Karakteristik Informan tentang Pola Pencarian Pengobatan

BAB V PEMBAHASAN Pandangan masyarakat tentang batasan sehat maupun batasan sakit tidak selalu sama di antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Pandangan ini menyebabkan masyarakat tidak selalu melakukan cara yang sama dalam hal menyemb uhkan penyakit yang diderita. Data berdasarkan hasil penelitian Tukim an dan Jumirah 2001 dalam Sitorus 2003 tentang “Perilaku masyarakat terhadap timbulnya gejala penyakit” diketahui bahwa ketika mengalami sakit ada sebanyak 5 yang membiarkan penyakitnya tanpa melakukan pengobatan, 5 melakukan pengobatan dengan cara sendiri, diobati dengan jamu sebanyak 9, memakai obat bebas sebanyak 63, pergi ke dokterpuskesmas sebanyak 18. Artinya ketika mengalami sakit, sebagian besar orang-orang akan melakukan pengobatan dengan berbagai cara. Proses yang dilakukan anggota masyarakat dalam mencari pemecahan terhadap masalah kesehatan yang dialami, dilakukan dengan cara memanfaatkan pengobatan medis dan non medis sebagai pilihan dalam berobat, bahkan ada yang menggabungkannya dalam proses pengobatan. Pola pengobatan yang dilakukan didasarkan kuat oleh pola pencarian pengobatan yang dipahami.

