Analisi framing pemberitaan naturalisasi pemain TIm Nasional Indonesia pada Rubrik' Ole!nasional Tabloid bola

(1)

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN

NATURALISASI PEMAIN TIM NASIONAL

INDONESIA PADA RUBRIK ‘OLE! NASIONAL’

TABLOID BOLA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Cahya Mulyaningrum

NIM 107051102729

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H / 2011 M


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juni 2011

Cahya Mulyaningrum


(3)

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN NATURALISASI

PEMAIN TIM NASIONAL INDONESIA PADA RUBRIK ‘OLE!

NASIONAL’ TABLOID BOLA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh :

Cahya Mulyaningrum

NIM : 107051102729

Pembimbing

Dr. Suhaimi, M.Si

NIP : 19670906 199304 1 002

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

ABSTRAK Cahya Mulyaningrum

Analisi Framing Pemberitaan Naturalisasi Pemain Tim Nasional Indonesia pada Rubrik ‘Ole! Nasional’ Tabloid Bola

Media massa olahraga sedang marak membicarakan wacana naturalisasi pemain tim nasional (timnas). Wacana ini merupakan ide dari PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) dan BTN (Badan Tim Nasional). Tujuannya adalah untuk mendongkrak performa timnas agar lebih berprestasi di kawasan ASEAN bahkan Internasional. Wacana naturalisasi ini menimbulkan pro dan kontra di mata pecinta sepakbola nasional. Masalah naturalisasi ini telah diatur dalam Undang-undang No. 62 Tahun 1968. Selain itu juga diatur dalam Keppres No. 13 Tahun 1980 tentan tata cara penyelesaian permohonan perwarganegaraan Republik Indonesia. Tabloid Bola sebagai tabloid olahraga yang ikut membahas berita ini di dalam rubrik ‘Ole! Nasional’ memiliki pandangan sendiri mengenai wacana ini.

Dengan latar belakang di atas, maka timbul sebuah pertanyaan dari penulis, bagaimana Tabloid Bola membingkai berita Naturalisasi Pemain Tim Nasional Indonesia dalam Rubrik “Ole! Nasional”?

Penelitian ini berlandaskan pada paradigma konstruktivis dengan menggunakan riset kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data, penelitian ini menggunakan analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang membagi bingkai sebuah wacana ke dalam empat elemen; sintaksis, skrip, tematik dan retoris.

Penelitian ini menggunakan teori konstruksi sosial atas realitas milik Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Teori ini mengatakan bahwa realitas terbentuk atas realitas subjektif dan realitas objektif. Dalam realitas subjektif, realitas tersebut menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi individu dengan objek. Sedangkan realitas objektif terbentuk dari pengalaman individu, bersifat eksternal dan dianggap kenyataan.

Berdasarkan teori tersebut, maka teks yang ada di media massa merupakan hasil konstruksi dari si pembuat teks tersebut. Tabloid Bola memberitakan naturalisasi dengan bingkai tertentu untuk menggiring pembaca kepada hal yang diharapkan oleh media/ wartawan.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa Tabloid Bola membingkai berita naturalisasi dengan mendukung wacana naturalisasi ini agar prestasi timnas meningkat. Tabloid Bola menginginkan dari pemerintah ataupun PSSI harus selektif dalam memilih pemain yang akan dinaturalisasi.


(5)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah berkat taufik serta inayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan.

Shalawat serta salam senantiasa terlimpah kepada Rasulullah SAW, nabi yang sangat arif bijaksana lagi cerdas pembawa misi kebenaran sepanjang zaman dan semoga kita menjadi umat yang taat terhadap tuntunannya. Insya Allah dan mudah-mudahan kita berada di dalamnya.

Selanjutnya, penulis mempersembahkan “segalanya” kepada Ibu (Sugiyartini) dan Bapak (Supriyadi, S.Pd) serta kakek dan nenek di kampung yang dengan penuh ketulusan memberikan kasih sayang dan doanya. Penulis sampaikan pula kepada adik-adikku tercinta (Surya dan Citra). Kehadirannya selalu menjadi penyemangat bagi penulis dan telah memberi sebuah arti dalam menjalani liku kehidupan.

Atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mempersembahkan ungkapan terimakasih kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Rubiyanah, MA selaku Ketua dan Ade Sekretaris Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(6)

4. Dosen dan staf pengajar

5. Teman-teman seperjuangan Jurnalistik Angkatan 2007, Ika, Zee, Ririn, Dita, Zabrina, Zahra, Mawa, Yanti, Shintya, Nunu, Nana, Silvi, Lola, Nia, Era, Helmi, Dodo, Topik, Fajar, Kiki, Ibenk, Alan, Anay, Rezza, Ipunk, Miral,

6. Orang-orang yang telah membantu di Tabloid Bola, Pak Ary Julianto selaku Redaktur “Ole! Nasional”, Pak Daryono, Mas Ario Josia selaku wartawan dan Ibu Tota selaku Sekertaris Bola.

7. Yuan Andy yang sudah mengatarkan penulis meminjam buku…”Terima kasih!!!”

Dan semua pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak sempat tercantum namanya.

Kiranya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR………...ii

DAFTAR ISI………..iv

DAFTAR TABEL………...vi

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….1

B. Batasan dan Rumusan Masalah………..4

1. Batasan Masalah………..4

2. Rumusan Masalah………4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………..4

D. Metodologi Penelitian………5

1. Pendekatan Penelitian………...5

2. Teknik Pengumpulan Data………...6

3. Teknik Analisa Data……….7

4. Tempat Penelitian………...8

5. Pedoman Penulisan………..8

E. Tinjauan Kepustakaan………....8

F. Sistematika Penulisan………..10

BAB II KERANGKA TEORI A. Teori Konstruksi Realitas………11

B. Konsep Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki…………..15

1. Pengertian Analisis Framing………..15

2. Kerangka Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki………...16

C. Berita………19

1. Pengertian Berita………19

2. Jenis-jenis Berita………21

3. Nilai Berita dalam Media Massa………23

4. Kategori Berita dan Unsur-unsur Layak Berita dalam Media Massa………..…...25

5. Tabloid………...28

BAB III PROFIL TABLOID BOLA A. Sejarah Tabloid Bola………29

B. Visi dan Misi Tabloid Bola………...37


(8)

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Temuan dan Analisis Data 1: Naturalisasi Tunggu Keseriusan

Pemerintah………...42

B. Temuan dan Analisis Data 2: Naturalisasi Pemain Lebih Baik Tak Terburu-buru....………...………...56

C. Temuan dan Analisis Data 3: Naturalisasi Tak Cukup Hanya WNI………...…………...69

D. Temuan dan Analisis Data 4: Naturalisasi Mimpi yang Terkabul………...78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………..86

B. Saran………87

DAFTAR PUSTAKA……….88


(9)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Kerangka Framing Pan dan Kosicki…………...………..17

2. Tabel 2 Elemen Nilai Berita………...24

3. Tabel 3 Kategori Berita.……….25

4. Tabel 4 Perkembangan Bola………..33

5. Tabel 5 Judul Berita………...40

6. Tabel 6 Temuan dan Analisis data 1 paragraf 1………...42

7. Tabel 7 Temuan dan Analisis data 1 paragraf 2………....43

8. Tabel 8 Temuan dan Analisis data 1 paragraf 3………....44

9. Tabel 9 Temuan dan Analisis data 1 paragraf 4………....45

10.Tabel 10 Temuan dan Analisis data 1 paragraf 5………..46

11.Tabel 11 Temuan dan Analisis data 1 paragraf 6………..47

12.Tabel 12 Temuan dan Analisis data 1 paragraf 7………..47

13.Tabel 13 Temuan dan Analisis data 1 paragraf 8………..48

14.Tabel 14 Temuan dan Analisis data 1 paragraf 9………..49

15.Tabel 15 Temuan dan Analisis data 1 paragraf 10………....49

16.Tabel 16 Temuan dan Analisis data 1 paragraf 11………....50

17.Tabel 17 Temuan dan Analisis data 1 paragraf 12………51

18.Tabel 18 Temuan dan Analisis data 1 paragraf 13………51

19.Tabel 19 Temuan dan Analisis data 1 paragraf 14………52

20.Tabel 20 Temuan dan Analisis data 1 paragraf 15………53

21.Tabel 21 Temuan dan Analisis data 2 paragraf 1………..56

22.Tabel 22 Temuan dan Analisis data 2 paragraf 2………..57

23.Tabel 23 Temuan dan Analisis data 2 paragraf 3………..58

24.Tabel 24 Temuan dan Analisis data 2 paragraf 4………..59

25.Tabel 25 Temuan dan Analisis data 2 paragraf 5………..60

26.Tabel 26 Temuan dan Analisis data 2 paragraf 6………..60

27.Tabel 27 Temuan dan Analisis data 2 paragraf 7………..61

28.Tabel 28 Temuan dan Analisis data 2 paragraf 8………..62

29.Tabel 29 Temuan dan Analisis data 2 paragraf 9………..63

30.Tabel 30 Temuan dan Analisis data 2 paragraf 10………63

31.Tabel 31 Temuan dan Analisis data 2 paragraf 11………64

32.Tabel 32 Temuan dan Analisis data 2 paragraf 12………65

33.Tabel 33 Temuan dan Analisis data 2 paragraf 13………65

34.Tabel 34 Temuan dan Analisis data 2 paragraf 14………66

35.Tabel 35 Temuan dan Analisis data 3 paragraf 1………..69

36.Tabel 36 Temuan dan Analisis data 3 paragraf 2………..70

37.Tabel 37 Temuan dan Analisis data 3 paragraf 3………..……70

38.Tabel 38 Temuan dan Analisis data 3 paragraf 4………..…71


(10)

40.Tabel 40 Temuan dan Analisis data 3 paragraf 6………72

41.Tabel 41 Temuan dan Analisis data 3 paragraf 7………73

42.Tabel 42 Temuan dan Analisis data 3 paragraf 8………73

43.Tabel 43 Temuan dan Analisis data 3 paragraf 9………74

44.Tabel 44 Temuan dan Analisis data 3 paragraf 10………..75

45.Tabel 45 Temuan dan Analisis data 4 paragraf 1………78

46.Tabel 46 Temuan dan Analisis data 4 paragraf 2………79

47.Tabel 47 Temuan dan Analisis data 4 paragraf 3………80

48.Tabel 48 Temuan dan Analisis data 4 paragraf 4………81

49.Tabel 49 Temuan dan Analisis data 4 paragraf 5………82

50.Tabel 50 Temuan dan Analisis data 4 paragraf 6………82


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media Massa (Mass Media) merupakan channel of mass communication, yaitu saluran, alat atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa. Komunikasi massa berarti penyampaian pesan, gagasan, atau informasi yang ditujukan kepada orang banyak (massa, publik). Adapun karakteristik media massa meliputi:1

1. Publisitas, disebarluaskan kepada khalayak. 2. Universalitas, pesannya bersifat umum. 3. Perioditas, tetap atau berkala.

