mengasumsikan adanya hubungan yang positif antara penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak terhadap
suatu persoalan. Agenda setting menonjolkan isu apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting juga oleh masyarakat. Apa yang dilupakan media,
akan luput dari perhatian masyarakat.
9
Ada tiga proses agenda setting
10
: 1
Media agenda di mana isu didiskusikan dalam media 2
Public agenda ketika isu didiskusikan dan secara pribadi sesuai dengan khalayak
3 Policy agenda pada saat para pembuat kebijakan menyadari
pentingnya isu tersebut Realitas yang dihadirkan media massa, harusnya dilihat oleh khalayak
sebagai realitas tangan kedua second hand reality. Realitas yang diterima khalayak ini bukan realitas yang sesungguhnya, melainkan sesuatu yang dianggap
sebagai realitas semu. Fakta semu inilah yang dianggap sebagai fakta oleh publik, sebab publik tidak mungkin melihat langsung fakta sesungguhnya selain yang
disajikan oleh media massa. “Sebagaimana diketahui bahwa setiap orang adalah representasi dari
budaya masyarakatnya, maka representasi media massa adalah representasi budaya para redaktur dan desk sebuah media massa
dipengaruhi juga oleh kekuasaan kapitalisme termasuk budayanya, sehingga secara langsung nilai kapitalisme ikut mendominasi nilai-nilai
yang ada dalam pemberitaan media massa.”
11
C. Visi Misi Organisasi Media Massa
Thomas S. Bateman dan Scott A Snell mendefinisikan visi sebagai strategic vision yang bergerak melampaui pernyataann misi untuk menunjukkan
9
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi Bandung : Rosda Karya, 2004, h. 68.
10
http:en.wikipedia.orgwikiAgenda-Setting theory diakses pada 9 Mei 2009
11
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 229.
suatu perspektif tentang arah perusahaan dan ingin menjadi seperti apa perusahaan tersebut. Sedangkan misi didefinisikan sebagai tujuan dasar dan nilai suatu
organisasi, sesuai dengan lingkup operasinya.
12
Sementara itu, visi dan misi media secara khusus, harus mencakup tiga hal penting, yaitu :
1 Visi Ekonomi
Visi ekonomi, yaitu tujuan yang berkaitan dengan posisi keuangan sebuah organisasi media massa dan terfokus pada penerimaan,
pengeluaran dan keuntungan 2
Visi Service Visi
service, yaitu tujuan yang berhubungan dengan produk jurnalistik yang dapat menarik pembaca dan dapat direspon sesuai
dengan kepentingan dan kebutuhan mereka. Tujuan ini merupakan bentuk kontribusi dari organisasi media massa tersebut bagi kehidupan
masyarakat 3
Visi Personal Visi Personal, yaitu tujuan yang berhubungan dengan individu
yang dipekerjakan oleh organisasi media massa tersebut.
D. Berita
1. Pengertian Berita
Berita merupakan hal atau peristiwa yang terjadi di dunia, oleh karena itu semua media baik cetak maupun elektronik selalu menyajikan berita atau
informasi yang dipublikasikan kepada khalayak. Tidak ada pengertian khusus
12
http:digilib.petra.ac.idviewer
,
diakses pada 24 Juni 2009
mengenai berita, namun ada beberapa pendapat yang mendefinisikan tentang apa itu berita.
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat membagi definisi berita berdasarkan wilayah kekuatan dunia, yakni berdasarkan pers Timur dan
pers Barat. Dalam pers Timur, berita adalah suatu “proses”, proses yang ditentukan arahnya. Tidak didasarkan pada maksud untuk memuaskan nafsu
“churiosity’ segala sesuatu yang “luar biasa” dan “amazing”, melainkan pada keharusan ikut berusaha mengorganisasikan pembangunan dan pemeliharaan
negara sosialis. Bahkan Lenin memberikan definisi berita sebagai “a collective organizer, a collective agitator, a collective propagandist.”
13
Sedangkan pers Barat memandang berita itu sebagai “komoditi”, sebagai “barang dagangan” yang dapat diperjualbelikan. Oleh karena itu, sebagai barang
dagangan ia harus “menarik”, seperti yang dikemukakan oleh Lord Nortchliffe bahwa “News is anything out of ordinary” Berita adalah segala sesuatu yang
tidak biasa.
14
Selain itu, banyak yang mendefinisikan tentang berita. Asep Saeful Muhtadi mengutip Bruce D. Itule mendefinisikan berita dengan mengungkap
contoh, berita adalah “man bites dog”, dengan kata lain berita merupakan sesuatu yang memang belum pernah terjadi, atau belum pernah didengar sebelumnya.
