Sekumputan Kortkutur Keadaon dan Manuslanya

Pramoedya Ananta Toer

cerita dari Jakarta

Sekumputan Kortkutur Keadaon dan Manuslanya

CERITA DAR I JAKARTA 1957

lsi

: CERITA DARI JAKARTA. Grafica. Jakarta.

2000 : TALES FROM JAKARTA. Equinox Publish i ng . Jakarta-Singapore.

2002 J an ua n : CERITA DARI JAKARTA. cetak-ulang I. Hasta Mitra. Jakarta.

Ebook by syauqy _arr@yahoo.co.id Weblo91 http://hanaoki.wordpress.com

Dar; Penerbit . . .. . .. . . .. . . . . .. . ... . . . .. .. . ... .. . . .. ... . . . . . . . . ... vii

1. Jongos dan Babu .......................................... .

2. Ikan-ikan yang Terdampar . . .. ... . . .... . . . .. . . .. ... . .. . . . 16

3. Berita dari Kebayoran .. . ..... .. . . . . ... . . . .. . .. . .. . ... .. . .. 45

4. Rumah . .. . . . . . ...... . . .. .. . .... . .. .. . . . . .. . . .. . ... . . ..... ... . 62

5. Keguguran Calon Dramawan .. .... . . .. .. . . .. ... . .. . . . . ... 72

6. Nyonya Dokter Hewan Suharko .. . . .. .. .. .. . .. .. .... . ... 90

7. Tanpa Kemudian ... . .. ... ... . .. . ... . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . 101

8. Makhluk di Belakang Rumah . .. . . . .. . . . . . . . ... .. . . . . .. . . 122

Judul

: CERITA DARI JAKARTA (1957)

9. Maman dan Dunianya .. ..... . . . . .. .... ... . .. .. ..... ... . ... 131

(2002 - cetak ulang dengan EYD)

10. Kecapi . . .. . . . . . : © . . .. . .. . . . . .. . . . . . . . . .. . . ..... . . . . . . .. . .. . . .. . 142

Penulis

Pramoedya Ananta Toer

Penerblt

: HASTA MITRA

Disain buku

11. Biangkeladi . . . . ... . . . . . . .. . . . . . ... . . . . . ... . . . .. ... . . . ... . . . . 152

: Marsha Anggita

Kulit Muka

: Hitam Graphic Studio

ISBN

: 979-8659-25-2

12. Gambir .... .. . . . . ... . . . . . ... ... . . .. ..... . . .. .. . ... . . . . . . . . . . . . 169

Uaensor Publikaai Adlpure: Jalan Mangunnegaran Kidul18. TefJFax (0274) 373019 Yogyakarta 55131

Untuk Wllayah Jabotabek. buku-buku Pramoedya bisa didapal di toke-toko blAc.u yang ditLlljlAc. oleh lisensor Distribuai Adipura (Wlformaai : HP 0818 683 382); dan perwakilan Hasta Mitra pada aIamaI : Toko Buku Kalam. Jalan Utan Kayu

68 H.

Jakarta TImU". teIp. (021) 857

Pengutipan hanya seijin pengarang dan penerbit. kecuali untuk kepentingan resensi dan keilmuan sebatas tidak lebih dari satu halaman buku ini. Memperbanyak dengan fotokopi atau bentuk reproduksi lain apa pun ticlak dibenarkan.

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

All Rights Reserved PerC.tak.n: Bengke' Buku Bermutu - Yogy.k.rt.

diharapkan. Orang-orang desa masuk Jakarta bertarung hidup untuk sesuap nasi, di tengah-tengah kemunafIkan politikus dan para revo­ lusioner gadungan.

Dari Penerbit

Pramoedya yang tajam mengobservasi lingkungannya dan kuat bercerita, melahirkan karikatur-karikatur dari tokoh-tokoh yang digambarkannya itu. Kisah-kisahnya penuh makna dan pad at pesan - dia percaya kepada kekuatan kata yang mam pu mengubah keadaan, tetapi terpulang pada pembaca menyerap dan

mencernakan makna dan pesan kata-katanya.

jerita dari Djakarta (1957), sebagaimana ditulis dengan

Buku ini diterbitkan dalam rangka program kerja Hasta Mi­ ejaan lama dalam buku asli, adalab kumpulan kisah yang

tra untuk mencetak ulang seluruh karya-karya Pramoedya yang

sebelumnya sudah didahului oleh koleksi kisah-kisah pendek sudah menjadi klasik dalam khasanah sastra Indonesia.

indah menarik seperti Percikan Revolusi (1951), Subuh (1951)

(1952). Hasta Mitra, Membaca kumpulan cerpen-cerpen Jakarta, Februari 2002 ed.

dan Cerita dari Blora

itu tentu benar saja bila ada pembaca menjuluki Pramoedya seba­ gai seorang master cerpenis -namun kita lebih cenderung menilai

Pramoedya sebagai seorang perawi besar, master bercerita yang luar biasa, karena kenyataan ini bukan saja kita jumpai dalam cerpen-cerpennya tetapi juga ketika ia muncul sebagai novelis

karya-karya besar ex-Burn, seperti Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca, Arok Dedes, Arus Balik, dan semua karya-karyanya yang lain te rmas uk yang non-fIksi.

Asal dari Blora, Pramoedya pertama kali masuk Jakarta pada pertengahan tabun 1942 setelah kekuasaan Hindia-Belanda kacir melepaskan Indonesia bulat-bulat kepada Jepang. K.elahiran kisah­ kisab "Cerita dari Jakarta" mencakup kurun waktu delapan tabun antara 1948 - 1956, semasa usia semuda itu dia sudah menjalani berbagai suka-duka kehidupan - dia pernab jadi stenograf,jadi war­ tawan, jadi tentara, pemah bermukim di Belanda, di samping menulis yang tidak henti-hentinya. Di kurun waktu yang penuh gejolak itulah terefleksi pahit-getir pengalaman dan desilusi;

revolusi dan perjuangan kemerdekaan tidak membawa hasil yang

Vll

Jongos + Hahu

�ejarah keluarga yang sangat panJang Created Ebook by syauqy _arr

tanggung - seria sampai buIu-bulunya. Mungkin juga S bukan sejak Coen saja. Besar kemungkinan sudah sejak Pieter

EJAKJAN PlETERSZ. COEN TURUN -TEM URUN KELUARGA lTU memang berdarah hamba. Hamba yang tak tanggung­

Both atau di saat-saat Houtman mengelana di semua samudera. Orang tak ada yang tahu dengan pasti. Yang sudah nyata, keluar­ bra itu dikenal di kala Coen belum jadi area yang diusir Jepang dari depan gedung Finaneien.

Keluarga pertama ini dikenal karena tereatat di buku besar dengan humf Latin, inlandseh sergeant ... stb. No . ... Pangkat �ersan waktu itu sangat tinggi. Dengan pangkat itu orang bisa

berbiak. Dan keluarga itu menurunkan empatpuluh anak.. Entah herapa biangnya. Orang tak ada yang tahu. Soal ini tak boleh Illasuk buku besar.

Turunan kedua - hamba juga, serdadu tak berkeIas!

Kemudian dari turun�n Ice turunan, derajat hambanya tumn Juga. Kian keeil kian keeil.Akhirnya sampai tahun 1949 sampai­ l._h keluarga itu pada Sobi dan Inah - ritik de raj at hamba yang pcnghabisan. Setahun yang Ialu mereka masih hamba-hamba llcgeri. Keduanya tak tahu: Bahaya mengawang di atas kepala.

