Analisis Framin Pemberitaan " Madrid Untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca" Pada Rubrik Kick Off Di Harian Umum Republika Edisi 29 September 2012

(1)

BARCA” PADA RUBRIK KICK OFF DI HARIAN

UMUM REPUBLIKA EDISI 29 SEPTEMBER 2012

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)

Oleh

ImasDamayanti NIM: 109051100071

KONSENTRASI JURNALISTIK PROGRAM STUDI

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU

DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1434 H/ 2013 M


(2)

(3)

(4)

Analisis Framing Pemberitaan “Madrid Untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” Pada Rubrik Kick Off di Harian Umum Republika Edisi 29 September 2012

Penelitian ini mengangkat tentang isu sepak bola Spanyol yang terkenal dengan dua klub besarnya yaitu Real Madrid dan Barcelona yang memiliki sepak terjang berbeda dalam hal kemanusiaan di Palestina. Dalam hal ini Republika

mengangkat isu tentang kemanusiaan dibalut dengan wacana olahraga yang akrab di telinga masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim terbesar di dunia dan memiliki selera tinggi terhadap pemberitaan olahraga apalagi sepak bola. Pemberitaan tersebut muncul pada edisi 29 September 2012 di rubrik Kick Off dengan judul “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca”.

Untuk mengetahui bagaimana Republika membingkai berita tersebut maka muncul beberapa pertanyaan, yaitu: Bagaimana Framing kategorisasi Republika dalam berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca”? kemudian bagaimana kesalahan rubrikasi berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” di Harian Republika? Bagaimana Framing ideologi dalam berita “Madrid

untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca”?

Dalam menjawab rumusan masalah tersebut, teori yang digunakan peneliti adalah teori analisis framing model Murray Edelman yang melihat bagaimana media membingkai sebuah berita melalui kategorisasi, kesalahan dalam rubrikasi, dan ideologi media. Sebuah kategorisasi, kesalahan rubrikasi, dan ideologi memiliki andil penting dalam mengarahkan opini khalayak dalam memandang sebuah isu. Dan dari situ akan terjadi persepsi tertentu dari khalayak pada sebuah isu tertentu yang telah dibingkai media.

Dari hasil wawancara dan penelitian peneliti ditemukan beberapa fakta penting yang menunjukkan bahwa pemberitaan yang menjadi fokus peneliti adalah sebuah bingkai dari Republika yang menyangkut nilai ideologi. Wacana politik lebih santer terdengar ketimbang olahraga di dalam rubrik olahraga. Kemudian terlihat juga kategorisasi melalui pemakaian kata yang memiliki makna tidak seharusnya dalam beberapa kalimat pemberitaan tersebut, pemakaian kata ini bisa menjadi senjata dalam membingkai sebuah isu oleh Republika. Republika membingkai sebuah isu politik dan agama dalam balutan rubrik olahraga.


(5)

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan limpahan Rahmat dan Kasih-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Puji serta syukur peneliti panjatkan untuk petunjuk serta Ridha-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Framing Pemberitaan „Madrid untuk

Palestina, Warga Gaza Boikot Barca‟ Pada Rubrik Kick Off di Harian Umum Republika Edisi 29 September 2012” sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Penyusunan skripsi ini merupakan tugas akhir peneliti sebagai persyaratan dalam menyelesaikan program studi di jenjang Strata Satu (S1) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Konsentrasi Jurnalistik.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari benar bahwa begitu banyak dukungan dan perhatian yang peneliti dapatkan dari berbagai pihak sehingga segala kesulitan dan hambatan dalam menyusun skipsi ini akhirnya dapat dilalui. Ucapan terima kasih saja belum dirasakan cukup untuk membalas dukungan-dukungan tersebut. Namun bagaimana pun, peneliti mengiringkan terima kasih sedalam-dalamnya atas dukungan baik moril maupun materil selama proses menyeselesaikan studi kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jumroni, MS.i selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum,


(6)

selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Rachmat Baihaqi, MA. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3. Rubiyanah, M.A. selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik sekaligus Dosen

Penasihat Akademik dan Ade Rina Farida, M.Si. selaku Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik yang selalu mendukung dan memberi banyak kemudahan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

4. Masran, M.A. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, waktu, dan nasehat kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini. 5. Seluruh Dosen, serta para staf tata usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Pihak Republika yang turut berperan dalam selesainya penelitian peneliti, khususnya kepada Wakil Redaktur Pelaksana Syahruddin el Fikr Sekretaris Redaksi Fahmi dan Redaktur Endro Yuwanto. Terimakasih telah memberikan waktu berharganya.

7. Secara khusus dan terutama adalah yang peneliti selalu cintai, kedua orang tua, Saanih dan Ibnu Hajar (alm) yang telah begitu banyak dan tanpa henti memberikan doa, dukungan dan pengorbanan kepada peneliti.

8. Kakak-kakak peneliti, Tuti Awaliyah, Idrus Efendi (alm), Irma Rianingsih, Ita Puspita, dan Isna Amaliah yang selalu menjadi inspirasi.


(7)

sebut di sini, terima kasih atas kebersamaan kita dan jangan ke mana-mana. 10.Teman-teman seperjuangan Jurnalistik angkatan 2009, yang telah melalui

sebuah masa penuh kenangan dengan peneliti selama menuntut pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di antaranya, Adjri, Ali, Andin, Arga, Arintika, Azis, Bima, Bobby, Devi, Devit, Dewi F., Dewi R. Dul, Fauziah, Fikri, Hafsa, Hilda, Hilman, Ilham, Ima, Yusuf, Indi, Jaffry, Jauhari, Khaeru, Lindawati, Marisha, Mekar, Nur F., Puti, Putri B., Putri N., Samsul, Sigit, Turi, Virlin, dan Zaki.

11.Teman-teman anggota KKN PENA dan seluruh warga Gunung Seureuh , terima kasih atas kerja sama dan pengalamannya sebulan penuh disana.

12.Kawan-kawan English Club 2013 yang luar biasa tangguh.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti akan menerima segala kritik dan saran agar lebih belajar lagi. Akhirnya, peneliti berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sebagai bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, 28 April 2014


(8)

i

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Metode Penelitian ... 7

F. Tinjauan Pustaka ... 7

G. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konstruksi Realitas Sosial ... 10

B. Analisis Framing ... 14

1. Pengertian Analisis ... 14

2. Pengertian Framing ... 15

3. Pengertian Analisis Framing ... 17

C. Model Framing Murray Edelman ... 19

1. Kategorisasi ... 19

2. Kategorisasi dan Ideologi ... 22

BAB III GAMBARAN UMUM A. Profil Republika ... 24

B. Profil Wartawan Republika Endro Yuwanto ... 29

C. Profil FC Barcelona ... 30

D. Profil Real Madrid FC ... 33


(9)

ii

Warga Gaza Boikot Barca” di Harian Umum Republika Pada

Rubrik Kick Off Edisi 29 September 2012 ……….. 38 B. Kesalahan Rubrikasi Dalam Berita “Madrid untuk Paletina,

Warga Gaza Boikot Barca” di Harian Umum Republika Pada

Rubrik Kick Off Edisi 29 September 2012 ……… ... 45 C. Framing Ideologi Dalam Berita “Madrid untuk Palestina,

Warga Gaza Boikot Barca” di Harian Umum Republika Pada

Rubrik Kick Off Edisi 29 September 2012 ………... ... 49

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 55 1. KesimpulanFraming Kategorisasi Dalam

Pemberitaan “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” Pada Rubrik Kick Off di Harian Umum

Republika……….. 55 2. Kesimpulan Kesalahan Rubrikasi Dalam

Pemberitaan “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza

Boikot Barca” Pada Rubrik Kick Off di Harian Umum

Republika ……….. 55

3. Kesimpulan Ideologi Dalam Pemberitaan “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” Pada Rubrik Kick Off di Harian Umum

Republika ……….... 56 B. Saran ... 57


(10)

iii

“Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca”

Pada Rubrik Kick Off di Harian Umum Republika …. 57 2. Saran Rubrikasi Dalam Pemberitaan “Madrid

untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” Pada

Rubrik Kick Off di Harian Umum Republika ……….. 57 3. Saran Ideologi Dalam Pemberitaan “Madrid

untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” Pada

Rubrik Kick Off di Harian Umum Republika ……….. 58


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media massa memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat, sebagai penyalur informasi, media massa juga berperan banyak dalam mengembangkan pendidikan serta memberikan sebuah hiburan kepada khalayak. Sebagai salah satu elemen penting dari sebuah negara, media massa juga sangat berpartisipasi dalam membangun negara karena sifatnya yang sangat informatif dan edukatif. Umumnya media massa yang sudah sangat populer dalam era globalisasi seperti ini berupa radio, televisi, surat kabar, sampai internet sudah sangat membaur di masyarakat karena mudah ditemui.

Media massa sebagai penyalur atau proses penyampaian informasi melalui sarana teknis untuk kepentingan umum dan kelompok besar yang tidak dikenal.1 Maka sudah sangat jelas keefektifan media massa dalam memengaruhi opini dan prilaku khalayak terhadap suatu informasi yang mereka dapatkan dari media massa.

Media cetak memiliki kelebihan tersendiri dalam menyampaikan informasi kepada khalayak dibandingkan media massa lainnya. Karena media cetak bersifat tulisan yang dapat dibaca berulang-ulang karena sifatnya berupa lembaran yang bisa disimpan. Keefektifan khalayak dalam mendapatkan informasi bisa lebih spesifik dengan cara menyimpan dan membaca berulang-ulang lembaran Koran

1

Tondowidjojo Cm. JVS, Media Massa dan Pendidikan (Yogyakarta: Kanisius, 1985) hal 11.


(12)

yang disimpan. Keefektifan media cetak juga terletak pada kemasan pemberitaan yang langsung menuju sasaran dengan pemakaian kata-kata khusus dan konkret di setiap rubrik.2

Dengan informasi yang mudah didapatkan masyarakat pada era globalisasi ini, media cetak terus menunjukkan tajinya sebagai salah satu media yang dapat mempengaruhi opini khalayak. Informasi terus membanjiri masyarakat, namun masyarakat akan memilih informasi yang mereka sukai. Di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, ketertarikan terhadap informasi juga sangat berbeda-beda mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang tua, mereka dapat memilih informasi sesuai ketertarikan mereka terhadap suatu hal yang mereka sukai. Tapi dibalik itu semua, ada satu informasi yang sangat mendominasi ketertarikan khalayak, baik di kalangan anak-anak sampai orang tua karena bersifat ringan.