15
13
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik; Teori dan Praktek, Bandung: Rosda,2005, h. 32
14
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik; Teori dan Praktek,.h. 33
15
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik; Pendekatan Teori dan Praktek, Jakarta: Logos, 1999 h. 108
Sedangkan Sudirman Tebba menyatakan bahwa berita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal,
yaitu peristiwa dan jalan ceritanya. Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita.
16
Paul De Massener dalam buku Here’s The News: Unesco Associate yang dikutip oleh AS Haris Sumadiria, menyatakan bahwa news atau berita adalah
sebuah informasi yang penting dan menarik serta minat khalayak pendengar. Juga menurut Charnley dan James M. Neal menjabarkan bahwa berita adalah laporan
tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada
khalayak.
17
Pada leksikon komunikasi, berita didefinisikan sebagai berikut: 1.
Fakta atau gagasan yang dapat menarik perhatian orang banyak dan tepat waktunya disiarkan.
2. Pernyataan yang bertujuan untuk memberitahu.
3. Laporan tentang peristiwa atau pendapat yang disiarkan atau untuk
diketahui secara umum.
18
16
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, Jakarta: Kalam Indonesia, 2005 h. 55
17
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature, Bandung: Remaja Rosda Karya, cet. kedua 2006 h. 64
18
Harimukti Kridaksana, ed, Leksikon Komunikasi, Jakarta: PT Pradya Paramita, 1984, h. 20
Kustadi Suhendang memandang berita sebagai laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang
banyak.
19
Robert Park membatasi berita sebagai laporan tentang peristiwa yang luar biasa atau tidak terduga. Dennis McQuail mengatakan ”semua peristiwa yang
dilaporkan sebagai berita yang bersifat luar biasa atau paling sedikit tak terduga sebagai syarat yang lebih penting ketimbang ’signifikan nyata’ berita sendiri.
20
2. Nilai Berita
Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta adalah berita.
21
Ada faktor-faktor tertentu mengapa berita ini layak dipublikasikan sedangkan berita itu
tidak, berita memiliki beberapa kriteria nilai apa saja yang lazim dipakai dalam memilih berita.
Menurut Downie JR dan Kaiser yang dikutip Septiawan Santana K, nilai berita merupakan istilah yang tidak mudah untuk didefinisikan. Istilah ini meliputi
segala sesuatu yang tidak mudah dikonsepsikan. Ketinggian nilainya tidak mudah untuk dikongkretkan. Nilai berita juga menjadi rumit bila dikaitkan dengan
sulitnya membuat konsep berita.
22
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat menjelaskan nilai- nilai berita sebagai berikut:
• Aktualitas Timeliness, bagi sebuah surat kabar, semakin aktual berita-
19
Kustandi Suhendang, Pengantar Jurnalistik; seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik, Bandung: Nuansa, 2004, h. 103
20
Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa; Suatu Pengantar, Jakarta: Erlangga, 1996, h. 190
21
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature. h. 63
22
Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005 h. 17
beritanya, semakin baru peristiwanya terjadi, semakin tinggi nilai beritanya. Saat ini ada surat kabar menerapkan kebijakan untuk dua kali
terbit dalam sehari pagi dan sore, seperti yang dilakukan oleh Koran Seputar Indonesia dan Kompas.
• Kedekatan Proximity, peristiwa yang mengandung unsur kedekatan dengan pembaca, akan menarik perhatian. Unsur kedekatan ini tidak harus
dalam pengertian fisik, tapi juga bisa kedekatan emosional, misalnya, penderitaan kaum muslim di palestina akan menggugah kaum muslim di
Indonesia meski secara fisik letak kedua Negara sangat jauh. Semakin dekat lingkaran itu ke tempat jatuhnya batu, semakin kuat pula lingkaran
gelombangnya, kian dekat dengan pembaca, kian menarik berita itu. Oleh karena itu saat ini semakin menjamurnya Koran-koran yang berskala lokal
di beberapa daerah. • Keterkenalan Prominence, kejadian yang menyangkut tokoh terkenal
prominent names memang akan banyak menarik pembaca, ”personages make news” dan ”news about prominent persons make copy” “tokoh
membuat berita” dan ”tokoh-tokoh terkenal membuat naskah berita”. Misalnya presiden Soesilo Bambang Yudhoyono terjatuh ketika bermain
Sepak Bola, bisa menjadi berita, tetapi kalau hal serupa dialami oleh seorang sipil meski bernama sama, tak banyak orang yang
menghiraukannya.
