BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memasuki era globalisasi dan pasar bebas, persaingan atau kompetisi usaha diantara perusahaan-perusahaan yang ada semakin ketat. Kondisi demikian
menuntut setiap perusahaan untuk selalu mengembangkan strateginya agar dapat bertahan hidup, berkembang dan bersaing dalam menjalankan tujuan bisnis. Salah
satu usaha untuk menjadi perusahaan yang besar dan kuat adalah melalui proses ekspansi, yaitu salah satunya dengan pengambilalihan usaha berupa akuisisi.
Menurut Pardede 2011:629 pengambilalihan perusahaan lain dilakukan dengan alasan utama yaitu untuk mendapatkan sinergi. Sinergi berarti bahwa
manfaat yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan yang melakukan akuisisi lebih besar dari penjumlahan manfaat yang diberikan oleh masing-masing
perusahaan sebelum akuisisi. Berdasarkan objek yang diakuisisi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu akuisisi saham dan akuisisi aset,
Akuisisi merupakan pengambilalihan takeover sebagian atau keseluruhan saham perusahaan lain sehingga perusahaan pengambilalih mempunyai hak
kontrol atas perusahaan target. Perusahaan melakukan akuisisi harapannya agar kinerja keuangan perusahaan dapat meningkat.
Salah satu penyebab terjadinya akuisisi antara lain adalah karena persaingan usaha, memperluas ukuran perusahaan dan persaingan ekonomi, meningkatkan
teknologi yang dimiliki suatu perusahaan dan keinginan perusahaan untuk mengalihkan bisnisnya ke bisnis baru.
Selain dari beberapa motif sebelumnya, Sinuraya 1999:180-181 juga mengemukakan alasan-alasan dilakukannya akuisisi yaitu untuk bisa beroperasi
dengan lebih ekonomis, memperoleh manajemen yang lebih baik, penghematan pajak yang belum dimanfaatkan, dan untuk memanfaatkan dana yang
mengganggur. Alasan-alasan tersebut mungkin tidak mutually exclusive tetapi dipertimbangkan bersama-sama.
Di Indonesia akuisisi semakin banyak dilakukan seiring dengan majunya pasar modal. Pada dasarnya akuisisi adalah suatu fenomena tersendiri yang
dikenal dan berkembang bukan hanya di Indonesia, tapi hampir seluruh belahan dunia sejalan dengan berkembangnya dunia bisnis.
Menurut Dharmasetya dan Sulaimin 2002 motivasi yang melatarbelakangi perusahaan melakukan akuisisi tertuang dalam beberapa teori, antara lain:
1. Teori Efisiensi
2. Teori Diversifikasi
3. Teori Kekuatan Pasar
4. Teori Keuntungan Pajak
5. Teori Undervaluation
6. Teori Prestise
Dalam pelaksanaan akuisisi, perusahaan harus mempertimbangkan kinerja keuangan perusahaan yang akan akuisisi. Karena dari kinerja keuangan,
perusahaan dapat menilai pantas atau tidak calon perusahaan yang akan akuisisi.
Perhitungan kinerja keuangan tersebut dapat dilakukan dengan melihat rasio- rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut antara lain yaitu return on investment,
return on equity, debt to equity ratio, total asset turnover, dan current ratio. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan akuisisi
biasanya akan tampak pada kinerja keuangan perusahaan.