Seperti kita ketahui, di Indonesia berita yang ringan menjadi alternatif tersendiri di tengah banyaknya berita-berita seputar dunia politik yang cukup berat. Hal itu Seperti yang dijelaskan oleh Daniel Boorstin tentang bagaimana masyarakat menyerap berita-berita ringan yang disajikan oleh media. Karena bersifat ringan dan menguntungkan untuk media, berita-berita ringan tersebut laris manis menjamur di masyarakat dan masyarakat seolah kehilangan kepentingan untuk peka terhadap kejadian di sekitarnya.3

Adalah sepakbola sebagai olahraga paling populer di jagat raya termasuk di Indonesia. Sepakbola membuat khalayak terus mencari informasi terkait sepakbola, mulai dari pertandingan sepakbola maupun pernak-perniknya seperti

2

Sudirman Tebba: Jurnalistik Baru, (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 64.

3

Brian McNair: An Introduction to Political Communication, (New York: Routledge, 2004), h. 27.


(13)

profil pemain hingga manajemen sebuah klub-klub sepak bola dunia. Tak ayal, jika sajian informasi dari dunia sepak bola sangatlah diminati masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim terbesar di dunia. Jadi sangatlah jelas, media cetak mengambil langkah cepat dalam mencari dan menyajikan informasi dari dunia sepak bola untuk eksistensinya, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Sepakbola dari dalam maupun luar negeri memiliki magnet tersendiri terhadap penikmat sepak bola. Di dalam negeri, euforia sepak bola begitu terasa ketika Piala AFF 2010 saat Indonesia berhasil masuk ke dalam final di kejuaran bergengsi se-Asia Tenggara, namun karena gagal meraih trofi saat final tersebut, euforia itu perlahan mulai kandas dan terkikis. Dan jauh sebelum piala AFF 2010 digelar, masyarakat Indonesia memang sangat menikmati sepakbola luar negeri hingga saat ini, khususnya Negara-negara yang memiliki liga bergengsi di dunia. Sebut saja Liga BBVA yang dimiliki Spanyol. Magnet dari dua klub raksasa Spanyol, Barcelona dan Real Madrid membuat dunia termasuk Indonesia mejadikan Liga BBVA sebagai kiblat sepakbola selain Barclays Priemier League milik Inggris. Dan sampai saat ini, penikmat Liga BBVA di Indonesia sudah menunjukkan angka yang sangat fantastis.

Spanyol sebagai kiblat sepakbola modern saat ini benar-benar menunjukkan kapasitasnya, terbukti dengan pencapaian mereka saat meraih trofi Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010, dan Piala Eropa 2012. Belum lagi Liga BBVA dihuni oleh klub-klub papan atas dunia, sebut saja Barcelona, Valencia, Real Madrid, Malaga, dan Atletico Madrid. Dengan Liga yang bertabur pemain bintang dari belahan Negara seperti Christiano Ronaldo, Lionel Messi, Francesc Fabregas, Iker


(14)

Casillas, dan lain sebagainya. Tak heran jika banyak para penikmat sepak bola yang tak mau tertinggal berita seputar Liga BBVA.

Pemain bintang hingga manajemen klub terus jadi sorotan media, termasuk media cetak. Banyak kebijakan-kebijakan dari manajemen klub-klub besar, seperti transfer pemain hingga kegiatan sosial dalam kemasan olahraga yang tentu saja disokong oleh sponsor-sponsor klub. Namun apa jadinya jika peran sepakbola yang awalnya adalah sebuah hiburan yang bersifat olahraga dicampuri oleh kepentingan tertentu dan menimbulkan kontradiksi. Meski sejatinya, sepak bola selalu menampilkan dimensi lain dari suatu bangsa, olahraga ini menjadi dialog antar-komunitas, antar-ormas, dan antar-bangsa, terutama ketika dialog konvensional baik melalui jalur diplomasi maupun tekanan politik atau militer yang mengalami jalan buntu.4

Berita mengenai dunia sepakbola juga tersaji di media cetak, seperti Republika

yang memiliki rubrik Kick Off . Rubrik ini khusus menyampaikan berita-berita mengenai sepakbola. Namun, pada edisi Sabtu, 29 September 2012 rubrik Kick Off menyajikan berita yang bernafaskan sensitif agama terhadap dua klub yang mempunyai rivalitas tinggi yaitu Real Madrid dan Barcelona. Berita itu disajikan dengan judul Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca.

Hal-hal yang berbau Suku, Ras, Agama dan Antargolongan (SARA) tidak seharusnya ada dalam sepakbola. Kembali kepada makna dan fungsi sepakbola itu sendiri adalah sebuah hiburan yang bersifat olahraga, berimbang, serta tak memihak, dan sportif.

4

Muhaimin Iskandar: Spiritualitas Sepak Bola, (KLIK.R: Jl. Imogiri Barat Km. 6, No. 26, 2006), hal. 4.


(15)

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN “MADRID UNTUK PALESTINA, WARGA GAZA BOIKOT BARCA” PADA RUBRIK

KICK OFF DI HARIAN UMUM REPUBLIKA EDISI 29 SEPTEMBER

2012.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang yang telah dijabarkan oleh penulis, maka penulis membatasi masalah sehingga kajian skripsi ini berfokus pada analisis framing

pemberitaan “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” pada rubrik Kick Offdi Harian Umum Republika edisi 29 September 2012.

Analisis framing bisa dilakukan dengan bermacam-macam fokus dan tujuan. Tentu saja karena hal ini berkaitan dengan berbagai definisi dan ruang lingkup

framing sendiri yang cukup kompleks. Edelman, mensejajarkan framing dengan kategorisasi. Karena kategorisasi memiliki kekuatan besar dalam memengaruhi kesadaran publik. Kemudian Edelman juga melihat framing sebagai rubrikasi serta ideologi, di mana topik-topik tertentu yang harusnya diletakkan di rubrik yang semestinya justru diletakkan ke rubrik yang lain.5 Dari seluruh pemaparan di atas, dapat dirumuskan beberapa poin dari penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana Framing kategorisasi Harian Republika terhadap berita “Madrid

untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” pada rubrik Kick Off edisi 29 September 2012.

5

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005), h. 156-157.


(16)

2. Bagaimana Framing Rubrikasi Harian Republika pada berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” di rubrik Kick Off edisi 29 September 2012.

3. Bagaimana kesalahan Ideologi Harian Republika pada berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” di rubrik Kick Off edisi 29 September 2012.

Setidaknya, poin yang penulis tawarkan di atas menjadi pedoman pembahasan dalam skripsi ini atau sebagai frame content yang penulis jadikan acuan pembahasan.6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai, yaitu:

1. Mengetahui cara Harian Umum Republika dalam membingkai pemberitaan sepak bola bermuatan politik.

2. Mengetahui peran dakwah Harian Umum Republika dengan menggunakan analisis Framing model Murray Edelman.

2. Manfaat Penelitian

Secara content essentials, manfaat penelitian ini penulis harapkan dapat menjadi sebuah sumbangan akademik dalam hal studi komunikasi massa yang berafiliasi pada studi media cetak. Penulis juga mendapatkan wawasan tambahan referensi karena telah melakukan sebuah penelitian sesuai dengan pendidikan

6

Yang dimaksud dengan Frame Content adalah kerangka isi dalam penulisan karya ilmiah ini.Dimaksudkan agar pokok permasalahan yang ingin penulis teliti tidak keluar dari kaitan judul skripsi.


(17)

yang penulis tempuh. Juga dapat menumbuhkan semangat olah raga serta menginspirasi bagi semua.

Bagi pembaca, hasil penelitian yang penulis susun dalam sebuah skripsi ini adalah dapat membantu studi-studi media cetak khususnya. Sehingga tujuan penelitian ini dapat tercapai sesuai kebutuhan akademik.

D. Metode Penelitian

Dalam penulisan ini, penulis melakukan pengumpulan data dari berbagai literatur, yang melingkupi pengumpulan data berupa referensi yang erat kaitannya dengan media cetak. Seperti buku-buku, artikel, baik yang bersumber dari media cetak maupun elektronik. Hasil data tersebut dibahas dan dianalisa kemudian ditulis sesuai dengan standar penulisan karya ilmiah.

Metode penelitian dalam penulisan ini menggunakan metode kualitatif7. Selain itu, penulis juga menggunakan metode Deskriptif8 untuk memenuhi referensi isi dari penulisan ini, kedua metode tersebut penulis lakukan dengan cara studi lapangan dan pustaka (Field and Library Research).

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis melakukan tinjauan pustaka ke perpustakan utama UIN Syarif Hidayatullah maupun perpustakaan di Fakultas

7

Penelitian Kualitatif adalah penelitian Ilmu Sosial yang berupaya menghimpun data, mengolah data, dan menganalisa secara kualitatif.Penelitian dengan metode ini lebih mendalam dalam pengungkapan masalah dan sebagai upaya komprehensif secara penjelasan deskriptif. Sehingga hasil dari penelitian ini memiliki kelebihan tersendiri disbanding dengan penelitian dengan metode lain. Lihat: Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Rosda Karya, 2005), h.13.

8

Pendekatan Deskriptif dimaksudkan sebagai pendekatan yang berupaya untuk menggambarkan suatu peristiwa, gejala atau temuan dalam penelitian.Sehingga memudahkan bagi penerima hasil penelitian untuk dipelajari lebih lanjut.Pendekatan ini melingkupi penjelasan mengenai sebuah peristiwa terjadi, bagaimana, dan sejauh mana. Lihat: Suharsimi Arikunto,


(18)

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Setelah penulis melakukan tinjauan pustaka, penulis menemukan sebuah skripsi yang membahas mengenai Analisis Wacana Pemberitaan Final Piala Suzuki AFF 2010 di Media Indonesia.

Dari skripsi tersebut maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa yang meneliti tentang ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN “MADRID UNTUK PALESTINA, WARGA GAZA BOIKOT BARCA” PADA RUBRIK KICK OFF DI HARIAN UMUM REPUBLIKA EDISI 29 SEPTEMBER 2012.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran dan penjelasan yang jelas dan terarah, maka penulis membagi pembahasan ke dalam lima bab dengan urutan sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN

Penulis menguraikan latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI

Penulis menguraikan teori-teori yang menjadi landasan dalam kerangka pemikiran dalam penelitian ini. Berisi tentang pengertian konstruksi realitas sosial, pengertian analisis, pengertian framing, pengertian analisis framing, dan model-model analisis framing.