3 DeraJat hambanya akan turun satu derajat lagi - hamba-hamba

2 PRAMOEDYA ANANTA TOER: CERITA DARI JAKARTA

JONGOS + BABU

akan jadi juru setir nasib keturunannya kelak. Tapi cita-cita itu distrik-federal-Batavia! Sobi jongos. Inah babu.

tak juga bangun. Dan orang tak ada yang menyesalkan ini.Apa­ Sekiranya Tuhan masih bermurah hati seperti di jaman dulu,

kah perlunya hidup kalau tidak untuk bersenang dan menikmati sudi memanjangkan keturunan hamba itu, pasti keturunan yang

sesuatu yang sudah jadi hak dagingnya? Dan cita-cita hanya ketigapuluh bukan manusia lagi, tapi - cacing yang menjulur­

menggelisahkan hidup manusia. Karena itu ia tetap babu juga. julur di dalam tanah. Dan ini patuh menurut mantika.

Rodinah - seperti manusia biasa - lama-lama dewasa juga. Paras keluarga itu turun-temurun juga punya riwayat.

Suatu peristiwa yang ia tak bisa lupakan ialah, suatu kali ia di­ Sejak sersan tersebut, paras para keluarga itu jelek semua. Tak

lamar orang. Dan orang itu mandor erpol tua yang empat tahun pernah berubah. Sampai pada suatu kian belas turunan, lahirlah

lagi dikubur orang. la menolak tentu. lni pun sudah menjadi empok Kotek. Berkat penyakit paru-paru, ia mendapat sinar je­

haknya. Jadi, ia memegang tradisi yang tahan uji. Seperti juga lita. Dan ia disebut canrik.

badannya yang kian besar, kecantikannya pun kian cermerlangan. Empok Kotek patuh pada tradisinya - hamba sejati! Setia sam­

Saat yang bersejarah datang. T iba-tiba saja. Seperti batu me­ pai bulu-bulunya. Karena itu suatu kali, walaupun ia babu, tuan­

teor jatuh dari bintang. Orang tak bisa menghitung waktu ka­ nya bilang:

pan jatuhnya. Rodinah dipanggil "Poppi" oleh tuannya. la me­ "Besok nyonya harus beristirahat di Kopeng sampai sebulan.

mang seperti pop buatanJepang:Nama Rodinah terhapus dari Dan Nyai harus tinggal di rumah dengan tuan.Ya?"

sejarah. la jadi Poppi - dan pop sejati dari darah dan daging. la tidak mengerti mengapa disebut nyai sekali itu. la baru

Poppi tak kenal politik "divide et impera". Tapi sebagai babu mengerti setelah tuan kembali dari mengantarkan nyonya. Dan

kulit putih ia tahu bahwa orang Amboina yang hitam harus di­ kemudian - suatu kali yang tidak baik - ia menjatuhkan barang.

lihat sebagai putih. Ia sendiri pun punya muslihat yang manjur: Dan barang itu bisa menangis. Dan orang-orang menamai itu

pecah belah dan serahkanlah diri. Muslihat ini dijalankannya anaknya. Hampir-hampir ia tak percaya, segampang dan sesenang

dengan betul. Di samping itu ia tetap berdisiplin pada tradisinya itu manusia terjadi. Mengagumkan! Tapi anak itu sudah ada. Dan

- setia sampai bulu-bulunya:Tetap mengikatkan diri pada peng­ matanya coklat bening. la tak menyesal- ia memegang disiplin­

hambaan. Namun ia memecah belah juga! Dan oleh muslihat itu nya sebagai hamba.

ia memetik buahnya yang gilang-gemilang tak ubahnya dengan Rodinah menjelma di dunia. Walaupun matanya colclat ia babu

Victoria mendapat Afrika. Dan kemenangan itu ini: anak perta­ juga akhirnya. Dan di tangan Rodinah, jaman emas keturunan

Ina lahir, keriting perang. Oleh manjurnya muslihat itu ia sam­ itu memulai membukakan pintu. Rodinah sarna dengan Victo­

pai tak sanggup memikirkan, adakah si Sobi anak tuan Hendrik. ria buat kerajaan Inggris Raya. Coklat kulitnya berkurang. Hi­

Atau anak dari anak tuan Hendrik - majikannya. Atau anak te­ dungnya bangir. Matanya lebar dengan bulu melengkung ke atas.

tangga tuan Hendrik, tuan Klaasen. Atau anak tuan Giljam dari Bihirnya tipis atas bawah. Resam tubuhnya seperti gitar yang

Prancis. Atau anak tuan' Koorda. Atau anak tuan Harten. la tak belum rombeng, belum sombeng.

tahu la tak pernah mencoba memusingkan kepala. Yang nyata, Herannya, pergulingan rupa itu belum berpengaruh atas se­

la mengambil bagian 50% dalam terjadinya Sobi. Dan ia tak

jarah tradisinya - tetap berdarah daging hamba. Sekiranya ada pernah sadar, bahwa Tuhan turut menciptakan anaknya. sedikit cita-cita tumbuh dalam hatinya, pasti Rodinah pula yang

Poppi memang taat pada muslihatnya sendiri. Dengan demi-

5 kian ia berhasil memaksa mereka itu bersikap jujur mengakui

4 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

JONGOS + BABU

Itlcmbangkitkan gairah yang menyengitkan hati. Dan alangkah Sobi sebagai anak mereka. Antara satu dengan lain bapak mem­

\cnang kalau ia bisa mendapat anak yang sipit pula. Apa lagi? bentang tabir gelap.

I: nambelas bapak kedua anaknya itu kini tak ada duit sepicis pun Masing-masing tak kenal mengenal dalam peristiwa tetjadi­

untuk pembeli rokoknya sendiri.

nya Sobi. Dan dari enam bapak ini Poppi bisa mendirikan ru­ Dunia ini beredar dengan teliti. Kalau manusia tak memper­ mah dari tembok dengan isinya: dua radio dan satu gramapun.

h.ltikan, tiba-tiba saja ia akan jadi kaget kalau seluruh anggota Dan siang malam ketiga barang itu dibunyikan berbareng! Ber­

ludan tak mau diperintah oleh pikiran lagi. Mendadak saja orang samaan dengan suara ribut mendengung suara hatinya:

lcrasa tua dan tak dibutuhkan lagi oleh dunia yang tak diper­ lnilah rumah tembok Poppi! Siapa bisa menyaingi?

Ir

h.ltikannya. Demikian pula halnya dengan Poppi. Orang tak ada Tapi rahasianya tetap tersimpan dalam lubuk hatinya. Ini:

y.lng tahu penyakit apa yang mengganggu orang secantik itu. muslihat memecah belah dan serahkan diri.

Kedua radio dan gramapunnya pun tak mengern. Dan pada suatu Ada juga niat padanya memulai penghidupan sebagai orang

11lri yang tak menyenangkan ia dikuburkan orang.Tadinya wak­ merdeka - orang preman. Niat itu diusahakannya. Sudah lima

ttl sekarat ia melek juga dan heran bahwa matinya sudah dekat, kali ia kawin secara orang bi�a kawin.Yakni dengan pengesahan

hegitu cepat dan garnpang.Tapi ia mati juga meninggalkan buat­ mesjid.Tapi selalu tak lama. Paling lama dua bulan. Akalnya yang

.1I1nya yang 50% Sobi dan 50% Inah.

tajam itulah yang selalu mencelakakan kehidupan perkawinannya yang sah. la bisa meraba kecerdikan suami-suami itu: mereka ***

bukan hendak memberinya penghasilan yang baik. Sebaliknya '\, UAGAI NENEK. moyangnya juga, kedua orang ini mendapat naluri malah: mau menipunya, mau mengeretnya. Akhirnya ia mem­

It luba sejati - tidak tanggung-tanggung, setia sampai bulu-bu­ biarkan maksudnya berlayar dibawa angin dari buritan.