4. Kontinuitas, berkesinambungan. 5. Aktualitas, berisi hal-hal baru.

Isi media massa secara garis besar terbagi dalam tiga kategori: berita, opini, dan feature. Media massa memiliki pengaruh besar untuk membentuk opini publik. Berbicara mengenai media massa dalam bukunya Jurnalistik Terapan, Asep Syamsul Romli berpendapat: “Media yang termasuk ke dalam kategori media massa adalah surat kabar, tabloid, majalah, radio, TV dan film”.2

1

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, cet.ke-11 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998), h. 154-155.

2

Asep Syamsul Romli, Jurnalistik Terapan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 5.


(12)

Elvinaro dalam bukunya Komunikasi Massa menyebutkan bahwa media massa terbagi menjadi dua macam yaitu media massa cetak (printed media) yang meliputi surat kabar, tabloid, majalah, dan lain-lain, dan media massa elektronik (electronic media) yang meliputi radio dan televisi, bahkan sekarang sudah marak media online yang dapat diakses menggunakan internet.3

Berkaitan dengan fungsi media atau pers itu sendiri, seperti yang di gariskan dalam pasal 3 Bab II, Undang-undang No. 40 tahun 1999 Tentang Pers, yang menyebutkan bahwa fungsi pers meliputi empat hal yaitu sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial.4

Sekarang sudah banyak surat kabar yang secara khusus membahas tentang olahraga seperti Koran Top Skor, Tabloid Bola, Tabloid Soccer, Tabloid Maung (yang hanya beredar di Bandung saja) dan lain sebagainya. Berita yang diliput tidak hanya seputar pertandingannya saja, tetapi juga persiapan-persiapan pertandingan, ramalan-ramalan pertandingan, kelanjutan perkembangannya (follow-up story), dan juga feature-feature-nya. Di samping pertandingannya sendiri baik pertandingan olahraga besar atau kecil, terdapat bahan-bahan berita rutin yang layak dimuat di halaman surat kabar, seperti data statistik, jadwal pertandingan, pergantian pemain, fasilitas, pemain-pemain yang cedera dan sebagainya.

Rubrik “Ole! Nasional” merupakan salah satu rubrik yang ada di Tabloid Bola. Rubrik ini memuat kolom tulisan atau informasi khusus tentang

3

Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, edisi revisi (Bandung: Simbiosis Rekatama Media, 2007), h. 103.

4


(13)

persepakbolaan nasional. Tidak hanya membahas pertandingan, tetapi di dalam rubrik ini juga membahas tentang masalah-masalah yang ada di dalam suatu organisasi olahraga, dalam hal ini organisasi sepakbola tertinggi di Indonesia, yaitu Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).

Dalam penelitian ini penulis menekankan pada pemberitaan tentang Naturalisasi Pemain Tim Nasional. Sebagai media massa nasional, untuk memenuhi salah satu fungsinya Tabloid Bola secara terus menerus memberikan informasi mengenai tim sepakbola nasional dengan selalu memberikan ruang atau tempat pada setiap terbitannya yang menyuguhkan pemberitaan mengenai persepakbolaan nasional, seperti ulasan pertandingan Liga Indonesia, pertandingan atau uji coba tim nasional, data statistik klasemen Liga Indonesia, dan sebagainya.

Tabloid Bola selalu memberitakan tentang persepakbolaan tanah air mulai dari permainan sampai pada permasalahan yang terjadi di dalamnya. Terbukti dengan adanya Rubrik “Ole! Nasional” ini yang memiliki delapan halaman. Saat ini berita tentang naturalisasi pemain tim asional marak dibahas di berbagai media. Pasalnya dengan adanya kebijakan baru ini diharapkan kualitas permainan tim nasional akan meningkat. Namun sejauh ini, naturalisasi dalam tubuh tim nasional belum dapat diwujudkan dalam pertandingan atau uji coba dikarenakan masalah kewarganegaraan pemain naturalisasi.

Ketentuan kewarganegaraan telah ditetapkan dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 26 (1) yang menyatakan bahwa:


(14)

“Yang menjadi warganegara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-undang.”

Selanjutnya ayat 2 yang menyatakan:

“syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan Undang-Undang.”

Naturalisasi ini telah diatur dalam UU No. 62 Tahun 1968. Proses naturalisasi ini memakan waktu yang lama. Untuk mengatasi persoalan tersebut, dikeluarkan Surat Menteri Sekretaris Negara tanggal 16 September 1961 No.F/III/2008/B.24/65 tentang penyelesaian permohonan warganegara asing untuk menjadi warganegara Indonesia dengan lancar dan tidak memakan waktu yang lama. Kebijaksanaan tersebut kemudian diubah dengan Keputusan Presiden No. 13 Tahun 1980 tentang tata cara penyelesaian permohonan pewarganegaraan Republik Indonesia.5

Untuk melaksanakan keputusan presiden tersebut, maka dikeluarkan Instruksi Menteri Kehakiman No. M.03-UM.09-03-80 tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden No. 13 Tahun 1980 tentang Tentang Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pewarganegaraan Republik Indonesia. Instruksi tersebut berisi bahwa kepada semua pengadilan negeri, semua Kepala Wilayah Direktorat Jenderal Imigrasi, dan semua Kepala Kantor Direktorat Jenderal Imigrasi di seluruh Indonesia untuk melaksanakan Keputusan Presiden No. 13 Tahun 1980 menurut bidangnya masing-masing dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab. Demi kelancaran, kecepatan, dan pengamanan pelaksanaan keputusan presiden, dibentuk tim gabungan dari pusat yang ditugaskan ke daerah tertentu.

5

http://punyaku.web.id/naturalisasi-permohonan-kewarganegaraan.html diakses pada 16 Juni 2011.


(15)

Keanggotaan tim gabungan terdiri antara lain pejabat-pejabat Departemen Kehakiman, Departemen Dalam Negeri, Kejaksaan, Kepolisian, BAKIN, dan lain-lain.6

Bertolak dari latar belakang masalah diatas maka penulis menentukan judul penelitian sebagai berikut: “Analisis Framing Pemberitaan Naturalisasi Pemain Tim Nasional Indonesia pada Rubrik ‘Ole! Nasional’ Tabloid Bola”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih mudah, maka penulis membatasi penelitian ini pada berita-berita yang dimuat oleh Tabloid Bola dalam Rubrik Ole! Nasional edisi bulan Oktober 2010 pada tanggal 14, 16, 18 dan 25. Adapun judul-judul berita tersebut yaitu Naturalisasi Tunggu Keseriusan Pemerintah, Naturalisasi Pemain Lebih Baik Tak Terburu-buru, Naturalisasi Tak Cukup Hanya WNI, dan Naturalisasi Mimpi yang Terkabul.

2. Rumusan Masalah

Dari batasan penelitian di atas, maka rumusan masalah yang akan penulis kaji adalah “Bagaimana Tabloid Bola membingkai berita tentang Naturalisasi Pemain Tim Nasional Indonesia dalam Rubrik ‘Ole! Nasional’?”

6


(16)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan pertanyaan di atas, secara khusus penelitian ini bertujuan:

Untuk mengetahui bagaimana Tabloid Bola membingkai berita tentang Naturalisasi Pemain Tim Nasional Indonesia pada Rubrik “Ole! Nasional”.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan keilmuan komunikasi terutama komunikasi massa yang terkait dengan model analisis framing atas media massa, khususnya model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.

b. Praktis

Penelitian ini juga diharapkan memberi masukan sebagai referensi tambahan terkait data analisis kepada penelitian sejenis di masa mendatang. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh para praktisi di bidang jurnalistik, seperti wartawan dalam membingkai peristiwa.


(17)

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Penelitian ini berdasarkan data-data yang dihasilkan dari studi pustaka mengenai pokok permasalahan yang akan dikaji. Data yang dikumpulkan dengan cara observasi dari teks berita tabloid tersebut.

Menurut Bogdan dan Taylor (1975), penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur peneliti untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang, dan perilaku yang dapat diamati.7

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Istilah konstruksi atas realitas sosial menjadi terkenal setelah diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul The Sosial Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge tahun 1996.8

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah wawancara. Wawancara atau dialog secara langsung dengan pihak terkait (wartawan yang menulis berita dan redaktur) yang berhubungan langsung dengan tema yang penulis kaji. Selain melakukan wawancara dengan wartawan dan redaktur, penulis juga mewawancarai pembaca Tabloid Bola (Hafit Desrizal dan Wasiun Mika).

7

Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h.

8

Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 13.


(18)

Wawancara ini diperlukan sebagai alat bantu untuk mengetahui bagaimana Tabloid Bola membingkai pemberitaannya. Selain itu, untuk mengetahui apakah pesan yang disampaikan oleh Tabloid Bola sampai atau tidak kepada pembaca.

b. Dokumentasi

Penulis menambah data yang digunakan melalui penghimpunan data-data, literatur, dan kajian pustaka terkait masalah yang akan diangkat. Pengumpulan dokumentasi tersebut digunakan untuk mendapatkan informasi yang mendukung dalam menginterpretasi data dan menganalisis masalah.

c. Observasi

Observasi merupakan kegiatan mengamati apa yang ada di sekeliling kita. Observasi pada riset ini diartikan sebagai kegiatan mengamati subjek (berita naturalisasi Tabloid Bola) dan objek (berita pada tanggal 14, 16, 18 dan 25 Oktober 2010) penelitian secara langsung.

Pada metode observasi, periset biasanya menggunakan instrumen observasi. Instrumen observasi tersebut antara lain: sistem kategori, sistem skala, sistem tanda, diary keeping, analisis dokumen, lembar pengamatan, dan panduan pengamatan.9

3. Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode analisis Framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Pada dasarnya framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana wartawan memandang

9

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, cet-2 (Jakarta: Kencana 2007), h. 111.