BAB III: GAMBARAN UMUM

Penulis menguraikan profil, sejarah, sepak terjang dua klub sepakbola spanyol Real Madrid dan Barcelona. Ideologi, sejarah, perkembangan, dan rubrik Kick Off di Harian Umum Republika.


(19)

BAB IV: TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Framing Kategorisasi Dalam Berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza

Boikot Barca” di Harian Umum Republika Pada Rubrik Kick Off Edisi 29 September 2012

B. Framing Rubrikasi Dalam Berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” di Harian Umum Republika Pada Rubrik Kick Off Edisi 29 September 2012

C. Framing Ideologi Dalam Berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” di Harian Umum Republika Pada Rubrik Kick Off Edisi 29 September 2012

BAB V: PENUTUP

Penulis memberikan kesimpulan dan saran terhadap apa yang telah diteliti dalam skripsi ini, dan juga beberapa lampiran yang didapat.


(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

Sejak 1998 era reformasi di Indonesia di mulai dengan munculnya kebebasan pers yang menjadi simbol kemerdekaan berbicara setiap warganya. Kebebasan pers ini ditandai dengan lahirnya Undang-undang No: 40 Tahun 1999 tentang Pers.3 Reformasi juga menyisakan berbagai agenda salah satunya adalah masyarakat mengisi ruang publik yang bersifat plural dan sosiologis.

Reformasi diharapkan dapat mewujudkan ruang publik yang secara struktural dan kultural mencerminkan nilai demokrasi dan masyarakat sipil. Aristoteles menyatakan bahwa dalam demokrasi masyarakat adalah yang tertinggi,4 untuk itulah kiranya demokrasi dijadikan tren baru dalam media di Indonesia pasca reformasi karena beralaskan kepentingan bersama. Dan seiring berjalannya waktu, media di Indonesia telah bertransformasi menjembatani berbagai kepentingan, baik kepentingan rakyat, pengusaha, politik, dan juga kepentingan media itu sendiri.5

A. Konstruksi Realitas Sosial

Kebanyakan orang akan berpendapat bahwa media massa, baik cetak, elektronik, bahkan online, adalah sebuah sumber yang patut dipercaya. Segala berita maupun informasi yang disajikan oleh media massa menjadi hal yang dikonsumsi oleh masyarakat banyak dan “ditelan mentah-mentah” secara keseluruhan tanpa melihat bagaimana dan siapa yang ada dibalik berita tersebut.

3

Sudirman Tebba: Hukum Media Massa Nasional, (Ciputat: Pustaka irVan, 2007), h. 184.

4

Aristoteles (384-322 SM): Politik (La Politicia), Penyuting: Nino Cicero,(Jakarta: Visimedia, 2007), h. 122.

5

Garin Nugroho: TV Publik, Menggagas Media Demokratis di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Sains Estetika dan Teknoogi, 2002), h. 4.


(21)

Hal ini menjadi wajar ketika serangan dan serbuan media yang menjamur pada abad ini menyulitkan khalayak untuk menelaah lebih jauh mengenai informasi yang disajikan oleh media. Informasi menjadi kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial, tidak mungkin tanpannya manusia akan menjalani kehidupan bersosial tanpa mendapatkan informasi, apalagi di era globalisasi seperti sekarang ini menjadikan khalayak cenderung tidak mencari-cari kebenaran dari informasi yang didapatkannya secara detail. Informasi hadir untuk melayani manusia keseluruhan, namun pada prakteknya, informasi mau tidak mau adalah sebuah “barang” yang didapatkan lalu kemudian diproses oleh pelaku media dengan proses-proses tertentu. Dan, ketika informasi itu disajikan kepada khalayak, maka kebanyakan khalayak menganggap bahwa informasi yang disajikan oleh media adalah sebuah kebenaran yang mutlak.

Berita yang disajikan oleh media mau tidak mau akan melewati berbagai macam proses yang meliputi: pemilihan tema, seleksi isu, penentuan narasumber, ideologi media, dan beberapa ketentuan-ketentuan media lainnya. Hal inilah yang menyebabkan berita-berita yang disajikan kepada khalayak adalah hasil konstruksi media.

Dengan berbagai tahapan tadi, objektivitas sebuah berita menjadi sebuah pertanyaan. Media memainkan peran penting di dalamnya yang tanpa tidak mungkin melihat sebuah sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Dari sinilah terlihat nilai subyektifitas dalam sebuah berita karena media memainkan peran vital, yakni mengkonstruksi sebuah realitas. Pada dasarnya realitas media adalah merupakan realitas simbolik.


(22)

Isi media merupakan hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai dasarnya, sedangkan bahasa bukan merupakan alat mempresentasikan realitas, tetapi juga menentukan relief seperti apa yang hendak diciptakan bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya media massa mendapatkan peluang yang sangat besar untuk memengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksinya. Karena bahasa memiliki kekuatan tersendiri dalam menyampaikan pesan-pesan kepada khalayak.6

Menurut pandangan Berger dan Luckman (1965), teori konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas sosial yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori, dan opini masyarakat cenderung sinis.7

Berger dan Luckman mengatakan (1990:61), terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.8

Eksternalisasi adalah sebuah proses di mana sekelompok manusia menjalankan sebuah tindakan. Bila dianggap tindakan yang tadi tepat dan berhasil menyelesaikan persoalan pada saat itu, maka tindakan tersebut akan dilakukan berulang-ulang.9

Objektivasi adalah suatu hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan realitas

6

Ibnu Hamad , Muhamad Qadari dan Agus Sudibyo, Kabar-kabar Kebencian, (Jakarta: Institut Studi Arus Informasi , PT Sembrani Aksara Nusantara, 2001), h. 74-75.

7

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), h. 288.

8

Ibid, h. 191.

9

Geger Riyanto, Peter L. Berger: Perspektif Metateori Pemikiran, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2009), h. 110.


(23)

objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya. Hasil dari eksternalisasi bisa berupa budaya, bahasa, dan sebagainya.10

Internalisasi merupakan sebuah proses penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Melalui internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat.11

Tabel 1

Proses Konstruksi Sosial Media Massa

Sumber: Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi

Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 204.

10

Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005), h. 14.

11

Ibid, h. 15.

Proses Sosial Simultan

Eksternalisasi Objektivasi Internalisasi M E D I A M A S S A Objektif Subjektif Intersubjektif Realitas Terkonstruksi: - Lebih Cepat - Lebih Luas - Sebaran Merata - Membentuk Opini Massa

- Massa Cenderung Terkonstruksi - Opini Massa Cenderung Apriori - Opini Massa Cenderung Sinis Source Message Channel Receiver Effects


(24)

Menurut Peter L Berger dan Thomas Luckman pada gambar di atas, proses konstruksi sosial media massa berlangsung pada suatu proses yang simultan, yakni eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.

Dalam pandangan positivis, media dipandang sebagai sebuah saluran. Sedangkan menurut pandangan konstruksionis, media dipandang sebagai subjek yang mengkonstruksi realitas. Lewat berbagai instrumen yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam bentuk pemberitaan.12

B. Analisis Framing 1. Pengertian Analisis

Analisis adalah sebuah pengkajian yang dilakukan terhadap suatu penelitian secara mendalam. Kata analisis berasal dari bahasa Inggris: analisys, yaitu menganalisa, perancang alur sehingga menjadi mudah dan jelas untuk dibuat maupun dibaca, dapat diartikan sebagai menganalisa, pemisahan, dan pemeriksaan yang teliti.13

Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai macam bagiannya dan penelaahan bagian tadi serta hubungan anatara bagian untuk memperoleh pemahaman dan pengertian arti keseluruhan.14 Di dalam penelitian dikenal dengan istilah analisis. Menurut Mattew B. Milles dan A. Michael Huberman, mereka menganggap bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadisecara kebersamaan yaitu: reduksi data, yaitu proses penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verivikasi. Pertama, reduksi data yaitu proses pemilahan,

12

Ibid, h. 22-23

13

Jhon M.Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,1990), h. 28.

14

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 2005), Ed.3 Cet.Ke-3, h. 43.


(25)

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari temuan-temuan di lapangan. Kedua, penyajian data yaitu menyajikan data dari sekumpulan temuan-temuan yang sekiranya dapat memberikan kemungkinan menarik suatu kesimpulan dan pengambilan tindakan. Ketiga, penarikan kesimpulan atau verivikasi, yaitu dari data-data yang telah terkumpul mulai dicari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab akibat dan proporsinya, sehingga semua itu dapat ditarik kesimpulan.15

2. Pengertian Framing

Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun 1955 (Sudibyo, 1999a:23). Mulanya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan prilaku (strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas.16

Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjokan dan dihilangkan, dan hendak dibawa ke mana berita tersebut.17

15

Mattew B. Milles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif. Penerjemah TjetjepRohendi Rohidi (Jakarta: UI Press, 1992), h. 16-19.

16

Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Media (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), h. 161-162.

17


(26)

Menurut G.J. Aditjondro (Sudibyo, 1999b:165) framing sebagai metode penyajian realitas di mana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah-istilah yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya.18

Dalam ranah studi komunikasi, framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktifitas komunikasi. Konsep tentang framing bukan murni konsep ilmu komunikasi, akan tetapi dipinjam dari ilmu kognitif (psikologis). Dalam praktiknya, framing juga membuka peluang bagi implementasi konsep-konsep sosiologis, politik, dan kultural untuk menganalisis fenomena komunikasi, sehingga suatu fenomena dapat diapresiasi dan dianalisis berdasarkan konteks sosiologis, politis, atau kltural yang melingkupinya.19

Beberapa pakar mendefinisikan framing, sebuat saja di antaranya, Robert N. Entman, William Gamson, dan Todd Gitlin. Menurut Robert N. Entman, framing

merupakan proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain.20

Sedangkan menurut William A. Gamson, framing merupakan cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa serta menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu

18

Ibid, h. 165.

19

Ibid, h. 162.

20


(27)

semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.21

Sementara menurut Todd Gitlin, framing adalah strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas.22

3. Pengertian Analisis Framing

Analisis framing sebagai metode analisis isi media adalah barang baru seperti yang penulis telah jabarkan di atas. Ia (analisis framing) berkembang pesat dari pandangan kaum konstruksionis. Namun meski begitu, analisis framing sebagai suatu metode analisis teks banyak dipengaruhi oleh teori sosiologi dan psikologi.23

Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media.24 Analisis framing pada dasarnya adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat” ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis

21

Ibid.

22

Ibid.

23

Drs. Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Mudia: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 162.