IlIlIya. Sebagai jongos dan babu dari karat tertinggi, mereka Jiwa budaknya talc menghendaki ia hidup diam-diam di ru­

Illcrasa tersiksa bila tak mendapat perintah. Dan mendapat ke- mah. Karena itu sekali lagi ia jadi babu - di daerah lain. Musli­

t."nlbiraan hidup bila menerima perintah.

hatnya dijalankannya juga. Hasil bam datang - lnah lahir di dunia. - Keduanya termasuk pada aliran kanan tak revolusioner, yakni Dan dalam tetjadinya rnakhluk baru ini - seperti dulu - ia pun

l> bu-jongos yang suka mencuri sendok, garpu, pisau kemudian

mengambil bagian yang II 50%. la tak bisa menentukan bapak H.-larikan diri. T idak! Keduanya memestikan diri patuh pada anaknya. Lebih dari sembilan. Hanya duit mas uk yang bisa di­

J.. ·wajiban. Siapa tahu, barangkali abadilah penghambaannya tiga hitungnya. 'Ill unan lagi.Jadi mereka telah membuat batas-batas untuk dae-

Waktu beredar dengan cepatnya. T iba-tiba saja orang-orang 1.111 hidupnya. Sarna halnya dengan Renville membuat batas sta­ kulit putih tak manis lagi dalarn pandangannya. Dan dengan tiba­ t II\-quo hidupnya Republik.

tiba pula ia bisa mencium baunya dari jarak satu meter. Dulu ia Sesudah Poppi meni.nggal, Sobi jadi jongos di kantor Dai tak pernah memperhatikan baunya, walau hanya dari jarak se­

Ilka - kantor mata-mata angkatan laut Jepang. Cita-citanya persepuluh senti sekalipun. Dan baunya itu, alangkah apak!

1I1� terakhir ialah memakai pet berbintang kuning, uniform Sebab, kini Jepanglah yang lazat dalam perasaannya. Mata yang

(twlh, dan bersamurai bergagang keemasan dengan sarung sipit itu tambah menggagahkan roman dan kakinya yang pendek

prd.lIlg berkulit jeruk. Cita ini tak pernah terlaksana. Jepang tak It nah memberi kesempatan. Dan sudah senang hati ia bila

7 mendapat kesempatan memekik "keireit" kalau kolonel Dai San­

6 PRAMOEDYA ANANTA TOER: CERITA DARI JAKARTA

JONGOS + BABU

y'lng empuk dan sumbang. Penghambaannya ini memberi ke­ ka turun dari mobilnya. Sebagai orang lain juga ia merasa benei

Inhagiaan yang setinggi-tingginya pada hidupnya. Terutama bila pada penjajahan waktu itu, penjajahan Belanda maksudnya. Apa

ia bisa mengusulkan sesuatu untuk keberesan rumah tangga penjajahan ia sendiri tak tahu. Tapi, prek-persetan, ia turut benei

rnajikannya - puneak kebahagiaan yang bisa dieapai oleh seorang juga. Apa yang keluar dari mulut Jepang adalah suara kebenaran.

Jongos.

Dan semua orang wajib pereaya. Untung ia bisa pereaya. Kalau Jongos memang punya kelas-kelasnya. Ada jongos yang tahu tidak, pangkat jongosnya akan lenyap sebagai lenyapnya nyawa

politik. Ada yang tahu perdagangan. Ada pula jongos yang bisa romusha.

menjalankan diplomasi. Ada yang bisa menembak. Tapi Sobi Inah juga kerja di tempat itu sebagai pembantu babu euei. Tapi

llialah jongos dari derajat penghabisan. Ia sudah senang kalau tak waktu itu umurnya baru dua belas tahun. Jadi, dadanya masih

rnendengar perkataan politik itu. Sebab, menurut rabaannya pesek dan tak ada yang tertarik kepadanya. Dan ia pun belum

politik itu melingkupi segala maeam dosa. Tuannya juga pernah lagi mendapat kesempatan untuk pegang rol.

llcrkata begitu. Dan semua perkataan tuan adalah suatu wet - tak Jalan sejarah tak pernah lurus. Jepang kalah. Inggris datang.

kalah pentingnya daripada wet yang dibuat oleh pemerintah Orang Indonesia mengamu�. Dan kedua adik berkakak itu ter­

Inanapun jua. Suara tuan adalah suara Tuhan. paksa diam-diarn menyembunyikan diri. Lama-kelamaan berani

Inah kini telah gadis. Ia bukan babu jepang lagi. Sekali ia jadi juga keduanya keluar. Dan Sobi memberanikan diri turut mem­

b.lbu di tangsi batalyon. Baru seminggu, dan ia keluar sonder buru Jepang dan melueuti pakaiannya. Tapi keadaan itu tak lama

pcrmisi. Bukan karena ia hendak meninggalkan tradisinya - pula. Inggrislah yang kemudian mengamuk. Orang kulit putih

tidak. Ia gelisah saja mendapat perintah orang-orang yang bu­ berdaulat lagi di Jakarta Dan kedua adik berkakak itu tiba-tiba

kan tuannya sejati - tak putih kulitnya.

memandang jijik terhadap Jepang. Keduanya merasa ditipu juga Matanya biru bening. Dan puas hatinya oleh ini. Orang Indo­ seperti halnya dengan orang-orang lain, walaupun keduanya tak

nesia tak ada yang punya mata seperti kepunyaannya. Karena itu tahu bagaimana jalannya penipuan itu. Dan orang-orang kulit

orang Indonesia tak berhak memerintah matanya. Dan hidung­ putih tinggi lagi dalam pandangan mereka.

nya bangir pula. Ia memang eantik. Dan buatnya keeantikan Bunyi tembakan sudah tak terdengar lagi. Yang meribut tiap

adalah modal wanita. Ia tak kenaI ilmu harga. Tapi bisa juga hari: distribusi! Orang sudah jemu berteriak sambil mengepal­

Inenghargai keeantikannya. Dan modal ini akan dipergunakan kan tinju.Juga mereka yang dulu menamai dirinya pelopor.juga

untuk menguasai nasibnya. Ia mempunyai reneana. Sebab, bukan mereka yang pernah duduk di dewan pimpinan. Mengapa Sobi

Itusia saja punya reneana 5 tahunnya. Inah pun punya. Muslihat dan Inah tidak? Itulah sebabnya kini Sobi jadi jongos lagi - jo­

I 'oppi - ibunya - sudah masak dalam kalbunya. ngos orang kulit putih yang pada waktu pendudukan jepang tak

Sekali ia pernah jadi babu. Tapi tuannya, walau kulitnya putih berharga, dan tak lebih berharga daripada kukunya. Dan ia kini

\ckalipun sarna miskinnya dengan dirinya sendiri. Dan ia me­ sudah bisa membanggakan diri di kalangan jongos-jongos yang

IlJrik diri. Tuannya banyak memberi janji yang menimbulkan punya juragan Indonesia. Ia sudah belajar menyisihkan diri dari

h.uapan besar. Tapi ada juga keeerdasan padanya. Keeantikannya para jongos yang kerja pada orang Tionghoa dan Indonesia. Ia

c.lk akan ditukarkannya dengan janji.

sudah belajar menyanyikan "jua olwees in mai haat" dengan suara

PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

JONGOS + BABU

MAKA TERJADILAH han itu ....

suruh memijiti. Masyaallah ... semuanya! Kemudian dia bilang, Adalah sebuah kamar dari kajang. Dari dalam kamar itu se­

'Kau sanggup buang anak itu?' 'Tentu, non,' jawabku, dan aku

bentar-bentar terdengar nyanyian empuk dan sumbang "jua 01-

dikasihnya lebih dari memijiti."

wees in mai haat ". Agak gelap di situ. Sebuah bale kayu mengisi Kemudian ia menyanyi dengan suara empuknya yang sumbang setengah ruang. Dua orang muda duduk di atasnya.

itu.

