RINGKASAN CERITA Analisis Novel Furin Kazan

BAB II RINGKASAN CERITA

Tak ada yang mengetahui asal-usul Aoki Daizen, selain dikenal sebagai mantan pengikut keluarga Hojo yang kehilangan posisi karena kesalahannya. Samurai tak bertuan selama 30 tahun itu, tiba di kota benteng Sunpu yang diperintah Imagawa Yoshimoto. Kebanyakan pengikut imagawa menghindar bila berpapasan dengan Aoki Daizen. Karena wajah dan sosoknya yang tidak bersahabat. Pada waktu itu, akan diadakan pertandingan di alun-alun kota yang juga mengizinkan para samurai tak bertuan untuk ikut serta. Saat itu, keahlian Daizen sangat tampak. Pedangnya sangat cepat dan selalu membuat lawannya jatuh dengan sekali sabetan sehingga tak seorang pun yang mampu menandinginya. Sejak saat itu Aoki Daizen menjadi terkenal. Sore hari setelah pertandingan itu, Daizen berjalan menyusuri sisi sungai Abe. Ia ingin bertemu dengan Yamamoto Kansuke yang menguasai ilmu pedang aliran Gyoryu dan yang belum ada pengikut Klan Imagawa berhasil mengalahkannya. Namun hanya Aoki Daizen yang tidak percaya tentang cerita Kansuke yang telah dikenal di tiga wilayah Klan Imagawa yakni Suruga, Totomi, dan Mikawa. Ia juga mengetahui rahasia tentang strategi perang serta penaklukan benteng. Aoki Daizen mengira bahwa Kansuke hanyalah seorang penipu. Karena ia melihat sosok Kansuke bukanlah seorang samurai pemberani melainkan seorang samurai yang aneh. Universitas Sumatera Utara Pada awal bulan Agustus musim gugur pun semakin dekat. Aoki Daizen berencana akan menyerang Itagaki di tengah perjalanan. Ia juga memikirkan apa yang akan dilakukannya pada Kansuke. Sejam telah berlalu, Daizen mendengar langkah yang perlahan mendekat dari atas bukit dan tampak bahwa mereka ada tiga orang. Tanpa basa basi Aoki Daizen mencabut kedua pedangnya dan menyerang mereka, waktu itu Daizen mengira bahwa salah satu dari mereka adalah Saeki. Satu dari orang itu berteriak bahwa dia adalah Itagaki namun Daizen tidak menghiraukannya. Ia melompat mendekati Itagaki, meraih lengan lawan dan mendorongnya. Tiba-tiba terdengar suara Kansuke “saya akan membantumu” katanya pada Itagaki. Serangan sebilah pedang panjang Kansuke menghantam Daizen. Ia mendengus kesakitan. Serangan kedua dan ketiga bertubi-tubi mengenai Daizen. Ia terluka di dahi dan di antara kedua matanya, darah mengalir masuk melilip mata. Dengan penuh perjuangan dia tetap menyerang Kansuke, tapi pedang lawan terus mengejar dan mengikuti kemana pun ia menghindar. Dengan rasa benci yang sangat besar, Kansuke telah bertekad untuk membunuh Daizen. Ini lah yang pertama kalinya Daizen merasa takut, ia tak mampu melangkah maju atau bergerak mundur. Jarak antara keduanya makin mendekat. Aoki Daizen merasa kalau ia terpaku di tanah, sedangkan pedang lawan terus menyerang tanpa ampun. Ia merasa tubuh Yamamoto Kansuke semakin membesar,sedangkan tubuhnya semakin menciut, matanya yang tinggal satu itu juga tidak berguna lagi dan kakinya pincang. Tubuhnya terbelah dua dari bahu sampai kebawah. Universitas Sumatera Utara Pada pertengahan Februari tahun Tembun ke-12, utusan dari Klan Takeda di Provinsi Kai mendatangi Yamamoto Kansuke menawarkan pekerjaan. Dan keluarga Tekeda akan member imbalan 100 kan. Tetapi Kansuke tidak mempedulikan imbalan 100 kan itu, tetapi yang lebih penting baginya adalah apakah ia dapat ikut serta merencanakan strategi perang dan berkesempatan menunjukkan bakat menaklukan benteng serta wilayah lawan. “Penaklukan benteng, penaklukan benteng”, Kansuke selalu mengulangi kata yang sama. Ia memasuki jalan utama Sunpu di kediaman kepala pengikut Imagawa Iohara Tadatane, dan ingin meminta izin kepada Iohara