24


(28)

framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas.25

Proses pembentukan konstruksi realitas oleh media tadi, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal. Penonjolan tersebut akan membuat penerima informasi melihat pesan dengan lebih tajam serta mudah diingat dalam ingatan penerima pesan.26

Salah satu yang menjadi prinsip analisis framing adalah bahwa wartawan bisa menerapkan standar kebenaran, matriks objektivitas, serta batasan-batasan tertentu dalam mengolah dan menyuguhkan berita. Dalam merekonstruksi suatu realitas, wartawan juga cenderung menyertakan pengalaman serta pengetahuannya yang sudah mengkristal menjadi skemata interpretasi (schemata of interpretation). Dengan skemata ini pula wartawan cenderung membatasi atau menyeleksi sumber berita, menafsirkan komentar-komentar sumber berita, serta memberi porsi yang berbeda terhadap tafsir atau perspektif yang muncul dalam wacana media.27

Meski begitu, framing bukan hanya berkaitan dengan skema individu (wartawan) saja, melainkan juga berhubungan dengan proses produksi berita-kerangka kerja dan rutinitas organisasi media. Wartawan hidup dalam institusi media dengan seperangkat aturan, pola kerja, dan aktifitas masing-masing. Bisa jadi institusi media itu yang mengontrol dalam pola kerja tertentu yang mengharuskan wartawan melihat peristiwa dalam kemasan tertentu, atau bisa juga

25

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 10.

26

Ibid, h. 66.

27

Drs. Alex Sobur, M. Si, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 166.


(29)

terjadi wartawan sebagai bagian dari anggota komunitas menyerap nilai-nilai yang ada dalam komunitasnya.28

Menurut Fishman, ada dua kecenderungan studi bagaimana proses produksi dalam berita dilihat: pertama, sering disebut sebagai pandangan seleksi berita (selectivity of news). Intinya, proses produksi berita adalah proses seleksi. Seleksi ini dari wartawan di lapangan yang akan memilih mana yang penting dan mana yang tidak, mana peristiwa yang bisa diberitakan mana yang tidak. Setelah berita itu masuk ke tangan redaktur, akan diseleksi lagi dan disunting dengan menekankan bagian mana yang perlu dikurangi dan bagian mana yang perlu ditambah. Kedua, adalah pendekatan pembentukan berita (creation of news). Dalam perspektif ini, peristiwa itu bukan diseleksi, melainkan sebaliknya, dibentuk. Berita dihasilkan dari pengetahuan dan pikiran, bukan karena ada realitas objektif yang berada di luar, melainkan karena orang akan mengorganisasikan dunia yang abstrak ini menjadi dunia yang koheren dan beraturan serta mempunyai makna.29

4. Model Framing

a. Murray Edelman 1. Kategorisasi

Menurut Edelman, apa yang kita ketahui tentang dunia tergantung pada bagaimana kita membingkai dan mengkonstruksi/menafsirkan realitas. Realitas

28

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h. 99.

29


(30)

yang sama bisa jadi akan menghasilkan realitas yang berbeda ketika realitas tersebut dibingkai atau dikonstruksi dengan cara yang berbeda.30

Edelman mensejajarkan framing dengan kategorisasi. Kategorisasi menurut pandangan Edelman, merupakan abstraksi dan fungsi dari pikiran. Kategori bisa membantu manusia untuk memahami realitas yang beragam menjadi bermakna, namun kategorisasi bisa juga berarti penyederhanaan: realitas yang kompleks dan berdimensi dapat dipahami atau ditekankan pada suatu sisi sehingga dimensi lain dalam suatu peristiwa atau fakta tidak terliput.31

Dalam memengaruhi kesadaran publik, kategorisasi lebih halus dibanding propaganda. Propaganda perang seperti “pembasmian etnis” atau “agresi” berbeda dengan pemakaian kategorisasi seperti “kebijakan luar negeri” atau “tindakan militer”. Pemakaian kata-kata tersebut tampak terlihat halus dibandingkan dengan propaganda yang terlihat jelas dari komunikator.32

Penggunaan bahasa yang dilakukan media jangan diartikan sebagai sebuah teknis dari berita saja, karena dalam bahasa terdapat sebuah kekuatan untuk menggiring opini khalayak. Penggunaan bahasa tertentu dalam sebuah pemberitaan dipakai dalam situasi yang berbeda. Meskipun kita mungkin melihat bahwa fungsi bahasa secara primer adalah sebagai alat untuk membuat pernyataan benar atau salah atau sebagai instrumen komunikasi ide. Jakobson (1960) mengidentifikasi adanya fungsi pengaturan (atau „konotatif‟), emotif, estetis (puitis), dan metabahasa yang juga layak mendapatkan perhatian.33

30

Ibid, h. 155.

31

Ibid, h. 156.

32

Ibid, h. 157.

33

John Hartley, Communication, Cultural, and Media Studies, Penerjemah: Kartika Wijayanti, (Yogyakarta: Jalasutra Anggota IKAPI, 2010), cet. 1, h. 11.


(31)

Salah satu aspek kategorisasi penting dalam pemberitaan adalah rubrikasi. Bagaimana suatu peristiwa dikategorisasikan dalam rubrik-rubrik tertentu. Rubrikasi ini menentukan bagaimana peristiwa dan fenomena harus dijelaskan. Peristiwa yang harusnya dikategorisasikan dalam satu kasus, tetapi karena masuk dalam rubrik tertentu, akhirnya dikategorisasikan dalam dimensi tertentu. Inilah yang menjadi kesalahan rubrikasi yang kerap dilakukan media.34

Tabel 2

Pola Kategorisasi

Konsep Kategorisasi

Frame Isi berita dalam sebuah pemberitaan di media

Pihak Kita Kategorisasi yang dilakukan media dalam sebuah pemberitaan

Pihak Mereka Hasil kategorisasi

Dalam tabel di atas diterangkan bahwa media menjadikan sebuah pengalaman, latar belakang, dan ideologi sebagai sebuah hal yang wajar dalam sebuah pemberitaan. Pemakaian bahasa tertentu menjadi kekuatan dalam kategorisasi untuk menggiring opini khalayak.

Salah satu gagasan utama dari Edelman adalah dapat mengarahkan pandangan khalayak akan suatu isu dan membentuk pengertian mereka akan suatu isu. Pandangan tentang suatu peristiwa karenanya, hanya dibatasi dengan perdebatan yang telah ditentukan dalam kategorisasi tersebut. Karena itu, dalam melihat suatu peristiwa, elemen penting adalah bagaimana orang membuat kategorisasi tersebut.

34


(32)

Kategorisasi bukan hanya persoalan teknis karena ia kemudian mengarahkan pada hendak ke mana peristiwa dijelaskan dan diarahkan. Kategorisasi tadi akhirnya ditindaklanjuti dengan mengarahkan pada kategori yang dimaksud. Ini berarti narasumber yang diwawancarai, pertanyaan yang diajukan, kutipan yang diambil, bagian mana yang dibuang, semua diarahkan pada kategori yang dibuat.35

2. Kategorisasi dan Ideologi

Dalam pandangan Edelman, kategorisasi berhubungan dengan ideologi. Pemakaian kategorisasi, seperti regulasi, pertahanan, pemilu, dan sebagainya, hendaklah tidak dipahami semata sebagai persoalan teknis kebahasaan, tetapi harus dipahami sebagai masalah ideologi.36

Ada banyak definisi mengenai ideologi, salah satunya Raymond William dengan tiga gagasannya mengenai ideologi. Pertama, sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki oleh kelompok atau kelas tertentu. Kedua, sebuah sistem kepercayaan palsu atau ide palsu, ideologi dalam pengertian ini adalah seperangkat kategori yang dibuat dan kesadaran palsu di mana kelompok yang dominan menggunakannya untuk mendominasi kelompok lain yang tidak dominan. Ketiga, proses umum produksi makna dan ide, ideologi di sini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan produksi makna.37

Edelman yakin, khalayak hidup dalam dunia citra. Bahasa politik yang dipakai dan dikomunikasikan pada khalayak lewat media memengaruhi pandangan khalayak dalam memandang realitas. Kata-kata tertentu memengaruhi seseorang

35

Ibid, h. 159-160.

36

Ibid, h. 166.

37

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta, 2011), h. 87-92.


(33)

dicitrakan dan pada akhirnya membentuk pendapat umum mengenai suatu peristiwa atau masalah.38

Dari penjabaran mengenai model framing di atas, maka penulis memutuskan untuk menggunakan model Murray Edelman.

Model ini memiliki pandangan mengenai kategorisasi dan rubrikasi serta kategorisasi dan ideologi.

Alasan mengapa penulis mengambil model Murray Edelman adalah:

a. Model ini memiliki gagasan mengenai kesalahan kategorisasi dan rubrikasi pada berita yang sesuai dengan fokus penelitian penulis. b. Model Murray Edelman sangat memudahkan penulis untuk meneliti

frame media.

38


(34)

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Harian Umum Republika

a. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya

Harian Umum Republika berdiri atas prakarsa Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI). ICMI yang dibentuk pada 5 Desember 1990 memiliki program 5K yaitu kualitas iman, kualitas hidup, kualitas kerja, kualitas karya, dan kualitas pikir. Demi mewujudkan program-program tersebut ICMI membetuk Yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus 1992. Yang kemudian menyusun tiga program utamanya yaitu pengembangan Islamic Center; Pengembangan CIDES (Center for Information and Development Studies); dan Penerbitan Harian Umum Republika.1

Yayasan Abdi Bangsa didirikan oleh beberapa menteri, pejabat tinggi negara, cendekiawan, tokoh masyarakat, serta pengusaha. Diantaranya adalah Ir. Drs. Ginanjar Kartasasmita, H. Harmoko, Ibnu Sutowo, Muhammad Hasan, Ibu Tien Soeharto, Probosutedjo, Ir. Aburizal Bakrie dan lain-lain. Sementara presiden pada saat itu H. M. Soeharto berperan sebagai pelindung yayasan. Dan Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie menjadi Ketua Badan Pembina Yayasan Abdi Bangsa yang juga tengah menjabat sebagai Ketua Umum ICMI.2

Untuk mewujudkan programnya menerbitkan sebuah koran harian, pada 28 November 1992 Yayasan Abdi Bangsa mendirikan PT Abdi Bangsa. Melalui proses, yayasan kemudian memperoleh Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) dari Departemen Penerangan Republik Indonesia.

