Bank KOMITE AUDIT TINJAUAN PUSTAKA

5. IPO Initial Public Offering Perusahaan yang akan melakukan IPObelum memiliki nilai pasar yang telah terbangun. Dan memungkinkan manajer dari perusahaan going publicakan melakukan manajemen laba untuk menaikkan harga saham mereka. 6. Informasi kepada investor Manajemen tipikalnya akan memberikan informasi yang terbaik tentang prospek laba masa depan kepada investor. Dengan memberikan memberikan estimasi yang baik pada kekuatan laba maka dapat meningkatkan nilai pasar saham.

2.3 Bank

Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998, bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannnya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalaam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dana atau uang yang dihimpun dalam bentuk simpanan disalurkan dalam bentuk kredit dan dalam usahanya bank juga memberikan jasa keuangan lainnya. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance 2004 mendefinisikan bank sebagai lembaga intermediasi yang dalam menjalankan kegiatan usahanya bergantung pada dana masyarakat dan kepercayaan baik dari dalam maupun luar negeri. 1.Fungsi Bank Fungsi bank secara umum adalah sebagai berikut: a. Sebagai badan pelantara dalam perkreditan berfungsi sebagai penerima kredit atau berupa uang dana yang dipercay akan masyarakat sepertitabungan, giro, dan deposito. b. Sebagai badan yang memiliki kemampuan mengedarkan uang, baik uang giral maupun uang kartal. c. Sebagai Intermediary Finance yaitu pelantara dari pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Sedangkan Totok Budisantoso dalam bukunya yang berjudul “Bank dan Lembaga Keungan Lainnya” menerangkan bahwa fungsi bank adalah a. Agent of Trust Dasar utama kegiatan bank adalah kepercayaan baik dalam penghimpunan dana maupun penyaluran dana. b. Agent of Development Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor rill tidak bisa dipisahkan. c. Agent of Service Bank mempunyai fungsi dalam penawaran jasa perbankan lainnya, salah satunya adalah bank garansi.

2.4 Komposisi Dewan Komisaris

Menurut UU No 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umun dan atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Komposisi dewan komisaris adalah anggota komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan Di Indonesia, anggota dewan komisaris dipilih dan diangkat oleh RUPS. Suatu perusahaan yang sahamnnya didominasi oleh suatu kelompok – keluarga – dengan pemilikan 60 jumlah saham, secara mutlak menentukan sebagian besar anggota dewan komisaris yang berarti juga menentukan direksi. Sering terjadi yang mengangkat adalah RUPS seperti lazimnya perusahaan yang sudah terdaftar di bursa efek. Peran dewan komisaris lebih jelas dan lebih berarti, apabila yang menjalankan perusahaan adalah manajer professional yang bukan pemegang saham.pandangan ini adalah sesuai dengan agency theory yang dijelaskan sebelumnya, bahwa manajemen dalam melaksanakan fungsinya tidak memperhatikan kepentingan para pemegang saham untuk meningkatkan pembelian return return sebagai hasil dari modalnya. Menurut teori ini manajer lebih memperhatikan kepentingannya, yaitu bagaimana memperoleh imbalan secara ekonomis yang lebih besar termasuk gaji, bonus, dan insentif lain. Oleh sebab itu harus ada suatu perangkat yang dapat melindungi kepentingan pemegang saham dengan cara melakukan pengawasan terhadap pihak yang menjalankan perusahaan. Dewankomisarisbertanggungjawabuntukmengawasitugas-tugas manajemen.Dengandemikian,dewandireksijugaharusmemberikaninformasi kepadadewankomisarisdan menjawabhal-halyangdiajukanolehdewan komisaris.Dalamhalinidewankomisaristidakbolehmelibatkandiridalam tugas- tugasmanajemendantidakbolehmewakiliperusahaandalam transaksi- transaksidenganpihakketiga. Dewan komisaris memegang peranan yang penting dalam perusahaan, terutamadalampelaksanaanGood Corporate Governance.MenurutEgonZehnderInternationaldalamForum for Corporate Governance in Indonesia2007danSyakhroza2002,dewankomisarismerupakanintidari corporategovernance yangditugaskanuntukmenjaminpelaksanaanstrategi perusahaan,mengawasimanajemendalammengelolaperusahaan,serta mewajibkanterlaksananyaakuntabilitas. Padaintinya,dewankomisarismerupakansuatumekanisme mengawasidanmekanisme,untukmemberikanpetunjukdanarahanpada pengelolaperusahaan.Dengandemikian, dewankomisarismerupakanpusat ketahanandankesuksesanperusahaan.EgonZehnder, InternationaldalamForum for Corporate Governance in Indonesia,2007

