2.3. Efektivitas fototerapi
Efektivitas fototerapi tergantung pada intensitas sinar yang dihasilkan sumber cahaya.
Intensitas sinar adalah jumlah foton yang diberikan per sentimeter kuadrat permukaan tubuh yang terpapar µWcm
2
nm. Fototerapi standar
harus memberikan intensitas sinar 8 sampai 10 µWcm
2
nm dan panjang gelombang 430 sampai 490 nm. AAP mendefinisikan fototerapi intensif sebagai fototerapi yang menghasilkan
intensitas sinar sedikitnya 30 sampai 40 µWcm
2
nm dan panjang gelombang yang dapat mencakup seluruh permukaan tubuh neonatus.
17
Dan sejak tahun 2004 AAP merekomendasikan fototerapi intensif sebagai terapi hiperbilirubinemia pada neonatus.
21
Faktor faktor yang mempengaruhi Intensitas sinar adalah jenis sinar, panjang gelombang sinar yang digunakan,
desain fototerapi, jarak sinar ke neonatus dan luas permukaan tubuh neonatus yang disinari.
9,11,16,17
Efek samping dari fototerapi antara lain adalah ketidakstabilan suhu tubuh, peningkatan peristaltik usus, diare, berkurangnya interaksi ibu dengan bayi, dan
efek yang jarang terjadi seperti perubahan warna kulit menjadi keabuan.
8,13,14,22
Universitas Sumatera Utara
2.4. Fototerapi Ganda
AAP mendefinisikan fototerapi intensif sebagai fototerapi yang mengunakan intensitas sinar sedikitnya 30 µWcm
2
nm sampai 40 µWcm
2
nm dan panjang gelombang yang dapat mencakup seluruh permukaan tubuh neonatus.
17
Intensitas sinar dapat ditingkatkan dengan pemberian fototerapi ganda atau
double fototerapi
.
11,23
Hal ini dapat dicapai dengan meletakkan sumber sinar di atas dan di bawah neonatus. Penggunaan fototerapi intensif dapat menurunkan kadar bilirubin
30 sampai 40 atau bilirubin serum total 1 sampai 2 mgdL dalam waktu 4 sampai 6 jam.
17
2.5. Peningkatan Kembali Kadar Bilirubin
Fototerapi digunakan di seluruh dunia sebagai terapi jaundice
pada neonatus. Kebutuhan dilakukannya transfusi tukar menurun secara signifikan sejak
ditemukannya fototerapi. Fototerapi merupakan metode yang efektif, noninvasif, mudah digunakan, dan tidak mahal. Namun demikian penambahan waktu fototerapi
tidak disarankan karena memiliki efek samping jangka pendek dan jangka panjang. Selain itu dapat menimbulkan lamanya waktu perawatan dan memberikan pengaruh
negatif terhadap interaksi ibu dan bayi, disaat yang sama fototerapi yang dihentikan terlalu cepat dapat menyebabkan kadar bilirubin meningkat ke level yang tidak dapat
ditoleransi.
24
Universitas Sumatera Utara
Tidak ada standar untuk penghentian fototerapi. Kadar bilirubin serum total untuk dihentikannya fototerapi tergantung dari usia kapan fototerapi dimulai dan
tergantung dari penyebab hiperbilirubinemia. Untuk neonatus yang dirawat kembali setelah perawatan kelahiran di rumah sakit, fototerapi dapat dihentikan bila kadar
bilirubin di bawah 13 – 14 mgdL.
25
Pada neonatus yang mendapat fototerapi intensif, bila kadar bilirubin kurang dari 13 – 14 mgdL fototerapi dihentikan.
13
Merupakan hal yang sudah sangat dipercaya secara luas bahwa penghentian fototerapi berhubungan dengan
rebound hiperbilirubinemia.
10
Rebound hiperbilirubinemia biasanya menunjukkan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari
1 – 2 mgdL, walaupun demikian kejadian rebound
setelah fototerapi dihentikan signifikan secara klinis dapat terjadi.
11
Penundaan pemulangan neonatus tidak perlu dilakukan untuk mengetahui kejadian
rebound .
25
Sejak ditemukannya fototerapi intensif sebagai terapi hiperbilirubinemia yang dapat menurunkan kadar bilirubin
serum total lebih cepat dibandingkan fototerapi konvensional, kemungkinan terjadinya
rebound yang lebih besar dapat saja terjadi.
12
Universitas Sumatera Utara
2.6. Kerangka Konseptual