1

Company Profile Republika 2


(35)

Sebagai modal awal penerbitan Harian Umum Republika, SIUPP itu bernomor 283/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1992 tertanggal 19 Desember 1992. Nama

Republika sendiri atas usul Presiden Soeharto yang sebelumnya dinamakan antara

lain “Republik”.3

b. Visi dan Misi Republika

Republika adalah surat kabar yang lahir di tengah Indonesia yang berubah secara cepat dalam sisi politik, ekonomi, Iptek, sosial, dan budaya. Dari perubahan tersebut Republika memiliki “keterbukaan” sebagai kata kunci. Republika memilih berposisi untuk turut mempersiapkan masyarakat Indonesia memasuki masa dinamis ini, tanpa perlu kehilangan segenap kualitas yang telah dimilikinya.

Motto Republika “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” menunjukkan semangat

mempersiapkan masyarakat memasuki era baru itu. Keberpihakan Republika

terarah kepada sebesar-besar penduduk Indonesia yang mempersiapkan diri bagi sebuah dunia yang lebih baik dan adil. Republika sebagai Media Massa hanya menjadi penopang agar langkah itu bermanfaat bagi kesejahteraan bersama.

Dari latar belakang tersebut Republika memiliki misi dalam berbagai bidang. Dalam bidang politik, Republika mendorong demokratisasi, dan optimalisasi lemabaga-lembaga negara, partisipasi politik semua lapisan masyarakat, dan pengutamaan kejujuran dan moralitas dalam politik.

Dalam bidang ekonomi, keterbukaan dan demokratisasi ekonomi menjadi kepedulian Republika, memosisikan profesionalisasi yang mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan dalam manajemen, menekankan perlunya pemerataan

3 Ibid.


(36)

sumber daya ekonomi, dan mempromosikan prinsip-prinsip etika dan moralitas dalam bisnis.

Pada bidang kebudayaan Republika mendukung sikap yang terbuka dan apresiatif terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, darimanapun datangnya, mempromosikan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat, mencerdaskan, menghaluskan perasaan, mempertajam kepekaan nurani; serta bersikap kritis terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang cenderung mereduksi manusia dan mendangkalkan nilai-nilai kemanusiaan.

Dalam bidang agama, republika mendorong sikap beragama yang terbuka sekaligus kritis terhadap realitas sosial-ekonomi kontemporer, mempromosikan semangat toleransi yang tulus, mengembangkan penafsiran ajaran-ajaran ideal agama dalam rangka mendapatkan pemahaman yang segar dan tajam, serta mendorong pencarian titik temu diantara agama-agama.

Corak Jurnalisme Republika dilandasi keinginan untuk menyajikan informasi yang selengkapnya bagi para pembacanya. Republika berupaya mengembangkan

corak jurnalisme yang “enak dibaca” (readable). Bahasa dan gaya penuturannya diupayakan popular, renyah dan tidak kaku tanpa mengabaikan kaidah bahasa.

Sejak terbit sejak 4 januari 1993, penjualan oplahnya terus meningkat. Hanya dalam sepuluh hari sejak terbit, oplah koran ini sudah mencapai 100.000 eksemplar. Ini berarti peningkatan 2,5 kali lipat dari rencana awal terbit dengan oplah rata-rata 40.000 eksemplar perhari pada semester pertama tahun 1993. Hingga akhir semester kedua, pada Desember 1993, oplah Republika sudah mencapai 130.000 eksemplar perhari.


(37)

Rubrik Kick Off adalah sebuah rubrik olahraga yang dibuat pertama kali pada tahun 2010. Rubrik ini merupakan subrubrik dari rubrik Rekor yang tentunya bersifat olahraga. Sejarah dari rubrik Rekor pertama kali dimulai tahun 1995, kemudian dalam perkembangannya rubrik Rekor ini begitu pesat mengalami kepopuleran sehingga dibuatlah tabloid yang berisi 16 halaman dan dibagikan secara gratis setiap sabtu dan minggu. Kemudian pada tahun 2005 Rekor menjadi majalah yang berisi 32 halaman namun Rekor bukan lagi milik Republika

melainkan Mahaka Group (Holding Republika). Pada tahun 2011 Republika mencoba mengembalikan Rekor. Dan baru muncul rubrik Kick Off yang menjadi bagian dari rubrik Kick Off. Rubrik Kick Off sendiri merupakan rubrik olahraga yang mengulas perihal olahraga „santai‟ namun beritanya sedang populer. Sedangkan Rekor merupakan rubrik yang mencakup keseluruhan berita dari dunia olahraga.

c. Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI)

Di Malang pada tanggal 6 Desember 1990 diselenggarakan Simposium Nasional Cendikiawan Muslim dengan tema, “Membangun Masyarakat Indonesia

Abad 21”. Dari simposium tersebut dilahirkanlah sebuah organisasi bernama,

Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia pada 7 Desember 1990. Dan tak lama kemudian, diputuskan tampuk Ketua Umum dipegang oleh Menristek B.J. Habibie.

ICMI didirikan sebagai wadah bagi kalangan Islam untuk bergerak memajukan masyarakat. Seperti umumnya orang-orang Indonesia kebanyakan lainnya, mereka merupakan kaum terpelajar menurut keahlian masing-masing dari


(38)

berbagai ragam ilmu. Tugas cendikiawan terhadap bangsa sangat besar, terutama untuk membangun Indonesia untuk masa depan dengan menyumbangkan kreasi dan ide-ide yang brilian.4

Salah satu langkah ICMI adalah mendirikan sebuah Yayasan Abdi Bangsa pada 7 Agustus 1992 dan tak lama kemudian mendirikan sebuah Harian bernafas Islam, Republika.

d. Mahaka Media

PT. Mahaka Media Tbk adalah sebuah grup media yang berdiri sejak tahun 1992 dan salah satu pendirinya adalah seorang pengusaha muda bernama Erick Thohir yang juga pemilik klub sepak bola asal Italia, Inter Milan. Di bidang media cetak, Mahaka Media memiliki majalah Golf Digest Indonesia, Majalah Parents Indonesia, dan Republika. Di media elektronik, Mahaka Media memiliki Radio Jak FM, Radio Delta FM, Gen FM, FeMale Radio, dan Prambors serta stasiun televisi Jak tv dan Alif tv.5

Mahaka Media membeli Republika pada tahun 2001 saat diambang kebangkrutan. Setelah berada di bawah kendali Mahaka, Republika mulai bangkit dari keterpurukan. Media menurut Erick Thohir adalah sebuah bisnis, dan bisnis baginya harus menghasilkan keuntungan meski ada kalanya ancaman kerugian selalu membayangi, namun hal itu bukan masalah karena di situlah tantangan bagi seorang pembisnis. Namun meski begitu, Erick Thohir berusaha tidak

4

Muhammad Abrar, ICMI dan Harapan Umat, (Jakarta: YPI Ruhama, 1991), h. 5-7. 5

Tulisan ini diakses melalui website: //Wikipedia.com dengan judul tulisan: Mahaka Media. Tulisan ini diakses pada 4 Mei 2014.


(39)

mengenyampingkan idealisme Republika dan kaidah-kaidah jurnalistik yang berlaku.6

B. Biografi Endro Yuwanto Penulis Berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” di Harian Umum Republika Pada Rubrik Kick Off Edisi 29 September 2012

Endro Yuwanto. Menulis, menulis, dan terus menulis, menjadi kesibukan sehari-hari alumnus Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia ini. Wajar bila ia kerap menghasilkan cerpen, puisi, ficer, dan juga buku. Selain menulis, ia masih disibukkan dengan tugas sehari-hari sebagai jurnalis di salah satu koran nasional terbesar di Indonesia, Harian Umum Republika sejak 2001 silam. Sebelum bergabung di Republika, selama 2000 hingga 2001, pria yang gemar menyantap tempe ini bergabung di Tabloid Peluang (alm).

Endro juga kerap menjadi editor beragam buku yang di antaranya menjadi best-seller di Indonesia, misalnya 'Bait-Bait Cinta' dan „Ketika Rembulan Tenggelam di Wajah-Mu‟ (Penerbit Grafindo). Penghargaan jurnalistik berkat tulisan-tulisannya di Republika juga kerap disandangnya.

Buku „Bolehkah Aku Mati di Sini?‟ Bisa dibilang sebagai buku fiksinya yang

pertama. Namun, sebelumnya cerpen-cerpennya juga sempat tergabung dalam buku antologi cerpen „Jika Cinta‟ (Senayan Abadi Publishing, 2004), dan „Tarian dari Langit‟ ( Penerbit Republika, 2007).

Adapun buku-buku non-fiksi yang telah diterbitkannya, antara lain

„Melampaui Batas Spiritualitas: Pengalaman Rohani 18 Atlet Muslim Dunia

(Penerbit Teras, 2004), „Rooney: Si „Setan‟ dari Setan Merah‟ (Penerbit Vision03,

6 Ibid.


(40)

2008), Cry With Rasulullah (Penerbit Dekadeku Pustaka, 2009), dan Rahasia Sukses Valentino Rossi (Grafindo, 2010).

C. Profil FC Barcelona

FC Barcelona didirikan pada 1899 oleh 12 pemain sepak bola berasal dari Swiss, Inggris, dan Spanyol dibawah pimpinan Joan Gasper. Dia membentuk klub sepak bola yang berisi pemain-pemain dari Swiss, Inggris, dan Catalan (satu suku bangsa di Spanyol). Seiring waktu, Barcelona menjadi klub yang cukup gemilang dan menjadi klub yang disegani.

FC Barcelona memiliki motto "Barca bukan hanya sekadar klub" (El Barca, es mes que un club) serta memiliki himne yang berjudul "El Cant del Barca" yang diciptakan oleh Jaume Picas dan Josep Maria Espinas. Tidak seperti klub sepak bola pada umumnya, FC Barcelona benar-benar milik dan dioperasikan oleh para suporternya. Stadion utamanya berada di Camp Nou, Barcelona.

Klub ini masuk menjadi peserta Primera Division (Divisi Utama) sejak tahun 1928, dan bersama-sama Real Madrid dan Athletic Bilbao menjadi tim yang tak pernah terdegradasi ke Segunda División (Divisi Dua). Klub ini juga menjadi klub yang menjuarai liga Spanyol pertama kali. Dengan persembahan 20 gelar Liga Spanyol, 25 gelar Copa del Rey, 7 gelar Piala Super Spanyol, 3 gelar Liga Champions Eropa, 4 gelar Piala UEFA, 2 gelar Piala Super Eropa, Barcelona menjadi salah satu tim tersukses di Spanyol, Eropa, dan dunia.

Bersama dengan rivalnya Real Madrid, keduanya adalah dua klub sepak bola Spanyol yang paling terkenal di dunia. Fans Barca juga sering dipanggil cules.