2.4.1 Tugas Dewan Komisaris

Tugas-tugas utama dewan komisaris menurutOECD 2004 meliputi: a. Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar rencana kerja, kebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha; menetapkansasaran kerja; mengawasi pelaksanaan dan kinerja perusahaan; serta memonitorpenggunaan modal perusahaan, investasi dan penjualanaset; b. Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu proses pencalonan anggota dewan direksi yang transparan dan adil; c. Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat manajemen, anggota dewan direksi dang anggota dewan komisaris termasuk penyalahgunaan asset perusahaan dan manipulasi transaksi perusahaan; d.Memonitorpelaksanaangovernance,danmengadakanperubahanjika perlu; e.Memantauprosesketerbukaandanefektifitaskomunikasidalam perusahaan

2.4.2 Fungsi Dewan Komisaris

Fungsidewankomisaristermasukanggotakomisaris Independenmenurut Forum for Corporate Governance in Indonesia2007mencakupduaperan sebagaiberikut: a.MengawasiDireksiperusahaandalammencapaikinerjadalambusiness plandanmemberikannasehatkepadadireksimengenaipenyimpangan pengelolaanusahayangtidaksesuaidenganarahyanginginditujuoleh perusahaan b.MemantaupenerapandanefektivitasdaripraktikGood Corporate Governance. Agarfungsidantugasdewankomisarisinidapatberjalandengan baik,makaperludipastikanbahwasetiapkebijakandankeputusandewan komisarisyangdikeluarkantidakmemihakkepentingandewandireksi sebagaiagenataubiasdengankepentinganpemilik.Dalamhalini komisarisindependendapatberperandalamuntukmewakilikepentingan pemegangsahamminoritas. Dalamkaitannyadenganupayamenjalankangoodcorporate governancediperusahaan,seluruhanggotakomisarisataukomisaris independenperlumengertidanmenjalankantugasnyadenganmengacu padaprinsip- prinsipgoodcorporategovernance.

