Analisis Novel Furin Kazan

(1)

FURIN KAZAN NO SHOUSETSU NO BUNSEI

KERTAS KARYA

Dikerjakan

O L E H

Dapot Rotua Magdalena Sinamo NIM : 082203026

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

FURIN KAZAN NO SHOUSETSU NO BUNSEKI

KERTAS KARYA

Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian Program Pendidikan Non- Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa Jepang

.

Dikerjakan

OLEH

DAPOT ROTUA MAGDALENA SINAMO NIM : 082203026

Pembimbing, Pembaca,

Hj. Siti Muharami M, S.S., M.Hum Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum NIP. 196106282006042001 NIP. 196009191988031001

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGESAHAN

Diterima oleh :

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan,

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang studi Bahasa Jepang

Pada : Tanggal : Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Drs. Syahron Lubis, M.A. NIP. 19511013 197603 1 001

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan 1. Zulnaidi, S.S., M.Hum ( ) 2. Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum ( ) 3. Hj. Siti Muharami M, S.S., M.Hum ( )


(4)

Disetujui Oleh :

Program Diploma Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan

Program studi D3 Bahasa Jepang Ketua Program Studi

Zulnaidi, SS, M.Hum

NIP. 19670807 2004 01 1 001


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehaadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya yang berjudul “ ANALISIS NOVEL FURIN KAZAN “.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dimana masih banyak kekurangan-kekurangan dalam tata bahasa maupun dalam pembahasan. Dengan segala kerendahan hati penulis menyambut kritik dan saran demi kesempurnaan kertas karya ini.

Dalam penulisan kertas karya ini penulis banyak menerima bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara moral maupun material. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya, terutama kepada:

1. Bapak Dr.Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2.Bapak Zulnaidi, S.S., M.Hum. selaku ketua jurusan Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Hj. Siti Muharami M, S.S., M.Hum. selaku dosen pembimbing yang dengan iklas hati meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan kepada penulis sampai karya tulis ini selesai.

4. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum. selaku dosen pembaca. 5. Bapak Zulnaidi, S.S., M.Hum. selaku dosen wali.


(6)

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan pendidikan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Jurusan Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara.

7. Teristimewa kepada Papa dan Mama tercinta beserta keluarga yang senantiasa mendukung dalam moril maupun materil selama masa pendidikan kepada penulis hingga kertas karya ini selesai disusun.

8. Sahabat-sahabat yang jauh di mata : B’ Tomi Iman Perdana Pasaribu, S.Th, Rommel Simamora, S.Th., Sehat Sinaga, dan Enny Ginting. Teman-teman Gereja GKPPD Padang Bulan yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada penulis dalam penyusunan karya tulis ini. Dan teman-teman jurusan Bahasa Jepang, khususnya K’ Yenni Siboro, Siti Manullang, Linda sipayung. Teman seperjuangan Idola, Tiwi, Imelda. Serta semua pihak yang telah memberi dukungan kepada penulis selama penyusunan Karya tulis ini sampai selesai.

Tiada lain harapan penulis, semoga Tuhan Yang maha Kuasa memberikan rahmatNya kepada kita semua dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 2011

DAPOT ROTUA M SINAMO NIM 082203026


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2. Tujuan Penulisan ... 2

1.3. Batasan Masalah ... 2

1.4. Metode Penulisan ... 3

BAB II RINGKASAN CERITA... 4

BAB III ANALISA CERITA 3.1 Tema ... 14

3.2 Alur ... 15

3.3 Perwatakan ... 16

3.4 Setting ... 17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 18

4.2 Saran ... 19 DAFTAR PUSTAKA


(8)

ABSTRAK

Yamamoto Kansuke yang menjadi peran utama dalam Novel “Furin Kazan” karya Yasushi Inoue, ia mencerminkan sikap bijaksana, rendah hati, selalu setia pada tuannya, dan memiliki semangat yang besar untuk menjadi seorang penaklukan benteng dengan strategi perang yang dikuasainya. Peristiwa ini yang terjadi di jepang pada zaman Sengoku Jidai tahun Tenbun. Dimana perang saudara dan perebutan wilayah melingkupi seluruh wilayah Jepang.

Dengan semua idenya yang cemerlang, akhirnya Tajeda harunobu mempercayainya dan berpihak padanya. Harunobu merasa puas dengan strategi perang yang dimiliki Kansuke dan menjadi asisten pribadinya. Bahkan menuruti apapun yang dikatakan oleh Kansuke. Karena ketulusan dan kerja kerasnya bekerja dengan Harunobu menjadikannya seperti yang diinginkannya.

Pertempuran Uedahara menciptakan perbedaan yang begitu besar antara Takeda Harunobu dan Murakami Yoshikiyo. Baik wilayah Nishina dan Sarashina menjadi wilayah Harunobu. Sehingga semua benteng di wilayah tersebut jatuh ke tangan Harunobu dan juga menguasai benteng Kotani dalam pertempuran Kamejiri.

Bulan Agustus tahunTenbun ke-17, Harunobu menghancurkan Benteng Shiga di wilayah Shinano dan tinggal di benteng Komuro bersama 10.000 prajurit. Ketika pertempuran berakhir, diadakan perhitungan kepala-kepala yang gugur dan dicatat. Dari musuh tercatat 2919 orang dan dari mereka 700 orang salah satunya adalah Itagaki.