Barca dikenal selalu menolak memasang logo sponsor pada seragam sepak bolanya karena Barca dianggap sebagai simbol Katalonia, dan segala macam


(41)

tawaran sponsor yang “bersifat mengganggu” akan ditolak. Meskipun begitu, tim

bola basket Barca diizinkan memasang logo sponsor pada seragamnya. Dan pada musim 2013 pihak manajemen Barcelona memasang iklan komersial di jersey depan, Qatar Airways.

Pada 7 September 2006, klub mengumumkan kesepakatan 5 tahun dengan UNICEF yang mengizinkan logo UNICEF untuk ditempatkan di kaos. Barcelona kemudian akan menyumbangkan 0,7% dari total pendapatan per tahun kepada UNICEF selama lima tahun.

Barcelona merupakan satu-satunya klub di Eropa yang presidennya dipilih oleh pemegang tiket musiman (pendukung paling murni), bukan pula oleh dewan direktur dan bukan pemegang modal. Calon Presiden klub berdebat di televisi, berkampanye mengajukan program layaknya pemilihan Presiden sebuah negara. Manuel Vazquez Montalban, seorang penulis terkenal dari Spanyol menyebutkan, Barcelona sebagai senjata pamungkas bagi sebuah bangsa tanpa negara.

Karena misi yang dianggap suci oleh orang Katalonia itulah, Barcelona selalu menjaga kemurnian tujuan klub. Mereka tidak mau disamakan dengan klub lain, dan tidak mau tunduk dengan nilai-nilai komersial. Karena itulah sampai sekarang Barcelona merupakan satu-satunya klub yang tidak mengijinkan kostumnya (ketika itu) dipasangi iklan.

Klub ini dijuluki „Barca‟ dan „Los Azulgranas‟ karena berkostum warna biru

dan merah tua, yang konon warna biru merah secara sengaja diambil dari bendera Prancis sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintahan Spanyol di Madrid dan warna biru merah ini juga menjadi bendera kaum Katalan.


(42)

Klub ini pernah dihuni pemain-pemain kelas dunia seperti: Johan Cruyff, Maradona, Ronald Koeman, Gary Lineker, Rivaldo, Luis Figo, Ronaldo, serta sang mega bintang saat ini ''si bocah ajaib'' Lionel Messi yang lahir dari akademi La Masia milik Barcelona sendiri.

Barcelona membukukan laba bersih sebesar 11,1 juta euro untuk musim

2009/2010 pada „rekor‟ pendapatan sebesar 445,5 juta euro.

Keuntungan meningkat dari sekitar sembilan juta euro tahun lalu dan 10,1 juta euro untuk musim 2007/08 dan menandai ketujuh tahun berturut-turut klub sepak bola ini berada di posisi hitam.

Bendahara klub, Xavier Sala i Martin, mengklaim pendapatan 445,5 juta euro (US$557,5 juta) adalah sebuah rekor untuk klub sepak bola.

Dia mengatakan angka tersebut bahkan lebih mengesankan dengan konteks krisis ekonomi global yang sedang dialami.

Klub mengatakan penjualan hak televisi memberikan jumlah penghasilan terbesar, 38%, sedangkan pemasaran mencakup 27%, penerimaan pintu masuk (penjualan tiket) 26% dan penjualan pemain hanya 9%.

Pada Mei 2010, mereka membeli striker nasional Spanyol David Villa senilai 40 juta euro dari Valencia yang kekurangan uang.

Klub Catalan akan memiliki ketua baru, Sandro Rosell, yang terpilih pada 13 Juni 2010 untuk menggantikan Joan Laporta, yang telah menjabat sejak 2003.


(43)

Di bawah bimbingan Laporta, Barcelona memenangkan Liga Champions dua kali pada 2006 dan 2009, dan liga Spanyol empat kali pada 2005, 2006, 2009 dan 2010, sehingga merupakan periode paling sukses dalam sejarah klub.7

D. Profil Real Madrid FC

Sebelum 1897, penduduk Madrid tak mengenal sepak bola. Olahraga ini diperkenalkan sejumlah profesor dan pelajar Institucion Libre de Ensenanza, yang mendirikan Football Club Sky tahun 1897. Klub terpecah menjadi dua di tahun 1900,yaitu New Foot-Ball de Madrid dan Club Espanol de Madrid. Dua tahun kemudian Club Espanol de Madrid terpecah lagi, dan menghasikan pembentukan Madrid Football Club pada 6 Maret 1902.

Setelah tiga tahun berdiri, Madrid FC memenangkan gelar pertamanya dengan mengalahkan Athletic Bilbao di final Piala Spanyol. Klub ini pula yang menjadi pendiri Asosiasi Sepakbola Spanyol pada 4 Januari 1909. Saat itu klub dipimpin Adolfo Meléndez.

Tahun 1920, nama klub akhirnya berubah menjadi Real Madrid oleh Raja Alfonso, yang memberi nama Real, atau Royal, kepada klub itu. Sembilan tahun kemudian liga sepakbola Spanyol pertama didirikan. Si Putih meraih gelar Primera Liga Spanyol pertama tahun 1931, tahun berikut meraihnya lagi, dan menjadi klub pertama yang dua kali berturutan meraih gelar liga. Tahun 1945 Santiago Bernabeu Yeste menjadi presiden. Di masa kepemimpinannya, Stadion Santiago Bernabeu dan Ciudad Deportiva dibangun kembali, setelah rusak pada

7

Tulisan ini diakses melalui blog: soccerklopedi.blogspot.com/2012/12/sejarah-berdirinya-real-madrid-fc.html, nama penulis: Herdiansyah Hamzah, dengan judul: Sejarah Real Madrid FC. Diakses tanggal 12 Agustus 2013 pukul 13.20 WIB.


(44)

perang sipil. Tahun 1953, Bernabeu memperkenalkan strategi memboyong pemain berkelas dunia dari luar negeri.

Salah satunya, dan yang paling terkenal, adalah Alfredo di Stefano. Jadilan Real Madrid klub multinasional pertama di dunia. Tahun 1955, Bernabeu bertemu Bedrignan dan Gusztav Sebes, dan kemudian membentuk turnamen yang kini bernama Liga Champions. Madrid mendominasi Piala Champions (nama sebelum liga champions) dengan meraih trofi itu tahun 1956 sampai 1960, dan berhak atas trofi original dan hak mengenakan simbol UEFA sebagai penghargaan. Tahun 1966, Madrid memenangkan Piala Champions kali keenam dengan mengalahkan FK Partizan 2-1 di final.

Real Madrid bisa dibilang merupakan tim yang paling sukses di dunia. Bagaimana tidak, berbagai gelar dan raihan jumlah gelar yang diperolehnya mungkin lebih banyak dibandingkan dengan tim-tim lainnya di dunia. Hal tersebut menjadi dasar FIFA menempatkan Real Madrid sebagai klub paling sukses sepanjang abad ke-20 dengan raihan 32 gelar Primera Liga Spanyol, 16 Piala Spanyol, 9 gelar Piala dan Liga Champions, dan 2 trofi Piala UEFA. Madrid merupakan founding member FIFA, pendiri G-14 (organisasi klub-klub terkemuka Eropa yang kini tukar nama menjadi Asosiasi Klub Eropa).

Selain sarat akan sejarah, Real Madrid juga terkenal karena kemegahannya dan dihuni oleh pemain-pemain papan atas dunia. History itulah yang benar-benar telah melekat dan menjadikan Real Madrid sebagai klub yang paling glamour di jagad raya ini.

Real Madrid dikenal dengan dua nama sebutan, yakni Los Merengues dan Los Blancos. Namun kedua julukan itu sempat hilang, ketika di tahun 1980-an


(45)

wartawan Julio Cesar Iglesias mempopulerkan nama La Quinta del Buitre. Namun, di masa kepemimpinan Florentinao Perez (2000-2006), Real Madrid dikenal dengan nama Los Galacticos. La Quinta del Buitre, julukan ini lenyap bersamaan dengan perginya Butragueno, Michel, dan Martin Vasaquez pada era 90an. Julukan Los Galacticos mengacu pada pemain-pemain bintang yang diboyong selama rezim Florentino Perez, seperti Luis Figo, Roberto Carlos, Zinedine Zidane, Ronaldo, David Beckham, serta satu bintang lokal Raul Gonzales, dan mega bintangnya Cristiano Ronaldo yang dibeli dari Manchester United dengan bandrol pemain termahal dunia.8

E. Rivalitas Real Madrid dan Barcelona

El Clasico atau perseteruan klasik antara Real Madrid dan Barcelona sering menjadi perbincangan sebelum dan sesudah pertemuan kedua klub Spanyol tersebut dalam lapangan hijau. Banyak cerita yang tersemat dari nama El Clasico

tersebut. Rivalitas bermula ketika Madrid dan Barcelona dianggap sebagai dua kota terbesar di negeri Matador Spanyol. Selain itu gengsi dan perbedaan ideologi politik menjadi persaingan Los Blancos (julukan Real Madrid) dan Blaugrana

(julukan Barcelona).

Permusuhan antara Real Madrid dan Barcelona bermula pada masa Franco (seorang Jendral di Spanyol) pada tahun 1930. Barcelona adalah sebuah ibukota dari provinsi Catalonia yang sebagian besar sukunya adalah bangsa Catalan dan Basque. Sejak dulu, orang-orang Catalonia ini menganggap diri mereka bukan bagian dari Spanyol kemudian Franco melarang penggunaan bendera (berwarna

8 Ibid.


(46)

merah dan kuning) dan bahasa daerah Catalan. FC Barcelona kemudian menjadi satu-satunya tempat di mana sekumpulan besar orang dapat berkumpul dan berbicara dalam bahasa mereka (Catalan). Warna biru dan merah marun Barcelona menjadi pengganti yang mudah dipahami dari warna merah dan kuning (bendera Catalan).

Franco kemudian bertindak lebih jauh, pada tahun 1936 presiden Barcelona dibunuh oleh pihak militer dan sebuah bom dijatuhkan di FC Barcelona Social Club pada tahun 1938. Di lapangan sepak bola, titik nadir permusuhan ini terjadi

pada tahun 1941 ketika para pemain Barcelona “diinstrusikan” (di bawah

ancaman militer) untuk kalah dari Real Madrid dengan skor mencolok 11-1. Namun, karena Barcelona sengaja memasukkan satu skor tersebut membuat Franco marah. Kipper Barcelona yang bertanding ketika itu dijatuhi tuduhan pengaturan pertandingan dan dilarang bermain sepak bola seumur hidupnya.