Nama-nama terkenal ini tidak harus diartikan orang saja, tapi bisa juga tempat-tempat terkenal, peristiwa-peristiwa terkenal, tanggal-tanggal
terkenal dan situasi-situasi terkenal memiliki pula nilai berita yang tinggi. • Dampak Consequence, ungkapan bahwa berita adalah sejarah dalam
keadaannya yang tergesa-gesa, pentingnya mengukur luasnya dampak dari suatu peristiwa. Peristiwa yang memiliki dampak luas terhadap
masyarakat. Untuk mengukur luasnya dampak yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa ini juga dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan,
berapa banyak manusia yang terkena dampaknya? seberapa luas? Dan untuk berapa lama? jawaban terhadap pertanyaan ini akan menentukan
apakah kita menghadapi berita besar atau berita biasa. • Human interest, dalam berita human interest terkandung unsur yang
menarik empati, simpati, atau menggugah perasaan khalayak yang membacanya. Tidak ada satu pun berita bisa dimuat dalam surat kabar
kecuali berita itu memiliki unsur human interest.
23
Sedangkan menurut Luwi Ishwara, peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai berita yakni:
• Konflik, kebanyakan konflik adalah berita. Konflik fisik seperti perang adalah layak berita karena adanya kerugian dan korban. Kekerasan itu
sendiri membangkitkan emosi dari yang menyaksikan dan mungkin ada kepentingan langsung. Asep Saeful Muhtadi menyatakan sesuatu
23
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik….h. 61
pergolakan memang selalu menimbulkan perhatian masyarakat.
24
• Kemajuan dan bencana, menurutnya dari konflik biasanya muncul pihak yang menang dan pihak yang kalah. Demikian pula berita bencana alam
seperti tsunami di Aceh, banjir yang melanda perkotaan maupun pedesaan, dan lain-lain.
• Konsekuensi, semua peristiwa yang layak menjadi berita mempunyai konsekuensi, suatu peristiwa yang mengakibatkan timbulnya suatu
rangkaian peristiwa yang mempengaruhi orang banyak adalah layak berita. • Kemasyhuran dan terkemuka, bahwa suatu nama bisa membuat berita dan
nama besar membuat berita lebih besar. • Saat yang tepat dan kedekatan, sebagai ukuran yang diterapkan pada
semua peristiwa dalam membedakan berita dari yang bukan berita. • Kegan jilan, yakni kejadian atau peristiwa yang tidak biasa.
• Human interest • Seks, faktor ini umum untuk dipertimbangkan oleh para editor sebagai
nilai berita, bila dihubungkan dengan orang terkenal.
25
Misalnya kisah skandal seks mantan presiden AS Bill Clinton.
3. Jenis Berita dan Konsep Berita
Berbagai elemen nilai berita tersebut harus dipaparkan dengan bahasa dan pelaporan berita. Yang tata cara penulisannya tidak sama dengan penulisan
makalah, atau laporan pertanggungjawaban.
24
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek. h. 153
25
Luwi Ishwara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, Jakarta: Kompas, 2005 h. 53
Karena itu berita dibagi ke beberapa kategori, berita berat hard news dan berita ringan soft news.
26
Berita berat menunjuk pada peristiwa yang mengguncangkan dan menyita perhatian dan harus disampaikan secepat mungkin
seperti banjir, gempa, tsunami, dan lain-lain. Sedangkan berita ringan menunjuk kepada peristiwa unsur-unsur kemanusiaan, seperti pernikahan seorang waria,
kehidupan korban bencana, dan lain sebagainya. Menurut AS Haris Sumadiria berita dapat di kelompokkan kepada berbagai
jenis tertentu sesuai dengan tingkatannya: 1.
Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Misalnya sebuah peliputan langsung tentang kematian
mantan presiden Soeharto setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit.
2. Depth news report, laporan langsung suatu peristiwa secara
mendalam, wartawan mencari fakta-fakta lebih mengenai peristiwa itu sebagai informasi tambahan. Tentang kematian mantan presiden
Soeharto, reporter akan memasukan berita tentang kesehatan Soeharto selama dirawat sampai ia menghembuskan nafas terakhirnya.
3. Comprehensive news merupakan laporan tentang suatu peristiwa
secara menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Comprehensive news mencoba menggabungkan berbagai serpihan berita Straight news
dalam bangunan cerita peristiwa. 4.
Interpretative report, berita ini biasanya memfokuskan sebuah isu,
26
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia…. h. 66
masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial. 5.
Feature story, ialah kisah peristiwa atau situasi yang menimbulkan kegemparan atau imaji-imaji pencitraan.