"Senang ketja di sana, leak?" tanya Inah sedih. Inah merenung sedih. Bibirnya terkatup rapat dan matanya ''Jua olwees in mai haat " berhenti. Kemudian terdengar ja­

suram melihat keluar melalui jendela.

waban: "Aku belajar nyanyi ini dari si Husin. Ca-i-laahh, non Mari "Senang sekali. Sudah krasan aku di sana. Uah, non Mari

sangat tertarik pada nyanyianku. Kalau aku rnenyanyi dia mesti sekarang sudah besar dan sekolah lagi di habees. Uah, kalau sore

tnendekati dan memuji. Alangkah bagus suararnu," katanya. banyak sinyo datang. Ribut. Ribut selalu."

"Tarnbahan lagi anak keeil itu sudah kubuang. Aku jual sarna Dan paras laki-Iaki yang cakap itu berseri-seri -Sobi!

,anak kapal. Dua ratus rupiah. Kapan itu uang penjualan anak "Ketjaan banyak," Sobi meneruskan. "Tapi kalau sinyo-sinyo

yang kau terima? Separuhnya kubelikan eelana panjang dan ke­ sudah pulang, aku menunggu bagian yang terhangat."

tneja dan buat ongkos jampe dukun. Kawin kan perkara gam­ "Hidupmu senang jadi jongos di sana, kak," Inah menyela

pang. Pikir saja emak dulu! Dia sampai bisa beli gedung, dua menglrI.

radio dan satu gramapun. Jepang memang anjing. Rurnah bagus­ "Apalagi kalau tuan-nyonya pergi nonton gambar hidup, mesti

bagus dirobohkan pakai teng. Katanya buat melebarkan lapang­ non Mari memanggil aku.Aku disuruh memijiti - tidak tawar­

an udara. Radio dibeslah pula. Nah, Inah, kita tak boleh kalah tawar lagi mana yang harus dipijit ... ," bangga.

sama emak."

"Buat seorang jongos, itu sungguh kamnia besar, kak. Tapi aku

Inah mengeluh. Kemudian:

ini, -lebih sedih." Dan mata Inah yang bim indah meredup sayu. "Tapi kau tak bisa kawin sama non Mari." Parasnya yang eantik menjadi kemh. "Aku belum juga dapat tuan

"Siapa bilang?" Sobi rnenggertak. "Parasku eukup eakap! Aku yang eoeok dengan hatiku." Ia menunduk dalam. Dengan suara

bisa nyanyi jua olwees in mai haat. Dan lagi non Mari tergila­ pelan seperti doa ia meneruskan. "Aku kepingin sekali punya

gila oleh suaraku," kata Sobi garang. Kemudian ia tersenyum anak yang matanya lebih biru daripada mataku."

penuh harapan. "Sebentar lagi aku mesti belajar bahasa Belanda "Itulah salahnya," Sobi memarahi. "Kalau orang sok memilih

Si Husin fasih benar bieara Belanda."

dia takkan pernah mendapat apa-apa. Tahu kambing betawi? Inah masih memandangi jendela dengan sedihnya. "Tapi aku Yang gemuk-gemuk itu? Bukan domba! Kambing betawi, te­

uli," katanya kernudian, "aku ini - Ah, tuan-tuan sekarang tak rompah kulit juga dimakannya." Lebih bangga lagi. "Coba pikir!

\cperti dulu waktu aku masih kecil."

Bam senunggu yang lalu aku mas uk kerja. Aku lihat non Mari "Sudahlah, jangan pilih-pilih lagi. Turut saja nasihatku." Sobi sudah besar. Tapi, di rumah situ ada anak keeil yang matanra si­

Inemberanikan. Ia memandang adiknya yang sedang diamuk pit.Aku tak tahu anak siapa dia itu. Selalu saja si anak itu dikunei

kerisauan.

dalam kamar. Tiga hari kemudian tuan dan nyonya pergi non­ "Kemarin sudah tiga kali aku keluar masuk rumah di Men­ ton bioskop Aku dipanggil non Mari ke kamarnya. Tahu? Di-

lcng. Pertama-tarna aku bertemu tuan. Matanya eoklat. Baunya

11 bukan main!" Ia mengeluh lagi. "Yang dua lagi - aku diterima

10 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERITA DARI JAKARTA

JONGOS + BABU

�endirinya. Kapan tak ada orang Belanda yang panuan?Yang kena oleh nyonyanya. Hampir serupa saja mereka bilang "

kudis cuma orang Indonesia. Orang kita ini, Nah." "Apa mereka bilang?" Sobi memperhatikan.

Dan Inah jadi mengerti. Bertanya lagi:

Katanya, "Aku tak butuh babu muda yang cantik, yang ma­ "Tapi Belanda sekarang sedang perang. Engkau talc takut matI, tanya biru. Kak, bagaimana, kak?"

kak?"

"Goblok," Sobi memarahi. "Yang pertama itu sudah baik be­

Sobi tertawa pula. Berkata:

tul. Engkau ini sok memilih sih! Mata coklat kenapa sih? Dan "Kau ini sungguh goblok. Kan Belanda sendiri tak maju pe­ jangan perhatikan baunya! Apa engkau kira engkau ini tak ber­

r:lng? Orang Indonesia banyak yang jadi serdadu. Mereka digaji bau jengkol busuk? Lagak betul. Engkau terlalu ceroboh. Pantas

untuk matI buat Belanda, mengerti? Kalau aku sudah jadi Be­ saja kedua nyonya itu tak mau. Terlalu bersolek sih. Jangan dulu.

I.tnda, aku duduk saja di kantor memerintah kuli." Biar pakai pakaian rombeng saja dulu. Kalau sudah diterima, nah,

"Kau bakal jadi orang besar, kak," keluh Inah bimbang. itu sih soal gampang. Nanti kalau nyonya pergi, engkau bersolek

Dan Sobi tersenyum gembira oleh keindahan dan kebesaran baik-baik.. Siapa sih yang tak tergiur pada kau? Sayang kau adikku

pengelamunannya sendiri. Tapi Inah bertambah sedih. Bertam­ sendiri."

I l.lh mengiri. Ia turun dari bale. Diambilnya kaca cermin pecah Dan ia pun meludah di lantai tanah.

v.lng terselit pada dinding kajang. Duduk pula de kat kakaknya. "Tapi kak, tuan-tuan sekarang sarna miskin. Kelihatannya saja

I cliti ia menguji parasnya. Tersenyum puas. Tiba-tiba ia menge­ sarna mentereng. Tidak betul-betul gagah seperti dulu," kata Inah

rut. Tersenyum pula. Dan Sobi menyanyi lagi dengan suara sum­ seperti merintih.

hangnya yang empuk. Kemudian ia berjalan menghampiri "Sok tabu!" kata Sobi kesal.