5.1 Karakteristik Informan tentang Pola Pencarian Pengobatan

1. Umur Dari hasil penelitian umur informan bervariasi antara 27 – 63 tahun, dimana ditemukan golongan umur tersebut memilih pengobatan medis maupun non medis 51 Universitas Sumatera Utara dalam mengobati penyakit yang dialaminya. Dalam memilih jenis pengobatan antara informan yang berumur dewasa muda 50 tahun ataupun dewasa tua 50 tahun tidak ada perbedaan yang mendasar terhadap kepercayaan dan keyakinan akan jenis pengobatan medis maupun non medis. Pemilihan jenis pengobatan di dasarkan pada jenis penyakit yang di derita. Kesimpulan ini dapat kita lihat dari pernyataan informan kelompok umur dewasa muda 50 tahun ataupun dewasa tua 50 tahun, bahwa yang namanya sakit harus segera diobati, sebagai berikut : “ Ya paling sering batuk lah, sakit kepala, flu.Ya gitulah yang sering biasanya pengalaman dari dulu.Biasanya berobat sendiri dulu dibeli obat dari apotik,kalau tidak sembuh baru pergi kebidan a tau kedokter. Kadang kadang mau trus sembuh dia kalau kutahankan gitu.kalau masih ringan-ringannya biasanya trus sembuh gitu.kek batuk ginilah aku, kutahankan ajanya,sembuh nya dia. Aku karna ma sih tahannya makanya gak pala kubawa ke bidan langsung, tapi lain hal kalau dah gak sembuh atau gak kuat aku,barulah pergi. ”. Matrix 4.2 informan 1: pernyataan untuk usia 50 tahun “ Bah biasanya sakit badanlah, kalau enggak demam,batuk, flu. Gak ada aku berobat,kutahan tahan aja kek gitu,enggak ada uang.Bah kek manalah kubuat kalau dah sakit kali, bah obat-obat alami itulah kumakan,obat tradisional.Ngikuti yang zaman dulu itu pengobatannya. Misalnya sakitlah perutku,bah daun jambu itulah yang kuminum. Kalau gak sembuh juga baru lah ke bidan aku. Kalau aku kutahan tahannya dulu,kek manalah gara-gara uang ini. ” Matrix 4.2 informan 2 ; pernyataan untuk usia ≥ 50 tahun . Pencarian pengobatan yang dilakukan informan ketika mereka sedang sakit adalah berdasarkan kepercayaan dan keyakinan masing-masing bukan karena tingkat umur seperti yang disebutkan Kalengi 1994, bahwa masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional sebagaian besar pada kelompok umur tua, karena pengobatan tradisional tersebut biasanya diperoleh secara turun-temurun atau berdasarkan pengalaman. Universitas Sumatera Utara 2.Jenis Kelamin Dari 5 orang informan, 1 orang berjenis kelamin laki-laki dan 4 orang berjenis kelamin perempuan. Dalam hal pencarian pelayanan pengobatan, menurut hasil penelitian yang dilakukan, laki-laki lebih menganggap bahwa semua penyakit memang harus diobati, namun tergantung dengan tingkat keparahan suatu penyakitnya. Sedangkan perempuan menganggap bahwa ada beberapa penyakit yang memang tidak perlu dibawa berobat, hanya dibiarkan saja. Kesimpulan ini didapat dari pernytataan sebagai beriku: “Se mua penyakit diobatinya, tapi kan ada yang parah ada yang tidak parah. Yang gak parah itu bisalah ke alternatif kalau yang parah kedokter lah” Matriks 4.4 Informan 1 Laki-laki “Bah adalah sakit yang gak perlu diobati, bah sakit perutku inilah sama pusin g pun gak palanya diobati. Karna kan aku kuat masih menahan, masih sanggupnya, gak perlu rasaku berobat, bah uang pun jadi alasan juganya. Aku suka, aja biar gak repot juga aku berobat. Matriks 4.4 Informan 2 Perempuan Meskipun demikian, baik laki-laki ataupun perempuan cenderung melakukan pengobatan sendiri terlebih dahulu untuk menyembuhkan penyakit mereka. Ketika mereka sudah tidak sanggup untuk menahan sakit yang mereka rasa, ketika itu juga mereka akan menggunakan pelayanan kesehatan tradisional atau pun pengobatan medis modern. Jadi jenis kelamin memengaruhi pola pencarian pengobatan di desa Doloksaribu Lumban Nabolon. 3.Penghasilan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ternyata di desa ini penghasilan relatif rendah dan tidak menentu. Hal ini juga menjadi pertimbangan informan dalam hal memilih pengobatan ketika sakit. Universitas Sumatera Utara Kesimpulan yang didapat berdasarkan pernyataan berikut: “Aku sering sakit maag,baru itu mataku juga pernah sakit. Demam pun iya sama pilek. Beli obat sendirilah dulu, baru kebidan. Gak pernah kerumah sakit. Kadang malasnya aku ke dokter, ditunjukkan ini sakitku, aduhh streslah aku nanti makin parahlah nanti. Uang pun gak ada kan, gak cukup duitku, itulah yang kupikir pikir. Kek ginilah, kalau kita mau baju baru, tapi gak ada duit, kan mana bisa. Samalah kayak berobat ini. Aku lebih seringnya menahan, dan sembuh memang. Gak ada lagi kambuh,makanya sering kutahan.Umpanya batuk aku, kubikin bikinlah obat, percaya aku sembuh, bah sembuh aku. Berdampak baiknya yang kurasakan sejauh ini. .”