2.5 KOMITE AUDIT

Menurut Kep. 29PM2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan, selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian. Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance mengenai Komite Audit adalah:“Suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota Dewan Komisaris dan dapat meminta kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman, dan kualitas lain yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Komite Audit.” Komite audit adalah sebuah komite kecil dari dewan direksi yang independen dan di luar direktur. Komite audit mempunyai tanggung jawab yang luas terhadap laporan eksternperusahaan, memonitor risiko, dan mengontrol proses serta menjalankan fungsi auditinternal dan eksternal. Komite audit tidak terlibat dalam penyusunan laporan keuangansecara langsung. Komite audit bertindak sebagai pemeriksa manajemen yang independendan sebagai pengacara bagi pengguna luar laporan keuangan dalam menjamin bahwalaporan keuangan disajikan secara akurat yang menggambarkan kegiatan ekonomiperusahaan Schwieger dan Rottenberg,2003:223. Keberadaan komite audit di Indonesia didukung oleh perangkat hukum, di antaranyaadalah Surat Edaran Bapepam SE-03PM2000 yang menghimbau agar emiten danperusahaan publik mempunyai komite audit, keputusan Ketua BAPEPAMNo.: Kep-29PM2004 pada tanggal 24 September 2004 serta Keputusan Direksi BEJNo. 339 tahun 2001 mengenai peraturan pencatatan efek di Bursa Efek Jakarta. Selain perangkat hukum, keberadaan komite audit di Indonesia juga didukung dengan didirikannya suatu badan khusus yang menangani permasalahan komite audit di Indonesia,yakni Ikatan Komite Audit Indonesia The Indonesian Institute of Audit Committee.Badan khusus ini merupakan badan yang akan memayungi serta melakukan pendidikanDan pengakuan terhadap kualifikasi anggota komite audi dalam rangka mempercepattransformasi perusahaan menuju good corporate governance Ikatan Komite AuditIndonesia, 2004. 2.5.1Sifat dan Pembentukkan Komite Audit Komite Audit dibentuk oleh Dewan KomisarisDewan Pengawas, yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu Komisaris dalam melaksanakan tugasnya.Komite Audit bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun dalam pelaporan, dan bertanggungjawab langsung kepada Komisaris. Lebih jelas Undang-Undang Republik Indonesia No.19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara BUMN, dan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-41PM2003 menyatakan: 1. BUMN maupun emiten atau perusahaan publik wajib membentuk komite audit yang bekerja sama secara kolektif dan berfungsi membantu dewan komisaris dan dewan pengawas. 2. Komite audit dipimpin oleh seorang ketua yang bertanggungjawab kepada komisaris dan dewan pengawas. 3. Komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen dan sekurang-kurangnya dua orang lainnya berasal dari luar perusahaan. Komite Audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen, independensi Komatite Audit tidak dapat dipisahkan moralitas yang melandasi integeritasnya.Hal ini perlu disadari karena Komite Audit merupakan pihak yang menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjembatani antara fungsi pengawasan Dewan Komisaris dengan Internal Auditor. 2.5.2Tujuan dan Manfaat Pembentukan Komite Audit Tujuan Komite Audit sebenarnya sudah ada dalam definisi Komite Audit itu sendiri.Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI mengemukakan bahwa Komite Audit mempunyai tujuan membantu Dewan Komisaris untuk memenuhi tanggungjawab dalam memberikan pengawasan secara menyeluruh. Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: Kep- 117M-MBU2002 menjelaskan bahwa tujuan Komite Audit adalah membantu Dewan Komisaris atau dewan Pengawas dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan internal. Sedangkan manfaat Komite Audit dikemukakan oleh Hiro Tugiman 1995, 11, adalah: a. Dewan Komisaris dan Direksi akan banyak terbantu dalam pengelolaan perusahaan. b. Bagi eksternal auditor adalah keberadaan Komite Audit sangat diperlukan sebagai forum atau media komunikasi dengan perusahaan, sehingga diharapkan semua aktivitas dan kegiatan eksternal auditor dalam hal ini akan mengadakan pemeriksaan, disamping secara langsung kepada objek pemeriksaan juga dibantu dengan mengadakan konsultasi dengan Komite Audit. Dari penjelasan tersebut, maka dapat diketahui adanya suatu indikasi bahwa Komite Audit dibentuk karena belum memadainya peran pengawasan dan akuntabilitas Dewan Komisaris perusahaan. Pemilihan anggota Dewan Komisaris yang berdasarkan kedudukan dan kekerabatan menyebabkan mekanisme check and balance terhadap direksi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Fungsi audit internal belum berjalan optimal mengingat secara struktural, auditor tersebut berada pada posisi yang sulit untuk bersikap independen dan objektif. Oleh karena itu, muncul tuntutan adanya auditor independen, maka Komite audit timbul untuk memenuhi tuntutan tersebut. 2.5.3Wewenang, Tugas dan Tanggungjawab Komite Audit Menurut Hasnati 2003 yang dikutip oleh Indra Surya dan Ivan Yustiavandana 2006, 149, Komite audit memiliki wewenang, yaitu: 1. Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya; 2. Mencari Informasi yang relevan dari setiap karyawan; 3. Mengusahakan saran hukum dan profesional lainnya yang independen apabila dipandang perlu. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI dan YPPMI Institute, yang dikutip oleh Indra Surya dan Ivan Yustiavandana 2006, 148 Komite Audit pada umumnya mempunyai tanggungjawab pada tiga bidang, yaitu: 1. Laporan Keuangan Financial Reporting Komite Audit bertanggungjawab untuk memastikan bahwa laporan yang dibuat manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan jangka panjang. 