Icndela.

"Coba, kalau aku punya anak, biar matanya lebih biru dari

I nah berkata pada diri sendiri:

mataku, kalau tak ada duit masuk, siapa bertanggungjawab? Aku "Aku memang cantik. Kalau dibandingkan dengan ... ," ia sendiri juga yang celaka. Kau? Sudah dapat non dan mesti tak

,h 1m. Memandang kakaknya.

peduli lagi sarna aku. Kau memang untung, kak. Apalagi kalau "Nah ... ," sela Sobi tak memandangnya. "Sebentar lagi kita tak nanti dapat anak yang matanya biru."

Illcnempati sarang tikus ini. Aku akan punya gedung sendiri. Sobi terdiam dan melamun. Kemudian berkata pelan:

Kalau kau sudah mendapat tuan," ia menengok memandang "Aku mesti ingat sarna adikku. Kalau aku sudah bisa kawin

diknya, "baik-baik dan hati-hati supaya kau tak kecewa. Mula­ sarna non Mari, aku mau masuk Belanda Lantas minta mobil

mula kau menyerah saja. Nanti minta emas-emasan.ltu gampang sarna tuan besar Gubernur Jenderal. Kalau pagi plesir ke Cilin­

dl\impan. Dan pakaian - soal gampang - nanti datang sendiri." cing sarna non Mari dan bertelanjang-telanjang di pesisir."

I I berjalan Iagi. Duduk di samping adiknya. "Tapi kulitmu sudah terotol bekas kudis dan panuan. Kau tak

lJengan berharap-harap Inah bertanya:

malu, kak?" tanya adiknya.

"Sudah kau carikan tuan, kak?"

Sobi tertawa tinggi. UTuan Piktor nanti datang kemari. Hati-hati kau bicara, ya?" "Kalau orang sudah masuk Belanda," kata Sobi dengan penuh

C epat-cepat Inah mengaca pula. Tersenyum-senyum. Kemudi- kepercayaan diri, "bekas kudis dan panu mesti hilang dengan

11 rnengawasi giginya. Memandang kakaknya sambil bertanya:

13 "Jam berapa leak?"

12 PRAMOEDYA ANANTA TOER: CERITA DAR! JAKARTA

JONCaS + BABU

koran lebar itu? Kak Sobi sih sudah bisa menyanyi. Aku?" Ia "Enam. Empat jam lagi."

bingung dan balik ke ambin.

"Bagaimana matanya?" Inah harap-harap cemas bertanya. Kakaknya masuk lagi. Inah menjajari duduk di bale. Mengadu: "Katanya cari yang biru!?" kata Sobi pelan agak kesal.

"Bagaimana, kak? Aku talc bisa menyanyi seperti engkau." "Oh, aku kira kuning.Aku tak senang sarna mata kuning. Mata

"Kau kan bisa nyanyi jali-jali?" serunya gampang. kuning juga bau," kata Inah gembira. Kedua tangannya dibelit­

"Tapi Belanda kan tidak suka?': keluh Inah mendesak. kan pada dadanya sendiri - kuat-kuat. Dan kedua kakinya

"Oya, ya? Aku lupa. Gampang dah," Sobi menghibur. "Perem- dikakukannya seperti kena kejang. Tiba-tiba ia bertanya, "engkau

puan tak usah tahu apa-apa. Kalau sudah cantik seperti engkau tak berangkat kerja, kak?"

Illi - semua akan gampang jadinya. Tuan Piktor cakap. Ia tak "Baru jarn dua. Setengah jam lagi."

I lU tuh apa-apa darimu. Dia ada mobil. Tak punya nyonya. Kaya - "Karnar mandi belum diisi."

kcrja di kantor dagang katanya. Tadinya dia bilang padaku begi­ Sobi tak memperhatikannya.

ni. Kowe bisa carikan aku nyai?" Lantas saja aku menyambar: "Karena aku nanti tak pulang, jadi kau sendiri harus me-

.. Aku punya adik .... "

ladeni." "Betul begitu, kak?" tanya Inah jadi gembira lagi. "Kamar ini bersihkan dan atur rapi-rapi."

"Masak aku mau jerumuskan adikku sendiri?" kat a Sobi Ia menyanyi pula. Kemudian ia pergi keluar.

h.lngga.

Inah mengaca lagi. Berbisik: Inah membisu mengagumi bayangan citanya. "Alangkah biru matamu. Presis seperti mata non Jetti. Non­

"Aku tak perlu bisa menyanyi seperti kak Sobi," pikirnya. nya kak Sobi mesti kalah sarna aku. Tapi mengapa aku bukan

"Tuan Piktor mesri punya radio. Barangkali enam biji radionya. Belanda? Sayang. Tapi rupaku kan tak kalah dibandingkan de­

Alangkah senang kalau disetel berbareng. Nanri banyak orang ngan Belanda? Coba, hidungku mancung. Kulitku tak begitu

(latang melihat di depan rnmahku. Dan aku berdiri di beranda. putih. T idak terotol. Kalau terlalu putih gampang kena ririk-ririk

Mereka pasri berbisik-bisik begini: 'Uah, si Inah sekarang sudah hitam seperti totok."

J.ldi Belanda betul. Dan mereka semua mesri mengiri. Sungguh Kaca pecah itu diselitkannya kembali pada dinding kajang. Ia

rnati! Mesti mengiri. Salahnya sendiri, mengapa kulit mereka berdiri di belakang jendela.

hitam dan hidungnya talc tentu macam lubangnya. Kulitku sih "Aku kepingin jadi nyai! Aku kepingin punya anak yang

tak begitu hitam amat - putih, dan hidungku punya kelas." Ia matanya biru. Siapa tahu anakku nanti jadi Belanda? Pasti akan

tersenyum puas.

senang hidupku. Aku akan punya babu - ah, nanti dia merebut "Jadi derajat kita nanti sarna tinggi sarna rendah, Nah. Kau ada tuanku. Jongos saja boleh. Dan aku dapat naik mobil.Aku pergi

Inobil, aku juga .... "

juga ke Cilincing. Tapi aku malu telanjang-telanjang." "Tapi aku talc mau tclanjang-telanjang di Cilincing, kak. Aku Ia berdiam diri. Tiba-tiba matanya sebak dan keningnya di­

Inalu."

sentuhkannya pada riang jendela "Goblok," Sobi menghina kebodohan adiknya. "Kalau kita "Oh, aku tak bisa bicara Belanda. Aku tak bisa membaca dan

\udah jadi Belanda, kita ridak boleh malu. Kita harus berani te­ menulis. Apa kataku nanri kalau tuan menyuruh aku membaca

lanjang. Kita hams berani mabuk. Kita hams berani menggertak

14 PRAMOEDYA ANANTA TOER: CERITA DAR! JAKARTA

JONGOS + BABU

orang pakai godperdom. Juga kita harus selalu bilang begini:

ada yang miskin. Kalau ada Belanda miskin mestilah karena dia

Jepang memang binatang, memang keparat. Tuanku juga berbuat

terlalu banyak bergaul dengan orang Indonesia." Dan ia jadi puas

semua itu. Semua perbuatannya aku perhatikan dan aku hafal­

lagi

kan. Rupa-rupanya gampang saja untuk jadi Belanda. Kalau

Kaca dikembalikannya di dinding. Berdiri mengamat-amati

orang cukup cerdik seperti aku memperhatikan dan menirukan,

kamar.

dalam tempo seminggu juga orang bisa jadi Belanda." Sobi diam

Masih empat jam lagi. "Nanti-nanti saja dibersihkan. "

me man dang adiknya yang terpesona oleh keterangannya.