(9)

Dari perjuangan yang dilakukan Kansuke menunjukkan suatu ambisi besar untuk memperjuangkan persekutuannya. Pertahanan yang kuat terjalin suatu kerjasama antara yang satu dengan yang lain. Semangat yang tak pernah pudar menjadi hal bagi Kansuke dan seluruh pasukan sehingga menghantarkan mereka kepada kemenangan. Menghadapi berbagai pertempuran, dan akhirnya Yamamoto Kansuke meninggal dunia di tangan Kosaka Masanobu.

Dari analisis cerita novel ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa setiap usaha pasti ada hasilnya. Pantang menyerah dan penuh semangat menghantarkan kita kearah keberhasilan.


(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul

Dalam kamus Bahasa Indonesia, Novel merupakan sebuah karya yang berbentuk prosa, penuangan dari ide atau gagasan penulis kedalam bahasa tulisan yang mengandung unsur budaya, sosial, dan moral. Novel juga memiliki daya tarik tersendiri bagi para pembaca. Sehingga dapat merangsang pembaca agar hanyut dalam isi novel tersebut.

Novel yang menceritakan suatu peristiwa yang di perankan oleh tokoh di suatu tempat dan dalam suatu waktu yang berisi sebuah khayalan belaka. Walaupun demikian, novel di tulis bukan hanya untuk hiburan semata, tetapi juga dapat mengajarkan banyak hal dan menambah pengetahuan baru kepada si pembaca tentang budaya, sosial dan juga moral. Sama halnya dengan kisah “Furin Kazan” yang dikutip dari sebuah novel karya Yasushi Inoue. Kisah pada zaman Sengoku Jidai dimana saat itu terjadi perang saudara dan perebutan wilayah di seluruh Jepang. Yang menceritakan tentang Yamamoto Kansuke yang selalu berjuang tanpa menghiraukan apa pun untuk bisa menjadi penaklukan benteng. Yang mengapdi dengan tulus kepada Takeda dan menghabiskan waktunya disitu. Dengan kebijaksanaan Kansuke melalui strategi perang yang dimilikinya membuat orang disekitarnya khususnya Takeda Harunobu mempercayai kebolehannya. Dan mengangkatnya sebagai tangan kanan Harunobu dan menjadi pemimpin pasukan Takeda. Makna yang tersirat dalam cerita ini adalah sebuah tanggungjawab dan perjuangan yang begitu besar yang di pertaruhkan peran


(11)

utama di dalam sebuah persekutuan tanpa menghiraukan dirinya sendiri bahkan rela mengorbankan nyawanya. Dengan keyakinan yang luar biasa Kansuke selalu berusaha untuk mencapai keinginannya.

Inilah alasan penulis yang sengaja mengangkat novel “Furin Kazan” salah satu karya Yasushi Inoue sebagai karya tulis untuk dijadikan contoh bagi para pelajar lainnya agar jangan pernah putus asa, tetap berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Setiap usaha pasti ada hasilnya, jika kita tidak menjadi seorang yang lemah.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis mengangkat novel “Furin Kazan” sebagai judul kertas karya ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperkenalkan kepada para pembaca salah satu novel karya Yasushi Inoue yang berjudul “Furin Kazan”.

2. Untuk menambah wawasan mengenai hal-hal yang terkandung dalam sebuah cerita novel agar kita dapat mengambil maknanya..

3. Untuk dapat menjadi sumber pengetahuan dan wawasan bagi pembaca maupun penulis sendiri.

1.3 Batasan Masalah

Dalam kertas karya ini penulis hanya membahas mengenai tema, ringkasan cerita, alur, karakteristik tokoh, dan setting dari novel “Furin Kazan” karya Yasushi Inoue. Dan penulis tidak membahas mengenai gaya bahasa yang ada didalam novel ini.


(12)

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan metode kepustakaan yaitu suatu metode mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca buku atau referensi yang berhubungan dengan pembahasan yang terdapat dalam kertas karya ini.


(13)

BAB II

RINGKASAN CERITA

Tak ada yang mengetahui asal-usul Aoki Daizen, selain dikenal sebagai mantan pengikut keluarga Hojo yang kehilangan posisi karena kesalahannya. Samurai tak bertuan selama 30 tahun itu, tiba di kota benteng Sunpu yang diperintah Imagawa Yoshimoto. Kebanyakan pengikut imagawa menghindar bila berpapasan dengan Aoki Daizen. Karena wajah dan sosoknya yang tidak bersahabat.

Pada waktu itu, akan diadakan pertandingan di alun-alun kota yang juga mengizinkan para samurai tak bertuan untuk ikut serta. Saat itu, keahlian Daizen sangat tampak. Pedangnya sangat cepat dan selalu membuat lawannya jatuh dengan sekali sabetan sehingga tak seorang pun yang mampu menandinginya. Sejak saat itu Aoki Daizen menjadi terkenal.

Sore hari setelah pertandingan itu, Daizen berjalan menyusuri sisi sungai Abe. Ia ingin bertemu dengan Yamamoto Kansuke yang menguasai ilmu pedang aliran Gyoryu dan yang belum ada pengikut Klan Imagawa berhasil mengalahkannya. Namun hanya Aoki Daizen yang tidak percaya tentang cerita Kansuke yang telah dikenal di tiga wilayah Klan Imagawa yakni Suruga, Totomi, dan Mikawa. Ia juga mengetahui rahasia tentang strategi perang serta penaklukan benteng. Aoki Daizen mengira bahwa Kansuke hanyalah seorang penipu. Karena ia melihat sosok Kansuke bukanlah seorang samurai pemberani melainkan seorang samurai yang aneh.