2. Tata Kelola Perusahaan Corporate Governance. Komite Audit bertanggungjawab untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku dan etika, melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan. 3. Pengawasan Perusahaan Corporate Control Komite Audit bertanggungjawab untuk pengawasan perusahaan termasuk didalamnya hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal. 2.5.4Keanggotaan Komite Audit Komite Audit biasanya terdiri dari dua hingga tiga orang anggota.Dipimpin oleh seorang Komisaris Independen. Seperti komite pada umumnya, Komite audit yang beranggotakan sedikit cenderung dapat bertindak lebih efisien. Akan tetapi, Komite Audit beranggota terlalu sedikit juga menyimpan kelemahan yakni minimnya ragam pengalaman anggota.Sedapat mungkin anggota Komite Audit memiliki pemahaman memadai tentang pembuatan laporan keuangan dan prinsip-prinsip pengawasan internal. Agar mampu bekerja efektif, Komite Audit dibantu staff perusahaan dan auditor eksternal. Komite juga harus memiliki akses langsung kepada stand dan penasehat perusahaan seperti keuangan dan penasehat hukum. Keberadaan Komite Audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor: SE03 PM2002 bagi perusahaan publik dan keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep- 103MBU2002 Bagi BUMN Komite Audit sedikitnya terdiri dari tiga orang, diketuai oleh seorang Komisaris Independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan. Menurut Sarbanes-Oxley act jumlah anggota Komite Audit perusahaan yang dikutip Siswanto Sutojo dan E. John Aldridge 2005, 132 mengharuskan bahwa: “ Komite Audit harus beranggotakan lima orang, diangkat untuk masa jabatan lima tahun. Mereka harus memiliki pengetahuan dasar tentang manajemen keuangan. Dua diantara lima orang anggota tersebut pernah menjadi akuntan publik. Tiga orang anggota yang lain bukan akuntan publik. Ketua Komite Audit dipegang oleh salah seorang anggota Komite Akuntan Publik, dengan syarat selama lima tahun terakhir mereka tidak berprofesi sebagai akuntan publik. Ketua dan anggota Komite Audit tidak diperkenankan menerima penghasilan dari perusahaan akuntan publik kecuali uang pensiun.” 2.6Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Marihot Nasution 2012 Peran Komite Audit Dalam Manajemen Laba Perusahaan Perbankan Variabel Indepeneden : Komite Audit Variabel Dependen : Manajemen Laba Karakter komite audit dan aktivitas komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba di perusahaan perbankan Indonesia. Tutut Dwi Andayani 2009 Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Independen Terhadap Manajemen Laba Variabel Independen : Karakteristik Dewan Komisaris Independen Variabel Dependen : Manajemen Laba 1.Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negative terhadap manajemen laba. 2. Komisaris Independen yang merangkap jabatan diperusahaan lain berpengaruh positif terhadap manajemen laba. 3.Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan praktik manajemenlaba sebelum peraturan diberlakukan dan setelah peraturan diberlakukan I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri 2012 Pengaruh Kebijakan Dividen dan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Variabel Independen : Kebijakan Dividen, kepemilikan institusional, dan komisaris independen. Variabel Dependen Manajemen Laba variabel dewan komisaris independen sebagai proksi GCG berpengaruh positif signifikan pada manajemen laba yang terjadi di perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Metta Kusumaningt yas 2011 Pengaruh Independensi Komite Audit dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Variabel Independen : Independensi Komite Audit dan Kepemilikan Institusional Variabel Dependen : Manajemen Laba Independensi komite audit dapat mengurangi tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Sebaliknya, kepemilikan Institusional tidak dapat mengurangi tindakan manajemen laba yang dilakukan manajer perusahaan. Rini Budi Utami, dan Rahmawati Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Aktivitas Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Variabel Independen : Komposisi Dewan Komisaris dan Komite Audit Variabel Dependen : Manajemen Laba 1. Komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur 2. Keberadaan komite audit dalam perusahaan manufaktur ternyata tidak mampu mengurangi manajemen laba pada hasil pengujian secara parsial keberadaan komite audit terhadap akrual kelolaan yang menunjukkan tidakada pengaruh yang signifikan. Penelitian mengenai pengaruh dewan komisaris terhadap manajemen laba telah banyak dilakukan, salah satunya oleh Tutut Dwi Andayani pada 2009. Tutut2009 meneliti tentang Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Independen Terhadap Manajemen Laba. Tutut berhasil mencapai kesimpulan Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar proporsi komisarisindependen akan semakin mengurangi manajemen laba. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri 2012 menunjukkan hasil yang berbeda dengan penelitian Tutut Dwi Andayani 2009. Hasil penelitian I Gusti menyimpulkan bahwa variabel dewan komisaris independen sebagai proksi Good Corporate Governance berpengaruh positif signifikan pada manajemen laba yang terjadi di perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia.Keanggotaan dewan komisaris yang terdiri atas komisaris independen perusahaan ternyata tidak mampu mengurangi menekan terjadinya manajemen laba, justru memicu manajemen laba. Penelitian mengenai pengaruh komite audit terhadap manajemen laba telah banyak dilakukan, salah satunya oleh Marihot Nasution pada tahun 2012. Marihot meneliti tentang peran komite audit terhadap manajemen pada perusahaan perbankan. Marihot berhasil mencapai kesimpulan karakter komite audit dan aktivitas komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba di perusahaan perbankan Indonesia. Hal ini berarti kehadiran komite audit belum dapat mengurangi tindakan manajemen laba yang terjadi meskipun keharusan akan adanya komite audit telah muncul beberapa tahun yang lalu. Namun untuk meneliti lebih menyeluruh sebaiknya dilakukan penelitian dengan periode yang lebih lama agar gejala manajemen laba lebih terlihat dan peran komite audit dapat lebihdirasakan. Penelitian mengenai pengaruh komite audit juga pernah dilakukan oleh Metta Kusumaningtyas pada 