(19)

suatu isu untuk ditulis sebagai berita. Analisis framing adalah suatu analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas yang ada.10

a. Sintaksis adalah cara wartawan menyusun berita. Struktur sintaksis memiliki perangkat berupa headline, lead (teras berita), latar informasi, kutipan, sumber, pernyataan, dan penutup.

b. Skrip adalah cara wartawan mengisahkan fakta. Struktur skrip memfokuskan perangkat framing pada kelengkapan berita berupa 5W+1H.

c. Tematik adalah cara wartawan menulis fakta. Struktur tematik mempunyai perangkat framing berupa detail, maksud dan hubungan kalimat, nominalisasi antar kalimat, koherensi, bentuk kalimat, dan kata ganti. sedangkan unit yang diamati adalah paragraf atau proposisi.

d. Retoris adalah cara wartawan menekankan fakta. Struktur retoris mempunyai perangkat framing berupa leksikon/ pilihan kata, grafis, metafor, dan pengandaian. sedangkan unit yang diamati adalah kata,

idiom, gambar/ foto, dan grafis.

4. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan berlangsung di Gedung Kompas, yang terletak di Jl. Palmerah Barat 35-37 Lantai 5, Kebayoran Lama, Jakarta Barat 10270.

10

Alex Sobur, Analisis Teks Media, cet-5 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 176-177.


(20)

5. Pedoman Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

E. Tinjauan Kepustakaan

Setelah penulis melihat judul-judul skripsi di Perpustakaan Fakultas Dakwah juga Perpustakaan Utama UIN, penulis menemukan skripsi (karya ilmiah) yang juga menggunakan analisis framing, tetapi objek yang dianalisis berbeda dengan yang ingin penulis kaji yaitu tentang Pemberitaan Naturalisasi Pemain Tim Nasional.

Adapun judul-judul skripsi yang penulis temukan sebagai berikut:

1. Skripsi karya Eri Suhasni Wulandari, Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik, angkatan 2004 dengan judul Analisis Framing pada Pemberitaan Aliran Al-Qiyadah al Islamiyah di Harian Media Indonesia

2. Skripsi karya Eti Rusitah, Mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, angkatan 2004 dengan judul Konstruksi Media Cetak atas berita meninggalnya Soeharto (Analisis Framing pada Koran Republika)

3. Skripsi karya Darwis, Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, angkatan 2002 dengan judul Analisis Framing Konstruksi Berita Ahmadiyah di Surat Kabar Republika


(21)

4. Skripsi karya Herni Ramdlaningrum, Mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dengan judul Konstruksi Media Cetak Analisis Framing terhadap majalah Tabligh

5. Skripsi karya Andrizal, Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik dengan judul Konstruksi Berita Kontroversi Jamaah Ahmadiyah Indonesia dalam Majalah Forum Keadilan dan Majalah Sabili (Analisis Framing Model William A. Gamson dan Andre Modigliani)

Beberapa skripsi di atas juga merupakan rujukan bagi penulis dalam meneliti, yang sekaligus sebagai referensi tambahan selain buku, koran, artikel, dan lainnya.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi ke dalam lima bab, dimana setiap bab memiliki sub-sub bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN yang meliputi latar belakang masalah,

perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI yang menguraikan tentang teori konstruksi

realitas atas media. Selain itu juga menguraikan tentang pengertian dan kerangka analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Kemudian menjelaskan tentang pengertian berita, jenis-jenis berita, nilai berita dalam media massa, kategori berita dan unsur-unsur layak berita dalam media massa, serta pengertian tabloid.


(22)

BAB III PROFIL TABLOID BOLA yang berisikan tentang sejarah

perkembangan Bola,visi dan misi Bola, serta struktur redaksi Bola

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA yang berisi tentang hasil

temuan dan analisa peneliti mengenai konstruksi berita pada Tabloid Bola.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN yang berisi kesimpulan terhadap

apa yang telah diteliti oleh penulis dalam karya ilmiah ini, serta memberikan saran-sa\ran dan juga beberapa lampiran yang didapat oleh penulis.


(23)

BAB II

KERANGKA TEORI

D. Teori Konstruksi Realitas

Istilah konstruksi atas realitas sosial menjadi terkenal setelah diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul The Sosial Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge tahun 1996.11

Tesis utama Berger yaitu manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plural secara terus menerus.12 Masyarakat tidak lain adalah produk manusia, namun secara terus-menerus mempunyai aksi kembali terhadap penghasilnya.

Menurut Berger proses dialektis memiliki tiga tahapan:13

a. Eksternalisasi yaitu ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik kegiatan mental ataupun fisik. Misalnya, manusia lahir dan terus berkembang. b. Objektivasi yaitu hasil yang telah dicapai baik mental ataupun fisik dari

kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Misalnya, produk yang dihasilkan oleh manusia. Seperti meja, kursi, ataupun bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi.

11

Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 13.

12

Deddy Mulyana, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media , cet-5 (Yogyakarta: LKiS, 2008), h.14.

13

Geger Riyanto, Peter L Berger: Perspektif Metateori Pemikiran / Geger Riyanto, cet-1 (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2009), h. 110-111.


(24)

c. Internalisasi yaitu penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Misalnya, manusia berinteraksi dan bersosialisasi.

Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah dan juga tidak diturunkan oleh Tuhan. Melainkan dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman seperti ini, realitas berwajah ganda plural. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda terhadap suatu realitas.14

Realitas yang di maksud ini terdiri dari realitas obyektif, dan realitas subyektif. Realitas obyektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia obyektif yang berada di luar individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Sedangkan realitas subyektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas obyektif dan simbolis ke dalam individu melalui proses internalisasi.15

Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Saat wartawan melakukan wawancara dengan narasumber di sana terjadi interaksi antara wartawan dan narasumber. Realitas hasil wawancara bukan hanya apa yang dikatakan oleh narasumber dan ditulis untuk dijadikan berita. Tetapi terdapat pula proses eksternalisasi: pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara membatasi pandangan narasumber.

14

Mulyana, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 15.

15


(25)

Pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana media, wartawan, dan berita dapat dilihat, seperti:16

Fakta/ Peristiwa Adalah Hasil Konstruksi. Realitas tercipta lewat

konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan. Tidak ada realitas yang bersifat objektif, karena realitas tercipta dari pandangan tertentu. Karena fakta itu diproduksi dan ditampilkan secara simbolik, maka realitas tergantung pada bagaimana ia dilihat dan bagaimana fakta tersebut dikonstruksi.

Media Adalah Agen Konstruksi. Dalam pandangan konstruksionis,

media dilihat sebagai subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakannya. Melalui berbagai instrumen yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan.

Berita Bukan Refleksi Dari Realitas. Dalam pandangan positivis, berita

adalah informasi yang dihadirkan kepada khalayak sebagai representasi kenyataan. Sedangkan menurut pandangan konstruksionis berita itu bukan menggambarkan realitas yang ada, tetapi hasil dari konstruksi sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Realitas yang sama bisa menghasilkan berita yang berbeda dan cara pandang seseorang juga berbeda.

Berita Bersifat Subjektif/ Konstruksi Atas Realitas. Hasil kerja

jurnalistik dalam pandangan konstruksionis tidak bisa dinilai dengan menggunakan standar yang rigid. Hal ini dikarenakan berita adalah produk dari

16


(26)

konstruksi dan pemaknaan atas realitas. Pemaknaan orang atas realitas bisa jadi berbeda dengan orang lain yang tentunya menghasilkan “realitas” yang berbeda juga.

Wartawan Bukan Pelapor. Ia Agen Konstruksi Realitas. Dalam

pandangan konstruksionis, wartawan tidak bisa menyembunyikan keberpihakannya, karena ia merupakan bagian intrinsik dalam pembentukan berita. Selain itu wartawan juga dipandang sebagai agen konstruksi. Karena wartawan bukan hanya melaporkan fakta, melainkan turut mendefinisikan peristiwa.

Etika, Pilihan Moral, dan Keberpihakan Wartawan Adalah Bagian

yang Integral Dalam Produksi Berita. Dalam pandangan konstruksionis aspek

etika, moral dan nilai-nilai tertentu tidak mungkin dihilangkan dari pemberitaan media. Wartawan bukan hanya pelapor, karena disadari atau tidak ia menjadi partisipan dari keragaman penafsiran dan subjektivitas dalam publik. Karena fungsinya tersebut, wartawan menulis berita bukan hanya sebagai penjelas tetapi mengkonstruksi peristiwa dari dirinya sendiri dengan realitas yang diamati.

Nilai, Etika, dan Pilihan Moral Peneliti Menjadi Bagian yang Integral

dalam Penelitian. Sifat dasar dari penelitian yang bertipe konstruksionis adalah

pandangan yang menyatakan peneliti bukanlah subjek yang bebas nilai. Pilihan etika, moral atau keberpihakan peneliti menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses penelitian.


(27)

Khalayak Mempunyai Penafsiran Tersendiri Atas Berita. Dalam pandangan konstruksionis khalayak dilihat sebagai subjek yang aktif dalam menafsirkan apa yang dia baca. Makna dari suatu teks bukan terdapat dari suatu pesan yang dibaca oleh pembaca karena makna selalu mempunyai banyak arti. Setiap orang memiliki pemaknaan yang berbeda atas teks yang sama.

E. Konsep Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

1. Pengertian Analisis Framing

Pada dasarnya framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana wartawan memandang suatu isu untuk ditulis sebagai berita. Analisis framing adalah suatu analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas yang ada. Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media.17

Model framing yang paling popular dan banyak digunakan adalah model framing yang diperkenalkan oleh Pan dan Kosicki. Model ini lebih dikenal dengan singkatan MPK (Model Pan dan Kosicki). Menurut MPK ada dua konsep framing yang saling berkaitan.18 Pertama, dalam konsep psikologis. Pada konsep ini framing lebih menekankan pada bagiamana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif. Framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks yang unik/ khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan yang lebih menonjol dengan kognisi seseorang.

17

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 10.

18


(28)

Kedua, konsepsi sosiologis. Konsep ini lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Frame dipahami sebagai proses bagaimana seseorang mengklarifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas di luar dirinya. Frame di sini berfungsi membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami, dan dapat dimengerti karena sudah dilabeli dengan label tertentu.

2. Kerangka Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Model ini membagi struktur analisis menjadi empat bagian:19 a. Sintaksis adalah cara wartawan menyusun berita.

Struktur sintaksis memiliki perangkat:

1. Headline merupakan berita yang dijadikan topik utama oleh media 2. Lead (teras berita) merupakan paragraf pembuka dari sebuah berita

yang biasanya mengandung kepentingan lebih tinggi. Struktur ini sangat tergantung pada ideologi penulis terhadap peristiwa.

