2.4 Hipotesis Penelitian
Diduga faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam mengkonversi lahan adalah:
a. Faktor harga. Hal ini sesuai berdasarkan hukum penawaran bila harga
meningkat maka penawaran barang akan meningkat pula dalam hal ini barang tersebut adalah sebidang tanah sehingga memungkinkan terjadinya alih fungsi
lahan pertanian jika pembeli adalah developer. Dari hasil temuan Rusastra 1997 di Kalimantan Selatan, alasan utama petani melakukan konversi lahan
adalah karena kebutuhan dan harga lahan yang tinggi, skala usaha yang kurang efisien untuk diusahakan.
b. Pajak lahan dan pendapatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Syafa’at 1995
di Jawa menemukan bahwa alasan utama petani melakukan konversi lahan adalah pajak lahan yang tinggi cenderung mendorong petani untuk melakukan
konversi dan rasio pendapatan non pertanian terhadap pendapatan total yang tinggi cenderung menghambat petani untuk melakukan konversi.
c. Status lahan. Hal ini sesuai penelitian Jamal 2001, di Kabupaten Karawang,
Jawa Barat, dalam proses alih fungsi lahan secara signifikan status lahan mempengaruhi konversi lahan.
d. Kebijakan pemerintah. Hal ini sesuai dengan penelitian Supriyadi 2004
menyatakan bahwa setidaknya ada tiga faktor penting yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah salah satunya adalah aspek regulasi yang
dikeluarkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitan
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu secara sengaja, dengan memilih Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan,
Propinsi Sumatera Utara. Kecamatan Medan Marelan dipilih dengan alasan bahwa kecamatan ini adalah kecamatan yang dalam 8 delapan tahun terakhir cenderung
mengalami konversi lahan khususnya lahan sawah. Kecamatan Medan Selayang dipilih karena alasan waktu dan biaya. Penurunan luas panen dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah
ini. Tabel 1 Luas Panen Padi Sawah Menurut TahunKecamatan kota Medan
Kecamatan Luas Panen Padi sawah Ha
2000 2001 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Medan Tuntungan 370
370 287
337 236
310 310
310 Medan Johor
77 77
49 49
15 29
29 29
Medan Amplas 165
165 58
80 20
20 20
20 Medan Denai
43 43
13 13
1 2
2 2
Medan Kota 15
15 5
5 Medan Polonia
40 40
25 25
15 15
15 15
Medan Baru 20
20
Medan Selayang 512
512 496
496 450
455 455
455
Medan Sunggal 114
114 72
72 72
72 72
72 Medan Helvetia
116 116
70 70
70 70
70 70
Medan Timur 5
5 4
4 2
2 2
2 Medan Tembung
5 5
3 3
Medan Deli 160
160 134
134 120
120 120
120 Medan Labuhan
808 808
393 743
436 695
695 695
Medan Marelan 1.156 1.086
911 1.281 412
580 580
580
Medan Belawan 5
5 370
370 370
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara tahun 2009
Universitas Sumatera Utara
Disamping itu data dari Asosiasi Real Estate Indonesia REI perwakilan Sumatera Utara menunjukan kecamatan dengan tingkat pembangunan perumahan yang paling tinggi di
Kota Medan adalah Kecamatan Medan Marelan yaitu sebanyak 564 unit selama periode tahun 2007 sampai 2009, sedangkan untuk Kecamatan Medan selayang yaitu sebanyak
315 unit selama periode tahun 2007 sampai 2009. Tabel 2 Jumlah Bangunan Dibangun Oleh REI di Kota Medan
No Kecamatan
Jumlah Perumahan Dibangun Unit 2007
2008 2009
Jumlah
1 Medan Marelan
133 268
163 564
2 Medan Tuntungan
12 134
53 199
3 Medan Sunggal
125 47
45 217
4 Medan Tuntungan
32 50
62 144
5 Medan Johor
50 36
49 135
6 Medan Helvetia
12 10
14 36
7 Medan Amplas
146 131
128 405
8 Medan Polonia
12 15
52 79
9 Medan Selayang
97 107
111 315
10 Medan Baru 70
75 145
11 Medan Tembung 10
29 31
70 Sumber : REI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara tahun 2009
3.2 Metode Penentuan Sampel