(14)

Pada awal bulan Agustus musim gugur pun semakin dekat. Aoki Daizen berencana akan menyerang Itagaki di tengah perjalanan. Ia juga memikirkan apa yang akan dilakukannya pada Kansuke. Sejam telah berlalu, Daizen mendengar langkah yang perlahan mendekat dari atas bukit dan tampak bahwa mereka ada tiga orang. Tanpa basa basi Aoki Daizen mencabut kedua pedangnya dan menyerang mereka, waktu itu Daizen mengira bahwa salah satu dari mereka adalah Saeki. Satu dari orang itu berteriak bahwa dia adalah Itagaki namun Daizen tidak menghiraukannya. Ia melompat mendekati Itagaki, meraih lengan lawan dan mendorongnya.

Tiba-tiba terdengar suara Kansuke “saya akan membantumu” katanya pada Itagaki. Serangan sebilah pedang panjang Kansuke menghantam Daizen. Ia mendengus kesakitan. Serangan kedua dan ketiga bertubi-tubi mengenai Daizen. Ia terluka di dahi dan di antara kedua matanya, darah mengalir masuk melilip mata. Dengan penuh perjuangan dia tetap menyerang Kansuke, tapi pedang lawan terus mengejar dan mengikuti kemana pun ia menghindar.

Dengan rasa benci yang sangat besar, Kansuke telah bertekad untuk membunuh Daizen. Ini lah yang pertama kalinya Daizen merasa takut, ia tak mampu melangkah maju atau bergerak mundur. Jarak antara keduanya makin mendekat. Aoki Daizen merasa kalau ia terpaku di tanah, sedangkan pedang lawan terus menyerang tanpa ampun. Ia merasa tubuh Yamamoto Kansuke semakin membesar,sedangkan tubuhnya semakin menciut, matanya yang tinggal satu itu juga tidak berguna lagi dan kakinya pincang. Tubuhnya terbelah dua dari bahu sampai kebawah.


(15)

Pada pertengahan Februari tahun Tembun ke-12, utusan dari Klan Takeda di Provinsi Kai mendatangi Yamamoto Kansuke menawarkan pekerjaan. Dan keluarga Tekeda akan member imbalan 100 kan. Tetapi Kansuke tidak mempedulikan imbalan 100 kan itu, tetapi yang lebih penting baginya adalah apakah ia dapat ikut serta merencanakan strategi perang dan berkesempatan menunjukkan bakat menaklukan benteng serta wilayah lawan. “Penaklukan benteng, penaklukan benteng”, Kansuke selalu mengulangi kata yang sama.

Ia memasuki jalan utama Sunpu di kediaman kepala pengikut Imagawa Iohara Tadatane, dan ingin meminta izin kepada Iohara agar membiarkan dirinya menerima imbalan dari Takeda.

Awal bulan Maret, Kansuke pergi menyusuri tepi timur sungai bersama dengan tiga orang samurai dari Kai menuju Kufo. Itagaki menjemputnya di tengah perjalanan dan ia membawa perlengkapan untuk Kansuke seperti pakaian, kuda, panah, dan tombak, serta pelayan muda. Malam itu Kansuke menginap di rumah seorang samurai kaya di sebelah utara kediaman Takeda. Keesokan harinya ia ditemani oleh Itagaki menemui Harunobu yang berusia 23 tahun.

Atas pengaturan Itagaki, Kansuke melewati malam kedua di kediaman Takeda. Ketika ia berada di sebuah bukit kecil di belakang rumah Takeda. Tiba-tiba datang seorang samurai menghampirinya dan mengatakan bahwa ia di panggil ke benteng. Kansuke mengira ia dipanggil oleh Harunobu.

Kansuke terkejut melihat ada tirai-tirai bercorak merah putih dan terdengar suara genderang. Ternyata Amari menyuruh Kansuke bertarung dengan seorang samurai ahli pedang aliran dari Shintoryu. Amari ingin melihat aliran


(16)

pedang Gyoryu dari Kansuke. Tetapi Kansuke tidak tertarik pada pertempuran tersebut. Pada saat itu Kansuke tidak melakukan apa-apa. Ia membiarkan lawannya melukainya dan terjatuh ketanah. Semua orang di lapangan itu menertawakannya. Malam harinya Harunobu mengundang Kansuke ke benteng. Untuk menanyakan banyak hal kepada Kansuke. Tetapi Kansuke menjawab dengan tenang dan lancar. Tiba-tiba mereka mendengar angin yang begitu kencang di luar, mereka keluar dari benteng. Kansuke mendahului Harunobu dan Amari. Dari kegelapan, sebilah pedang putih dihunuskan di hadapan Kansuke. Ia mundur dengan perlahan-lahan sampai ke benteng tapi pedang itu selalu mengikutinya.