27
Wartawan mencari fakta untuk menarik perhatian pembacanya, penulis feature menyajikan
suatu pengalaman pembaca reading experiences yang lebih bergantung pada gaya penulisan dari pada pentingnya informasi yang
disajikan. 6.
Depth reporting, pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual.
7. Investigative reporting, wartawan melakukan penyelidikan untuk
memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan. 8.
Editorial writing, adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang pendpat umum, editorial menyajikan berita fakta dan opini
yang menafsirkan berita-berita yang penting dan mempengaruhi pendapat umum.
28
Terdapat empat konsep yang harus dipenuhi oleh sebuah berita yang layak dipublikasikan. Yaitu:
1 Cepat, yakni aktual atau ketetapan waktu, hal ini terkandung
makna dari berita news, yakni sesuatu yang baru new. 2
Nyata faktual, yakni informasi tentang sebuah fakta bukan fiksi atau karangan. Fakta dalam dunia jurnalistik terdiri dari kejadian
nyata real event, pendapat opinion, dan pernyataan statement
27
Septiawan Santana K, Jurnalisme...h. 20
28
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia… h. 69-71
sumber berita. 3
Penting, artinya menyangkut kepentingan orang banyak.peristiwa yang berpengaruh pada masyarakat secara luas, perlu diketahui dan
diinformasikan kepada orang banyak. 4
Menarik, artinya mengundang orang untuk membaca berita yang kita tulis.
29
4. Proses Pencarian Berita dan Teknik Penulisan Berita
Proses kerja redaksional menentukan apakah suatu peristiwa memiliki nilai berita sesungguhnya atau tidak, seorang redaktur menentukan apa yang harus
diliputi, sementara seorang reporter menentukan bagaimana cara meliputnya dengan tahap pencarian dan penggarapan berita, setelah seluruh materi terkumpul,
maka tahap selanjutnya ialah melakukan penulisan dan penyuntingan editing. Sebelum seorang reporter turun ke lapangan, ia harus lebih dahulu
mendengarkan dari redakturnya tentang hasil rapat redaksi di pagi hari. Rapat pagi biasanya dipimpin oleh pemimpin redaksi atau redaktur pelaksana untuk
menentukan berita-berita apa saja yang harus diliput. Luwi Ishwara mengutip pernyataan mantan wartawan Wall Street Journal
Ronald Buel mengatakan bahwa proses jurnalisme mempunyai lima lapisan keputusan:
1. Penugasan data assignment, yang menentukan apa yang layak diliput
dan mengapa? 2.
Pengumpulan data Collecting, yang menentukan bila informasi itu
29
Asep Syamsul Romli, Jurnalistik Praktis, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001 h. 3
yang telah dikumpulkan itu cukup? 3.
Evaluasi data evaluation, yang menentukan apa yang penting untuk dimasukkan dalam berita?
4. Penulisan data writing, yang menentukan kata-kata apa yang perlu
digunakan? 5.
Penyuntingan data editing, yang menentukan berita mana yang perlu diberikan judul yang besar dan dimuat di halaman muka, tulisan mana
yang perlu dipotong, cerita mana yang perlu diubah.
30
Untuk membuat berita, paling tidak harus memenuhi dua syarat, yaitu: 1
Faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa, sehingga kebenaran tinggal sebagian saja.
2 Berita harus menceritakan segala aspek secara lengkap. Dalam
menulis berita dikenal ”satu masalah dalam satu berita”, artinya, suatu berita harus dikupas dari satu masalah saja monofacta dan
bukan banyak masalah multifacta karena akan menimbulkan kesukaran penafsiran, yang menyebabkan berita menjadi tidak
sempurna.
31
Dalam sebuah karya jurnalistik, gaya atau teknik penulisan perlu diperhatikan sebab dalam pekerjaan jurnalistik unsur kecepatan dan ketepatan
mutlak dijadikan patokan. Hal ini sesuai dengan unsur layak berita. Berbeda dengan sebuah penulisan novel atau drama atau semua penulisan yang bukan
berita, yang memulai jalan ceritanya dengan latar belakang jalannya berita yang
30
Luwi Ishwara, Catatan-Catatan …. h. 91-92
31
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002, h. 47-48
terus berkembang menuju klimaks. Berbeda halnya dengan penulisan berita yang dimulai dengan klimaks dalam alinea pertama atau biasa disebut lead, kemudian
berkembang menjadi rincian berita yang berfungsi sebagai pendukung dan pelengkap saja yang lazim disebut dengan tubuh berita.