agar membiarkan dirinya menerima imbalan dari Takeda. Awal bulan Maret, Kansuke pergi menyusuri tepi timur sungai bersama dengan tiga orang samurai dari Kai menuju Kufo. Itagaki menjemputnya di tengah perjalanan dan ia membawa perlengkapan untuk Kansuke seperti pakaian, kuda, panah, dan tombak, serta pelayan muda. Malam itu Kansuke menginap di rumah seorang samurai kaya di sebelah utara kediaman Takeda. Keesokan harinya ia ditemani oleh Itagaki menemui Harunobu yang berusia 23 tahun. Atas pengaturan Itagaki, Kansuke melewati malam kedua di kediaman Takeda. Ketika ia berada di sebuah bukit kecil di belakang rumah Takeda. Tiba- tiba datang seorang samurai menghampirinya dan mengatakan bahwa ia di panggil ke benteng. Kansuke mengira ia dipanggil oleh Harunobu. Kansuke terkejut melihat ada tirai-tirai bercorak merah putih dan terdengar suara genderang. Ternyata Amari menyuruh Kansuke bertarung dengan seorang samurai ahli pedang aliran dari Shintoryu. Amari ingin melihat aliran Universitas Sumatera Utara pedang Gyoryu dari Kansuke. Tetapi Kansuke tidak tertarik pada pertempuran tersebut. Pada saat itu Kansuke tidak melakukan apa-apa. Ia membiarkan lawannya melukainya dan terjatuh ketanah. Semua orang di lapangan itu menertawakannya. Malam harinya Harunobu mengundang Kansuke ke benteng. Untuk menanyakan banyak hal kepada Kansuke. Tetapi Kansuke menjawab dengan tenang dan lancar. Tiba-tiba mereka mendengar angin yang begitu kencang di luar, mereka keluar dari benteng. Kansuke mendahului Harunobu dan Amari. Dari kegelapan, sebilah pedang putih dihunuskan di hadapan Kansuke. Ia mundur dengan perlahan-lahan sampai ke benteng tapi pedang itu selalu mengikutinya. “Siapa kau?” kata Kansuke. “Karena kau menginginkan pertandingan dengan pedang sesungguhan, maka aku datang kemari”, kata seorang samurai lawannya yang bertarung tadi sore. “Aku akan membunuhmu dan melarikan diri”,katanya pada Kansuke. Lalu Kansuke pun berkata “Aku juga akan membunuhmu”. Kansuke terus merapat dan memajukan langkahnya kemudian ujung pedangnya merobek bagian dari kedua mata lawannya, lalu bahunya. Lawannya berteriak kesakitan. Tiba-tiba Itadaki, Amari dan beberapa orang lainnya datang menghampiri mereka. “Tunggu, tunggu sebentar”, seseorang berseru. Tetapi Kansuke tidak menghiraukannya. Teriak kesakitan lawannya terdengar kembali. Beberapa saat lawannya jatuh tersungkur dan kepala ahli pedang aliran Shintoryu itu terbelah dua. Amari tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Ia pergi perlahan- lahan dan kini dimata Amari, Kansuke tak beda dengan monster. Universitas Sumatera Utara Kansuke berjalan dengan samurai lainnya. Lalu Itagaki berkata, “Mulai bulan depan, kita akan terus menghadapi pertempuran. Karena kau akan memiliki 25 orang pasukan ifanteri.maka tunjukkanlah kesetiaanmu”. Tanpa menghiraukan apa kata Itagaki, “Penaklukan benteng, penaklukan benteng”, gumamnya berulang-ulang dalam hati. Setelah meninggalkan Itagaki, Kansuke berjalan sendiri menuju tempat kediamannya. Pada Februari tahun Tembun ke-13, Takeda Harunobu mendirikan perkemahan dengan dua puluh ribu pasukan di gunung Misa di daratan Shinamo. Ia berniat untuk menyerang penaklukan Suwa Yorishige yang bukan lain adalah kakak iparnya sendiri. Kansuke berbicara kepada Harunobu “ Menurut saya, karena Takeda dengan Suwa masih memiliki hubungan kekeluargaan, saya merasa kita tidak perlu mengadakan panyerangan. Karena membangun perkemahan ini sudah cukup menjadi ancaman bagi Suwa. Jika kita bisa melakukan perjanjian damai tanpa menumpahkan darah, ini mungkin cara yang lebih baik”. Yang lain terkejut dengan apa yang dipikirkan Kansuke,tetapi