“Siapa kau?” kata Kansuke. “Karena kau menginginkan pertandingan dengan pedang sesungguhan, maka aku datang kemari”, kata seorang samurai lawannya yang bertarung tadi sore. “Aku akan membunuhmu dan melarikan diri”,katanya pada Kansuke. Lalu Kansuke pun berkata “Aku juga akan membunuhmu”. Kansuke terus merapat dan memajukan langkahnya kemudian ujung pedangnya merobek bagian dari kedua mata lawannya, lalu bahunya. Lawannya berteriak kesakitan.

Tiba-tiba Itadaki, Amari dan beberapa orang lainnya datang menghampiri mereka. “Tunggu, tunggu sebentar”, seseorang berseru. Tetapi Kansuke tidak menghiraukannya. Teriak kesakitan lawannya terdengar kembali. Beberapa saat lawannya jatuh tersungkur dan kepala ahli pedang aliran Shintoryu itu terbelah dua. Amari tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Ia pergi perlahan-lahan dan kini dimata Amari, Kansuke tak beda dengan monster.


(17)

Kansuke berjalan dengan samurai lainnya. Lalu Itagaki berkata, “Mulai bulan depan, kita akan terus menghadapi pertempuran. Karena kau akan memiliki 25 orang pasukan ifanteri.maka tunjukkanlah kesetiaanmu”. Tanpa menghiraukan apa kata Itagaki, “Penaklukan benteng, penaklukan benteng”, gumamnya berulang-ulang dalam hati. Setelah meninggalkan Itagaki, Kansuke berjalan sendiri menuju tempat kediamannya.

Pada Februari tahun Tembun ke-13, Takeda Harunobu mendirikan perkemahan dengan dua puluh ribu pasukan di gunung Misa di daratan Shinamo. Ia berniat untuk menyerang penaklukan Suwa Yorishige yang bukan lain adalah kakak iparnya sendiri. Kansuke berbicara kepada Harunobu “ Menurut saya, karena Takeda dengan Suwa masih memiliki hubungan kekeluargaan, saya merasa kita tidak perlu mengadakan panyerangan. Karena membangun perkemahan ini sudah cukup menjadi ancaman bagi Suwa. Jika kita bisa melakukan perjanjian damai tanpa menumpahkan darah, ini mungkin cara yang lebih baik”. Yang lain terkejut dengan apa yang dipikirkan Kansuke,tetapi Harunobu sependapat dengan Kansuke. Karena ia juga berpikiran seperti apa yang dipikirkan Kansuke sebelumnya.

Kansuke memberi ide kepada Harunobu untuk berdamai dengan Yorishige Suwa. Keesokan harinya, Kansuke kembali ke perkemahan gunung Misa dan menyampaikan jawaban Yorishige kepada Harunobu bahwa Yorishige juga menyetujuinya, dan Harunobu pun merasa puas. Pada akhir bulan Maret hingga pertengahan bulan Juni Yorishige bertemu dengan Harunobu di Kofu sebanyak tiga kali. Harunobu menyambutnya dengan meriah. Pertemuan yang


(18)

ketiga di adakan pertunjukan Noh kembali digelar di benteng ini sebagai hiburan. Di tengah pertunjukan Ogiwara Yaemonnojo membunuh Yorishige. Semua orang melihat kejadian itu. Semuanya bergegas untuk mempersiapkan perlengkapan untuk menyerang Suwa karena mereka mengira bahwa situasinya sudah terlanjur. Tetapi Kansuke berkata “saya merasa ini terlalu cepat. Lebih baik kita menunggu sampai mereka yang menyerang kita duluan”. Dan Harunobu juga sependapat dengannya.

19 Januari tahun Tenbun ke-14, Harunobu mengirim pasukan untuk menaklukan Suwa. Nobushige memimpin seluruh pasukan sebagai panglima perang, Itagaki Nobukata memimpin garis depan, sementara Hyuga Masaharu bertanggung jawab di garis belakang. Dengan antusias mereka mempersiapkan pertempuran menghadap benteng Suwa. Setelah menghancurkan keluarga Suwa, Harunobu mulai menyerang wilayah-wilayah sekitarnya dengan menjadikan Suwa garis batasannya.

Pada Maret tahun Tenbun ke-15, Harunobu melakukan penyaringan militer untuk menyerang Benteng Toishi di Provinsi Shinano dan menghadapi pasukan Murakami Yoshikio yang dikenal pemimpin dari keluarga yang sangat berkuasa di Shinano. Sudah menjadi tradisi Takeda untuk mengibarkan dua panji yang berukuran lebar sekitar empat meter saat memasuki pertempuran yaitu Suwa Hossho bewarna merah dan ada tulisan yang bewarna merah:”Suwa, keturunan dewa yang agung”, dan panji Sonshi Niryu juga memiliki tulisan emas tetapi bewarna biru gelap yang bertuliskan:” Menjadi secepat angin, sebijak hutan, menyerang sekuat api, dan menjadi setenang gunung” (Fu-Rin-Ka-Zan).


(19)

Dalam persiapan penyerangan ke benteng Toishi, harunobu membagi pasukan menjadi empat kelompok. Harunobu sendiri bersama 4.000 orang samurai menyerang ke benteng Toishi. Pasukan Amari, Tokota, dan Oyamada berada di posisi bertahan sejak awal yang jumlah mereka lebih sedikit dengan pasukan musuh yaitu pasukan dari seorang samurai Kojima Gorozaemon, dan mereka berhasil membunuhnya. Berita ini sangat memikat hati Harunobu dan ia mengganggap ini adalah pertanda baik. Tetapi beda halnya dengan Kansuke. Ia justru mengatakan kepada tuannya kalau membunuh Kojima Gorozaemon adalah sangat berbahaya. Sejam kemudian terdengar kabar bahwa Amari dan Yokota telah meninggal dunia. Pada saat yang bersamaan, pasukan keduanya pun jatuh dan terpecah. Harunobu mencoba untuk mempersatukan kembali namun sia-sia. Kekalahan yang sudah tak terelakkan lagi.