3. Latar informasi 4. Kutipan

5. Sumber 6. Pernyataan 7. Penutup

b. Skrip adalah cara wartawan mengisahkan fakta.

Struktur skrip memfokuskan perangkat framing pada kelengkapan berita:

1. What (apa) 2. When (kapan) 3. Who (siapa) 4. Where (di mana) 5. Why (mengapa) 6. How (bagaimana)

c. Tematik adalah cara wartawan menulis fakta.

Struktur tematik mempunyai perangkat framing: 1. Detail

2. Maksud dan hubungan kalimat 3. Nominalisasi antar kalimat 4. Koherensi

5. Bentuk kalimat

19

Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 175-176.


(29)

6. Kata ganti

Unit yang diamati adalah paragraf atau proposisi.

d. Retoris adalah cara wartawan menekankan fakta. Struktur retoris mempunyai perangkat framing: 1. Leksikon/ pilihan kata

Perangkat ini merupakan penekanan terhadap sesuatu yang penting. 2. Grafis

3. Metafor 4. Pengandaian

Unit yang diamati adalah kata, idiom, gambar/ foto, dan grafis

Tabel 1

KERANGKA FRAMING PAN DAN KOSICKI

STRUKTUR PERANGKAT

FRAMING

UNIT YANG DIAMATI

SINTAKSIS

Cara wartawan menyusun fakta

1. Skema berita Headline, lead, latar informasi, kutipan, sumber, pernyataan, penutup

SKRIP

Cara wartawan mengisahkan fakta

2. Kelengkapan berita 5W+1H

TEMATIK

Cara wartawan menulis fakta

3. Detail

4. Maksud kalimat, hubungan

5. Nominalisasi antarkalimat 6. Koherensi 7. Bentuk kalimat 8. Kata ganti

Paragraf, proposisi

RETORIS

Cara wartawan menekankan fakta

9. Leksikon 10.Grafis 11.Metafor 12.Pengandaian

Kata, Idiom, gambar/ foto, grafik

1. Sintaksis

Sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat. Dalam wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari bagian


(30)

berita dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan. Bentuk sintaksis yang paling populer adalah struktur piramida terbalik.

Headline merupakan aspek sintaksis dari wacana berita yang paling menonjol dan menunjukkan kecenderungan berita. Headline mempunyai framing yang kuat dan sering dibaca oleh pembaca dibandingkan bagian berita yang lain. Selain Headline, lead adalah perangkat sintaksis lain yang sering digunakan. Lead yang baik biasanya memberikan sudut pandang dari berita.

Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang ingin ditampilkan wartawan. Latar yang dipilih oleh wartawan sangat menentukan pandangan khalayak. Bagian berita lain yang penting adalah pengutipan sumber berita. Bagian ini dalam penulisan berita dimaksudkan untuk membangun objektivitas–prinsip keseimbangan dan tidak memihak.

2. Skrip

Skrip adalah salah satu strategi wartawan dalam mengkonstruksi berita: bagaimana cara memahami suatu peristiwa yang disusun dengan urutan tertentu. Skrip memberikan tekanan berita mana yang didahulukan dan menyembunyikan informasi yang penting sebagai strategi dari si wartawan. Bentuk umum dari skrip adalah pola 5W + 1H.


(31)

Struktur tematik dapat diamati dari bagaimana peristiwa itu diungkapkan atau dibuat oleh wartawan. Jika struktur sintaksis berhubungan dengan pernyataan bagaimana fakta yang diambil oleh wartawan ditempatkan pada bagian berita, maka struktur tematik berhubungan dengan bagaimana fakta itu ditulis. Elemen yang diamati dari perangkat tematik ini adalah koherensi: jalinan antarkata, proposisi atau kalimat.

4. Retoris

Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan menggunakan perangkat retoris untuk membuat citra, menonjolkan hal-hal tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan suatu berita.

F. Berita

1. Pengertian Berita

Istilah “berita” berasal dari bahasa Sansekerta, yakni Vrit yang kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi Write, yang memiliki arti “ada” atau “terjadi”. Sebagian ada yang menyebutnya Vritta artinya “kejadian” atau “yang


(32)

telah terjadi”. Vritta masuk dalam bahasa Indonesia menjadi “berita” atau “warta”.20

Ada yang mengartikan berita itu dengan istilah man bites dog (orang menggigit anjing).21 Dengan kata lain jika dog bites man itu merupakan bukan berita. Karena anjing menggigit orang itu merupakan hal yang biasa, tetapi jika orang yang menggigit anjing itu merupakan keanehan dan dikategorikan sebagai berita.

Konsep dasar dari news atau berita adalah “apa-apa yang diberitakan oleh wartawan dan termuat dalam media”. Artinya, berita adalah informasi yang sudah diolah oleh wartawan dan dinilai punya keunggulan relatif, kadang bersifat objektif kadang bersifat subjektif.22

Keunggulan dari sebuah berita banyak ditentukan oleh apakah berita tersebut mempunyai nilai, walaupun terkadang bersifat subjektif, tergantung siapa yang melihat dan memanfaatkannya.

Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views (opini). Mencari bahan berita lalu menyusunnya merupakan tugas pokok wartawan dan bagian redaksi sebuah penerbitan pers (media massa).23

20

Totol Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), h. 46.

21

Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik: Pendekatan Teori dan Praktik, cet-2 (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 108.

22

Indiwan Seto Wahju Wibowo, Dasar-dasar Jurnalistik (Jakarta: LPJA Press Jakarta, 2006), h. 39.

23

Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis untuk Pemula, cet-6 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 3.


(33)

Pada dasarnya berita adalah sebuah laporan mengenai segala sesuatu (fakta atau opini) yang menarik atau penting bagi pembaca dan disampaikan tepat waktu. Maksud dari kata ‘segala sesuatu’ di sini adalah apa yang dilaporkan itu menarik dan penting, dan harus disampaikan tepat pada waktunya.24

Jadi, berita tidak lain dan tidak bukan adalah peristiwa yang dilaporkan. Namun, Parakitri T Simbolon dalam bukunya yang berjudul Vademekum Wartawan mengatakan bahwa secara teknis berita baru muncul hanya setelah dilaporkan. Segala hal yang diperoleh di lapangan dan masih akan dilaporkan, belum merupakan berita. Hasil di lapangan itu masih merupakan peristiwa yang disaksikan oleh wartawan/ reporter.25

Warren Breed (1956), dalam buku Denis McQuail menyebutkan karakteristik umum berita yang disusun dengan beberapa istilah yang menguraikan berita: ‘layak jual’, ‘dangkal’, ‘sederhana’, ‘objektif’, ‘berorientasi tindakan’, ‘menarik’ (cukup berbeda), ‘bergaya’, ‘bijaksana’.26

2. Jenis-jenis Berita

Zaenuddin HM dalam bukunya yang berjudul The Journalist menyebutkan bahwa jenis berita itu ada tiga, yaitu:27

a. Straight News

24

Wibowo, Dasar-dasar Jurnalistik, h. 40.

25

Parakitri T Simbolon, Vademekum Wartawan (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 1997), h. 88.

26

Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, cet-4(Jakarta: Erlangga, 1996), h. 191.

27

Zaenuddin HM, The Journalist, cet-1 (Bandung: Simbiosis Rekatama Media, 2011), h. 160.


(34)

Straight news adalah berita yang ditulis atau disajikan secara singkat, lugas dan apa adanya. Pola penyajian berita straight news menggunakan unsur piramida terbalik, dimana semua yang dianggap paling penting diletakkan pada lead/ intro. Tulisannya bersifat singkat, padat, dan jelas, memenuhi unsur-unsur 5W+1H. Straight news digunakan oleh berita-berita yang terus berkembang setiap hari atau setiap waktu. Hampir seluruh berita yang disajikan koran-koran yang terbit setiap hari memakai pola penyajian seperti ini. Straight news bukan hanya mencerminkan kebaruan sebuah berita, melainkan sangat membantu kecepatan pembaca mengetahui dan memahami informasinya.

b. Depth News

Depth news ini merupakan kebalikan dari straight news, yakni berita yang disajikan tanpa mengutamakan informasi paling penting dan terbaru pada awal berita. Pola ini digunakan untuk menulis berita yang sudah terjadi beberapa yang lalu, bahkan sudah lama. Dalam menulis berita ini wartawan harus menyajikannya secara mendalam dan menambahkan informasi terbaru agar berita ini tidak menjadi basi dan membosankan.

c. Feature

Feature ialah suatu bentuk tulisan untuk memotret peristiwa kemanusiaan. Ada yang menyebutkan bahwa feature itu karangan khas yang ringan untuk melengkapi berita media massa. Berbeda dengan straight news, cara penulisan feature biasanya diawali dengan hal-hal yang kurang penting, lalu yang penting, kemudian penutup.


(35)

Unsur penting yang mendukung feature sehingga menjadi tulisan yang menarik, yaitu:28

1.) Deskripsi. Penulisan deskripsi merupakan gabungan beberapa kecakapan penulisnya, yakni pengumpulan bahan reportase, pengetahuan tentang manusia sesuai dengan pengalaman reportase serta kemampuan meramu kata-kata secara singkat dan efektif.

2.) Fantasi. Wartawan dapat menciptakan suatu cerita yang menarik dan memukau pembaca berdasarkan fakta dan kenyataan.

3.) Anekdot atau humor. Dalam feature dimungkinkan wartawan menyiapkan humor-humor singkat sehingga tulisan menjadi fresh dan tidak kering atau dingin seperti pada berita langsung.

4.) Kutipan. Dalam feature juga dimungkinkan pengutipan tokoh yang menarik, bait-bait sajak, syair lagu, atau penggalan novel yang dianggap relevan dengan kisah yang ditulis.

3. Nilai Berita dalam Media Massa

Dalam berita ada beberapa karakteristik instrinsik yang dikenal sebagai nilai berita (news value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna, atau yang biasa diterapkan untuk menentukan khalayak berita (news worthy).29

28

Ibid., h. 164.