"Tapi kalau non kan tak sarna dengan tuan, kak?" tanya Inah SINI sungguh-sungguh. RUMAH Sobi?

Inah melompat menghadap ke pintu. Wajahnya pucat. Victor

"Tentu saja tidak. Kalau non begini ... ," Sobi menerangkan.

sudah ada di depannya. Gemetar menjawablah gadis itu:

T iba-tiba ia diarn dan menyesali. "Ah," bisiknya kemudian," eng­

"Ya, tuan .... "

kau belum bisa naik sepeda."Tapi kegembiraannya tiba-tiba da­

Dan tuan itu masuk dan duduk di bale. Inah kebingungan.

tang pula. "Tapi tuan Piktor punya mobil. Kalau non tak boleh

Putusan pertama yang bisa diambilnya ialah duduk di tanah

bilang godperdom. Cukup �isa memutar tombol radio. Dan

menundukkan kepala.

engkau sudah bisa. Menjahit engkau pandai. Engkau sudah bisa

"Engkau adiknya?" tanya tuan kulit putih itu. Tangannya me­

jadi non. Apalagi parasmu itu - ca-i-Iahhh!"

ngeluarkan sapu tangan dan menyeka keringat kening.

Dan Inah tertawa puas. Dari jauh terdengar lonceng kantor -

"Ya, tuan." Dan Inah tambah gemetaran.

tanda menutup pintu. Sobi meloncat. Di ambang pintu ia ber­

"Jangan duduk di tanah. Duduk sini di dekatku." Dan Inah tak

henti. Menengok pada adiknya. Memesan:

berani bergerak. Tuan itu mendekati dengan lemah-Iembut di­

"Hati-hati kalau bicara sarna tuan .... "

angkatnya Inah, diletman di arnbin. Dan Inah tidak melawan ....

"Ya, kak!"

Dan kemudian ....

Inah pun melompat pula pergi ke dinding. Mencabut kaca

Sesunggu

hny� an;.ara laki dan wanita �gawang � ia ans

cermin yang telah pecah. Kembali ia mempelajari parasnya.

bukan rahasla. Keangkuhan dan kesombongan wanita pada suatu .

"Engkau memang cantik," bisiknya. Kemudian pipinya dira­

kali terbang. Dan ia menyerahkan diri dengan sadar pada laki­

patkannya pada kaca itu. Mengaca lagi. Berkata: "Sebentar lagi

laki tertentu. Dan ini terjadi di seluruh jagat dan abad, pada se­

engkau jadi Belanda. Aku toh bukan orang Betawi? Aku juga

mua bangsa dan makhluk bergerak. Hidup

bukan orang Indonesia. Emak dulu juga bilang begitu. Malah

sederhana.

o�g lapar, makap:- ke�g, dan bU.2ngai�.

waktu Jepang masih ada emak bilang kak Sobi dan aku paling

A3 � ap� dan buang air terletaklah

sedikit sarna mulianya denganJepang.Alangkah senang jadi Be­

manusia ini. Dan

landa."

hidup yang baru itu b�rjalan pula dari lapar sampai bu;ngair.

T iba-tiba air mukanya menjadi keruh. Mengeluh:

Hidup yang lain pun menyusullah. Tak habis-habisnya sampai

"Aku tak tahu mengapa Belanda-belanda sekarang sarna mis­

dunia bejat. Dan tak ada satu kepala pun merasa bosan. Kalau dia

kin." Dengan tiba-tiba pula kekeruhannya hilang Suaranya me­

bosan, dia bunuh diri.

ningkat, "Kak Sobi lebih tahu daripada aku. Orang Belanda tak

Penjara Bukitduri,

IKAN-IKAN YANG TERDAMPAR

juga keindahan itu, tetapi di masa ini pikiran dan perasaannya sangat giat dengan hal-hal lain sehingga tak sempat ia memper­

2 gunakannya untuk hal-hal yang tidak mendatangkan ke­ untungan.

Dalam beberapa bulan ini hidupnya merupakan tritunggal, merupakan meSln yang berputar pada riga inden: makan, uang dan perempuan.Yang lain-lain menjadi perkara sipil. Dan ia tak

Ikan-ikan memberontak melawan keadaannya. Dalam hidupnya selamanya yang Terdatnpar

musuh-musuh telah menjadi kawan setia, dan sebaliknya kawan­ kawannya yang setia dan tidak seria menjadi musuhnya. Misal­ nya saja pemuda yang kecil kurus itu: si Namun. Ia tak tahu

Created Ebook by syauqy _arr

mengapa semua itu sudah terjadi begitu saja. Dan ia pun tak pernah mendapat kesempatan bertanya baik pada diri sendiri

ataupun orang lain mengapa jadi demikian.

ALAM CERITERA n�n, IDULFITRI AKAN MENDAPAT ILHAM

D mun - seorang pemuda yang keeil kurus tapi gesit - hanya me­ akhirnya ia pun meyakinkan dirinya: semua ini beres sudah.

Masa berbulan-bulan yang berdansa-dansa di atas tiga asnya itu

setelah menanggun? k.el�p�ran. sebelas memberinya pikiran baru padanya: semua ini sudah beres Hampir seluruh eenta 1m dimaInkan olehnya, dan Na-

jam lamanya.

sekalipun engkau mau memencak-mencak seperri setan. Dan

nolongnya memainkan peran utama.

Jam enam pagi teng ia tergagap-gagap bangun. Ia lapar. Sela­

Sebenarnya tidaklah penting cerita si Idulfitri ini, karena un­

manya begitu.Tetapi sekali ini lebih-Iebih lagi: ia tak punya uang,

tuknya sendiri sejarah hidupnya sehari-hari selama ini pun tidak

a. Mula-mula penting. Baginya semua telah meluncur di atas re�y. puan. Setelah mencuci muka eantik, yang menjadi hartabendanya ia kagum juga waktu mula-mula harus me'!1ulal hidupnya yan�

tak punya makanan, talc punya kopi dan juga tak punya perem­

yang sangat berharga itu, ditinggalkannya pavilyunnya di jalan

baru itu. Beberapa hari lamanya ada usahanya untuk mengatasl,

Sekretari dengan perasaan mual dan dendam. Tentu saja ia den­

tetapi lama-kelamaan tidak.

dam pada orang-orang lain yang telah sarapan. Empat orang

Baiklah cerita ini dimulai ....

pemuda yang tinggal bersama-sama dengannya semalam-malam­

Bers amaan dengan terbitnya matahari yang itu-itu juga di ufuk

an tak juga kembali. Tapi ia tak pernah peduli mereka akan da­

timur, sejarah manusia di atas bumi mendapat kegiatan baru.

tang kembali atau tidak. T idur di Senen mesti, pikirnya memu­

Setelah memasuki hari-hari yang beribu-ribu jumlahnya, Idul­

tuskan. Dan sekalipun empat petualang itu mam pus di depanku,

fitri tak tahu lagi di mana penringnya embun yang bergantu��­

aku kira aku pun tidak bakal peduli.

an di dedaunan atau rerumputan pagi haria Juga tak tahu lagl la

Sekarang ini ... ia lebih peduli pada dirinya sendiri.