. Matriks 4.2 Informan 3 berpenghasilan Rendah “ Flu lah, batuk, demam. Pernah juga aku sakit kupingku gara -gara radiasi HP. Kalau itu, kedokter aku walaupun mahal. Ditunggu dulu biasanya, ditahan dulu beberapa hari,kalo gak kuat lagi baru ke bida n. Karena masih ringan itu kurasa sakitnya, paling karna pertukaran cuaca aja makanya sakit,makanya ditahankan aja. Paling minum air putih lah biar kuat daya tahan tubuh. Kalau enggak, kutanya kawan kawanku biasanya obat apanya dibuat untuk sakitku ini. Kubaca juganya dari internet atau buku gitu. Dampaknya yah sejauh ini masih baiklah makanya tetap dipertahankan Martiks 4.2 informan4 yang berpenghasilan tinggi Dari pernyataan informan tersebut dapat diketahui bahwa informan yang berpenghasilan tinggi maupun rendah ketika proses pengobatan masih dapat dilakukan dengan cara pengobatan non medis baik dengan cara pengobatan tradisional maupun pengobatan sendiri, maka akan memilih pengobatan non medis karena biayanya relatif lebih murah. Penghasilan juga menentukan seseoraang dalam menggunakan pelayanan pengobatan di Desa Doloksaribu Lumban Nabolon. Hal ini senada dengan pandangan Noto Siswoyo dan Mulyono 1995, pemanfaatan pengobatan tradisional sangat baik dan merupakan salah satu sosialbudaya dan dapat digolongkan sebagai teknologi tepat guna karena bahan- bahan yang deperlukan terdapat disekitar masyarakat sehingga mudah didapat, murah biayanya dan mudah menggunakannya tanpa memerlukan peralatan yang mahal. Universitas Sumatera Utara 4.Kepercayaan Kepercayaan menjadi faktor yang menentukan seseorang dalam memanfaatkan pelayanan baik secara medis modern ataupun melakukan pengobatan tradisional bahkan ada yang melakukan pengobatan sendiri. Perbedaan pelayanan yang digunakan berbeda sesuai dengan kepercayaan masing-masing informan. Kalau kita percaya adalah penyakit yang gak perlu diobati,ya kayak sakit kepala ku kusut- kusut sembuhnya, kalau batuk aku obat alami lah. Mataku ini pun gak pernahnya kuobati. Karna gak ada itu uang, ditahan tahanlah dulu.aku pun takutnya berobat nanti jumpa lah sama sakitku,streslah aku hahah. sakit gigi pun kutahankan ajanya. Karna aku pun percaya aku sembuh, ya sembuh lah aku. Matriks 4.4 Informan 3 „ Menurut aku ya kayak kesurupan kayak pikiran gak tenang dibikin orang. Aku kedokter gak sembuh, pergi aku ke tradisional disuruh rebus rempah-rempah gitu akhirnya sembuh dia, ya sesuai keyakinan kita nya itu semuanya .Matriks 4.7 informan 4 Menurut hasil wawancara diatas, informan mempunyai konsep kepercayaan masing-masing terhadap penyakit yang dialami nya. Ketika mereka percaya bahwa penyakit itu akan sembuh tanpa dilakukan pengobatan, maka mereka tidak perlu melakukan pengobatan apapun dan hanya melakukan pengobatan sendiri di rumah atau sekedar membeli obat dari warung. Begitu juga perbedaan konsep penyebab penyakit. Informan percaya bahwa penyakit yang dialami berasal dari orang lain atau dengan kata lain ”santet”, informan tidak membawanya ke pengobatan medis modern. namun mereka memanfaatkan pelayanan tradisional yaitu dukun atau “datu” dalam bahasa batak Toba. Mereka meyakini bahwa sakit yang dibuar orang atau “santet” tidak bisa disembuhkan oleh dokter. Dan hanya bisa disembuhkan oleh “ datu ”. Kepercayaan mereka terhadap konsep penyebab penyakit itu, membuat mereka lebih memilih Universitas Sumatera Utara untuk melakukan pengobat an tradisonal yaitu “ datu ”. Berikut pernyataan informan: Oh ada nya itu memang, guna-guna gitu trus kalau datang aruah opung atau orang mati gitu. Bah karna gak sembuh dari mantri, bah ke dukunlah pergi. Adanya langsung sembuh kalau pas pengobatannya, kayak pergi gitu ke kuburan opungnya untuk ziarah langsung sembuhnya Matriks 4.5 Informan 2 5. Pengalaman Sebagian besar informan mengambil tindakan pola pencarian pengobatan didasarkan pada pengalaman yang pernah dirasakannya, baik itu untuk menunda proses pengobatan, tidak melakukan proses pengobatan, memilih pengobatan kecara tradisional, medis maupun mengkombinasikan kedua jenis pengobatan tersebut. Berikut pernyataan dari informan: “ Ya paling sering batuk lah, sakit kepala, flu.Ya gitulah yang sering biasanya pengalaman dari dulu.Biasanya berobat sendiri dulu dibeli obat dari apotik,kalau tidak sembuh baru pergi kebidan atau kedokter. Kadang kadang mau trus sembuh dia kalau kutahankan gitu.kalau masih ringan-ringannya biasanya trus sembuh gitu.kek batuk ginilah aku, kutahankan ajanya,sembuh nya dia. Aku karna ma sih tahannya makanya gak pala kubawa ke bidan langsung, tapi lain hal kalau dah gak sembuh atau gak kuat aku,barulah pergi. Matriks 4.2 Informan 1 Pengalaman menjadikan seseorang belajar dan biasanya menjadi kebiasaan. Begitu juga dalam memilih pengobatan yang baik untuk dirinya. Informan lebih memilih untuk melakukan pengobatan sendiri terlebih dahulu untuk menyembuhkan penyakitnya. Pengalaman inilah yang membuat mereka menjadi terbiasa untuk melakukan pengobatan sendiri itu. Dan ketika mereka merasa tidak sanggup menahan sakit, barulah mereka memadukan dengan jenis pengobatan Universitas Sumatera Utara lain. Pengalaman menjadi pelajaran bagi informan dalam memilih melakukan pengobatan terhadap dirinya. 