi yang kurang baik. Manajemen post- akuisisi yang kurang baik akan menyebabkan proses peralihan
menjadi tidak lancar dan akan meninggalkan potensi kegagalan. 3.
Terlalu optimis dengan pasar. 4.
Tidak memperhatikan potensi problem 5.
Overbidding.
2.1.8 Langkah-langkah Akuisisi
Dalam proses melakukan akuisisi terdapat beberapa langkah yang harus
dilakukan oleh perusahaan sebelum maupun setelah akuisisi terjadi.
Dimana proses akuisisi harus melalui tahapan sebagai berikut, yaitu: 1.
Ijin dari pemegang saham antara kedua perusahaan. 2.
Proses negoisasi yang panjang dan mengikutsertakan akuntan, penasehat hukum, dan investment banker.
3. Melakukan pembelian saham yang ada ditangan publik, baik investor
minoritas maupun individu. 4.
Kewajiban atau hutang dari perusahaan target secara otomatis menjadi kewajiban perusahaan yang mengambil alih.
5. Peleburan sistem manajemen ke dalam manajemen baru perusahaan
yang mengambil alih. 6.
Proses perijinan mungkin akan lebih kompleks bila kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan publik.
7. Dana yang dibutuhkan akan semakin besar jumlahnya karena
pembelian saham akan bersifat pelelangan dengan tendering.
2.1.9 Strategi dan Taktik Akuisisi
Jika suatu perusahaan ingin akuisisi dengan perusahan lain, maka akan melakukan langkah-langkah ofensif. Sebaliknya jika perusahaan yang
diincar target tidak mau dibeli maka perusahaan tersebut akan mempertahankan dari serangan tersebut maka ini merupakan langkah-
langkah defensif M. Hanafi, 2004 1.
Strategi dan taktik ofensif Beberapa strategi dikembangkan untuk membantu ofensif akuisisi,
seperti LBO leveraged buy out, yaitu membeli perusahaan lain dengan menggunakan utang yang tinggi, junk bond obligasi yang
tidak dirating karena resikonya tinggi. Dalam leveraged buy out LBO, perusahaan meminjam utang sangat besar.
Dana pinjaman tersebut digunakan untuk membeli perusahaan target. Setelah terjadi akuisisi, perusahaan gabungan akan
mempunyai utang yang tinggi dengan kewajiban bunga yang tinggi. Utang yang tinggi tersebut mempunyai efek perilaku dan ekonomis.
Efek ekonomis yang diperoleh adalah penghematan pajak yang tinggi.
2. Strategi dan Taktik defensif
Strategi untuk mempertahankan perusahaan dari ancaman akuisisi banyak dan bervariasi. Strategi tersebut bisa dikelompokkan sebagai
strategi pencegahan dan perlawanan. Secara umum strategi pencegahan bertujuan menjadikan perusahaan target menjadi tidak
menarik untuk diambilalih oleh perusahaan lain. Ketidakmenarikan tersebut bisa dilakukan dengan beberapa cara:
a. Menjadi perusahaan yang baik. Perusahaan yang baik akan
mendorong harga saham menjadi lebih tinggi sehingga menjadi terlalu mahal bagi perusahaan lain yang akan
membeli perusahaan tersebut. Jika harga saham tinggi, pemegang saham juga akan semakin
puas, sehingga dorongan untuk mengganti manajemen akan semakin kecil.
b. Mengamati perdagangan saham. Perusahaan bisa secara
kontinu mengamati perdagangan saham. Jika ada tanda-tanda akumulasi saham, harus diperhatikan apakah ada pihak yang
sengaja mengakumulasi saham. Monitoring bisa dilakukan dengan mengamati volume perdagangan harian.
2.2 Kinerja Perusahaan 2.2.1 Pengertian Kinerja
Kinerja diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja tentang peralatan Nugroho, 2010.
