Hubungan Penggunaan Obat Antihipertensi dengan Xerostomia

lebih direkomendasikan karena mudah dilakukan dan cukup akurat bila dilakukan dengan konsisten dan berhati-hati. 8 Laju aliran saliva normal tanpa terstimulasi atau pada waktu istirahat berkisar 0,3 hingga 0,5 mLmenit. Aliran saliva tertimulasi antara 1 sampai 2 mLmenit. Nilai aliran saliva kurang dari 0,1 mLmenit biasanya dianggap xerostomia. 18

2.3.4 Penanggulangan Xerostomia

Penanggulangan xerostomia tergantung penyebab atau etiologi xerostomia itu sendiri. Penanggulangan dapat berupa menggunakan saliva pengganti atau dengan menstimulasi saliva. Stimulasi saliva dapat dicapai secara mekanis dengan mengunyah permen karet tanpa gula, permen dan mint. Stimulasi saliva secara kimia dapat dengan mengisap permen tanpa gula atau produk yang mengandung asam sitrat, seperti tablet vitamin C atau tablet hisap. Asam sitrat dapat merangsang air liur, namun penggunaannya terbatas karena dapat menyebabkan iritasi mukosa dan resiko demineralisasi pada gigi pasien. Saliva pengganti buatan dapat digunakan untuk menggantikan kelembaban dan melumasi rongga mulut. Saliva pengganti diformulasikan untuk meniru saliva alami, tetapi saliva pengganti tidak merangsang produksi kelenjar saliva. Oleh karena itu, saliva pengganti harus dianggap sebagai terapi pengganti daripada obat. Produk komersial tersedia dalam berbagai formulasi termasuk larutan, spray, gel, dan tablet hisap. 16-20

2.4 Hubungan Penggunaan Obat Antihipertensi dengan Xerostomia

Menurut Bradley dan Gunthias obat antihipertensi dapat mempengaruhi aliran saliva secara langsung dan tidak langsung. Bila secara langsung akan mempengaruhi aliran saliva dengan meniru aksi sistem saraf autonom atau dengan bereaksi pada proses seluler yang diperlukan saliva. Stimulasi saraf parasimpatis menyebabkan sekresi yang lebih cair dan saraf simpatis memproduksi saliva yang lebih sedikit dan kental, sedangkan secara tidak langsung akan mempengaruhi saliva dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau dengan mempengaruhi aliran darah ke kelenjar. Menurut Scully, obat antihipertensi dapat mengubah jalan saraf yang merangsang sekresi kelenjar saliva dan selain untuk menurunkan tekanan darah, obat ini juga memiliki efek samping simpatomimetik yaitu memiliki efek untuk merangsang saraf. Bagaimana obat antihipertensi benar-benar menyebabkan xerostomia tidak diketahui, meskipun dihipotesiskan bahwa xerostomia mungkin hasil dari penurunan volume cairan dan hilangnya elektrolit sekunder yang meningkatkan buang air kecil dan dehidrasi. 5,20,21 Diuretik menghasilkan perubahan dalam elektrolit dan keseimbangan cairan. Diuretik bertindak dengan meningkatkan output urin sehingga mengurangi volume cairan sirkulasi dan mengurangi beban kerja jantung dan ginjal. Nederfors et al meneliti efek diuretik, hidroklorotiazid pada whole saliva terstimulasi dan tidak terstimulasi. Hidroklorotiazid meningkatkan ekskresi natrium dan air dengan menghambat reabsorpsi mereka di tubulus renal distal di ginjal. Hasil penelitian ditemukan penurunan yang signifikan pada whole saliva terstimulasi. Obat antihipertensi golongan β-blocker akan bekerja di susunan saraf pusat dengan mengurangi tonus simpatis sehingga jantung akan mengurangi denyut jantung dan curah jantung, pada ginjal akan mengurangi produksi renin yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah dan pada kelenjar saliva akan mempengaruhi produksi saliva menjadi sedikit dan lebih kental. 22-24 Penelitian Mangrella et al menyatakan ACE-inhibitor, yang menghambat angiotensin converting enzyme dalam sistem renin-angiotensin-aldosteron, menyebabkan mulut kering pada sekitar 13 pasien. Mekanisme kerjanya, ACE- inhibitor akan menghambat kerja angiotensin converting enzyme, akibatnya pembentukan angiotensin II terhambat, timbul vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron sehingga ginjal mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi kalium. Angiotensin-receptor blocker memiliki mekanisme kerja dengan cara berinteraksi dengan asam amino pada domain transmembran yang dapat mencegah angiotensin II untuk berikatan dengan reseptornya. Hal ini akan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah, penurunan produksi vasopresin, dan mengurangi sekresi aldosteron. Tiga efek ini secara bersama-sama akan menyebabkan penurunan tekanan darah, air, glukosa dan garam dalam darah. Antagonis kalsium bekerja dengan menghambat influks kalsium pada otot polos pembuluh darah dan miokard. Kalsium merupakan unsur organis saliva, bila influks kalsium pada otot pembuluh darah dihambat secara tidak langsung akan mempengaruhi saliva. Ketiga obat antihipertensi ini secara tidak langsung akan mempengaruhi aliran saliva dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit. 6,22-24

2.5 Kerangka Konsep