Teori Konstruksi Realitas KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI

D. Teori Konstruksi Realitas

Istilah konstruksi atas realitas sosial menjadi terkenal setelah diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul The Sosial Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge tahun 1996. 11 Tesis utama Berger yaitu manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plural secara terus menerus. 12 Masyarakat tidak lain adalah produk manusia, namun secara terus-menerus mempunyai aksi kembali terhadap penghasilnya. Menurut Berger proses dialektis memiliki tiga tahapan: 13 a. Eksternalisasi yaitu ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik kegiatan mental ataupun fisik. Misalnya, manusia lahir dan terus berkembang. b. Objektivasi yaitu hasil yang telah dicapai baik mental ataupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Misalnya, produk yang dihasilkan oleh manusia. Seperti meja, kursi, ataupun bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi. 11 Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, h. 13. 12 Deddy Mulyana, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media , cet-5 Yogyakarta: LKiS, 2008, h.14. 13 Geger Riyanto, Peter L Berger: Perspektif Metateori Pemikiran Geger Riyanto, cet-1 Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2009, h. 110-111. c. Internalisasi yaitu penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Misalnya, manusia berinteraksi dan bersosialisasi. Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah dan juga tidak diturunkan oleh Tuhan. Melainkan dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman seperti ini, realitas berwajah ganda plural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda terhadap suatu realitas. 14 Realitas yang di maksud ini terdiri dari realitas obyektif, dan realitas subyektif. Realitas obyektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia obyektif yang berada di luar individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Sedangkan realitas subyektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas obyektif dan simbolis ke dalam individu melalui proses internalisasi. 15 Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Saat wartawan melakukan wawancara dengan narasumber di sana terjadi interaksi antara wartawan dan narasumber. Realitas hasil wawancara bukan hanya apa yang dikatakan oleh narasumber dan ditulis untuk dijadikan berita. Tetapi terdapat pula proses eksternalisasi: pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara membatasi pandangan narasumber. 14 Mulyana, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 15. 15 Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 24. Pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana media, wartawan, dan berita dapat dilihat, seperti: 16 Fakta Peristiwa Adalah Hasil Konstruksi. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan. Tidak ada realitas yang bersifat objektif, karena realitas tercipta dari pandangan tertentu. Karena fakta itu diproduksi dan ditampilkan secara simbolik, maka realitas tergantung pada bagaimana ia dilihat dan bagaimana fakta tersebut dikonstruksi. Media Adalah Agen Konstruksi. Dalam pandangan konstruksionis, media dilihat sebagai subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakannya. Melalui berbagai instrumen yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan. Berita Bukan Refleksi Dari Realitas. Dalam pandangan positivis, berita adalah informasi yang dihadirkan kepada khalayak sebagai representasi kenyataan. Sedangkan menurut pandangan konstruksionis berita itu bukan menggambarkan realitas yang ada, tetapi hasil dari konstruksi sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Realitas yang sama bisa menghasilkan berita yang berbeda dan cara pandang seseorang juga berbeda. Berita Bersifat Subjektif Konstruksi Atas Realitas. Hasil kerja jurnalistik dalam pandangan konstruksionis tidak bisa dinilai dengan menggunakan standar yang rigid. Hal ini dikarenakan berita adalah produk dari 16 Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 19. konstruksi dan pemaknaan atas realitas. Pemaknaan orang atas realitas bisa jadi berbeda dengan orang lain yang tentunya menghasilkan “realitas” yang berbeda juga. Wartawan Bukan Pelapor. Ia Agen Konstruksi Realitas. Dalam pandangan konstruksionis, wartawan tidak bisa menyembunyikan keberpihakannya, karena ia merupakan bagian intrinsik dalam pembentukan berita. Selain itu wartawan juga dipandang sebagai agen konstruksi. Karena wartawan bukan hanya melaporkan fakta, melainkan turut mendefinisikan peristiwa. Etika, Pilihan Moral, dan Keberpihakan Wartawan Adalah Bagian yang Integral Dalam Produksi Berita. Dalam pandangan konstruksionis aspek etika, moral dan nilai-nilai tertentu tidak mungkin dihilangkan dari pemberitaan media. Wartawan bukan hanya pelapor, karena disadari atau tidak ia menjadi partisipan dari keragaman penafsiran dan subjektivitas dalam publik. Karena fungsinya tersebut, wartawan menulis berita bukan hanya sebagai penjelas tetapi mengkonstruksi peristiwa dari dirinya sendiri dengan realitas yang diamati. Nilai, Etika, dan Pilihan Moral Peneliti Menjadi Bagian yang Integral dalam Penelitian. Sifat dasar dari penelitian yang bertipe konstruksionis adalah pandangan yang menyatakan peneliti bukanlah subjek yang bebas nilai. Pilihan etika, moral atau keberpihakan peneliti menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses penelitian. Khalayak Mempunyai Penafsiran Tersendiri Atas Berita. Dalam pandangan konstruksionis khalayak dilihat sebagai subjek yang aktif dalam menafsirkan apa yang dia baca. Makna dari suatu teks bukan terdapat dari suatu pesan yang dibaca oleh pembaca karena makna selalu mempunyai banyak arti. Setiap orang memiliki pemaknaan yang berbeda atas teks yang sama.

E. Konsep Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Dokumen yang terkait

POLITIK MEDIA LOKAL TENTANG PEMBERITAAN TIM SEPAK BOLA LOKAL PERSIK KEDIRI DALAM LIGINA XII (Liga Indonesia) DJARUM PUTARAN I 2006 Analisis Framing Rubrik Radar Sport Harian Radar Kediri

0 6 2

Analisis Framin Pemberitaan " Madrid Untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca" Pada Rubrik Kick Off Di Harian Umum Republika Edisi 29 September 2012

0 5 82

WAJAH SOEHARTO DALAM INFOTAINMENT (ANALISIS FRAMING TABLOID CEK & RICEK TERHADAP PEMBERITAAN SOEHARTO)

0 2 8

dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat (Analisis Framing Pemberitaan Tim Sepakbola Persiba Bantul dalam Surat Insider Friendship dan Pemberitaan Persiba Bantul dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat (Analisis Framing Pemberitaan Tim Sepakbola Per

0 2 15

PENDAHULUAN GAMBARAN BUDAYA POPULER IKLAN SEPAK BOLA (Analisis Isi Iklan Tabloid Bola Selama Piala Dunia FIFA Afrika Selatan 2010 di Halaman Ole Internasional).

0 3 39

PENUTUP GAMBARAN BUDAYA POPULER IKLAN SEPAK BOLA (Analisis Isi Iklan Tabloid Bola Selama Piala Dunia FIFA Afrika Selatan 2010 di Halaman Ole Internasional).

0 2 15

REGISTER SEPAK BOLA PADA TABLOID BOLA EDISI SEPTEMBER-OKTOBER 2013 Register Sepak Bola Pada Tabloid Bola Edisi September-Oktober 2013.

0 0 12

REGISTER SEPAK BOLA PADA TABLOID BOLA EDISI SEPTEMBER-OKTOBER 2013 Register Sepak Bola Pada Tabloid Bola Edisi September-Oktober 2013.

1 1 18

EUFEMISME DALAM RUBRIK PERISTIWA PADA TABLOID NOVA

0 1 13

REALITAS JOKOWI DALAM PEMBERITAAN KOMPAS.COM DI RUBRIK “POLITIK” (Analisis Framing Pemberitaan Jokowi Pada Rubrik “Politik” di Kompas.Com Periode Oktober 2014) - FISIP Untirta Repository

0 0 167