Dengan memanfaatkan strategi Kansuke, pasukan Takeda beralih posisi bertahan menjadi menyerang. Selama pertempuran Takeda kehilangan 720 orang prajurit sedangkan musuh kehilangan 193 orang. Walaupun prajurit Takeda banyak yang gugur, namun Takeda berhasil mengalahkan musuh. Dengan itu Kansuke dihadiahkan 800 kan dan memimpin 75 orang prajurit infanteri.

Festival Bunga Krisan pada 9 September, pasukan Takeda berkumpul di kediaman Kofu. Dalam festival ini hadir beberapa orang samurai. Mereka membicarakan tentang kemenangan melawan Mukarami di benteng Toshi. Dan meramal bahwa tidak akan ada pertempuran hingga musim semi berikutnya. Tetapi Kansuke berbeda, ia percaya bahwa akan ada pertempuran pada tahun ini. Belum ada satu bulan sejak Kansuke meramalkan akan ada perang, sudah tampak


(20)

23.000 pasukan di bawah pimpinan Uesugi Norimasa yang bergerak dari Puncak Fuefuki untuk menyerang. Malam itu sebagian pasukan Itagaki meninggalkan Suwa sebagai pasukan pendahulu dan Kansuke kembali ke Kofu secepatnya. Itagaki berangkat pada 4 Oktober dengan pasukan pribadi. Pada 5 Oktober, Harunobu juga meninggalkan Kofu dengan 4.500 orang pasukan cadangan. Tanggal 6, ia menerima kabar bahwa pasukan Itagaki sudah bertempur melawan pasukan Uesugi di puncak Fuefuki dan memperoleh kemenangan.

Saat itu bulan Agustus tahunTenbun ke-17, Harunobu menghancurkan Benteng Shiga di wilayah Shinano dan tinggal di benteng Komuro bersama 10.000 prajurit. Ketika pertempuran berakhir, diadakan perhitungan kepala-kepala yang gugur dan dicatat. Dari musuh tercatat 2919 orang dan dari mereka 700 orang salah satunya adalah Itagaki.

Pertempuran Uedahara menciptakan perbedaan yang begitu besar antara Takeda Harunobu dan Murakami Yoshikiyo. Baik wilayah Nishina dan Sarashina menjadi wilayah Harunobu, sehingga semua benteng di wilayah tersebut jatuh ke tangan Harunobu dan juga menguasai benteng Kotani dalam pertempuran Kamejiri.

Pada tahun Koji ke-4, terjadi kembali pergantian era menjadi tahun Eiroku ke-1. Pada bulan April tahun ini, Uesugi Kenshin memasuki Shinano bersama 8000 prajirit dan membakar dataran Un-no-Daira, yang berada di bawah kendali Takeda.

Sejak awal, perang ini begitu sulit buat pasukan Takeda. Ada perbedaan jumlah yang sangat besar antara kedu pihak. Kesalahan strategi mereka


(21)

mengurangi kepercayaan diri para prajurit sekutu. Bagaimana pun pasukan Takeda harus menghadapi serangan kejutan mendadak pasukan Echigo yang jauh lebih besar dan lebih kuat. Tetapi mereka memiliki keyakinan teguh bahwa mereka harus menang. Mereka harus bertahan dengan posisi militer yang lebih lemah, sampai 12.000 prajurit pasukan sekutu bergabung dalam barisan. Sudah tidak ada lagi ruang untuk strategi. Perang kali ini murni menjadi pertunjukan kekuasaan dan kekuatan. Kenshin telah memperdaya Kansuke kali ini.

Kansuke tidak pernah mengira bahwa akan mendapatkan prajuritnya melawan pasukan Kenshin dalam situasi sesulit ini. Sejak lama ia merencanakan strategi untuk menghadapi saat-saat seperti ini, namun yang terjadi di hadapannya sama sekali berbeda dari apa yang ia bayangkan. Sekarang pertempuran menjadi kekacauan yang sepenuhnya. Sudah tidak ada lagi barisan yang membedakan musuh dan sekutu. Ini merupakan pertempuran antara hidup dan mati. Pertempuran sudah berlangsung satu jam. Kansuke tidak pernah merasakan pertempuran sesulit san sekeras ini. Musuh bertekad menghancurkan kemah utama Shingen dalam satu serangan.

Sesaat kemudian Kansuke memacu kudanya menuju berlawanan dari pertempuran itu. Musuh mengepung, Kansuke menyondong badan ke depan. Kansuke memegang pedang di satu sudut, mata pedang di sebelah pipinya. Sepanjang Kansuke menahan sakit di sekujur tubuhnya, ia tebaskan pedang kea rah musuh dan musuh juga melakukan hal yang sama terhadap Kansuke. Sebilah pedang menembus perut Kansuke dari samping. Rasa sakit kembali menusuk bahu, Kansuke terbaring beberapa meter. Dan Kansuke merasakan pedang dingin


(22)

yang akan mengakhiri hidupnya bergerak menebas lehernya. Kepala sang ahli strategi Yamamoto Kansuke lapas dari tubuh kecilnya. Tidak lama dari kematiannya Shingen meneriakkan kemenangan, seperti yang sudah ia ramalkan.