Berdasarkan pengertian tersebut kinerja keuangan didefenisikan sebagai prestasi manajemen, dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan
perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Payamta dan Setiawan 2004 kinerja merupakan hasil nyata yang
dicapai yang dipergunakan untuk menunjang kegiatan dalam suatu perusahaan. Pengukuran kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari rasio keuangan. Informasi
rasio keuangan bersumber pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.
2.2.2 Analisis Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan menurut Brigham dan Houston 2001 diukur dengan menggunakan analisis rasio keuangan untuk mengetahui keunggulan dari
kekuatan perusahaan dan secara simultan mengoreksi kelemahan perusahaan. Analisis kinerja keuangan dalam penelitian ini bertujuan untuk menilai
implementasi strategi perusahaan dalam hal akuisisi.
Dengan analisis rasio diharapkan dapat mengevaluasi suatu laporan keuangan. Menurut Brigham dan Houston 2001:78 dari sudut pandang investor,
analisis laporan keuangan digunakan untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan digunakan untuk
membantu mengantisipasi kondisi masa depan dan yang lebih penting sebagai titik awal untuk perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa masa
depan. Rasio keuangan yang digunakan dalam pengukuran kinerja perusahaan pada
penelitian ini adalah rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio
likuiditas.
1. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menggambarkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah
cabang, dan sebagainya Syafri, 2008. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Return on Investment ROI
Return on Investment ROI adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan
didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan Sawir,
2001. ROI =
Laba bersih setelah pajak Total Aktiva
b. Return on Equity ROE
Return on Equity ROE adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri secara
efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham
perusahaan Sawir, 2001 ��� =
���� �����ℎ ������ℎ ����� ����� �������
2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya baik jangka
pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi Sawir, 2001. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio DER. Debt to Equity Ratio menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat
menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang megukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang
Sawir, 2001 DER =
Total Hutang Total Ekuitas
3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan dalam mengelola dan
memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya Syafri, 2008. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total
Assets Turn Over TATO. Total Assets Turn Over merupakan rasio yang mengukur tingkat
efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu Sawir, 2001.
���� = Penjualan
Total Aktiva
4. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemapuan perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka
pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia Syafri, 2008. Rasio likuiditas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Current Ratio CR. Current Ratio CR menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-
kewajiban lancar.
�� = ������ ������
����� ������
2.3 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian di Indonesia telah dilakukan untuk menganalisis pengaruh akuisisi terhadap kinerja keuangan. Diantaranya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Hendro Widjanarko 2006 meneliti perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun 1998-2002. Penelitian ini menggunakan metode
kolmogorov-smirnov dan paired sample t-test. Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan berdasarkan rasio profitabilitas
dan leverage. Putri Novaliza dan Atik Djajanti 2013 melakukan penelitian dengan tujuan
untuk menganalisis pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan publik di Indonesia tahun 2004-2011. Uji statistik yang dilakukan adalah uji
normalitas data dengan metode kolmogorov-smirnov test dan paired sample t-test. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada
periode satu tahun sebelum dan empat tahun berturut-turut setelah merger dan akuisisi.
Kadek dan I Made 2013 melakukan penelitian dengan judul kinerja pasar dan kinerja keuangan sesudah merger dan akuisisi di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini menggunakan metode uji Wilcoxon Signed Rank dan Paired Sample T Test. Hasil penelitian menunjukkan kinerja pasar perusahaan mengalami
peningkatan yang signifikan sesudah merger dan akuisisi sedangkan kinerja keuangan perusahaan tidak mengalami peningkatan yang signifikan sesudah
merger dan akuisisi.
Hamida dan Manasye Noviani 2013 melakukan penelitian dengan membandingkan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi pada perusahaan pengakuisisi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2006. Dengan menggunakan rasio keuangan current ratio, total asset
turn over, debt ratio, return on asset dan price earnings ratio. Penelitian ini menggunakan metode one sample kolmogrov smirnov dan paired sample t-test
yang menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan mengalami peningkatan dilihat dari rasio keuangan yang digunakan.
