Kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat Pasca Amandemen UUD 1945

BAB IV PENGGUNAAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN RAKYAT PASCA AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

A. Kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat Pasca Amandemen UUD 1945

Sejak dilakukan amandemen UUD1945 terjadi pergeseran kekuasaan legislatif dari tangan presiden. Sebelumnya presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan legislatif, sekarang justru sebaliknya, kekuasaan membentuk undang-undang berada pada legislatif, sedangkan presiden hanya berhak mengajukan RUU kepada DPR. 94 Amandemen UUD1945 benar-benar membawa perubahan yang sangat signifikan bagi presiden dan DPR. Bahkan banyak kalangan yang menilai telah terjadi pergeseran kekuasaan dari dominasi eksekutif executive heave ke dominasi legislatif legislatif heave. 95 Namun, pada dasarnya kekuasaan DPR pada orde baru tergolong sangat kuat kewenangannya, dengan adanya kekuatan DPR tersebut dapat timbul sebuah sistem check and balances, dalam hal ini fungsi pengawasannya yang dapat diaktifkan baik dalam mengawasi lembaga eksekutif maupun lembaga legislatif. Namun, pemasalahannya adalah terlalu berkuasanya atau terlalu dominannya Golkar di lembaga legislatif dan juga presiden berasal dari Golkar. Hal inilah yang menjadi 94 Muhadam. Labolo, Memahami Ilmu Pemerintahan Suatu Kajian Teori, Konsep, dan Pengembangannya, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007, h. 114. 95 Ni’matul Huda, Politik Ketatanegaraan Indonesia, kajian terhadap dinamika perubahan UUD1945 , h. 32. kendala karena tidak kritis dan tidak adanya kritik yang disebabkan berasal satu golongan yang menyebabkan pengawasan DPR terhadap Presiden tidak berfungsi dengan baik. Peredaman kekuasaan presiden diawali dengan amandemen terhadap pasal 7 UUD 1945 perubahan kesatu, dan pergeseran fungsi legislasi kepada DPR dalam menyempurnakan aturan dasar konstitusi tentang supremasi hukum, hak asasi manusia, otonomi daerah, dan sebagainya. Sebagaimana pendapat Y.Hartono, sebagai berikut: “Peredaman atas kekuasaan Eksekutif dapat dipahami, sebagaimana aksioma yang dikemukakan oleh Lord Acton bahwa power attend to corrupt, and absolute power corrupts absolutely. Great men are almost always bad men . Dilain pihak, meskipun Presiden tidak lagi mempunyai kekuasaan legislasi, sebab kekuasaan tersebut sekarang berada ditangan DPR yang menyatakan DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang, namun presiden masih mempunyai hak mengajukan rancangan undang-undang. 96 Namun dalam perubahan dari executive heave menjadi legislative heave banyak juga yang menyangsikan akan terjadi perubahan menjadi lebih baik, namun kenyataannya lebih terasa tidak jauh berbeda dengan zaman orde baru yang didominasi oleh eksekutif disegala aspek kekuasaan. Legislatif dengan dominasinya mulai banyak terjadi penyelewengan kekuasaan dengan banyaknya para anggota DPR yang ditangkap oleh KPK. Maka dari itu sekarang rakyat meminta DPR membuka semua kegiatannnya secara transparan yang dapat dipantau langsung oleh rakyat. 96 Y. Hartono, Dari Supremasi Eksekutif ke Supremasi Legislatif, Cet. 1, Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Katolik Atmajaya, 2003, h. 36. Adanya amandemen terhadap UUD 1945, sangat mempengaruhi posisi dan kewenangan DPR sebagai lembaga legislatif. Perubahan radikal terhadap ketentuan Pasal 5 ayat 1 dan Pasal 20 ayat 1 UUD 1945 dengan mengurangi secara signifikan kekuasaan Presiden dalam membuat undang-undang menjadi proses politik di DPR sebagai kekuatan paling dominan dalam menerjemahkan rumusan-rumusan normatif yang terdapat dalam UUD. Kini supremasi DPR dalam proses legislasi menjadi sangat dominan karena Presiden tidak mempunyai pilihan lain, kecuali mengesahkan rancangan undang-undang. Beberapa perubahan menempatkan DPR sebagai lembaga penentu kata-putus dalam bentuk memberi persetujuan kenegaraan adalah 1 Presiden dalam membuat perjanjian internasional yang menimbulkan akibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat, 2 peraturan pemerintah pengganti undang-undang, 3 pengangkatan Hakim Agung, 4 pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi Yudisial. Di samping itu, masih ada agenda lain yang memerlukan pertimbangan DPR, antara lain adalah 1 pengangkatan Duta dan Konsul, 2 menerima penempatan duta negara lain, 3 pemberian amnesti dan abolisi. 97 Kekuasaan ke tangan DPR bertambah banyak dengan adanya kewenangan untuk mengisi beberapa jabatan strategis kenegaraan, misalnya menentukan tiga dari sembilan orang hakim Mahkamah Konstitusi, dan memilih anggota Badan Pemeriksa 97 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca reformasi. Cet.II, Jakarta: Sinar Grafika, 2012, h. 118. Keuangan BPK. Di samping itu, DPR juga menjadi lembaga yang paling menentukan dalam proses pengisian lembaga non-state lainnya auxiliary bodies seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi Pemilihan Umum. Catatan ini akan bertambah dengan adanya keharusan untuk meminta pertimbangan DPR dalam pengisian jabatan Panglima TNI, Kepala Kepolisian Negara RI Kapolri. 98

B. Kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat dalam Penggunaan Hak Angket

Dokumen yang terkait

Kewenangan Pengujian Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

1 58 132

Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial Di Negara Republik Indonesia Setelah Amandemen Undang-Undang Dasar 1945.

7 119 93

PENGARUH AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN PENGARUH AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 TERHADAP PERUBAHAN KONFIGURASI KEKUASAAN KEHAKIMAN.

0 2 10

PENULISAN HUKUM / SKRIPSIPENGUATAN KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK PENGUATAN KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA DALAM PROSES LEGISLASI MENURUT UNDANG - UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945.

0 2 12

PENDAHULUAN PENGUATAN KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA DALAM PROSES LEGISLASI MENURUT UNDANG - UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945.

0 4 20

PENUTUP PENGUATAN KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA DALAM PROSES LEGISLASI MENURUT UNDANG - UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945.

0 2 8

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Perspektif Teori Positivisme Hans Kelsen.

0 1 16

PERANAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DALAM MENJALANKAN KEKUASAANNYA MEMBENTUK UNDANG-UNDANG BERSAMA PRESIDEN PASCA PERUBAHAN uNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945.

0 0 9

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

0 0 19

PENERAPAN HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN RAKYAT PASCAAMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

0 2 10