(23)

BAB III ANALISA CERITA 3.1 Tema

Furin Kazan secara harafiah berarti “Angin, Hutan, Api, Gunung” adalah strategi perang yang dimiliki Yamamoto Kansuke. Dan Itu jugalah strategi yang digunakan Takeda Shingen seorang Daimyo zaman Sengoku dalam pertempuran. Maksud strategi perang ini adalah: pertama, secepat angin yaitu saat melakukan pergerakan, pasukannya bergerak secepat angin. Kedua, setenang hutan yaitu saat mereka tinggal di suatu tempat, maka mereka akan menyembunyikan keberadaannya setenang hutan. Ketiga, seganas api yaitu saat menyerang, pasukan akan mengganas seperti bak api yang membara. Dan yang ke empat, sekokoh gunung yaitu saat mereka mendapat serangan, maka mereka akan bertahan sekokoh gunung.

Dalam cerita novel ini menceritakan tentang kisah Yamamoto Kansuke dengan strategi perang yang dikuasainya. Saat itu pada zaman Sengoku Jidai dimana perang saudara dan perebutan wilayah melingkupi wilayah Jepang. Kansuke dipandang sebelah mata karena kakinya yang pincang dan matanya yang buta sebelah. Hingga pada suatu ketika ia bertemu dengan jenderal Itagaki, yang memberinya kesempatan untuk mengapdi kepada Daimyo Takeda dari Provinsi Kai.

Takeda Shingen yang ingin memperluas wilayah kekuasaannya. Mengangangkat Yamamoto Kansuke sebagai ahli strateginya. Bakat Kansuke dalam diplomasi dan pemahamannya akan strategi perang, membuat klan Takeda


(24)

sukses besar. Namun agenda terbesar mereka adalah mengalahkan pasukan Echigo yang dipimpin oleh Uesugi Kenshin Kagetora. Pertempuran tersebut dikenal dengan peperangan Kawanakajima, dan sejarah mencatatnya sebagai salah satu peperagan terbesar pada zaman Sengoku Jidai.

Jumlah pasukan jauh lebih sedikit dibanding dengan pasukan lawan dan mereka sangat kuat. Inilah faktor dari kesulitan Takeda. Dimana Yamamoto Kansuke salah memberi strategi kepada para prajurit. Yang akhirnya mengakibatkan banyaknya pasukan yang gugur salah satunya adalah Yamamoto Kansuke. Walaupun demikian, usaha dan kerjasama seluruh pasukan memperoleh kemenangan.

3.2 Alur

Dalam novel ini pengarang menggunakan alur maju. Pada bagian awal dicerikan dari pertemuan Kansuke dengan Aoki Daizen. Kemudian bertemu dengan seorang jenderal muda yang bernama Takeda Harunobu. Kansuke yang selalu berusaha untuk menjadi tangan kanan dari Harunobu, dan selalu berjuang untuk menjadi seorang penaklukan benteng dan menunjukkan bakatnya serta keahlian strategi perang yang ia miliki. Sampai tokoh utama Yamamoto Kansuke mencapai keinginannya menjadi penaklukan benteng, hingga seorang Yamamoto gugur demi Takeda.


(25)

3.3 Perwatakan 1. Aoki Daizen

Samurai tak bertuan berusia 30 tahun yang penampilannya tampak dingin dan kejam. Permainan pedangnya sangat cepat dan selalu berhasil menjatuhkan musuhnya dengan hanya sekali sebatan.

2. Yamamoto Kansuke

Pesamurai yang menguasai pedang aliran Gyoryu. Tingginya yang tidak sampai lima kaki, kulitnya gelap, salah satu matanya buta, dan kakinya pincang, serta jari tengah tangan kanannya tidak ada. Ia adalah seorang yang banyak menguasai strategi perang dan penaklukan benteng yang sangat luar biasa.

3. Takeda Harunobu

Seorang jenderal muda yang baik hati dan yang menguasai wilayah Kofu. Ia juga merupakan orang yang sangat bijaksana, cerdas, dan jujur di dalam kepemimpinannya. Seorang jenderal yang hebat dan tidak membutuhkan pujian, juga peduli kepada penampilan fisik pengikutnya.

4. Suwa Yorishige

Seorang jenderal yang sedikit lebih tua dibandingkan Harunobu. Ia adalah seorang yang angkuh dengan apa yang dikuasainya dan suka meremehkan kemampuan orang lain.

5. Itagaki Nobukata

Pengikut Harunobu, komandan perang yang sangat setia berada disisi Harunobu dan rela mati untuknya.


(26)

6. Murakami Yoshiko

Pemimpin dari keluarga yang sangat berkuasa di Shinano pemilik benteng Toishi. Ia adalah seorang pemberani dan tangguh yang selalu berambisi untuk melawan wilayah lawannya.

7. Kojima Gorozaemon

Di kenal sebagai prajurit yang tangguh dan pemberani di wilayah Kai Provinsi Takeda.