Penelitian lain yang juga menggunakan rasio keuangan adalah penelitian yang dilakukan oleh Johanes Situmeang 2014 yang bertujuan menganalisis PT.
Smartfren Telecom dan PT. XL Axiata Tbk yang melakukan merger dan akuisisi di Indonesia dengan menggunakan rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, dan rasio profitabilitas. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor yang menyebabkan PT. Smartfren Telecom Tbk dan PT. XL Axiata Tbk
melakukan merger dan akuisisi adalah perusahaan target mengalami kerugian sehingga aktivitas merger dan akuisisi dilakukan untuk menyelamatkan
perusahaan target tersebut. Dan dari hasil pengujian diperoleh bahwa seluruh rasio yang diteliti menunjukkan tidak adanya perbedaan kinerja keuangan sebelum
dengan sesudah merger dan akuisisi pada perusahaan pengakuisisi. Hal ini karena merger dan akuisisi tidak menimbulkan sinergi bagi perusahaan baik perusahaan
pengakuisisi maupun perusahaan diakuisisi.
Rangkuman dari penelitian terdahulu yang mempunyai hubungan dengan analisis akuisisi terdapat pada Tabel 2.1 sebagai berikut
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Penelitian tahun Judul
Penelitian Variabel
yang digunakan
Analisis data Hasil Penelitian
1 Hendro
Widjanarko 2006
Merger, Akuisisi dan
Kinerja Perusahaan
Studi Atas Perusahaan
Manufaktur Tahun 1998-
2002 Rasio
Profitabilitas, leverage
Kolmogorov- smirnov,
paired sample t-test
Tidak ada perbedaan yang signifikan pada
kinerja keuangan berdasarkan rasio
profitabilitas dan leverage
2 Putri Novaliza
dan Atik Djajanti 2013
Analisis Pengaruh
Merger dan Akuisisi
Terhadap Kinerja
Perusahaan Publik di
Indonesia Tahun 2004-
2011 Current
Ratio, Quick Ratio,
Inventory Turnover,
Total Asset Turnover,
Debt Ratio, Total Debt to
Equity, Return on
Total Assets, Return on
Common Equity, Net
Profit Margin,
Operating Profit
Margin Komolgorov-
smirnov test, Paired
sample t-test Tidak ada perbedaan
yang signifikan satu tahun sebelum dan
empat tahun berturut- turut sesudah merger
dan akuisisi
3 Kadek dan I
Made 2013
Kinerja Pasar dan Kinerja
Keuangan Sesudah
Merger dan Akuisisi di
Harga saham, Current
Ratio, Return on Equity,
Total Aseet to Total Debt
Uji Wilcoxon Signed Rank,
Paired Sample T
Test Kinerja pasar
perusahaan mengalami
peningkatan yang signifikan sesudah
merger dan akuisisi
Bursa Efek Indonesia
Ratio sedangkan kinerja
keuangan perusahaan tidak mengalami
peningkatan yang signifikan sesudah
merger dan akuisisi
4 Hamida dan
Manasye Noviani 2013
Perbandingan Kinerja
Keuangan Perusahaan
Sebelum dan Sesudah
Merger dan Akuisisi
Pada Perusahaan
Pengakuisisi yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode
2004-2006 Current
Ratio, Total Assets
Turnover, Debt Ratio,
Return on Assets, Price
Earnings Ratio
One-Sample Kolmogorov
Smirnov, Paired
Sample T- Test
Kinerja keuangan perusahaan
mengalami peningkatan dilihat
dari rasio keuangan yang digunakan
5 Johanes
Situmeang 2014
Analisis PT. Smartfren
Telecom Tbk dan PT. XL
Axiata Tbk yang
melakukan merger dan
akuisisi Return on
Equity, Return on
Assets, Current
Ratio, Debt to Total Asets
Ratio, Debt to Total
Equity Ratio Paired
Sample t-test Tidak ada perbedaan
kinerja keuangan sebelum dengan
sesudah merger dan akuisisi
2.4 Kerangka Konseptual