5.Dukungan Budaya Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa budaya yang ada di masyarakat juga menjadi faktor yang menentukan informan dalam pola pencarian pengobatan, hal itu terlihat dari pernyataan informan berikut : “Bah biasanya sakit badanlah, kal au enggak demam,batuk, flu. Gak ada aku berobat,kutahan tahan aja kek gitu,enggak ada uang.Bah kek manalah kubuat kalau dah sakit kali, bah obat-obat alami itulah kumakan,obat tradisional.Ngikuti yang zaman dulu itu pengobatannya. Misalnya sakitlah perutku,bah daun jambu itulah yang kuminum. Kalau gak sembuh juga baru lah ke bidan aku. Kalau aku kutahan tahannya dulu,kek manalah gara -gara uang ini ”.Matriks 4.2 Informan 2 Masyarakat yang berdomisili di desa Doloksaribu sebgaian besar adalah bersuku batak Toba.Dalam kehidupan orang batak toba, mengenai pengobatan selalu sering dengan budaya dan ritual. Pada dasarnya masyarakat batak Toba lebih cenderung melakukan kuratif dari pada preventif. Sejak zaman dahulu, masyarakat sudah mengenal pengobatan tradisonal baik menggunakan ramuan atau pun kekuatan daru dukun yang dalam bahasa batak toba disebut”datu”. Datu adalah seorang yang mempunyai kemampuan supranatural. Datu mempunyai posisi terhormat karena kompetensinya dibidang pengobatan. Begitupun ketika ada informan yang menganggap bahwa penyakit yang terjadi karena disantet oleh orang, mereka menggunakan jasa datu tersebut. Dalam pengobatan batak toba juga dikenal menggunakan ramuan herbal yang disebut Tambar obat tradisional dari racikan daun atau akar pohon dan Taoar ramuan yang berkhasiat untuk obat penawar racun ataupun guna- guna. Universitas Sumatera Utara Namun kembali lagi kepada konsep penyebab penyakit. Menurut Foster dan Anderson 2005 konsep sakit pada masyarakat tradisonal dibagi atas dua kategori, yaitu personalistik munculnya penyakit karena intervensi dari makhluk halus atau makhluk halus, roh jahat, maupun sihir atau santet dan Naturalistik terjadinya penyakit karena ketidakseimbangan didalam tubuh.Contohnya seperti panas, dingin . Menurut hasil wawancara yang dilakukan, ada informan yang juga melakukan pengobatan tradisional yang memakai jasa dukun. Seperti pada pernyataan dibawah ini: Oh ada nya itu memang, guna-guna gitu trus kalau datang aruah opung atau orang mati gitu. Bah karna gak sembuh dari mantri, bah ke dukunlah pergi. Adanya langsung sembuh kalau pas pengobatannya, kayak pergi gitu ke kuburan opungnya untuk ziarah langsung sembuhnya. Matriks 4.5 Informan 2 Perbedaan konsep penyebab penyakit tetap menjadi faktor penting dalam pencarian pengobatan di Desa Doloksaribu. Begitu juga dengan budaya dalam masyarakat itu sendiri. 6.Dukungan teman atau keluarga Keluarga dan teman di masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan pelayanan kesehatan yang akan dipilih oleh anggota keluarganya. Hal ini didukung oleh pernyataan informan berikut : “ Pernah juga aku sakit kupingku gara -gara radiasi HP. Kalau itu, kedokter aku walaupun mahal. Ditunggu dulu biasanya, ditahan dulu beberapa hari,kalo gak kuat lagi baru ke bidan. Karena masih ringan itu kurasa sa kitnya, paling karna pertukaran cuaca aja makanya sakit,makanya ditahankan aja. Paling minum air putih lah biar kuat daya tahan tubuh. Kalau enggak, kutanya kawan kawanku biasanya obat apanya dibuat untuk sakitku ini. Kubaca juganya dari internet atau buku gitu. Dampaknya yah sejauh ini masih baiklah makanya tetap dipertahankan ” . Matriks 4.2 Informan 4 Universitas Sumatera Utara Hal ini berarti bahwa ikatan keluarga dan persahabatan yang kuat mendorong kita agar melakukan langkah yang sama ketika anggota keluarga mengalami sakit, walaupun terkadang kita sendiri merasa kurang yakin terhadap jenis pengobatan yang ditawarkan. Informan bertanya kepada teman tentang sakit yang di deritanya, barang kali dia bisa menemukan solusi untuk mengobati penyakitnya. Inilah yang disebut dengan Parokial struktur sosial dimana terdapat rasa kesukuan yang kuat, solidaritas persahabatan begitu juga didalam keluarga. Suku batak Toba dikenal mempunyai rasa solidaritas yang sangat kuat dan kokoh. Apalagi ketika mereka satu marga, maka akan tercipta rasa kesukuan yang khas. Hal ini juga menjadi salah satu faktor yang membuat informan bertanya tentang pengobatan yang harus dia lakukan, kepada kerabat atau teman. Selain itu meminta nasehat keluarga ketika menentukan pelayanan pengobatan merupakan kebiasaan yang ada di masyarakat Doloksaribu Lumban Nabolon. Keluarga menjadi orang yang mendukung informan dalam mencari pengobatan.