Harunobu sependapat dengan Kansuke. Karena ia juga berpikiran seperti apa yang dipikirkan Kansuke sebelumnya. Kansuke memberi ide kepada Harunobu untuk berdamai dengan Yorishige Suwa. Keesokan harinya, Kansuke kembali ke perkemahan gunung Misa dan menyampaikan jawaban Yorishige kepada Harunobu bahwa Yorishige juga menyetujuinya, dan Harunobu pun merasa puas. Pada akhir bulan Maret hingga pertengahan bulan Juni Yorishige bertemu dengan Harunobu di Kofu sebanyak tiga kali. Harunobu menyambutnya dengan meriah. Pertemuan yang Universitas Sumatera Utara ketiga di adakan pertunjukan Noh kembali digelar di benteng ini sebagai hiburan. Di tengah pertunjukan Ogiwara Yaemonnojo membunuh Yorishige. Semua orang melihat kejadian itu. Semuanya bergegas untuk mempersiapkan perlengkapan untuk menyerang Suwa karena mereka mengira bahwa situasinya sudah terlanjur. Tetapi Kansuke berkata “saya merasa ini terlalu cepat. Lebih baik kita menunggu sampai mereka yang menyerang kita duluan”. Dan Harunobu juga sependapat dengannya. 19 Januari tahun Tenbun ke-14, Harunobu mengirim pasukan untuk menaklukan Suwa. Nobushige memimpin seluruh pasukan sebagai panglima perang, Itagaki Nobukata memimpin garis depan, sementara Hyuga Masaharu bertanggung jawab di garis belakang. Dengan antusias mereka mempersiapkan pertempuran menghadap benteng Suwa. Setelah menghancurkan keluarga Suwa, Harunobu mulai menyerang wilayah-wilayah sekitarnya dengan menjadikan Suwa garis batasannya. Pada Maret tahun Tenbun ke-15, Harunobu melakukan penyaringan militer untuk menyerang Benteng Toishi di Provinsi Shinano dan menghadapi pasukan Murakami Yoshikio yang dikenal pemimpin dari keluarga yang sangat berkuasa di Shinano. Sudah menjadi tradisi Takeda untuk mengibarkan dua panji yang berukuran lebar sekitar empat meter saat memasuki pertempuran yaitu Suwa Hossho bewarna merah dan ada tulisan yang bewarna merah:”Suwa, keturunan dewa yang agung”, dan panji Sonshi Niryu juga memiliki tulisan emas tetapi bewarna biru gelap yang bertuliskan:” Menjadi secepat angin, sebijak hutan, menyerang sekuat api, dan menjadi setenang gunung” Fu-Rin-Ka-Zan. Universitas Sumatera Utara Dalam persiapan penyerangan ke benteng Toishi, harunobu membagi pasukan menjadi empat kelompok. Harunobu sendiri bersama 4.000 orang samurai menyerang ke benteng Toishi. Pasukan Amari, Tokota, dan Oyamada berada di posisi bertahan sejak awal yang jumlah mereka lebih sedikit dengan pasukan musuh yaitu pasukan dari seorang samurai Kojima Gorozaemon, dan mereka berhasil membunuhnya. Berita ini sangat memikat hati Harunobu dan ia mengganggap ini adalah pertanda baik. Tetapi beda halnya dengan Kansuke. Ia justru mengatakan kepada tuannya kalau membunuh Kojima Gorozaemon adalah sangat berbahaya. Sejam kemudian terdengar kabar bahwa Amari dan Yokota telah meninggal dunia. Pada saat yang bersamaan, pasukan keduanya pun jatuh dan terpecah. Harunobu mencoba untuk mempersatukan kembali namun sia-sia. Kekalahan yang sudah tak terelakkan lagi. Dengan memanfaatkan strategi Kansuke, pasukan Takeda beralih posisi bertahan menjadi menyerang. Selama pertempuran Takeda kehilangan 720 orang prajurit sedangkan musuh kehilangan 193 orang. Walaupun prajurit Takeda banyak yang gugur, namun Takeda berhasil mengalahkan musuh. Dengan itu Kansuke dihadiahkan 800 kan dan memimpin 75 orang prajurit infanteri. Festival Bunga Krisan pada 9 September, pasukan Takeda berkumpul di kediaman Kofu. Dalam festival ini hadir beberapa orang samurai. Mereka membicarakan tentang kemenangan melawan Mukarami di benteng Toshi. Dan meramal bahwa tidak akan ada pertempuran hingga musim semi berikutnya. Tetapi