Hubungan Hak Angket Dengan Dewan Perwakilan Rakyat

MPR maka Majelis itu dapat diundang untuk persidangan istimewa agar dapat meminta pertanggungjawaban Presiden. 69 Dalam rangka menjalankan peran DPR tersebut, DPR dilengkapi dengan beberapa fungsi utama yaitu: a. Fungsi legislasi adalah fungsi membentuk undang-undang. Selain itu, dalam tata tertib DPR disebutkan badan Legislasi memiliki tugas merencanakan dan menyusun program serta urutan prioritas pembahasan RUU untuk satu masa keanggotan DPR dan setiap tahun anggaran dengan menginventrisasi masukan dari anggota fraksi, Komisi, DPD, dan masyarakat untuk ditetapkan menjadi keputusan Baleg. 70 b. Fungsi anggaran adalah fungsi DPR bersama-sama dengan peemerintah menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan harus mendapatkan persetujuan DPR. 71 Kedudukan DPR dalam penetapan APBN sangat kuat karena DPR berhak menolak RAPBN yang diajukan Presiden. 72 c. Fungsi pengawasan adalah fungsi untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang yang dijalankan oleh pemerintah, khususnya pelaksanaan APBN serta pengelolaan keuangan negara dan pengawasan terhadap kebijakan pemerintah. 73

C. Hubungan Hak Angket Dengan Dewan Perwakilan Rakyat

Pada masa era reformasi, perubahan Undang-Undang Dasar 1945 oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat telah berpengaruh terhadap struktur ketatanegaraan, susunan DPR serta hubungan DPR dengan lembaga-lembaga negara lainnya. Struktur ketatanegaraan ini mengarah kepada terciptanya mekanisme check and balances antar 69 B.N. Marbun, DPR-RI Pertumbuhan dan Cara Kerjanya, h. 189. 70 FORMAPPI, Lembaga Perwakilan Rakyat di Indonesia, Jakarta: FORMAPPI, 2005, h. 95. 71 Republik Indonesia, Pasal 20A ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945. 72 FORMAPPI, Menghindari Jeratan Hukum bagi Anggota Dewan, Jakarta: FORMAPPI, 2009 h. 162. 73 Laporan DPR periode 1999-2004, h. 67. lembaga negara khususnya antar tiga cabang kekuasaan yaitu Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif. 74 UUD 1945 hasil amandemen semakin menegaskan bahwa sistem pemerintahan Indonesia adalah sistem Presidensiil dengan menetapkan ketentuan bahwa Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat, tidak lagi dipilih oleh MPR. Sesuai dengan kondisi tersebut, Presiden tidak bertanggung jawab secara politis kepada MPR. Namun, Presiden memiliki pertanggung jawaban hukum apabila terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela. Pada sisi Yudikatif, UUD 1945 dan perubahannya menetapkan tiga lembaga yang terkait dengan pelaksanaan kekuasaan Yudikatif, yaitu Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial. Dewan Perwakilan Rakyat memiliki kewenangan dalam pencalonan Hakim Agung, hakim Konstitusi, dan Anggota Komisi Yudisial. Pada sisi Kekuasaan Legislatif, terjadi penataan kelembagaan yang ditandai dengan reposisi dan penegasan Dewan Perwakilan Rakyat sebagai pemegang kekuasaan membentuk undang-undang serta terbentuknya lembaga baru yaitu Dewan Perwakilan Daerah. Selain itu, terdapat satu penegasan bahwa DPR adalah lembaga yang dipilih langsung oleh rakyat, tidak ada lagi anggota yang diangkat yaitu Utusan Golongan dan ABRI. 74 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, h. 282. Dari ketiga kekuasaan tersebut, ternyata dalam tataran implementasinya masih dijumpai berbagai macam persoalan dalam kaitannya dengan pola hubungan yang terbangun antar lembaga negara tersebut. Perubahan konstitusi yang diikuti dengan pembentukan dan perubahan berbagai peraturan perundang-undangan adalah untuk terbentuknya perimbangan fungsi dan tugas lembaga-lembaga negara khhususnya lembaga Eksekutif dan Legislatif, juga dimaksudkan untuk saling mengimbangi dan saling mengawasi yang bekerja sama sistemik, berdasarkan aturan-aturan yang ada. Dengan diamandemennya UUD 1945, telah terjadi pergeseran dari stigma executive heavy menjadi legislative heavy. 75 Peran DPR menjadi menonjol, karena konstitusi dan peraturan perundang-undang telah mengatur demikian, DPR dapat mengoptimalkan peran dan fungsinya, agar bisa lebih kuat dalam pengawasannya terhadap pemerintahan dan dapat membantu kinerja pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya sesuai dengan aturan. Pasal 25 UUD 1945 hasil amandemen menentukan bahwa DPR mempunyai fungsi legislasi, fungsi Anggaran, dan Fungsi Pengawasan, dan pada pasal 27 UUD 1945 hasil amandemen di tentukan bahwa DPR mempunyai Hak Interpelasi, Hak Angket, dan Hak Menyatakan Pendapat. Atas dasar hal tersebut diatas, Hak Angket dalam hubungannya dengan DPR merupakan hak yang melekat pada DPR selaku 75 Niā€™matul Huda, Politik Ketatanegaraan Indonesia, kajian terhadap dinamika perubahan UUD1945 , Yogyakarta : FH UII Press, 2003, h. 32 Badan Legislatif berdasarkan ketentuan konstitusi serta peraturan perundang- undangan yang berlaku. 76 Hak angket merupakan bentuk pengawasan intensif serta investigatif DPR terhadap kebijaksanaan pemerintah. Peran DPR melalui Hak Angket akan lebih konkret daripada hanya sekadar menggunakan hak meminta keterangan, karena dalam hak angket terkandung unsur dimana DPR juga ikut andil mengawal proses penyelesaian suatu kasus dan sekaligus langsung menjadi investigator dalam kasus tersebut. Dimana dengan terlibatnya DPR terhadap suatu kasus, maka diharapkan upaya penyelesaian kasus ini akan semakin menemui titik terang dan mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme.

D. Penggunaan Hak Angket di Beberapa Negara

Dokumen yang terkait

Kewenangan Pengujian Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

1 58 132

Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial Di Negara Republik Indonesia Setelah Amandemen Undang-Undang Dasar 1945.

7 119 93

PENGARUH AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN PENGARUH AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 TERHADAP PERUBAHAN KONFIGURASI KEKUASAAN KEHAKIMAN.

0 2 10

PENULISAN HUKUM / SKRIPSIPENGUATAN KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK PENGUATAN KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA DALAM PROSES LEGISLASI MENURUT UNDANG - UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945.

0 2 12

PENDAHULUAN PENGUATAN KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA DALAM PROSES LEGISLASI MENURUT UNDANG - UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945.

0 4 20

PENUTUP PENGUATAN KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA DALAM PROSES LEGISLASI MENURUT UNDANG - UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945.

0 2 8

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Perspektif Teori Positivisme Hans Kelsen.

0 1 16

PERANAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DALAM MENJALANKAN KEKUASAANNYA MEMBENTUK UNDANG-UNDANG BERSAMA PRESIDEN PASCA PERUBAHAN uNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945.

0 0 9

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

0 0 19

PENERAPAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN RAKYAT PASCAAMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

0 2 10