8. Kagetora

Pesamurai yang baru berusia 18 tahun , namun sudah terkenal karena keberaniannya sebagai penguasa Echigo.

9. Takeda Shingen

Dia adalah keturunan dari Takeda Harunobu yang berkuasa atas klan Takeda. Shingen adalah seorang jenderal yang sifatnya tidak beda jauh dengan ayahnya. Ia juga bijaksana, baik, tegas, dan perhatian kepada pengikutnya. Dari semua keturunan Harunobu, hanya dialah yang bisa menjadi pengganti dirinya. Karena dialah satu-satunya yang memiliki jiwa kepemimpinan yang bertanggungjawab serta memiliki keberanian yang besar.

3.4 Setting

Dalam cerita ini, dalam cerita ini terjadi pada zaman Sengoku Jidai tahun Tenbun. Dimana perang saudara dan perebutan wilayah melingkupi seluruh wilayah Jepang.


(27)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari perjuangan yang telah dilakukan oleh peran utama dari novel ini menunjukkan suatu ambisi yang begitu besar untuk memperjuangkan persekutuannya. Kansuke yang ingin menjadi seorang penaklukan benteng dengan strategi perang yang dimilikinya. Walaupun orang-orang banyak yang tidak percaya atas semua cerita tentang dirinya karena badannya yang kecil dan mengatakan dirinya tidak lain adalah seorang penipu. Tetapi, ia tidak menghiraukannya. Ia hanya tetap teguh kepada keinginannya menjadi seorang penakluk benteng. Dari keunikan dirinya Takeda Harunobu mengupahnya untuk mau bekerja sama dengannya. Dan kemudian Kansuke bekerja untuk Takeda. Ia tidak memikirkan berapa Harunobu mengupahnya, tetapi yang selalu ada dalam pikiranya adalah apa yang akan dilakukannya untuk bisa menaklukkan benteng.

Dengan semua idenya yang cemerlang, akhirnya Takeda Harunobu mempercayainya dan berpihak padanya. Harunobu merasa puas dengan strategi perang yang dimiliki Kansuke sehingga menjadikannya sebagai pemimpin pasukan Takeda dan menjadikan Kansuke sebagai asisten pribadinya. Bahkan menuruti apa pun yang dikatakan oleh Kansuke. Karena ketulusan dan kerja kerasnya bekerja dengan Harunobu menjadikannya seperti yang di inginkan.

Dari analisis cerita novel ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa berjuang untuk mewujudkan apa pun yang sangat di inginkan, jika berusaha


(28)

semaksimal mungkin pasti akan memperoleh hasilnya. Dengan pantang menyerah dan semangat yang berkobar menghantarkan kita kepada kemenangan jika melakukannya dengan hati. Walaupun pada akhirnya semua akan berakhir.

4.2 Saran

Dengan diangkatnya novel yang berjudul “Furin Kazan” karya dari Yasushi Inoue, penulis mengharapkan demi untuk mencapai hal yang diinginkan harus selalu berjuang dan bekerja keras jangan pernah putus asa. Dan dalam menjalani kehidupan ini harus memiliki strategi atau prinsip hidup untuk kedepannya.


(29)

DAFTAR PUSTAKA

Akiyama, Nobuo and Carol Akiyama. 1995. Master the Basics. Japanese: Barron's Educational Series, Inc., Hauppauge, N. Y.

Association for Japanese Language Teaching. 1984. Japanese for Busy People I. Tokyou: Kodansha International.

Chaer, Abdul.2003.Seputar Tata Bahasa Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Eneste, Pamusuk. 2008. Bibiografi Sastra Indonesia. Jakarta: Indonesia Tera. Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta

Tae Kim. 1986. Japanese Grammar. Japan.

Yasushi Inoue. 2010. Furin Kazan. The Heirs Of Yashushi Inoue. Japan. Http.// www.wikipedia. Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas.com


(1)

sukses besar. Namun agenda terbesar mereka adalah mengalahkan pasukan Echigo yang dipimpin oleh Uesugi Kenshin Kagetora. Pertempuran tersebut dikenal dengan peperangan Kawanakajima, dan sejarah mencatatnya sebagai salah satu peperagan terbesar pada zaman Sengoku Jidai.

Jumlah pasukan jauh lebih sedikit dibanding dengan pasukan lawan dan mereka sangat kuat. Inilah faktor dari kesulitan Takeda. Dimana Yamamoto Kansuke salah memberi strategi kepada para prajurit. Yang akhirnya mengakibatkan banyaknya pasukan yang gugur salah satunya adalah Yamamoto Kansuke. Walaupun demikian, usaha dan kerjasama seluruh pasukan memperoleh kemenangan.

3.2 Alur

Dalam novel ini pengarang menggunakan alur maju. Pada bagian awal dicerikan dari pertemuan Kansuke dengan Aoki Daizen. Kemudian bertemu dengan seorang jenderal muda yang bernama Takeda Harunobu. Kansuke yang selalu berusaha untuk menjadi tangan kanan dari Harunobu, dan selalu berjuang untuk menjadi seorang penaklukan benteng dan menunjukkan bakatnya serta keahlian strategi perang yang ia miliki. Sampai tokoh utama Yamamoto Kansuke mencapai keinginannya menjadi penaklukan benteng, hingga seorang Yamamoto gugur demi Takeda.