Kansuke berbeda, ia percaya bahwa akan ada pertempuran pada tahun ini. Belum ada satu bulan sejak Kansuke meramalkan akan ada perang, sudah tampak Universitas Sumatera Utara 23.000 pasukan di bawah pimpinan Uesugi Norimasa yang bergerak dari Puncak Fuefuki untuk menyerang. Malam itu sebagian pasukan Itagaki meninggalkan Suwa sebagai pasukan pendahulu dan Kansuke kembali ke Kofu secepatnya. Itagaki berangkat pada 4 Oktober dengan pasukan pribadi. Pada 5 Oktober, Harunobu juga meninggalkan Kofu dengan 4.500 orang pasukan cadangan. Tanggal 6, ia menerima kabar bahwa pasukan Itagaki sudah bertempur melawan pasukan Uesugi di puncak Fuefuki dan memperoleh kemenangan. Saat itu bulan Agustus tahunTenbun ke-17, Harunobu menghancurkan Benteng Shiga di wilayah Shinano dan tinggal di benteng Komuro bersama 10.000 prajurit. Ketika pertempuran berakhir, diadakan perhitungan kepala-kepala yang gugur dan dicatat. Dari musuh tercatat 2919 orang dan dari mereka 700 orang salah satunya adalah Itagaki. Pertempuran Uedahara menciptakan perbedaan yang begitu besar antara Takeda Harunobu dan Murakami Yoshikiyo. Baik wilayah Nishina dan Sarashina menjadi wilayah Harunobu, sehingga semua benteng di wilayah tersebut jatuh ke tangan Harunobu dan juga menguasai benteng Kotani dalam pertempuran Kamejiri. Pada tahun Koji ke-4, terjadi kembali pergantian era menjadi tahun Eiroku ke-1. Pada bulan April tahun ini, Uesugi Kenshin memasuki Shinano bersama 8000 prajirit dan membakar dataran Un-no-Daira, yang berada di bawah kendali Takeda. Sejak awal, perang ini begitu sulit buat pasukan Takeda. Ada perbedaan jumlah yang sangat besar antara kedu pihak. Kesalahan strategi mereka Universitas Sumatera Utara mengurangi kepercayaan diri para prajurit sekutu. Bagaimana pun pasukan Takeda harus menghadapi serangan kejutan mendadak pasukan Echigo yang jauh lebih besar dan lebih kuat. Tetapi mereka memiliki keyakinan teguh bahwa mereka harus menang. Mereka harus bertahan dengan posisi militer yang lebih lemah, sampai 12.000 prajurit pasukan sekutu bergabung dalam barisan. Sudah tidak ada lagi ruang untuk strategi. Perang kali ini murni menjadi pertunjukan kekuasaan dan kekuatan. Kenshin telah memperdaya Kansuke kali ini. Kansuke tidak pernah mengira bahwa akan mendapatkan prajuritnya melawan pasukan Kenshin dalam situasi sesulit ini. Sejak lama ia merencanakan strategi untuk menghadapi saat-saat seperti ini, namun yang terjadi di hadapannya sama sekali berbeda dari apa yang ia bayangkan. Sekarang pertempuran menjadi kekacauan yang sepenuhnya. Sudah tidak ada lagi barisan yang membedakan musuh dan sekutu. Ini merupakan pertempuran antara hidup dan mati. Pertempuran sudah berlangsung satu jam. Kansuke tidak pernah merasakan pertempuran sesulit san sekeras ini. Musuh bertekad menghancurkan kemah utama Shingen dalam satu serangan. Sesaat kemudian Kansuke memacu kudanya menuju berlawanan dari pertempuran itu. Musuh mengepung, Kansuke menyondong badan ke depan. Kansuke memegang pedang di satu sudut, mata pedang di sebelah pipinya. Sepanjang Kansuke menahan sakit di sekujur tubuhnya, ia tebaskan pedang kea rah musuh dan musuh juga melakukan hal yang sama terhadap Kansuke. Sebilah pedang menembus perut Kansuke dari samping. Rasa sakit kembali menusuk bahu, Kansuke terbaring beberapa meter. Dan Kansuke merasakan pedang dingin Universitas Sumatera Utara yang akan mengakhiri hidupnya bergerak menebas lehernya. Kepala sang ahli strategi Yamamoto Kansuke lapas dari tubuh kecilnya. Tidak lama dari kematiannya Shingen meneriakkan kemenangan, seperti yang sudah ia ramalkan. Universitas Sumatera Utara

BAB III ANALISA CERITA