di mana manisnya awan merah yang melembayang di atCtS kepa­

Ia akhirnya tahu juga mengapa pagi itu ia lapar sekali. Penga­

lao Dan ia pun tak mengerti lagi apa kehebatan yang �ersimpul

laman yang hebat-hebat kemarinlah yang memayahkan rohani

dalam taluan beduk-beduk langgar mesjid dan kelenlng genta

dan jasmaninya sendiri yang sangat dicintainya itu. Seluruh per-

gereja-gereja. ltu pun bukan salahnya sendiri. Mungkin ia tahu

19 hatiannya dipusatkan pada jeep tuan T jong. Dan perhatian yang

18 PRAMOEDYA ANANTA TOER: CERITA DARI JAKARTA

IKAN-IKAN YANG TERDAMPAR

perempatan menuJu ke Deca Park. Sebentar ia melihat-lihat dipusatkan itu membuat ia lupa daratan: tak punya uang, belum

gambar-gambar. Kemudian:

makan dan sudah lelah mengedari kota Jakarta. "Katak! Engkau ini tidak lain daripada katak," makinya pada Apabila ia menganggap bahwa semua ini beres sudah dan se­

diri sendiri. "Katak tua! Katak di bawah tempurung pula!" lama itu ia setia pada anggapannya, maka hari inilah baru ia

Kadang-kadang ia merasa dirinya adalah dua bila dalam memberontak pada buah pikiran dan anggapannya sendiri itu.

keadaan demikian: yang satu atau diri yang memaki dan yang lain "Tidak, semua ini belum beres," bisiknya. Kalau banjir telah

diri yang dimaki. Sekali lagi ia memaki, tetapi sekali ini tidak surut, untuk sekian kali ia mengulangi kata-katanya sendiri yang

terendam di dalam kepala saja, tetapi disuarakannya: selalu dihafal-hafalkannya, dan dihafalkannya kembali bila ia se­

"Katak! Engkau ini tidak lain daripada katak." dang tak bersenang hati, hitunglah, berapa banyak ikan terdam­

"Betul. Engkau ini memang katak!"Terdengar suara tajam dari par di beting-beting. Dan binatang-binatang itu tidak berdaya

belakangnya. Suara itu membangkitkan amarahnya. Dan ia mera­ karena mereka tercerai dari air. Dan aku - aku ini salah seek�r

sa wajib mengetahui siapa yang memakinya terang-terangan itu. di antara binatang-binatang itu. Dan bila ia tak bersenang hati

Diketahuinya: di sampingnya berdiri Namun. la memandang kembalilah lagi perasaan l aman ya. lni: ia merasa sebagai pahla­

bengis pada kawannya si kerdil kurus yang gesit-gerak itu. Dan wan yang disia-siakan. Bahkan hingga kini ia masih merasa se­

ada ia lihat mata si Namun agak bengkak kemerah-merahan. bagai pahlawan. la selama ini hidup dari keberaniannya, dan

Segera saja ia menuduh:

barangsiapa demikian baginya berarti pahlawan. Dan karena ia "Terus pergi ke mana engkau semalam." penggurutu, sekali ini ia pun menggerutu dalam kepalanya: ka­

"Engkau curiga."

lau saja dahulu aku tak ikut-ikut berjuang tapi turut-turut

"Matamu merah."

merampok kekayaan Jepang dan kemudian diam-diam berda­ "Cuma sejam aku tidur. Kemudian wekker sudah mengejuti. gang, alangkah akan tenang hatiku sekarang ini. Apa sekarang?

Dan aku tak sampai hati membiarkan engkau menggerutu sam­ Aku kasih tahu, kau, diri: engkau ini pahlawan sesat! Engkau

pai tiga empat jam."

makhluk daif yang tak mendapat tempat di masyarakat merdeka Sekarang kedua pemain cerita ini berjalan terus. Kini mereka yang dahulu engkau perjuangkan

sampai di pendopo gedung bioskop menonton gambar-gambar Dan ia pun meyakinkan dirinya sebagai orang daif. Dan ia tak

yang terpasang di dinding-dinding. Tapi tak ada perhatian merasa sakit hati oleh tuduhannya sendiri itu, sekalipun ia akan

mereka.

marah memencak-mencak juga bila orang lain yang menuduh­ "Gambar-gambar paha telanjang dan cium-cium ini tidak ada nya. Orang lain itu misalnya saja si Namun.

gunanya bagi orang lapar," kembali Idulfitri mengacarai per­ la berjalan lambat-Iambat. Kepalanya tunduk melihat aspal

cakapan.

jalan. Waktu mau menyeberangi jalan raya ia menengok ke ka­

"La par engkau?"

nan, dan ia melihat pagar istana. Serdadu yang gagah menjaga

Dan Idulfitri mengangguk murka.

lubang pintu. Tapi pada itu pun ia sudah tak peduli lagi. Sudah "Engkau terburu nafSu sih," Namun berkata memutusasakan bosan. Sudah tak kuasa ia mengagumi kehebatan dan apa guna­

"Seharusnya uang yang lima ratus itu kau ambil saja dari tangan nya bagi negara dan perutnya sendiri. Sekarang ia menyeberangi

si T ionghoa itu. Tapi engkau memang terburu nafsu. Engkau

21 keliwat mengumbar kemarahanmu. Dan sumber rejekimu itu

20 PRAMOEDYA ANANTA TOER : CERlTA DARI JAKARTA

IKAN-IKAN YANG TERDAMPAR

"Begitu lama kita mengintai jeep si Cong itu. Berapa jam? Ada kau han tam dengan kunci Inggris pada keningnya." Sekarang

lima jam. Dan kita dorong-dorong dia keluar garasinya. Mem­ suaranya jadi menyesal. "Dan orang itu jatuh miring di treplang,

buka pintu garasi tak cukup satu jam. Apa kemudian kata setan kemudian kepalanya terbentur pada cangkuk roda mobil. T idak

tukang tadah mobil itu. Maaf, tuan, kalau jeep ini, betul-betul aku bergerak lagi� Barangkali batok kepalanya retak."

tak mau terima."

"Barangkali mati." " Memang keparat dia! Aku juga bernafsu mau menggulung "Mungkin juga."

bibirnya waktu itu."

"Dan perkaraku dengan Jibril tambah satu lagi."

"Tentu saja."

Namun memancarkan pandang marah padanya. Tapi mulut­ "Dan engkau mengepalkan tinju." Namun meneruskan, "dan nya tak berkata apa-apa. Di waktu yang sepagi itu belum lagi ada

si T ionghoa itu mundur-mundur ke deretan mobil yang dalam orang datang menonton gambar-gambar paha telanjang dari luar

pembetulan itu." Namun menyenggaki dengan dengan suara negeri. Orang-orang yang berangkat ke kantor pun belum lagi

katak menguik-nguik minta hujan.

membanyak. Baru jam enam lewat sedikit. Menyesali lagi "Siapa takkan sakit hati? Delapan jam kerja. Keringat kaya Namun:

hujan, dan dia bilang seenaknya sendiri, 'Betul tuan, kalau jeep "Kalau uang itu kau teruna, engkau takkan kelaparan seperti

ini, aku tak berani terima. Ini jeep kemenakanku sendiri,' sekarang ini. Dan aku pun tak dapat membantu engkau

katanya."

sekarang." "Kemudian kunci Inggris pun melayang di keningnya," Na­ "Engkau lapar juga?"

rnun mengingatkan.