(2)

3.3 Perwatakan

1. Aoki Daizen

Samurai tak bertuan berusia 30 tahun yang penampilannya tampak dingin dan kejam. Permainan pedangnya sangat cepat dan selalu berhasil menjatuhkan musuhnya dengan hanya sekali sebatan.

2. Yamamoto Kansuke

Pesamurai yang menguasai pedang aliran Gyoryu. Tingginya yang tidak sampai lima kaki, kulitnya gelap, salah satu matanya buta, dan kakinya pincang, serta jari tengah tangan kanannya tidak ada. Ia adalah seorang yang banyak menguasai strategi perang dan penaklukan benteng yang sangat luar biasa.

3. Takeda Harunobu

Seorang jenderal muda yang baik hati dan yang menguasai wilayah Kofu. Ia juga merupakan orang yang sangat bijaksana, cerdas, dan jujur di dalam kepemimpinannya. Seorang jenderal yang hebat dan tidak membutuhkan pujian, juga peduli kepada penampilan fisik pengikutnya.

4. Suwa Yorishige

Seorang jenderal yang sedikit lebih tua dibandingkan Harunobu. Ia adalah seorang yang angkuh dengan apa yang dikuasainya dan suka meremehkan kemampuan orang lain.

5. Itagaki Nobukata


(3)

6. Murakami Yoshiko

Pemimpin dari keluarga yang sangat berkuasa di Shinano pemilik benteng Toishi. Ia adalah seorang pemberani dan tangguh yang selalu berambisi untuk melawan wilayah lawannya.

7. Kojima Gorozaemon

Di kenal sebagai prajurit yang tangguh dan pemberani di wilayah Kai Provinsi Takeda.

8. Kagetora

Pesamurai yang baru berusia 18 tahun , namun sudah terkenal karena keberaniannya sebagai penguasa Echigo.

9. Takeda Shingen

Dia adalah keturunan dari Takeda Harunobu yang berkuasa atas klan Takeda. Shingen adalah seorang jenderal yang sifatnya tidak beda jauh dengan ayahnya. Ia juga bijaksana, baik, tegas, dan perhatian kepada pengikutnya. Dari semua keturunan Harunobu, hanya dialah yang bisa menjadi pengganti dirinya. Karena dialah satu-satunya yang memiliki jiwa kepemimpinan yang bertanggungjawab serta memiliki keberanian yang besar.

3.4 Setting

Dalam cerita ini, dalam cerita ini terjadi pada zaman Sengoku Jidai tahun Tenbun. Dimana perang saudara dan perebutan wilayah melingkupi seluruh wilayah Jepang.


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari perjuangan yang telah dilakukan oleh peran utama dari novel ini menunjukkan suatu ambisi yang begitu besar untuk memperjuangkan persekutuannya. Kansuke yang ingin menjadi seorang penaklukan benteng dengan strategi perang yang dimilikinya. Walaupun orang-orang banyak yang tidak percaya atas semua cerita tentang dirinya karena badannya yang kecil dan mengatakan dirinya tidak lain adalah seorang penipu. Tetapi, ia tidak menghiraukannya. Ia hanya tetap teguh kepada keinginannya menjadi seorang penakluk benteng. Dari keunikan dirinya Takeda Harunobu mengupahnya untuk mau bekerja sama dengannya. Dan kemudian Kansuke bekerja untuk Takeda. Ia tidak memikirkan berapa Harunobu mengupahnya, tetapi yang selalu ada dalam pikiranya adalah apa yang akan dilakukannya untuk bisa menaklukkan benteng.

Dengan semua idenya yang cemerlang, akhirnya Takeda Harunobu mempercayainya dan berpihak padanya. Harunobu merasa puas dengan strategi perang yang dimiliki Kansuke sehingga menjadikannya sebagai pemimpin pasukan Takeda dan menjadikan Kansuke sebagai asisten pribadinya. Bahkan menuruti apa pun yang dikatakan oleh Kansuke. Karena ketulusan dan kerja kerasnya bekerja dengan Harunobu menjadikannya seperti yang di inginkan.


(5)

semaksimal mungkin pasti akan memperoleh hasilnya. Dengan pantang menyerah dan semangat yang berkobar menghantarkan kita kepada kemenangan jika melakukannya dengan hati. Walaupun pada akhirnya semua akan berakhir.

4.2 Saran

Dengan diangkatnya novel yang berjudul “Furin Kazan” karya dari Yasushi Inoue, penulis mengharapkan demi untuk mencapai hal yang diinginkan harus selalu berjuang dan bekerja keras jangan pernah putus asa. Dan dalam menjalani kehidupan ini harus memiliki strategi atau prinsip hidup untuk kedepannya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Akiyama, Nobuo and Carol Akiyama. 1995. Master the Basics. Japanese: Barron's Educational Series, Inc., Hauppauge, N. Y.

Association for Japanese Language Teaching. 1984. Japanese for Busy People I. Tokyou: Kodansha International.

Chaer, Abdul.2003.Seputar Tata Bahasa Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Eneste, Pamusuk. 2008. Bibiografi Sastra Indonesia. Jakarta: Indonesia Tera. Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta

Tae Kim. 1986. Japanese Grammar. Japan.

Yasushi Inoue. 2010. Furin Kazan. The Heirs Of Yashushi Inoue. Japan. Http.// www.wikipedia. Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas.com