5.2 Pola Pencarian Pengobatan Informan

Dokumen yang terkait

TEAL NI TOBA DALAM PERSPEKTIF ERVING GOFFMAN (STUDI KASUS DI DESA LUMBAN HOLBUNG KECAMATAN ULUAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR).

0 1 18

Gambaran Pola Pencarian Pengobatan Penyakit Infeksi Pada Anak di Lumban Datu Kelurahan Patane III Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

0 1 18

Gambaran Pola Pencarian Pengobatan Penyakit Infeksi Pada Anak di Lumban Datu Kelurahan Patane III Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Pola Pencarian Pengobatan Penyakit Infeksi Pada Anak di Lumban Datu Kelurahan Patane III Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

0 0 9

Gambaran Pola Pencarian Pengobatan Penyakit Infeksi Pada Anak di Lumban Datu Kelurahan Patane III Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

0 0 28

Gambaran Pola Pencarian Pengobatan Penyakit Infeksi Pada Anak di Lumban Datu Kelurahan Patane III Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

0 0 4

Gambaran Pola Pencarian Pengobatan Penyakit Infeksi Pada Anak di Lumban Datu Kelurahan Patane III Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2016

0 2 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Konsep Perilaku - Gambaran Perilaku Masyarakat Dalam Pola Pencarian Pengobatan di Desa Doloksaribu Lumban Nabolon, Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2015

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG - Gambaran Perilaku Masyarakat Dalam Pola Pencarian Pengobatan di Desa Doloksaribu Lumban Nabolon, Kecamatan Uluan Kabupaten Toba Samosir Tahun 2015

0 0 9

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM POLA PENCARIAN PENGOBATAN DI DESA DOLOKSARIBU LUMBAN NABOLON KECAMATAN ULUAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2015 SKRIPSI

0 0 13