Sejak saat itu Barcelona menjadi klub yang “anti-Franco” dan menjadi symbol perlawanan Catalonia terhadap Franco, dan secara umum terhadap Spanyol.

Sementara klub “kesayangan” Franco adalah Real Madrid yang bermarkas di

ibukota Spanyol. FC Real Madrid menjadi simbol perlawanan terhadap masyarakat Catalonia dan FC Barcelona.

Pada tahun 1973, seorang pemain Belanda Johan Cruyff bergabung dari Ajax Amsterdam ke Barcelona. Seiring berjalannya waktu, Cruyff mampu membawa Barcelona menyaingi Real Madrid dan bahkan mengalahkan Real Madrid di kandangnya sendiri (Santiago Bernabeu) dengan skor mencolok 5-0 dan di tahun itu Cruyff dinobatkan sebagai pesepak bola terbaik Eropa. Jauh sebelum


(47)

kehadiran Cruyff di Barcelona, perseteruan terjadi karena kiper terbaik Barcelona saat itu Ricardo Zamora menapaki jalan transfer pemain yang paling berbahaya di Spanyol: pindah dari Barcelona ke Real Madrid. Di tahun-tahun berikutnya perseteruan itu tetap ada meski tak sesengit tahun-tahun sebelumnya, perseteruan Real Madrid dan Barcelona lebih bersifat sportif pada era sekarang. Bahkan nama Ricardo Zamora telah diabadikan menjadi nama sebuah trofi untuk kiper terbaik setiap tahunnya yang dikenal dengan nama trofi Zamora. Begitulah pertandingan Real Madrid dan Barcelona di lapangan hijau disebut dengan sebutan el clasico

yang sarat akan sejarah politik, suku, dan loyalitas pemain.9

9

Tulisan ini diakses melalui situs:

http://www.goal.com/id-ID/teams/spain/125/barcelona/info nama penulis: Ahmad Farouk, dengan judul: Sejarah


(48)

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Republika merupakan media cetak yang terkenal dengan ciri khas pemberitaan secara Islamis. Ini dibuktikan dengan adanya rubrik-rubrik tentang dunia keislaman yang dimuat sesuai jadwalnya (harian atau mingguan). Di samping itu,

Republika juga memuat berita tentang olahraga yang melingkupi dunia sepak bola, voli, bulu tangkis, dan lain sebagainya.

Dalam hal ini penulis akan mengupas tentang keterkaitan Republika

mengangkat isu sepak bola dengan sentimen agama, di mana Republika mengait-ngaitkan isu di luar lapangan hijau (pertandingan) dengan agama dan juga tentang fakta adanya realitas sosial yang dikonstruksi oleh media (dalam hal ini

Republika).

Para pelaku media membentuk dan menentukan isu tentang sepak bola yang akan diangkat oleh Republika menjadi topik penting yang akan penulis kupas di sini. Latar belakang pelaku media, dalam hal ini adalah penulis berita dengan judul “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” Endro Yuwanto juga memengaruhi tulisannya tersebut. Untuk itu, penulis melihat adanya keterkaitan latar belakang serta pengetahuan pelaku media di Republika (Endro Yuwanto) dan institusinya (Republika) dengan menggunakan pendekatan analisis framing model Murray Edelman.

A. Framing Kategorisasi Dalam Berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” di Harian Umum Republika Pada Rubrik Kick Off edisi 29 September 2012


(49)

Dalam tulisan tersebut ditemukan beberapa fakta konkret adanya pemikiran bahwa Palestina adalah negara “terjajah” oleh Israel. Pemikiran yang terdapat dalam tulisan itulah yang dijadikan bingkai isu dalam tulisan tersebut.

Seperti dalam sebuah kalimat disebutkan:

“Setidaknya, 10 ribu anak atau siswa akan dididik untuk mempromosikan nilai -nilai pengajaran, kerja tim, kesamaan gender, dan kepemimpinan di wilayah yang menjadi sasaran agresi militer Zionis Israel itu”

Di dalam kalimat itu disebutkan kata Zionis yang secara pengertiannya adalah sebuah gerakan politik Yahudi sekuler yang menginginkan berdirinya negara Yahudi di atas bukit Zion di Palestina. Dalam tulisan tersebut terlihat bahwa

Republika ingin menyebutkan sebuah nama negara, yakni Israel. Namun pada kenyataannya Republika justru menyebutkan kata Zionis di depan kata Israel. Ini terlihat sebuah bentuk kategorisasi yang bisa jadi menyimpulkan pembaca bahwasannya Zionis berkonotasi pada pengertian „penjajah, kejam, dan tidak berperikemanusiaan‟ karena faktor pembertitaan-pemberitaan media dalam dan luar negeri selama ini yang mungkin membentuk opini khalayak. Mengapa tidak dikatakan di situ hanya dengan menyebutkan nama negara saja tanpa ada embel-embel yang notabene mengacu pada sebuah kategorisasi atau pelebelan. Ini sebuah indikasi yang mengacu pada sebuah makna: Penjajah itu Zionis-Zionis itu Israel-Israel itu Zionis. Maka Republika menyebutkan dengan menggabungkannya menjadi Zionis Israel pada pemberitaan tersebut.

Kemudian pada kalimat di wilayah yang menjadi sasaran agresi militer, terdapat sebuah penyampaian pesan secara halus bahwasanya sebuah negara (dalam hal ini Palestina) sedang diserang dalam sebuah perang yang tak


(50)

berimbang. Ini dikarenakan kalimat menjadi sasaran seolah menggiring sebuah kesimpulan tak ada negara lain yang selemah Palestina. Kita tahu bahwa kata sasaran sering diartikan sebagai sebuah bidikan. Sementara bidikan biasanya selalu diperhatikan sepak terjang dan kelemahannya agar si pembidik dapat membidiknya dengan baik. Dengan itulah mengapa sebuah bidikan atau incaran tidak melakukan perlawanan atau bisa jadi melakukan perlawanan tapi tidak bisa menandingi pembidik karena sepak terjang dan kelemahannya telah diketahui lebih dulu oleh si pembidik. Dengan kata lain, Republika memilih kalimat tersebut untuk menyampaikan sebuah pesan yang mengacu pada kata, jajahan. Karena kita ketahui bahwa sebuah jajahan tak bisa melakukan perlawanan yang berarti terhadap penjajahnya untuk itulah sebuah jajahan diartikan lemah dan tak berdaya. Jadi kurang lebih bisa diartikan bahwa Republika mencoba mengatakan, Palestina adalah negara jajahan Israel.

Penulis juga menemukan bukti yang penulis ambil saat wawancara terhadap wartawan Republika Endro Yuwanto. Saat penulis menanyakan bagaimana keharmonisan Palestina dan Israel dalam kacamata hukum Islam, maka ia (Endro Yuwanto) mengatakan bahwa Israel „menjajah Palestina‟,

itu dilihat bukan hanya dalam hukum Islam namun dalam aspek kemanusiaan jelas bahwa Israel melanggar hak asasi manusia.

Tabel 3

Analisis Pola Kategorisasi

Konsep Kategorisasi


(51)

mempromosikan nilai-nilai pengajaran, kerja tim, kesamaan gender, dan kepemimpinan yang menjadi sasaran agresi militer Zionis Israel itu.

Pihak Kita/Khalayak Zionis Israel Pihak Mereka/Media Penjajah Palestina

Kategorisasi juga terlihat pada kalimat:

“Berbeda dengan Madrid yang terus mendukung Palestina, seteru Madrid di Spanyol Barcelona justru berlaku sebaliknya”

Kategorisasi dalam kalimat Berbeda dengan Madrid yang terus mendukung Palestina: ada penggiringan opini yang jelas terlihat dalam kalimat ini. Republika

seolah sudah menempatkan Palestina sebagai negara jajahan Israel, maka sudah sepatutnya sebuah dukungan harus dilakukan untuk membantu Palestina. Pengakategorisasian terlihat dari kata mendukung Palestina. Dukungan berarti sebuah sikap pada pilihan. Meski sikap yang diambil Madrid adalah sebuah bantuan kemanusiaan yang bersifat olahraga dan bukan militer, maka Republika

sudah mengkategorikan bahwa Madrid mendukung Palestina dan menolak penjajahan yang dilakukan Israel dengan agresi militernya.

Tabel 4

Analisis Pola Kategorisasi

Konsep Kategorisasi

Frame Berbeda dengan Madrid yang mendukung Palestina,


(52)

sebaliknya.

Pihak Kita/Khalayak Mendukung Palestina Pihak Mereka/Media Menolak penjajahan

Kategorisasi juga terjadi pada kalimat:

“Presiden Real Madrid Florentino Perez mengatakan, kerja sama dengan membantu warga di tanah Palestina adalah sebuah pintu untuk masa depan”

Dalam kalimat sebuah pintu untuk masa depan, terdapat sebuah kategorisasi yang banyak menyiratkan makna tersembunyi. Seperti kita ketahui bahwa bahasa yang digunakan media dalam mengkonstruksi realitas dalam pemberitaan bisa jadi bias. Kita tahu kata „pintu‟ biasa diartikan sebagai sebuah benda yang berfungsi untuk jalan masuk dan keluar dari sebuah ruangan, namun dalam hal ini Republika

juga menempatkan kata tersebut bukan diartikan sebagai sebuah jalur masuk dan keluar ruangan seperti halnya fungsi sebuah pintu.

Republika dan pelaku medianya berusaha menyampaikan bahwasanya kerja sama dan bantuan kemanusiaan yang dilakukan manajemen Real Madrid FC kepada Palestina merupakan babak baru yang harus dilihat sebagai sebuah kepentingan sepihak.

Bisa jadi kepentingan itu merupakan kepentingan politik pemerintah kota Madrid yang notabene bersinergi penuh dengan Real Madrid FC. Kemungkinan kepentingan politik itu bisa saja terjadi demi menaikkan pamor pemerintah kota Madrid agar terlihat menjunjung kepentingan sosial dan umat beragama di mata dunia. Di samping kepentingan politik, Republika juga seolah ingin menyampaikan bahwa Real Madrid mempunyai kepentingan mengangkat pamor


(53)

klub atau liga Spanyol di mata dunia. Kita ketahui bahwa Real Madrid dan Barcelona memiliki rivalitas yang cukup besar dari tahun 1930-an. Faktornya beragam, mulai dari loyalitas pemain antara kedua klub tersebut sampai pada faktor politik. Barcelona juga bisa dikatakan pada tahun 1930-an tersebut sebagai sebuah klub yang „terjajah‟ oleh Real Madrid secara aspek kemanusiaan. Lalu mengapa justru sekarang berlaku sebaliknya? Real Madrid menyatakan dukungan kepada Palestina yang notabene sebagai negara „jajahan‟ Israel?