29


(36)

Newsworthiness dibutuhkan untuk menentukan apa yang dianggap menarik dan penting bagi audiens, dan pada praktiknya membantu gatekeepers (penjaga gawang) untuk menyeleksi berita secara konsisten.30

Suatu peristiwa dikatakan memiliki nilai berita jika mengandung konflik, bencana dan kemajuan, dampak, kemashuran, segar dan kedekatan, keganjilan, human interest, seks, dan aneka nilai lainnya.31

Selain itu, Suhaimi dan Ruli Nasrullah dalam bukunya yang berjudul Bahasa Jurnalistik mengatakan bahwa tidak semua fakta, peristiwa, kejadian, atau fenomena bisa dijadikan berita. Meliput dan menulis berita harus memerhatikan beberapa elemen berita yang menjadikan sebuah peristiwa itu memiliki daya tarik.32

Tabel 2

ELEMEN NILAI BERITA33

Consequence Elemen berita ini yang akan mengubah kehidupan pembaca,

seperti berita tentang kenaikan BBM yang akan berdampak bagi kehidupan ekonomi masyarakat.

Emotion Elemen ini menyangkut kisah-kisah yang mengandung

kesedihan, kemarahan, ambisi, cinta, simpati, kebencian, kebahagiaan atau humor.

Progress Elemen ini merupakan elemen “perkembangan” yang

ditunggu masyarakat. Misalnya, keadaan masyarakat Jepang setelah diguncang gempa 8,9 SR dan tsunami. Berita ini tetap ditunggu dan diminati oleh masyarakat.

Immediacy Istilah lainnya adalah timeliness, yang berarti berkaitan

dengan peristiwa yang baru saja terjadi.

Oddity Peristiwa yang tidak biasa terjadi ialah sesuatu yang akan

diperhatikan segera oleh masyarakat. Misalnya kelahiran bayi kembar lima, pohon nangka berbuah seperti pisang,

30

Wibowo, Dasar-dasar Jurnalistik, h. 41.

31

Ibid.,h. 53.

32

Suhaimi dan Ruli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 31.

33

Septian Santana K, Jurnalisme Kontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 18.


(37)

dan lain-lain.

Prominence Elemen ini adalah unsur yang menjadi dasar istilah “names

make news”, nama membuat berita. Ketika seseorang menjadi terkenal, maka ia akan selalu menjadi sumber yang diburu pembuat berita.

Proximity Proximity ialah keterdekatan peristiwa dengan khalayak

dalam kehidupan mereka sehari-hari. Misalnya, berita tentang kota mereka beserta stasiun, terminal, dan tempat yang mereka kenali setiap hari.

Suspense Elemen ini menunjukkan sesuatu yang ditunggu-tunggu

oleh masyarakat atas suatu peristiwa. Misalnya ketegangan menunggu pecahnya perang saudara antara Korea Utara dengan Korea Selatan.

Conflict Elemen ini meliputi peristiwa-peristiwa perang,

demonstrasi, atau kriminal.

Sex Terkadang elemen ini merupakan elemen utama di dalam suatu pemberitaan. Namun sering pula seks menjadi elemen tambahan pada pemberitaan tertentu, seperti pada berita sports, selebritis, atau kriminal.

4. Kategori Berita dan Unsur-unsur Layak Berita dalam Media Massa

Prinsip lain dalam proses produksi berita adalah kategori berita. Proses produksi berita adalah sebuah konstruksi. Sebagai sebuah konstruksi, ia menentukan mana yang penting dan mana yang tidak penting. Artinya, peristiwa itu penting dan bernilai berita, bukan karena secara inheren peristiwa itu penting.

Peristiwa itu dinilai penting karena dikonstruksi oleh media dan wartawan. Kategori berita diantaranya:34

Tabel 3 KATEGORI BERITA

Hard News Berita yang berisi hal penting yang harus segera dilaporkan

karena berkaitan dengan kehidupan pembaca, pendengar atau pemirsa.

Feature News Berita yang tidak terlalu penting untuk diketahui pembaca

34


(38)

tetapi terkait dengan hal yang menjadi perhatian, atau mengandung informasi bagi khalayak.

Sports News Berita-berita olahraga bisa masuk ke dalam hard news atau

feature.

Sosial News Kisah kehidupan sosial yang meliputi kehidupan masyarakat

sehari-hari bisa masuk ke dalam pemberitaan hard news atau feature.

Interpretive Wartawan berupaya memberi kedalaman analisis, dan

melakukan survey terhadap berbagai hal yang terkait dengan peristiwa yang hendak dilaporkan.

Science Wartawan berupaya untuk menjelaskan, dalam bahasa berita,

masalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Consumer Wartawan yang menulis berita tentang barang-barang

kebutuhan sehari-hari.

Financial Wartawan yang menulis berita di bidang bisnis, komersial,

atau investasi.

Adapun unsur-unsur layak berita adalah sebagai berikut:35

a. Berita harus akurat

Wartawan harus memiliki kehati-hatian yang sangat tinggi dalam melakukan pekerjaannya mencari dan menulis berita, mengingat dampak yang luas yang ditimbulkan dari berita yang dibuatnya. Keakuratan berita ini sangat penting bagi wartawan dalam mengungkapkan fakta-fakta yang ada.

b. Berita harus lengkap, adil dan berimbang

Bagi seorang wartawan untuk menyusun sebuah laporan atau tulisan yang adil dan berimbang tidaklah sesulit memelihara objektifitas.

35

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik


(39)

Yang dimaksud dengan sikap adil dan berimbang adalah bahwa seorang wartawan harus melaporkan apa yang sesungguhnya terjadi.

c. Berita harus objektif

Selain harus memiliki ketepatan (akurasi) dan kecepatan dalam bekerja, seorang wartawan dituntut untuk bersikap objektif dalam menulis. Dengan demikian maka berita yang dibuat juga akan bersifat objektif, sesuai dengan kenyataan dan tidak berat sebelah/ memihak.

d. Berita harus ringkas dan jelas

Berita yang disajikan oleh wartawan harus ringkas, jelas dan sederhana agar mudah dipahami oleh khalayak. Tulisan berita harus tidak banyak menggunakan kata-kata, harus langsung dan padu.

e. Berita harus hangat

Berita yang disajikan harus selalu hangat dan selalu baru, karena khalayak selalu menginginkan informasi segar dan terbaru.

Berdasarkan kategori berita di atas, maka berita yang penulis teliti ini termasuk dalam berita Sport News karena berhubungan dengan olahraga. Kemudian jika diamati berdasarkan jenisnya maka berita ini termasuk ke dalam berita Hard News, berita langsung yang lugas.

Olahraga/ Sport merupakan hal yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Nabi menyuruh umatnya untuk berenang, memanah dan


(40)

berkuda. Hal ini dikarenakan olahraga sangat baik untuk kesehatan dan Nabi Muhammad selalu menjaga kesehatannya.

Sesuai dengan pepatah arab “Al-‘aqlussaliimi filjismiissaliimi” yang berarti akal yang sehat terdapat dalam jiwa yang kuat. Tidak diragukan lagi bahwa berolahraga sangat baik untuk kesehatan. Pepatah lain adalah “men sana incore pore sano” yang memiliki arti di dalam jiwa yang sehat terdapat tubuh yang kuat.

Olahraga identik dengan kaum lelaki, walaupun ada juga sebagian wanita yang menyukai olahraga. Begitu juga dengan berita olahraga yang kebanyakan dinantikan oleh kaum lelaki, terlebih berita sepakbola

5. Tabloid

Tabloid adalah kumpulan berita olahan atau berita investigatif, artikel, cerita, atau iklan.36 Perbedaannya dengan koran adalah bahwa tabloid berukuran lebih kecil, dan halamannya berwarna, tidak seperti koran yang berukuran lebih besar dan hanya hitam putih. Selain itu tabloid terbitnya berkala, misalnya seminggu tiga kali atau seminggu sekali, sedangkan koran terbit setiap hari.

Penerbitan tabloid di Barat (tempat lahir asalnya) dilandasi semangat sensasional (disebut pula jurnalisme got) karena pemberitaannya yang sensasional, transparan, menggerahkan narasumber, dan menggemparkan khalayak pembaca. Dalam semangat yang hampir sama, dewasa ini kita melihat banyak tabloid di Tanah Air yang memfokuskan pemberitaannya pada segmen

36

Wibowo, BeraniMenulis Artikel: Babak Baru Kiat Menulis Artikel untuk Media Massa Cetak, h. 24.


(41)

tertentu seperti tabloid wanita, tabloid kesehatan, tabloid otomotif, tabloid olahraga, tabloid politik, tabloid pria, tabloid anak-anak, tabloid misteri, tabloid keluarga, tabloid gosip, dan tabloid keterampilan.37

37


(42)

BAB III

PROFIL TABLOID

BOLA

A. Sejarah Tabloid Bola

Tabloid Bola adalah tabloid olahraga Indonesia yang terbit tiga kali dalam

seminggu, yaitu pada Hari Senin, Kamis, dan Sabtu. Tabloid ini merupakan tabloid olahraga yang populer dan bisa dibilang merupakan pelopor dalam penerbitan media massa yang bertemakan olahraga di Indonesia.38

Pada awalnya Tabloid Bola merupakan sebagai sisipan di harian Kompas pada 3 Maret 1984, namun empat tahun kemudian mulai diterbitkan secara terpisah. Hingga tahun 1997, Tabloid Bola hanya diterbitkan sekali seminggu, yaitu pada hari Jumat. Tabloid Bola mempunyai fokus pada berita-berita sepakbola dan sering mengirimkan wartawannya untuk meliput ajang-ajang olahraga di luar negeri, termasuk Piala Dunia FIFA.39

Mulai Januari 2009 BOLA menerbitkan dua majalah sepakbola impor dari Inggris yaitu FourFourTwo dan Inside United yang membahas tim terkenal Inggris, Manchester United.

Berawal dari tingginya minat masyarakat untuk membaca rubrik olahraga pada harian Kompas. Jatah untuk rubrik olahraga, yang di era 1970-1980-an hanya satu halaman, terasa tidak cukup untuk menampung berbagai kejadian

38

Wawancara Pribadi dengan Ario Josia, Jakarta, 10 Mei 2011.

39


(43)

olahraga di Indonesia maupun dunia. Karena itu Jakob Oetama, Pimpinan Redaksi Kompas saat itu, memiliki gagasan media baru khusus membahas olahraga.

Ide Jakob Oetama sebenarnya tidak terbatas hanya di bidang olahraga saja yang harus dikembangkan menuju terbitan tersendiri, tetapi juga di bidang lain seperti tabloid wanita, hiburan, ekonomi, otomotif, dsb. Dan kebetulan di lingkungan KKG (Kelompok Kompas Gramedia) tersedia tenaga-tenaga yang sanggup merealisasikan ide tersebut.