Tabel 1.1 Perubahan Kinerja Keuangan Perusahaan Publik Sebelum dan Sesudah
Akusisi
Nama Perusahaan Rasio
Keuangan Kinerja Keuangan
1 tahun sebelum
akuisisi 1 tahun
sesudah akuisisi
2 tahun sesudah
akuisisi PT Astra
Internasional Tbk
ASII ROI
0,11 0,14
0,12 ROE
0,25 0,28
0,25 DER
1,00 1,02
1,03 TATO
1,11 1,06
1,03 CR
1,37 1,36
1,40 PT Unilever
Indonesia Tbk UNVR
ROI 0,39
0,40 0,40
ROE 0,84
1,22 1,26
DER 1,15
2,02 2,14
TATO 2,26
2,28 2,30
CR 0,85
0,67 0,70
PT Citra Tubindo Tbk
CTBN ROI
0,07 0,13
0,14 ROE
0,16 0,24
0,25 DER
1,43 0,88
0,82 TATO
0,78 0,75
0,89 CR
1,38 1,79
1,79 PT Charoen
Pokphand Indonesia Tbk
CPIN ROI
0,34 0,22
0,16 ROE
0,50 0,33
0,25
Sumber : www.idx.co.id data diolah, 2015
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa beberapa perusahaan yang melakukan akuisisi dari tahun 2010-2011 mengalami perbedaan kinerja keuangan yang dapat
dilihat dari rasio-rasio keuangannya. Terjadi perubahan yang tidak merata pada perusahaan sebelum maupun
sesudah akuisisi pada rasio-rasio keuangan yang diproksikan dengan ROI, ROE, DER, TATO, dan CR. Beberapa perusahaan sesudah akuisisi ada yang mengalami
peningkatan pada rasio-rasio keuangannya, tetapi ada pula yang mengalami penurunan.Untuk Return on Investment ROI, perusahaan yang mengalami
peningkatan adalah UNVR dan CTBN, sedangkan yang mengalami penurunan adalah ASII dan CPIN. Untuk Return on Equity ROE, perusahaan yang
mengalami peningkatan adalah UNVR dan CTBN, sedangkan yang mengalami penurunan adalah ASII dan CPIN. Untuk Debt to Equity Ratio DER, perusahaan
yang mengalami peningkatan adalah ASII, UNVR dan CPIN, sedangkan yang mengalami penurunanan adalah CTBN. Untuk Total Asset Turn Over TATO,
perusahaan yang mengalami peningkatan adalah UNVR dan CPIN, sedangkan yang mengalami penurunan adalah ASII dan CTBN. Untuk Current Ratio CR,
perusahaan yang mengalami peningkatan adalah CTBN dan CPIN, sedangkan yang mengalami penurunanan adalah ASII dan UNVR.
Payamta dan Setiawan 2004 membuktikan bahwa kinerja perusahaan manufaktur setelah melakukan merger dan akuisisi ternyata tidak mengalami
perbaikan dengan sebelum melaksanakan merger dan akuisisi. Hasil pengujian ini juga diperkuat dengan hasil pengujian terhadap abnormal return perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi.
Abnormal return sesudah pengumuman merger dan akuisisi bernilai negatif, sedangkan abnormal return sebelum pengumuman merger dan akuisisi bernilai
positif. Artinya kinerja perusahaan dari sisi kinerja saham mengalami penurunan setelah pengumuman merger dan akuisisi.
Helga dan Salamun 2006 melakukan penelitian pada 30 sampel perusahaan go public yang melakukan merger dan akuisisi selama tahun 2000-2002 untuk
mengetahui apakah peristiwa merger dan akuisisi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas
merger dan akuisisi yang dilakukan perusahaan yang sudah go public tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengumuman merger dan akuisisi. Dari
penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa secara kumulatif peristiwa merger dan akuisisi tidak menciptakan peningkatan kemakmuran bagi pemegang saham
perusahaan pengakuisisi yang diukur dengan abnormal return. Peneliti lain yang menggunakan rasio keuangan adalah Usadha dan Yasa
2009 yang menggunakan rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas. Penelitian dilakukan terhadap 10 perusahaan go public yang tercatat
di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2001-2002. Peneliti menemukan bahwa current ratio dan return on investment secara statistik mengalami penurunan
secara signifikan setelah melakukan merger dan akuisisi, sedangkan debt to equityratio yang mengalami peningkatan yang signifikan pada periode satu tahun
setelah merger dan akuisisi. Hasil tersebut mencerminkan terjadinya penurunan kinerja perusahaan setelah melakukan merger dan akuisisi dan tidak menghasilkan
nilai tambah atau sinergi.
Berdasarkan hasil yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis mengambil judul “Analisis Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia yang
melakukan akuisisi”.
1.2 Perumusan Masalah