Dari penjelesan tersebut, mulai tersirat makna dari kata „pintu‟ yang digunakan Republika dalam pemberitaannya. Republika berusaha menyampaikan pesan dalam pemberitaan agar bantuan dari Real Madrid FC kepada Palestina jangan hanya diartikan sebuah bantuan murni yang tanpa sebuah kepentingan. „Pintu‟ yang „dimasuki‟ Real Madrid FC untuk menemui atau membantu Palestina mungkin hanya digunakan sesaat, karena „pintu‟ tersebut bisa juga digunakan Real Madrid untuk „keluar‟ dari Palestina. Tentunya setelah kepentingan tersebut telah didapat.

Penulis juga mendapatkan fakta konstruksi realitas dalam suatu pemberitaan yang dilakukan media dan pelakunya. Dalam wawancara terhadap wartawan

Republika yang penulis lakukan. Wartawan yang penulis wawancarai berusaha memasukkan ide dan gagasannya dalam berita yang ia tulis tersebut. Ia memiliki pandangan bahwa sebuah konspirasi telah terjadi dalam bantuan yang dilakukan Real Madrid FC kepada Palestina. Mungkin bisa jadi kepentingan media Spanyol demi menaikkan pamor La Liga di mata dunia, mungkin bisa juga kepentingan politik pemerintah kota Madrid agar terlihat menjunjung kemanusiaan dan toleransi umat beragama.


(54)

Kategorisasi kalimat tersebut bisa dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 5

Analisis Pola Kategorisasi

Konsep Kategorisasi

Frame Presiden Real Madrid Florentino Perez mengatakan, kerja sama dengan membantu warga di Palestina adalah sebuah pintu untuk masa depan.

Pihak Kita/Khalayak Sebuah pintu untuk masa depan

Pihak Mereka/Media Bantuan masuk lalu keluar dari Palestina

Kategorisasi berikutnya juga terlihat dalam kalimat berikut:

“La Blaugrana dilaporkan mengundang mantan tentara Israel Gilad Shalit untuk menonton El Clasico Barca kontra Madrid di Nou Camp pada Ahad (7/10) waktu setempat”

Dalam kata mengundang terdapat sebuah kategorisasi, berikut ini penjelasannya: secara arti, kata mengundang berarti sebuah permohonan kepada seseorang untuk datang atau menghadiri sebuah acara pada jadwal dan waktu yang telah ditentukan oleh pemohon. Namun „mengundang‟ bukan hanya diartikan sebagai sebuah undangan yang bersifat personal. Jika ada sebuah konser musik Jazz dalam sebuah event maka para promotor dalam event tersebut akan mempromosikan dan menyosialisasikan agar event tersebut didatangi penonton yang membeli tiket, atribut musik, atau pernak-pernik yang berbau Jazz. Kegiatan promosi dan sosialisasi tersebut juga dikategorikan sebagai kata mengundang. Namun jika menggunakan kata „mengundang‟ saja maka akan berkonotasi lain,


(55)

seolah ada penekanan khusus yang mengesankan arti menjadi „undangan personal‟.

Republika menggunakan kata mengundang seolah menyiratkan pesan bahwa undangan yang dilakukan oleh Barcelona atau La Blaugrana (julukan Barcelona) adalah bersifat personal. Padahal di dalam paragraf akhir dalam berita tersebut ditulis:

“Wakil presiden Barcelona Carles Villarubi membantah bahwa kopal Angkatan Bersenjata Israel (IDF) itu diundang secara resmi”

Ini jelas terjadi kategorisasi dalam paragaraf pertama yang menyatakan kata

mengundang yang bisa jadi menggiring khalayak tentang adanya undangan secara khusus dan personal terhadap kopral Angkatan Bersenjata Israel Gilad Shalit. Padahal di paragraf akhir dijelaskan bahwa Shalit tak diundang secara resmi. Mengapa tidak ditulis saja kata mengundang secara resmi pada paragraf pertama agar terjadi singkronisasi makna dengan paragraf sesudahnya. Ini menunjukkan

Republika mencoba menangkap pengambilan momen pertama yang boleh jadi membawa khalayak pada sebuah kesimpulan tentang „diundangnya Shalit oleh pihak Barcelona secara pribadi‟.

B. Kesalahan Rubrikasi dalam Berita “Madrid untuk Palestina, Warga Gaza Boikot Barca” di Harian Umum Republika Pada Rubrik Kick Off Edisi 29 September 2012

Seperti yang telah penulis jabarkan tentang profil dari rubrik Kick Off di bab 2, rubrik Kick Off merupakan bagian dari rubrik sepak bola di dalam rubrik Rekor. Semua berita yang bersifat olahraga termasuk sepak bola ada di dalamnya.


(56)

Untuk itu, dari hasil penelitian yang penulis lakukan, setidaknya ada indikasi yang menunjukkan sebuah kesalahan rubrikasi.

Kesalahan rubrikasi terlihat pada kalimat berikut:

“Shalit sempat diculik oleh pasukan bersenjata Hamas pada Juni 2006. Ia ditahan selama lima tahun sebelum dibebaskan sebagai opsi pertukaran tahanan yang melibatkan pejuang Palestina pada Oktober 2011”

Dalam kalimat tersebut terang sekali terdapat sebuah wacana politik dan agama. Kita ketahui bahwa di dalam olahraga khususnya sepak bola dikenal dengan sebuah permainan yang sportif atau fair play. Segala isu mengenai suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) tidak dibenarkan di dalam dunia sepak bola, baik di dalam maupun di luar lapangan hijau apalagi sebuah kepentingan politik.

Di dalam kalimat tadi, kata yang mengacu pada wacana politik yaitu: diculik, pasukan bersenjata, Hamas (sebuah partai pejuang Palestina), ditahan, dibebaskan, dan tahanan. Kata-kata tadi mengacu pada sebuah wacana politik karena sering didengar dalam sebuah pemberitaan politik.

Sementara itu, kata selanjutnya yang mengacu pada wacana agama adalah kata pejuang. Karena dalam hal ini Republika memposisikan Palestina sebagai negara „terjajah‟ yang berusaha mempertahankan tanah mereka dan hak-hak hidup serta kebebasan beragama. Maka kata pejuang yang digunakan Republika mengacu pada sebuah pengorbanan agamis dan nasionalis yang dilakukan oleh Palestina. Kita tahu bahwa Palestina sering mengklaim seseorang yang membela agama dan negaranya dengan istilah, pejuang. Republika membingkai kalimat tadi sebagai sebuah berita olahraga yakni di dalam rubrik Kick Off. Inilah kesalahan rubrikasi


(57)

yang seharusnya mungkin Republika bisa meletakkan berita tersebut pada rubrik-rubrik lain. Kesalahan rubrik-rubrikasi ini akan menyebabkan khalayak merasa bahwa berita yang diberitakan akan menjadi wajar dipahami sebagai sebuah berita olahraga, bukan sebagai berita politik maupun agama.

Kesalahan rubrikasi juga terlihat pada kalimat berikut:

“Bagaimana bisa sebuah klub terhormat yang pada masa lalu telah membela multikulturalisme dan humanisme mengundang pembunuh dan kriminal seperti Shalit dan menunjukkan padanya rasa hormat?”

Sebuah kalimat tadi adalah pernyataan dari The Prisoner Club of Gaza, sebuah klub sepak bola yang berafiliasi pada Hamas. Isu politik juga tersirat dalam kalimat tersebut. Sebuah kepentingan-kepentingan politik berusaha diperlihatkan dengan kata membela multikulturalisme dan humanisme. Republika seolah ingin menyampaikan bahwa seharusnya sebuah klub sepak bola harus menjunjung tinggi nilai multikulturalisme yang dalam kasus ini, Barcelona memiliki rekam jejak yang baik tentang nilai multikulturalisme namun sekarang seolah sebaliknya. Kita tahu di dalam sepak bola tak pernah terjadi bunuh-membunuh antarpemain dan ofisial klub karena ricuh dalam pertandingan di lapangan, namun

Republika seolah ingin menunjukkan bahwasanya Barcelona seolah telah ikut „membunuh‟ rakyat Palestina dengan mengundang Shalit yang dalam berita tersebut juga ditulis sebagai seorang pembunuh dan kriminal. Jelas ini terdapat unsur politik dan kemanusiaan yang seharusnya tidak diletakkan di dalam rubrik olahraga. Karena khalayak akan menganggap bahwa hal tersebut sah saja sebagai sebuah nilai berita olahraga.


(1)

11.Bagaimana Republika memposisikan Palestina dan Israel dari kacamata hukum Islam soal ketidakharmonisan kedua negara ini?

-Kita ya pasti pro Palestina. Kita anggap Israel itu adalah penjajah, tidak hanya dilihat dari segi Islam namun juga aspek kemanusiaan sudah jelas Israel itu melanggar Hak Asasi Manusia.

12.Yedioth Aharonot itu surat kabar olahraga atau surat kabar umum? Karena katanya Shalit diundang menonton laga itu sebagai jurnalis.

-Umum sepertinya.

13.Marca.com itu sebenarnya seperti apa? Apakah ia milik Barcelona atau Real Madrid?

-Media olahraga. Dia (Marca.com) bermarkas di Madrid ibukota Spanyol.

14.AS.com sendiri bagaimana?

-Ini mirip-mirip Marca.com. Bersifat olahraga.

15.El Clasico bisa dibilang sebagai magnet sepak bola, bagaimana menurut wartawan Republika sendiri dan adakah tanggapan yang signifikan dari pembaca Republika baik cetak maupun online?


(2)

-Ya memang yang dinanti hanya dua klub itu saja terlepas dari sikap kontroversial Mourinho (mantan pelatih Madrid), pertandingan dua klub ini memang cukup dinanti. Tanggapan dari pembaca ya hanya sebatas jalannya pertandingan saja sepertinya.

16.Jika dikatakan Real Madrid dan Barcelona sebagai dua klub yang memiliki magnet cukup besar dalam dunia sepak bola, bagaimana tanggapan anda?

-Menurut saya tidak ya, karena membosankan sekali hanya ada dua klub yang merajai suatu liga hampir sepanjang zaman.

17.Bagaimana tanggapan mengenai pemain muslim yang ada pada dua klub tersebut, apakah ada wawancara dari kantor berita asing yang menanyakan berita ini terhadap mereka?

-Itu belum ada yang menguak sepertinya.

Mengetahui


(3)

(4)

(5)

(6)