Ide bacaan olahraga bertambah menggebu ketika di bulan September 1983, Presiden waktu itu, Soeharto, mencanangkan gerakan olahraga dengan meluncurkan program “memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat”. Program ini klop dengan program KKG yaitu ikut mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penyebaran informasi, termasuk informasi olahraga. Target pasar olahraga adalah anak-anak muda, selain sebagai pelaku olahraga, tentunya akan membutuhkan bacaan informasi olahraga.40

Sebelum dikelola oleh pihak Gramedia, BOLA sudah terbit terlebih dahulu berupa majalah yang dikelola oleh Yayasan Tunas Raga, namun kurang sukses. Maka pemiliknya menawarkan ke pihak Gramedia, dan Jakob Oetama langsung menunjuk dua wartawan senior Kompas, Ignatus Sunito dan Sumohadi Marsis, untuk segera merealisasikan kerjasama sekaligus menerbitkan bacaan olahraga tersebut.41

40

company profile Tabloid Bola.

41


(44)

Setelah melalui berbagai proses pertimbangan, baik redaksional maupun bisnis, BOLA diterbitkan sebagai sisipan di Kompas. Tidak seperti Kompas yang berbentuk newspaper, BOLA memilih bentuk tabloid yang lebih kecil. Tujuannya selain agar mudah disisipkan, juga sebagai pembeda dengan sang induk.

Untuk pertama kalinya, Sabtu, 3 Maret 1984, BOLA edisi No.1 diterbitkan setebal 16 halaman sebagai sisipan Kompas yang merupakan bonus bagi pembacanya. Bonus berupa tambahan halaman ini untuk pertama kalinya dilakukan dalam sejarah pers Indonesia, tetapi sebenarnya bukan hal yang aneh atau istimewa karena bonus-bonus serupa sudah dilakukan di koran-koran luar negeri. Contohnya The Strait Times terbitan Singapura yang banyak beredar di pasaran Indonesia selalu hadir dengan bonus-bonus tambahan pada hari-hari tertentu, tidak melulu mengenai olahraga, tetapi juga film dan hiburan, pasar modal, ekonomi, pariwisata, mode dan hobi, serta banyak lagi. Saat pertama terbit, jumlah cetakan BOLA sebanyak 412.000 eksemplar, mengikuti jumlah tiras Kompas pada tanggal tersebut, BOLA memulai langkahnya menjadi media olahraga terbesar di Indonesia.42

Moto yang diusung oleh para pengasuh BOLA pada edisi 2 April 1988 adalah “Perubahan adalah tetap dan yang tetap adalah perubahan itu sendiri”.43

Itulah momen dimana jajaran pengasuh BOLA menjawab tantangan Pemimpin Umum Kompas, Jakob Oetama, agar BOLA bisa berdiri sendiri dan tidak lagi menjadi sisipan Kompas. Jadi, perlu ada perubahan sebagai perwujudan

42

company profile Tabloid Bola.

43


(45)

kemandirian. Perasaan bangga melingkupi hati para pengasuh tersebut saat BOLA tak lagi dibayangi kebesaran sang induk.

Sebenarnya, BOLA sudah secara resmi memisahkan diri dari Kompas saat memperingati HUT ke-4 di Hotel Hilton, Jakarta. Saat itu, Jakob Oetama mengestafetkan sebuah BOLA kepada Pemimpin Umum BOLA, Yussack Sutanto. sebagai simbol kemandirian.44

Sejak pertama kali terbit, BOLA pernah mengalami beberapa kali perubahan jumlah halaman, dari 16 saat masih menjadi sisipan Kompas, kemudian menjadi 24 ketika terbit mandiri, lalu 32, dan bahkan pernah sampai 62 halaman. Semua ini dilakukan demi memuaskan masyarakat Tanah Air yang semakin haus akan informasi olahraga.45

Kondisi ini dipicu oleh semakin banyaknya stasiun televisi yang menayangkan siaran langsung pertandingan olahraga internasional, seperti sepakbola, tinju, balap mobil dan motor, sampai bulu tangkis. Maka kecintaan masyarakat terhadap olahraga pun semakin membubung.

Demi memenuhi kepuasan itu juga yang membuat BOLA meluncurkan edisi Selasa pada Minggu Kedua Maret 1997, bertepatan dengan ulang tahun yang ke-13. Para pengasuh tidak khawatir dengan mitos angka sial tersebut. Karena ini merupakan salah satu tonggak terpenting lain dalam perjalanan hidup BOLA.

44

company profile Tabloid Bola.

45


(46)

Awalnya, BOLA edisi Selasa terbit hanya 32 halaman sementara edisi Jumat 56 halaman, sehingga tentu saja harganya berbeda. Edisi Selasa dengan 32 halaman tersebut hanya berlangsung selama dua bulan saja dan segera berubah menjadi 40 halaman.46

BOLA edisi Selasa lebih ditujukan bagi pembaca berusia lebih muda dibanding pembaca Jumat. Oleh karena itu, tampilannya dibuat sedikit berbeda. Namun, dalam perkembangannya, sesuai keinginan pembaca, kedua edisi ini diolah serupa dan berkesinambungan.

Pertimbangannya, biasanya pertandingan berlangsung pada hari Minggu, maka BOLA memilih untuk hadir di pasar lebih cepat sehari, yaitu Kamis untuk edisi Jumat dan Senin untuk terbitan Selasa. Langkah ini dinilai sangat penting karena masyarakat membutuhkan akses informasi yang cepat.

Tabel 447 Perkembangan Bola

Tahun Tanggal Catatan

1984

3 Maret 1984

Edisi perdana BOLA dengan sisipan Kompas

9 Maret 1984

Terbit setiap Jumat dengan sisipan Kompas

1988 1 April 1988 Edisi perdana BOLA terbit secara mandiri

1997 11 Maret Edisi Selasa perdana, terbit dua kali seminggu (Jumat dan

46

company profile Tabloid Bola.

47


(47)

1997 Selasa)

2010

6 Maret 2010

Edisi weekend perdana, terbit tiga kali seminggu (Jumat, Sabtu, dan Selasa)

Perjalanan Tabloid Olahraga BOLA sejak tahun 1998 – sekarang

Krisis moneter hebat, yang melanda negeri ini di awal tahun 1998, yang menyebabkan BOLA terpaksa terbit dengan 40 halaman, tidak menyurutkan langkah awak BOLA untuk terus berkreasi dan memenuhi berbagai tuntutan pembaca.

Tuntutan besar dari pembaca untuk menerbitkan bacaan yang membantu mereka untuk menikmati siaran langsung Piala Dunia 1998 dijawab BOLA dengan mengkaji penerbitan buku panduan Piala Dunia 1998. Setelah melalui pertimbangan matang dan teliti. Pada bulan Mei 1998 BOLA menerbitkan buku panduan Piala Dunia 1998 yang dicetak sebanyak 15.000 eksemplar. Dalam waktu dua minggu buku ini sudah habis terjual dan akhirnya BOLA mencetak kembali.48

Hal itulah yang membuka lembaran sejarah BOLA yang selanjutnya mulai rutin menerbitkan buku-buku yang meliputi cabang olahraga seperti sepakbola, basket, dan formula-1.

Di samping itu, anak-anak muda yang bergabung sebagai bagian keluarga besar BOLA mendorong munculnya pemikiran untuk melakukan penetrasi pasar

48


(48)

melalui versifikasi produk sehingga akhirnya muncul beberapa produk sebagai bagian dari keluarga besar BOLA.

Pada tanggal 2 Juli 1999 BOLA menerbitkan Tabloid Senior. Tabloid ini muncul sebagai jawaban atas keinginan untuk tetap memberikan bacaan bagi “mantan” pembaca BOLA yang telah berusia lanjut. Selanjutnya Tabloid Senior terbit rutin setiap hari Kamis.49

Tabloid Senior lebih banyak memberikan informasi mengenai kesehatan. Namun, karena kesehatan belum menjadi perhatian utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, maka Tabloid Senior cenderung bergerak perlahan untuk mendidik masyarakat agar sadar kesehatan dan tentunya menjadikan media kesehatan sebagai salah satu bacaan keluarga.

Menjelang EURO 2000, permintaan yang sangat besar dari pembaca agar BOLA memberikan bonus poster dalam setiap edisinya tidak dapat dipenuhi sepenuhnya karena keterbatasan jumlah halaman. Namun, hal tersebut justru mengilhami BOLA untuk menerbitkan media khusus dalam bentuk tabloid yang hanya memuat poster dengan sedikit ulasan. Akhirnya bertepatan dengan dimulainya EURO 2000 pada bulan Juni 2000, BOLA menerbitkan BOLA Edisi Poster dengan menggunakan kertas HVS dan terbit seminggu sekali.

Pada awalnya BOLA Edisi Poster hanya akan diterbitkan selama EURO 2000 dan pada event-event besar sepakbola lainnya, seperti Piala Dunia. Namun,

49


(49)

karena permintaan pembaca yang sangat besar, terbitan yang semula hanya dilakukan selama EURO 2000 akhirnya menjadi terbitan rutin sebulan sekali.

Sejalan dengan perkembangan pasar dan berdasarkan masukan langsung pasar, mulai bulan Januari 2011 BOLA Edisi Poster terbit dengan menggunakan kertas Art Paper.50

Selain menerbitkan Tabloid Senior dan Tabloid BOLA Edisi Poster, BOLA juga menerbitkan Majalah Bolavaganza. Majalah Bolavaganza diterbitkan karena keinginan pembaca yang menginginkan penambahan jumlah halaman. Majalah Bolavaganza pertama terbit pada bulan November 2001. Majalah ini mengkhususkan diri mengupas informasi sepakbola luar negeri. Edisi perdana yang dicetak sebanyak 25.000 eksemplar dan ternyata laris manis.51

Di samping diversifikasi produk, BOLA juga melakukan penetrasi pasar untuk meningkatkan kepuasan pembaca, meningkatkan jumlah penjualan produk dan mengantisipasi pergerakan pesaing.

Saat ini BOLA dicetak jarak jauh di empat tempat, yakni Bawen, Surabaya, Makassar, dan Medan. Semuanya demi menjamin ketersediaan BOLA tepat waktu di seluruh penjuru Tanah Air.52

Berbagai liku telah dialami dalam perjalanan hidup tabloid ini. Namun, semangat untuk memberikan yang terbaik bagi pembaca selalu membuat BOLA total untuk menjalaninya.

50

company profile Tabloid Bola.

51

Ibid.

52


(50)

B. Visi dan Misi Tabloid Bola53

Visi Tabloid Bola adalah menjadi perusahaan informasi dan bisnis layanan olahraga dan kesehatan terbesar di Indonesia yang mengarah pasar Asia Tenggara.