Namun mengangguk. Keduanya berdiam diri sekarang. Kembali mata mereka me­ "Jual baju saja kita," Idulfitri menganjurkan.

byang-Iayang seperti kupu-kupu pada paha-paha orang-orang T iba-tiba Namun menjadi ketua-tuaan. Kegesitannya dalam

kulit putih yang tergantung eli dinding-dinding. Mungkin, pikir mengubah tampang dipergunakannya. Dan selayak ayah yang

Idulfitri, kalau aku sudah kenyang lagi, dapatlah aku mengerti cintai anaknya ia berkata meminta hati:

keindahan seni kaki ciptaan manusia-manusia yang berperasaan "Kau baru punya hak menjual bajumu sendiri bila sudah ke-

halus itu - ciptaan yang berisi paha telanjang dan cium itu. laparan sepuluh jam lamanya. Paling sedikit!" Kemudian Namun

Mengapa tak ada yang menggambarkan bagaimana lapar mem­ menyesali. "Dan kita mendorong-dorong begitu lama. Jeep itu

helit-belit dalam ususku? Sudah sekian lama ia menyumpahi sungguh keparat rewelnya. Dan engkau menolak uang itu begi­

beratus orang. Tapi sekali ini sumpahannya spesial ditujukannya tu saja, seperti betul-betul engkau ini kaya. Herannya waktu itu

p:tda para seniman dan artis. Dan ia pun memberi alasan untuk aku membenarkan tindakanmu dan meninggalkan bengkel

11lenyambung gerutunya: "Keindahan, paha telanjang dan cium mobil si T ionghoa itu dengan lenggang hartawan. Sungguh­

.dalah keindahan. Kalau begitu apa yang membangkitkan nafsu sungguh aku tidak mengerti!"

llam adalah keindahan," kemudian ia menyerang alasan yang Sekarang Idulfitri mengumbar pemberontakan yang menga-

diberikannya tadi. "Atau bolehjuga dipergunakan kata-kata yang muk dalam kepalanya sendiri dengan suara yang menyerupai

lehih indah dari keindahan, kata-kata yang kefilsafat-filsafatan: topan terdengar dari lubang sumur:

kc:benaran yang mutlak."

22 PRAMOEDYA ANANTA TOER: CERITA DARI JAKARTA IKAN-lKAN YANG TERDAMPAR

Ia tersenyum manis, tersenyum mengagumi keanggunan ba­ "Barangkali karena engkau pandai menempatkan kata selara­ ngunan pikirannya sendiri.

nya itulah engkau memperoleh kemampuan untuk membuat "Engkau ada harapan:' Namun menuduh.

kalimat yang bagus-bagus.Aku masih ingat kalimatmu yang lebih Senyum Idulfitri sekaligus lenyap, buru-buru mas uk kembali

bagus lagi. Kalau banjir telah surut .... "

ke dalam kepalanya lagi. Dan suaranya terdengar: " ... hitunglah berapa banyak ikan terdampar di bering-beting," "Laparku ini belum cukup kuat untuk membangunkan fan­

ldulfitri meneruskan dengan bangganya.

tasi dan rencana. Engkau cuma bisa memberi sesalan, nasihat dan "Suatu kali datang waktunya engkau tak bisa menggerutu tuduhan."

lagi," Namun menyesali, "tak bisa mempergunakan kata sekiranya "Itu lebih baik untukmu." Namun mempengaruhi. "Dengan

lagi. Dan waktu itulah aku melihat engkau seperti kepinding tiada itu engkau akan kelaparan tiap hari, dan aku seorang diri­

kering terjepit jari-jari ambin."

lah yang harus mendengarkan keluh kesah dan semua gerutumu Dan Idulfitri memaki sekeji-kejinya.Tapi semua makian itu tak itu."

diucapkannya. Namun terlampau kebalrasa. Makian takkan me­ "Aku pikir begini," Idulfitri meminta perhatian, "kalau

rnarahkan hatinya, bahkan menyinggung pun tidak. Matanya sekiranya kuangkat celanaku hingga kelihatan seluruh pahaku,

dilayangkan kembali pada gambar-gambar paha telanjang dan adakah barangkali orang yang mau menonton dan membayar?"

orang berciuman. Kaum seniman dan artis itu, ia terlampau ba­ "Sekiranya?"

nyak mengurus dirinya sendiri, mereka barangkali tak sadar beta­ "Ya, sekiranya. Sekiranya aku meniru-niru pemain-pemain

pa jiwa melayang ke hadiratTuhan yang diapit malaikat-malaikat­ layar putih itu."

nya bilamana seorang yang kelaparan ada mencium sate sedang Hidung Namun kembang kempis seperti hidung kambing

dibakar. Dan betapa jiwanya mengimbak-imbak seperti lautan di kepanasan. Kemudian menyesali sekali lagi menyesali:

bulan Januari, bila mendengar tukang sate menawarkan dagang­ "Sekiranya! Sekiranya! Di dunia ini tak ada temp at lagi untuk

<lnnya. Dan bagaimana kelabakan orang dibuatnya, kelabakan di sekiranya. Lapar kita tak dapat diobati dengan sekiranya ada

lubuk rongga perut. Tapi dengan jiwa pergi ke dunia gaib, seperri makanan. Dengan sekiranya engkau akan mendapat pikiran dan

nabi-nabi mikrat ke alamnya Tuhan yang paling tinggi. angan-angan yang paling indah dan paling muluk, dan dua hari

"Engkau punya rencana baru," Namun menuduh. kemudian engkau menjadi kaku."

Dengan pandang kesal Idulfitri menatap kawannya. Katanya "Kaku?"

sepintas lalu.

"Tentu saja kaku - mati kelaparan."

"Matamu merah!"

"Engkau sungguh-sungguh bajingan!" Idulfitri memaki. "Betul, semalam-malaman aku cuma tidur sejam." "Sudah enam bulan ini kita memang bajingan tulen, dan se-

"Badanmu krempeng. Aku bisa membuat engkau tak dapat perri engkau katakan dengan mulutmu sendiri yang bisa mengu­

jalan kaki empat jam lamanya," Idulfitri mengancam. Kemudian kir kalimat itu: dulu kita bajingan untuk kepenringan negara dan

rnenggerutui: "Kalau engkau dapat senang, macammu seperti cita-cita, sekarang kita bajingan untuk kepentingan diri sendiri "

dendeng nenek-nenek kedekut. Tapi kalau engkau kelaparan Dan Idulfitri berseri-seri menerima pujian - pengakuan atas

seperti sekarang ini, engkau menempel saja di kudukku betul­ keindahan kata-katanya. Namun meneruskan:

betul seperti lintah."

25 "Marahkah engkau, Fitri?"

24 PRAMOEDYA ANANTA TOER: CERITA DARI JAKARTA

IKAN-IKAN YANG TERDAMPAR

tidur. Tapi mata yang kurangajar ini tak mau dipejamkan. Dan Fitri tidak menjawab, bahkan memunggungi kawannya.

pikiran yang terkutuk ini terus juga rnengembara. Jadi kubaca "Sering amat engkau marah kepadaku." Namun mencoba-

koran."

coba hati kawannya. "Dari dulu aku tabu engkau suka membaca koran." Tetapi Idulfitri tetap tidak peduli.

"Tapi sekali ini kabar yang memberi harapan padaku." "Fitri," akhirnya Namun merajuk, "dalam hatiku yang bersih,

Kembali Idulfitri melayangkan pandangnya pada gambar-gam- selalu aku percaya engkau pemimpinku. Engkau adalah obor

har paha telanjang dan cium-mencium di dinding-dinding Deca untuk hidupku yang gelap-gelita ini. Bukankah itu sering kuka­

Park. la berpikir: "alangkah senang jadi perempuan. Perlihatkan takan kepadamu? Apakah engkau telah lupa?"