2011. Namun hasil kesimpulan penelitiannya berbeda dengan Marihot, dimana Independensi komite audit dapat mengurangi tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Penelitian mengenai pengaruh komposisi dewan komisaris dan keberadaan komite audit terhadap manajemen laba telah dilakukan oleh Rini Budi Utami dan Rahmawati pada tahun 2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur dan hasil pengujian secara parsial keberadaan komite audit terhadap akrual kelolaan yang menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian dengan hasil yang tidak konsisten tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh komposisi dewan komisaris dan komite audit terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh komposisi dewan komisaris dan komite audit terhadap manajemen laba. 2.7Kerangka Konseptual Dewan komisaris memegang peranan yang penting dalam perusahaan, terutamadalampelaksanaanGood Corporate Governance.MenurutEgonZehnderdalam InternationalForum for Corporate Governance in Indonesia2007danSyakhroza2002,dewankomisarismerupakanintidari corporategovernance yangditugaskanuntukmenjaminpelaksanaanstrategi perusahaan,mengawasimanajemendalammengelolaperusahaan,serta mewajibkanterlaksananyaakuntabilitas. Beberapa penelitian yang dilakukan mengenai dampak dari indenpendesi terhadap manajemen laba terkait dengan kinerja perusahaan masih beragam, Parulian 2004 menemukan bahwa adanya komisaris independen di perusahaan- perusahan yang listing di BEJ tidak terbukti secara signifikan mempengaruhi pengelolaan laba perusahaan. Tetapi, Dechow dkk 1996 dalam penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan manipulasi laba lebih besar kemungkinannya memiliki dewan komisaris yang didominasi oleh manajemen dan lebih besar kemungkinannya memiliki direksi utama yang merangkap menjadi komisaris utama. Chtourou dkk 2001 menemukan bahwa dewan komisaris yang independen akan membatasi aktivitas pengelolaan laba. Terkait dengan manajemen laba, dewan komisaris independen tidak berkaitan langsung dengan perusahaan yang mereka tangani, karena mereka bertugas untuk memonitoring direksi perusahaan tanpa ada tekanan dari pihak manapun, sehingga pekerjaan yang dilakukannya murni tanpa ada campur tangan dengan pihak manapun. Menurut Kep. 29PM2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan, selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian. Klein 2002a menemukan bahwa besaran akrual diskresioner lebih tinggi untuk perusahaan yang mempunyai komite audit yang terdiri dari sedikit komisaris independen dibandingkan perusahaan yang mempunyai komite audit yang terdiri dari banyak komisaris independen. Wedari 2004 menemukan bahwa akrual diskresioner pada perusahaan yang tidak mempunyai komite audit signifikan lebih tinggi dibandingkan pada perusahaan yang tidak mempunyai komite audit. Sedangkan Parulian 2004 menyimpulkan bahwa komite audit memiliki hubungan negatif signifikan dengan akrual diskresioner yang negatif, tetapi tidak berhubungan signifikan dengan akrual diskresioneryang positif. Penelitian lain mengenai komite audit ada yang mengindikasikan kurang efektifnya keberadaan komite audit sebagai salah satu praktek corporate governace di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ. Mayangsari 2003 meneliti pengaruh keberadaan komite audit terhadap integritas laporan keuangan yang diukur dengan indeks konservatisme. Hasilnya keberadaan komite audit berhubungan negatif dengan integritas laporan keuangan. Sedangkan Nuryanah 2004 menemukan bahwa komite audit tidak mempengaruhi nilai perusahaan secara signifikan. Keberadaan komite audit di perusahaan diharapkan agar pengawasan terhadap perusahaan dapat meningkat sehingga tercipta praktik perusahaan yang transparan guna menimalisir terjadinya manajemen laba pada perusahaan. Fenomena praktik manajemen laba adalah suatu hal yang penting diketahui oleh para pengguna laporan keuangan, terutama analis keuangan, investor, dan kreditor.Para pengambil keputusan yang menggunakan data laporan keuangan seharusnya memang lebih berhati-hati dan bersikap kritis dalam menilai sebuah laporan keuangan.Pasalnya, bisa saja laporan keuangan yang sedang dinilai mengandung angka-angka yang nilainya dimanipulasi atau disajikan jauh dari substansi ekonominya. Perilaku manajemen laba sebagai salah satu bentuk tindakan creative accounting dari manajer tentu tidak muncul dengan sendirinya, melainkan ada motivasi ekstrinsik dibalik prilaku tersebut.Dalam hal ini, komposisi dewan komisaris dan komite audit memiliki pengaruh yang cukup penting dalam terjadinya manajemen laba pada laporan keuangan sebuah perusahaan. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang kerangka konseptual penelitian. Kerangka konseptual penelitian ini menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah komposisi dewan komisaris dan komite audit, sedangkan variabel dependennya adalah manajemen laba. Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan pada gambar sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hipotesis Berdasarkan uraian dari kerangka konseptual mengenai pengaruh komposisi dewan komisaris dan komite audit terhadap manajemen laba, maka perumusan hipotesis dalam penelitian sebagai berikut: H1 : Komposisi komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. H2 : Komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. H3 : Secara simultan komposisi dewan komisaris dan komite audit berpengaruhnegatif terhadap manajemen laba. KOMPOSISI DEWAN KOMISARIS X1 KOMITE AUDIT X2 MANAJEMEN LABA y H1 H2 H3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini berupa studi empiris, yaitu suatu jenis penelitian dengan mempelajari buku-buku, jurnal dan catatan yang berkaitan dengan masalah yang sedang ditliti. Hasil dari studi ini ini diharaapkan akan diperoleh informasi dan data-data yang relevan serta akurat yang berkaitan dengan penelitian ini, serta memberi penjelasan mengenai pengaruh komposisi dewan komisaris dan komite audit terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI.