Sedangkan misi Tabloid Bola, yaitu:

 Menjalankan bisnis informasi olahraga dan kesehatan yang menguntungkan

 Membangun kerjasama bisnis informasi olahraga dan kesehatan dengan pelaku bisnis global

 Turut serta memajukan dunia olahraga dan kesehatan di Indonesia

C. Struktur Redaksi BOLA54

Direktur Utama : Agung Adiprasetyo

Direktur : Ian Situmorang, Yusack Susanto

Pemimpin Redaksi/ Pimred : Ian Situmorang

Wakil Pimred/ Penanggung Jawab : Arief Kurniawan

Redaktur Pelaksana : Eko Widodo

Wakil Redaktur Pelaksana : Yudhi F. Oktaviadhi

Sekretaris Redaksi : Tota Mariana Tobing

53

company profile Tabloid Bola.

54


(51)

Redaktur : Dede Isharrudin, Weshley Hutagalung, Peksi Cahyo Priambodo, Ary Julianto

Staf Redaksi : Broto Happy Wondomisnowo, Roosyudhi Priyanto, Ariandono D. Winardi, Rahayu Widiyanti, Andi Yanianto, Darojatun, Erwin Fitriansyah, Sapto Haryo Rajasa, M. G. Dwi Widijatmiko, Ario Yosia Pandegirot, Christian Gunawan, Wieta Rachmatia, Dwi Ari Setyadi, Rizal Syahisa, Tjandra M. Amin, Erly Bahtiar, Arief Bagus Prasetiyo, Firzie A. Idris, Andrew Sihombing, Anggun Pratama, Aprelia Wulansari, Stefan Sihombing, Riemantono, Martinus Raya Bangun, Arief Natakusumah, Dedi Rinaldi, Dian Savitri, Josep Lopiwudhi, Benhard Sitorus

Copy Chief : Lilianto Apriadi

Editor Bahasa : Andong Begawan, Ign. Hari Susanto, Achmad Lanang S.

Ilustrator : Hanung Kuncoro, M. Nasir

Kontributor Luar Negeri : Rob Hughes, Rob Maul (Inggris), Michael Dickhaeuser (Swiss), Wilson Sitompul (Meksiko), Irwandi (Kuala Lumpur)


(52)

Pracetak : Clement Stephan W. (Kepala Seksi), Sulistyono (Supervisor Artistik)

Staf Artistik : Asep Lesmana, Ign. Y. Joko Wibowo, Ahmad Zainudin, Azwar Muhlis, Achmad Hamsyah, Agustinus Watodey, Tuan Boy Notan, Titus S. P. Widiarto, Alfino Suhanta, Syahrul Ramadhan, Simon Hutagalung, Asep Sudrajat, Dimas Eri Basudew


(53)

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Penulis akan menganalisa berita yang disajikan oleh Tabloid Bola mengenai naturalisasi tim nasional (timnas) Indonesia. Pada bulan Oktober, media olahraga banyak memberitakan tentang naturalisasi tim nasional yang direncanakan oleh PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia). Wacana naturalisasi ini merupakan ide dari BTN (Badan Tim Nasional) dan PSSI dengan tujuan agar prestasi timnas dapat meningkat dan menjadi jawara di ajang turnamen terelite Asia Tenggara (ASEAN) yaitu Piala AFF.

Tabloid Bola menulis pemberitaan mengenai naturalisasi ini sebanyak 4 (empat) berita selama bulan Oktober 2010. Berikut judul dan pembahasan keempat berita tersebut.

Tabel 5 JUDUL BERITA

Hari/ Tanggal Judul Berita Isi Berita

Kamis, 14

Oktober 2010

Naturalisasi Tunggu Keseriusan

Pemerintah

Perlunya campur tangan dari SBY untuk memangkas jalur birokrasi pemberian status WNI pemain keturunan

Sabtu, 16 Oktober 2010

Naturalisasi Pemain Lebih Baik Tidak Terburu-buru

Program naturalisasi riskan jika dipaksakan terlalu cepat.

Senin, 18 Oktober 2010

Naturalisasi Tak Cukup Hanya WNI

Perlunya rasa nasionalisme pada pemain naturalisasi

Senin, 25 Oktober 2010

Naturalisasi Mimpi yang Terkabul

Dikeluarkannya paspor Indonesia bagi salah satu pemain naturalisasi


(54)

Keempat berita di atas membahas tentang naturalisasi yang terjadi pada tim nasional. Persoalan yang ada mulai dari proses naturalisasi itu sendiri, hingga pro dan kontra dengan adanya naturalisasi. Tabloid Bola sebagai tabloid olahraga di Indonesia menulis berita ini agar masyarakat Indonesia, khususnya pecinta sepakbola nasional mengerti dan mengetahui bagaimana proses naturalisasi ini terjadi.

Penulis menganalisa berita dengan menggunakan metode framing analysis yang merupakan cabang dari discourse analysis. Framing analysis digunakan untuk mengkaji teks yang ada pada sebuah media cetak.

Dalam framing analysis teori yang penulis gunakan adalah teori Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki, untuk melihat bagaimana wartawan menafsirkan pesan, menonjolkan bagian-bagian tertentu dari pesan tersebut dan untuk mengetahui keberpihakan wartawan terhadap penulisan berita naturalisasi tim nasional Indonesia. Dapat dilihat dari adanya Unsur Sintaksis (melalui pemilihan judul, lead, latar informasi, kutipan narasumber, pernyataan dan penutup), Unsur Skrip (kelengkapan berita 5W+1H), Unsur Tematik (paragraf, proposisi, kalimat dan hubungannya antar kalimat) dan Unsur Retoris (pemilihan kata, idiom, gambar dan grafik).


(55)

A. Temuan dan Analisis Data 1: Naturalisasi Tunggu Keseriusan Pemerintah (Edisi 14 Oktober 2010)

1. Paragraf Kesatu

Tabel 6

Headline yang menjadi judul berita merupakan kata-kata yang ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan memberi judul “Naturalisasi, Tunggu Keseriusan Pemerintah” karena wacana naturalisasi ini akan berhasil jika pemerintah serius menggarap proyek yang diajukan oleh PSSI. Selain itu pemilihan judul ini dipilih karena mewakili tulisan dari berita ini.55 Lead yang dipakai oleh wartawan termasuk ke dalam lead what, yaitu lead yang di mulai dengan fakta kejadian. Dalam lead dijelaskan fakta kejadian penampilan yang tidak terlalu memuaskan timnas senior pada uji coba melawan Uruguay dan Maladewa.

55

Wawancara Pribadi dengan Bola, Ario Yosia, Jakarta, 10 Mei 2011.

No Teks Sintaksis Skrip Tematik Retoris

1 Naturalisasi

Tunggu Keseriusan Pemerintah

Headline What - -

2 Berkaca pada penampilan timnas senior pada dua laga uji coba melawan Uruguay dan Maladewa yang tak terlalu memuaskan, BTN kian getol mewujudkan

wacana naturalisasi sejumlah pemain keturunan yang berkiprah di luar negeri.

Lead What, who, why

BTN berusaha mewujudkan wacana naturalisasi pemain keturunan

K: dan, yang

L: berkaca, kian, getol, berkiprah


(56)

Selain itu penulisan lead dalam berita ini termasuk ke dalam lead informal, yaitu lead yang hanya mengandung sebagian unsur berita (what, who why). Unsur berita yang paling menonjol adalah unsur who (BTN).

Pada bagian tematik, paragraf satu ini menjelaskan tentang BTN yang semakin rajin berusaha mewujudkan wacana naturalisasi pemain keturunan yang berkiprah di luar negeri. Kata koherensi (K) yang digunakan adalah kata ”dan” serta “yang”. Kedua kata ini merupakan penunjuk koherensi penjelas yang berarti proposisi setelah kata tersebut merupakan proposisi penjelas dari proposisi selanjutnya.

Pada unsur retoris lebih menekankan leksikon (L), yaitu pemilihan kata. Dalam pemilihan kata untuk menarik minat pembaca wartawan menggunakan kata “getol”, “berkiprah”, dan sebagainya.

2. Paragraf Kedua

Tabel 7

No Teks Sintaksis Skrip Tematik Retoris

3 Kehadiran mereka secara instan

diharapkan bisa mendongkrak performa Tim Merah-Putih di ajang Piala AFF 2010.

Latar informasi (Background)

What, who Alasan menaturalisasi pemain keturunan

KG: mereka

L: instan, mendongkrak, performa

4 Keberhasilan menjadi jawara turnamen terelite level Asia Tenggara

tersebut

diharapkan bisa

Background What, why, who

Harapan PSSI akan

kemenangan timnas

L: jawara, turnamen, terelite.


(57)

meredakan banjir kritik terhadap PSSI.

Unsur sintaksis pada paragraf kedua merupakan bagian dari latar informasi (background). Sedangkan pada skrip wartawan menonjolkan unsur who dan what. Kedua unsur ini menjelaskan bahwa dengan adanya pemain naturalisasi di timnas diharapkan bisa menambah kekuatan timnas dan menjadikan Indonesia juara di ajang Piala AFF 2010, serta meredakan banjir kritik terhadap PSSI.

Pada unsur tematik tidak ditemukan unsur koherensi. Kata ganti (KG)

yang dipakai oleh wartawan adalah kata “mereka” yang merupakan kata ganti dari pemain naturalisasi. Unsur selanjutnya yaitu unsur retoris, wartawan menggunakan beberapa kata pilihan/ idiom (I) sebagai “bumbu” tulisan agar pembaca lebih tertarik untuk membaca dan tidak monoton.56

3. Paragraf Ketiga

Tabel 8

No Teks Sintaksis Skrip Tematik Retoris

5 BTN akan

memperjuangkan proses naturalisasi empat blasteran Belanda-Indonesia,

Jhon van

Beukering, Raphael Guillermo Eduardo Maitimo, Tobias Waisapy, dan Sergio van Dijk.

Background What, who

Nama calon pemain yang akan

dinaturalisasi

K: dan

L:

naturalisasi, blasteran

6 Ketiga pemain (minus Sergio) ini telah dipertemukan

Background Who, when

Pertemuan Presiden RI dengan

L: Ketiga pemain, minus, duel

56


(58)

secara langsung dengan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono,

menjelang duel Indonesia vs Uruguay, Jumat (8/10).

pemain naturalisasi

K: dengan

Unsur sintaksis pada paragraf ketiga terdiri dari latar informasi (background). Pada unsur skrip wartawan menonjolkan unsur who, yang menyebutkan siapa saja pemain yang akan dinaturalisasi. Sedangkan pada unsur tematik, wartawan menggunakan kata hubung “dan” serta “dengan” yang merupakan koherensi penjelas. Pada unsur retoris wartawan menggunakan pilihan kata seperti “duel” yang berarti pertandingan.