Teknik melaporkan atau menulis berita merujuk kepada pola piramida terbalik, model menulis yang mengikuti bentuk segitiga yang terbalik, bagian
atasnya lebar, bagian bawahnya menyempit. Inti berita ditekankan di bagian awal, selanjutnya semakin ke bawah, menuju bagian akhir semakin tidak penting, hanya
sisipan-sisipan keterangan.
32
Tulisan gaya ini mengacu kepada unsur 5W+1H yakni apa What, siapa Who, kapan When, di mana Where, mengapa Why, dan bagaimana How.
Keenam unsur ini harus dinyatakan dalam kalimat yang ringkas, jelas, dan menarik, sehingga pembaca tinggal ”melahapnya” saja. Jika mempunyai banyak
waktu bisa membaca paragraf-paragraf lainnya dari yang penting hingga sama sekali tidak penting.
Pada Straight news pembukaan atau lead ditempatkan pada awal berita, yang isinya berupa fokus peristiwa atau ringkasan tentang apa yang terjadi.
33
Lead atau teras berita harus mencerminkan keseluruhan isi berita. Karena ia berada pada paragraf pertama yang bertujuan untuk memancing khalayak
pembaca untuk tertarik membaca informasi-informasi lainnya yang berada di
32
Septiawan Santana K, Jurnalisme...h. 22
33
Luwi Ishwara, Catatan-Catatan… h. 117
g sangat penting.
34
paragraf-paragraf selanjutnya tubuh berita. Friedlander dan Lee menyatakan informasi di puncak piramid lead merupakan informasi yan
Selain itu, ada teknik penulisan berita yang disebut piramida terbalik bertumpuk, maksudnya tidak semua unsur penting dalam berita ditempatkan di
bagian lead, tetapi disebar dalam semua bagian berita itu. Jadi, dalam setiap alinea berita ada unsur penting, sehingga khalayak tertarik mengikuti seluruh isi berita
itu dan bukan hanya leadnya.
35
E. Pengertian Surat Kabar
Surat kabar atau koran adalah barang cetakan yang berisi berita, informasi, dan pendidikan yang terbit secara kontinyu yang biasanya harian. Ada juga yang
berpendapat bahwa surat kabar adalah salah satu bentuk media cetak yang tidak dijilid, dalam ukuran normal tiap halaman terdiri 9 kolom. Ada yang terbit 8
halaman, 12 halaman, 16 halaman, dan ada yang lebih dari jumlah itu. Surat kabar adalah merupakan alat komunikasi massa dan tumbuhlah industri media massa
press, dimana perkembangannya mengikuti perkembangan masyarakatnya serta perkembangan teknologi.
36
34
Septiawan Santana K, Jurnalisme...h. 23
35
Sudirman Tebba, Jurnalistik…h. 60
36
Edwi Arief Sosiawan, Perkembangan Teknologi Komunikasi PDF Acrobat.com di akses pada tanggal 20 Desember 2009.
BAB III PROFIL SURAT KABAR REPUBLIKA
A. Sejarah serta Perkembangan Republika
Republika adalah koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas Muslim di Indonesia pada 4 Januari 1993. Penerbitan tersebut sebagai upaya
panjang kalangan umat Islam, khususnya wartawan profesional muda yang dipimpin oleh ex wartawan Tempo, Zaim Uchrowi. Kehadiran Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia ICMI dapat menembus pembatasan ketat pemerintah untuk izin penerbitan saat itu.
“Harian Umum Republika diterbitkan atas kehendak mewujudkan media massa yang mampu mendorong bangsa menjadi kritis dan berkualitas.
Yakni bangsa yang mampu sederajat dengan bangsa maju lain di dunia, memegang nilai-nilai spiritualitas sebagai perwujudan Pancasila sebagai
filsafat bangsa, serta memiliki arah gerak seperti digariskan UUD 1945.”
1
Nama Republika sendiri merupakan ide dari Presiden Soeharto, pada
awalnya harian ini akan diberi nama “Republik”. Penerbitan Republika menjadi berkah bagi umat. Sebelum masa itu, aspirasi umat tidak mendapat tempat dalam
wacana nasional. Kehadiran media ini bukan hanya memberi saluran bagi aspirasi tersebut, namun juga menumbuhkan pluralisme informasi di masyarakat. Karena
itu kalangan umat antusias memberi dukungan, antara lain dengan membeli saham sebanyak satu lembar saham per orang. PT Abdi Bangsa Tbk sebagai penerbit
Republika pun menjadi perusahaan media pertama yang menjadi perusahaan publik. Mengelola usaha penerbitan koran bukan perkara sederhana. Selain sarat
dengan modal dan sarat SDM, bisnis inipun sarat teknologi. Keberhasilan
1
Lampiran company profile Republika