6. Kesehatan umum terganggu Pada orang yang menderita penyakit-penyakit yang menimbulkan dehidrasi
seperti demam, diare yang terlalu lama, diabetes, gagal ginjal kronis dan keadaan sistemik lainya dapat mengalami pengurangan aliran saliva. Hal ini disebabkan
adanya pengaturan air dan elektrolit yang diikuti dengan terjadinya keseimbangan air yang negatif yang menyebabkan turunnya sekresi saliva. Pada penderita diabetes,
berkurangnya saliva dipengaruhi oleh faktor angiopati dan neuropati diabetik, perubahan kelenjar parotis dan karena poliuria yang berat. Penderita gagal ginjal
kronis terjadi penurunan output. Untuk menjaga agar keseimbangan cairan tetap terjaga perlu intake cairan. Pembatasan intake cairan akan menyebabkan menurunnya
aliran saliva dan saliva menjadi kental. Penyakit-penyakit infeksi pernafasan biasanya menyebabkan mulut terasa kering karena penyumbatan hidung yang terjadi
menyebabkan penderita bernafas memalui mulut.
15
7. Keadaan-keadaan lain Agenesis kelenjar saliva sangat jarang terjadi, tetapi kadang-kadang ada pasien
yang mengalami keluhan mulut kering sejak lahir. Hasil sialograf menunjukkan adanya cacat yang besar kelenjar saliva. Kelainan saraf yang diikuti gejala
degenerasi, seperti sklerosis multiple akan mengakibatkan hilangnya inervasi kelenjar saliva, kerusakan pada kelenjar parenkim dan duktus, atau kerusakan pada suplai
darah kelenjar saliva juga dapat mengurangi sekresi saliva.
15
2.3.2 Gejala dan Tanda
Xerostomia mengakibatkan timbulnya beberapa gejala pada penderitanya seperti masalah saat makan, berbicara, menelan dan memakai gigi tiruan. Pemakai gigi tiruan
mungkin memiliki masalah dalam retensi gigi tiruan. Kesulitan makan dan berbicara dapat mengganggu interaksi sosial dan dapat menyebabkan beberapa penderita
menghindari kegiatan sosial.
16
Xerostomia dapat ditandai oleh keadaan lidah yang menjadi berkerut, kering dan lengket dengan penurunan jumlah papila. Xerostomia juga berdampak pada
meningkatnya karies gigi karena tanpa saliva yang cukup untuk mengembalikan pH
mulut, perkembangan mikroorganisme dan perkembangan plak meningkat. Keadaan mukosa oral seperti pada lidah, mukosa bukal, dasar mulut, dan palatum menjadi
kering dan rentan infeksi mikroba, yang paling umum terutama pada orang tua misalnya menjadi kandidiasis. Penurunan volume saliva dapat mengakibatkan
perubahan pada mukosa mulut dan merupakan predisposisi invasi jamur kandida. Susunan mikroflora mulut mengalami perubahan, dimana mikroorganisme kariogenik
seperti kandida meningkat. Selain itu, fungsi bakteriostase dari saliva berkurang. Akibatnya pasien yang menderita xerostomia akan mengalami peningkatan proses
infeksi kandida.
15-17
2.3.3 Diagnosa
Diagnosis xerostomia dapat ditegakkan berdasarkan bukti yang diperoleh dari riwayat pasien, pemeriksaan pada rongga mulut dan sialometri yang merupakan
sebuah prosedur sederhana untuk mengukur laju aliran saliva. Pada pemeriksaan rongga mulut, indikator yang digunakan untuk menentukan terjadinya xerostomia
dengan meletakkan spatel yang kering di mukosa bukal dan spatel akan lengket di mukosa tersebut sewaktu diangkat.
18
Beberapa tes dan teknik dapat digunakan untuk memastikan fungsi kelenjar saliva seperti sialometri. Pengukuran aliran saliva dapat dilakukan dengan
menghitung whole saliva terstimulasi dan tanpa terstimulasi. Pengukuran whole saliva dapat dilakukan dengan cara :
19
1. Metode draining, yaitu dengan membiarkan saliva mengalir sendiri dari rongga mulut kemudian ditampung ke dalam tabung.
2. Metode spitting, yaitu dengan meludahkan saliva yang telah dikumpulkan setiap 60 detik selama 2-5 menit keluar dari dasar rongga mulut ke tabung.
3. Metode suction, yaitu dengan menyedotkan saliva yang ada di dasar mulut dengan suction tube.
4. Metode swab, yaitu dengan menggunakan swab absorbent. Whole saliva terstimulasi biasanya menggunakan asam atau mengunyah permen
karet. Untuk penilaian umum fungsi saliva, teknik whole saliva tanpa terstimulasi
lebih direkomendasikan karena mudah dilakukan dan cukup akurat bila dilakukan dengan konsisten dan berhati-hati.
8
Laju aliran saliva normal tanpa terstimulasi atau pada waktu istirahat berkisar 0,3 hingga 0,5 mLmenit. Aliran saliva tertimulasi antara 1 sampai 2 mLmenit. Nilai
aliran saliva kurang dari 0,1 mLmenit biasanya dianggap xerostomia.
18
2.3.4 Penanggulangan Xerostomia