untuk menempatkan proses komunikasi sebagai salah satu bagian dari dinamika sosial yang tidak merugikan masyarakat.
Dengan demikian, masyarakat bisa mengendalikan proses komunikasi yang terjadi di antara mereka. Tegasnya, dari sudut sosiologi, kebijakan
komunikasi memberdayakan masyarakat dalam melakukan proses komunikasi.
4
Lebih jelasnya Ana Nadhya Abrar mengungkapkan: Sesungguhnya kebijakan media massa termasuk kebijakan komunikasi,
yaitu kebijakan komunikasi yang menggunakan media massa. Sebagai kebijakan komunikasi, kebijakan media massa merupakan kebijakan
publik. Itulah sebabnya kebijakan media massa harus memiliki paling tidak lima kriteria, yaitu: 1 memiliki tujuan tertentu; 2 berisi tindakan
pejabat pemerintah; 3 memperlihatkan apa yang akan dilakukan pemerintah; 4 bisa bersifat positif dan negatif; dan 5 bersifat memaksa
otoritatif. Kalau kebijakan media massa tidak mengandung kelima kriteria ini, maka
kebijakan tersebut tidak lengkap dan akan menimbulkan masalah di belakang hari. Kebijakan seperti ini harus diubah. Proses perubahan kebijakan inilah yang
kemudian disebut advokasi kebijakan media massa.
5
B. Ideologi Media
Sebelum membahas lebih jauh mengenai ideologi media, alangkah lebih baik jika peneliti menjabarkan dahulu beberapa pengertian ideologi. Pemahaman
mengenai ideologi pastilah berbeda menurut para ahli, artinya penggunaan kata ideologi memiliki arti yang berbeda dan tidak ada keseragaman mengenai
pengertian ideologi.
4
Ana Nadhya Abrar. “Konsep Dasar Hukum Media Massa,” artikel ini diakses pada 1 maret 2010. http:ikuii.files.wordpress.com200802handout-1-konsep-dasar-hukum-media-
massa.pdf
5
Ana Nadhya Abrar. Konsep Dasar Hukum Media Massa.
Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Greek, terdiri atas kata idea dan logia. Idea berasal dari kata idein yang berarti melihat. Sedangkan logia
berarti pengetahuan atau teori. Ideologi menurut arti kata ialah pengucapan dari yang terlihat atau pengutaraan apa yang terumus di dalam pikiran sebagai hasil
dari pemikiran. Menurut Gramsci, ideologi lebih dari sekedar sistem ide. James Lull berpendapat, ideologi merupakan ungkapan yang paling tepat untuk
mendeskripsikan nilai dan agenda publik dari bangsa, kelompok agama, kandidat dan pergerakan politik, dll.
6
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti dari ideologi ialah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat
kejadian yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup atau cara berpikir seseorang atau suatu golongan.
Raymond William
mengklasifikasikan kata ideologi kedalam tiga
penggunaan utama :
7
1 Ideologi merupakan sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki
kelompok atau kelas tertentu. 2
Ideologi merupakan sebuah kesadaran palsu. 3
Ideologi merupakan proses umum produksi makna dan ide. Ideologi di sini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan produksi
makna.
6
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotika dan Framing Bandung : Rosdakarya, 2004 h. 64-65.
7
Doni, “Konstruksi Media Cetak Atas Realitas Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Baitul Muslimin Indonesia PDI-P di Harian Kompas dan Republika,” Skripsi S 1 Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008.
Penggunaan pertama lebih pada aspek psikologis. Penggunaan kedua, bisa mencakup media ideologis, yakni mencakup sistem-sistem pendidikan, politik,
hukum dan media massa. Aspek penggunaan ketiga, lebih menekankan pada istilah yang digunakan untuk melukiskan produk sosial atas makna.