3.2 Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI.

3.3 Populasi dan Sampel

Dari populasi tersebut, ditentukan sampel berdasar purposive sampling dengan tujuan agar diperoleh sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan Adapun kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut: a. Perusahaan perbankan yang menerbitkan laporan keuangan tahun. b.perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan yang memiliki laba positif. c. Perusahaan yang menerbitkan laporan keunagan terutama dilihat dari laporan labarugi dan neraca. 3.4 Data dan Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data

Dokumen yang terkait

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 154 83

Pengaruh Dewan Komisaris, Komite Audit dan Jumlah Kompensasi Dewan Komisaris Serta Dewan Direksi Terhadap Manajemen Pajak Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 25 117

Pengaruh Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

0 0 24

Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris, Karakteristik Komite Audit, dan Manajemen Laba Terhadap Fee Audit pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014.

0 1 52

Pengaruh Dewan Komisaris, Komite Audit dan Jumlah Kompensasi Dewan Komisaris Serta Dewan Direksi Terhadap Manajemen Pajak Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Dewan Komisaris, Komite Audit dan Jumlah Kompensasi Dewan Komisaris Serta Dewan Direksi Terhadap Manajemen Pajak Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Dewan Komisaris, Komite Audit dan Jumlah Kompensasi Dewan Komisaris Serta Dewan Direksi Terhadap Manajemen Pajak Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Pengaruh Dewan Komisaris, Komite Audit dan Jumlah Kompensasi Dewan Komisaris Serta Dewan Direksi Terhadap Manajemen Pajak Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 31

Pengaruh Dewan Komisaris, Komite Audit dan Jumlah Kompensasi Dewan Komisaris Serta Dewan Direksi Terhadap Manajemen Pajak Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Corporate Governance - Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 25