4. Paragraf Keempat

Tabel 9

No Teks Sintaksis Skrip Tematik Retoris

7 Respons dari orang nomor satu Indonesia itu cukup positif. Background What, who Respon positif presiden

L: respons

I: orang nomor satu 8 Campur tangan

SBY amat

diperlukan untuk memangkas jalur birokrasi

pemberian status WNI terhadap pemain keturunan.

Background Why, who Perlunya campur tangan SBY memberikan status WNI pemain keturunan

I: campur tangan

Paragraf keempat sama seperti paragraf sebelumnya yang masih merupakan bagian dari latar informasi (background). Pada bagian skrip lebih menonjolkan unsur who (presiden) dan pada bagian tematik merupakan


(59)

penjelasan dari apa yang dikatakan unsur who (presiden). Sedangkan pada unsur retoris pemilihan kata yang digunakan oleh wartawan adalah “campur tangan” yang merupakan ungkapan.

5. Paragraf Kelima

Tabel 10

No Teks Sintaksis Skrip Tematik Retoris

9 Dalam UU No. 12 Tahun 2006 tentang WNI disebutkan seseorang bisa menjadi WNI apabila telah

menetap di

Indonesia

sekurangnya lima tahun berturut-turut.

Background What UU tentang WNI

-

10 Prasyarat itu bisa diabaikan jika SBY turun tangan langsung

memberikan restu dalam bentuk keppres dengan mengedepankan kepentingan Negara.

Background What, who, how

Prasyarat bisa diabaikan jika SBY membuat keppres

K: dengan

L: Prasyarat

I: turun tangan, memberikan restu

Paragraf kelima masih merupakan latar informasi (background). Unsur what lebih ditonjolkan oleh wartawan dan wartawan juga menyebutkan UU tentang WNI untuk menguatkan apa yang ditulisnya. Pada unsur tematik, wartawan menggunakan kata hubung “dengan” yang merupakan koherensi penjelas.


(1)

Hal ini sesuai dengan harapan dari Redaktur Tabloid Bola yang menginginkan pembaca mengetahui proses yang terjadi dalam naturalisasi ini.

“Masyarakat paham, mengerti, mengetahui dan bisa menilai maksud dari naturalisasi ini seperti apa dan bagaimana mereka mencerna dan melihat proses naturalisasi yang terjadi. Mereka memiliki alasan-alasan dan melihat feature-nya seperti apa. Pro kontra-nya seperti apa, kita hadirkan semua sehingga masyarakat bisa menilai secara gampang bahwa program ini untung ruginya seperti apa dan baik buruknya seperti apa.”69

69


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan oleh penulis mengenai analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki untuk menganalisis teks media cetak dalam mengemas berita, penulis menemukan pembingkaian dalam pemberitaan naturalisasi, yaitu sebagai berikut:

Keempat berita yang berjudul “Naturalisasi Tunggu Keseriusan Pemerintah” tanggal 14 Oktober 2010, “Naturalisasi Pemain Lebih Baik Tak Terburu-buru” tanggal 16 Oktober 2010, “Naturalisasi Tak Cukup Hanya WNI” tanggal 18 Oktober 2010, dan “Naturalisasi Mimpi yang Terkabul” tanggal 25 Oktober 2010 membahas tentang naturalisasi mulai dari proses yang terjadi, pro-kontra hingga akhirnya membuahkan hasil.

Dari empat berita tersebut, Tabloid Bola banyak menggunakan unsur what

dan who. Unsur what ini digunakan oleh Tabloid Bola untuk menggiring pembaca agar mengetahui apa yang terjadi dalam proses naturalisasi ini. Sedangkan unsur

who digunakan untuk menggiring pembaca agar mengetahui siapa saja yang akan dinaturalisasi dan juga siapa saja pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.


(3)

B. Saran

Redaksi Tabloid Bola ketika mengemas pesan dalam bentuk berita sebaiknya mengacu pada format standar penulisan berita pada umumnya, yaitu dengan standarisasi yang baik dengan menampilkan unsur 5W+1H secara lengkap.

Redaksi Tabloid Bola hendaknya menyajikan berita sesuai dengan fakta di lapangan, serta menggunakan bahasa yang mudah dipahami agar pesan yang disampaikan kepada pembaca sampai dengan jelas.

Seorang wartawan dalam menyampaikan informasi hendaknya jujur, tidak memutarbalikan fakta, memberikan informasi yang akurat dengan cara check and recheck informasi yang diperoleh, dan faktor deadline bukanlah suatu hambatan untuk mengecek informasi.

Seorang wartawan dalam penulisan singkatan pada awal tulisan diharapkan juga memberikan kepanjangannya sesuai dengan aturan penulisan berita yang menyebutkan bahwa pada awal adanya singkatan harus ditulis dengan kepanjangannya, dan pada tulisan berikutnya boleh hanya menggunakan singkatannya saja.70 Hal ini dikarenakan tidak semua khalayak/ pembaca mengerti kepanjangan dari singkatan tersebut.

Seorang wartawan dalam melaporkan berita hendaknya tidak mengikutsertakan opini, idiologi dan keberpihakan wartawan terhadap suatu

70

Haris Sumandiria, Bahasa Jurnalistik, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 107.


(4)

peristiwa. Selain itu diharapkan lebih mawas diri untuk mengantisipasi segala sesuatu yang timbul akibat pemberitaan yang mereka lakukan dan segala realitas yang mereka konstruksikan.

Bagi pembaca hendaknya dapat memahami makna yang terdapat di media massa dengan mencermati kalimat, istilah, isi berita serta validitas sumber yang tersaji dalam media massa. Serta mencari informasi yang sama dari sumber media cetak yang berbeda untuk mengetahui kualitas kebenaran sebuah informasi serta tidak menerima informasi secara priori.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro. dkk. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, edisi revisi. Bandung: Simbiosis Rekatama Media, 2007.

Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Djuroto, Totol. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000.

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, cet.ke-11. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998.

Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, cet.ke-8. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2008.

HM., Zaenuddin. The Journalist. Bandung: Simbiosis Rekatama Media, 2011. Iswara, Luwi. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, cet.ke-3. Jakarta: Kompas,

2007.

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi, cet-2. Jakarta: Kencana, 2007.

Kurnia, Septian Santana. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.

Kusumaningrat, Hikmat dan Kusuma, Purnama. Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, cet.ke-4. Jakarta: Erlangga, 1996.

Muhtadi, Asep Saeful. Jurnalistik: Pendekatan Teori dan Praktik. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Mulyana, Deddy. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, cet.ke-5. Yogyakarta: LKiS, 2008.

Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.

Suhaimi dan Nasrullah, Ruli. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.

Riyanto, Geger. Peter L Berger: Perspektif Metateori Pemikiran/ Geger Riyanto, cet.ke-1. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2009.


(6)

Romli, Asep Syamsul M. Jurnalistik Praktis untuk Pemula. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.

_ _ _ _. Jurnalistik Terapan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003.

Simbolon, Parakitri T. Vademekum Wartawan. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 1997.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Sumandiria, Haris. Bahasa Jurnalistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006 Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Jakarta: Kalam Indonesia, 2005.

Wibowo, Indiwan Seto Wahju. Dasar-dasar Jurnalistik. Jakarta: LPJA Press Jakarta, 2006.

Wibowo, Wahyu. BeraniMenulis Artikel: Babak Baru Kiat Menulis Artikel untuk Media Massa Cetak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006.

Sumber Wawancara:

Wawancara Pribadi dengan Ario Yosia, Jakarta, 10 Mei 2011. Wawancara Pribadi dengan Ary Julianto, Jakarta, 27 Mei 2011. Wawancara Pribadi dengan Hafit Desrizal, Jakarta, 28 Mei 2011. Wawancara Pribadi dengan Wasiun Mika, Jakarta, 29 Mei 2011.


Dokumen yang terkait

POLITIK MEDIA LOKAL TENTANG PEMBERITAAN TIM SEPAK BOLA LOKAL PERSIK KEDIRI DALAM LIGINA XII (Liga Indonesia) DJARUM PUTARAN I 2006 Analisis Framing Rubrik Radar Sport Harian Radar Kediri

0 6 2

Analisis Framin Pemberitaan " Madrid Untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca" Pada Rubrik Kick Off Di Harian Umum Republika Edisi 29 September 2012

0 5 82

WAJAH SOEHARTO DALAM INFOTAINMENT (ANALISIS FRAMING TABLOID CEK & RICEK TERHADAP PEMBERITAAN SOEHARTO)

0 2 8

dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat (Analisis Framing Pemberitaan Tim Sepakbola Persiba Bantul dalam Surat Insider Friendship dan Pemberitaan Persiba Bantul dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat (Analisis Framing Pemberitaan Tim Sepakbola Per

0 2 15

PENDAHULUAN GAMBARAN BUDAYA POPULER IKLAN SEPAK BOLA (Analisis Isi Iklan Tabloid Bola Selama Piala Dunia FIFA Afrika Selatan 2010 di Halaman Ole Internasional).

0 3 39

PENUTUP GAMBARAN BUDAYA POPULER IKLAN SEPAK BOLA (Analisis Isi Iklan Tabloid Bola Selama Piala Dunia FIFA Afrika Selatan 2010 di Halaman Ole Internasional).

0 2 15

REGISTER SEPAK BOLA PADA TABLOID BOLA EDISI SEPTEMBER-OKTOBER 2013 Register Sepak Bola Pada Tabloid Bola Edisi September-Oktober 2013.

0 0 12

REGISTER SEPAK BOLA PADA TABLOID BOLA EDISI SEPTEMBER-OKTOBER 2013 Register Sepak Bola Pada Tabloid Bola Edisi September-Oktober 2013.

1 1 18

EUFEMISME DALAM RUBRIK PERISTIWA PADA TABLOID NOVA

0 1 13

REALITAS JOKOWI DALAM PEMBERITAAN KOMPAS.COM DI RUBRIK “POLITIK” (Analisis Framing Pemberitaan Jokowi Pada Rubrik “Politik” di Kompas.Com Periode Oktober 2014) - FISIP Untirta Repository

0 0 167