Sphere of
legitimate controversy Sphere of
consensus Sphere
of Deviance
Uraian Gambar 1 Peta Ideologi Pamela J. Shoemaker
Peta ideologi Pamela J. Shoemaker, membagi jurnalistik ke dalam tiga bidang, yakni bidang penyimpangan sphere of deviance, bidang kontroversi
sphere of legitimate controversy, dan bidang konsensus sphere of consensus. Bidang terluar, yakni bidang penyimpangan, di mana dalam wilayah
penyimpangan, suatu peristiwa, gagasan atau perilaku realitas tertentu dikucilkan dan dipandang menyimpang. Berisi nilai yang dipahami bersama oleh
komunitas. Bidang yang paling tengah, yakni bidang kontroversi, di mana dalam wilayah kontroversi, suatu peristiwa, perilaku, atau gagasan realitas dipandang
menyimpang dan buruk. Dalam bidang ini, realitas masih diperdebatkan atau
dipandang kontroversi. Sedangkan bidang yang paling luar, yakni bidang konsensus, di mana dalam wilayah konsensus menunjukkan bagaimana realitas
tersebut dipahami dan disepakati secara bersama-sama sebagai realitas yang sesuai dengan nilai-nilai ideologi kelompok.
8
Teori ini menjelaskan bagaimana sebuah ideologi yang ada dalam sebuah media massa dapat mempengaruhi
bagaimana sebuah peristiwa dibingkai oleh media tersebut dalam membuat suatu kebijakan redaksional.
Ideologi sebuah media massa berupa citra ideal yang dikemas oleh media massa seperti fakta dan dipahami sebagai realitas kongkrit. Ideologi media massa
menghasilkan wacana media massa berupa konstruk kultural, termasuk berita surat kabar. Ideologi media dapat tercermin dari isi media massa berupa produk
dari media massa tersebut. Media massa mempunyai kemampuan untuk memilih dan memilah-milah
serta menentukan isu apa saja yang akan ditampilkan dan isu apa saja yang harus disembunyikan sesuai kebijakan redaksional medianya. Selain itu juga
menentukan isu apa yang harus ditonjolkan, sehingga isu tersebut dipandang penting oleh khalayak. Kemampuan media massa yang seperti itulah yang dikenal
sebagai kemampuan media massa menjalankan fungsi agenda setting. Teori
agenda setting ialah teori yang membahas mengenai dampak media efek komunikasi massa terhadap masyarakat dan budaya. Teori ini dikemukakan
oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw, dengan publikasi pertamanya “The Agenda Setting Function of The Mass Media”. Model agenda setting
8
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 127-128.
mengasumsikan adanya hubungan yang positif antara penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak terhadap
suatu persoalan. Agenda setting menonjolkan isu apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting juga oleh masyarakat. Apa yang dilupakan media,
akan luput dari perhatian masyarakat.
9
Ada tiga proses agenda setting
10
: 1
Media agenda di mana isu didiskusikan dalam media 2
Public agenda ketika isu didiskusikan dan secara pribadi sesuai dengan khalayak
3 Policy agenda pada saat para pembuat kebijakan menyadari
pentingnya isu tersebut Realitas yang dihadirkan media massa, harusnya dilihat oleh khalayak
sebagai realitas tangan kedua second hand reality. Realitas yang diterima khalayak ini bukan realitas yang sesungguhnya, melainkan sesuatu yang dianggap
sebagai realitas semu. Fakta semu inilah yang dianggap sebagai fakta oleh publik, sebab publik tidak mungkin melihat langsung fakta sesungguhnya selain yang
disajikan oleh media massa. “Sebagaimana diketahui bahwa setiap orang adalah representasi dari
budaya masyarakatnya, maka representasi media massa adalah representasi budaya para redaktur dan desk sebuah media massa
dipengaruhi juga oleh kekuasaan kapitalisme termasuk budayanya, sehingga secara langsung nilai kapitalisme ikut mendominasi nilai-nilai
yang ada dalam pemberitaan media massa.”
11
C. Visi Misi Organisasi Media Massa