1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini.
1.4 Pertanyaan Penelitian
1.4.1 Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang Inisiasi Menyusui Dini? 1.4.2 Bagaimana sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusui Dini?
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak yaitu:
1.5.1 Pendidikan Keperawatan
Sebagai informasi dalam pendidikan keperawatan maternitas, sehingga dapat menjadikan pedoman untuk lebih memasyarakatkan Program Pemerintah
tentang Inisiasi Menyusu Dini.
1.5.2 Praktek Keperawatan
Sebagai fakta teruji bagi praktik keperawatan di tatanan pelayanan kesehatan baik di RS maupun di Klinik Bersalin tentang Inisiasi Menyusu Dini.
1.5.3 Penelitian Keperawatan
Dapat digunakan sebagai data tambahan pada pengembangan penelitian selanjutnya terkait dengan Inisiasi Menyusu Dini.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.Notoatmodjo, 1997.
Menurut Taufik 2007, pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya mata, hidung,
telinga, dan lain sebagainya.
2.1.2 Tingkatan pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 1993, Pengetahuan mempunyai tingkatan yatu : a.
Tahu Know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya . Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara
lain menyebutkan, mendefenisikan menyatakan dan sebagainya. Contoh dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
Universitas Sumatera Utara
b. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui. Dan dapat mengintrepretasikan materi
tersebut secara benar . Orang tekah paham terhadap objek materi harus daoat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya. Contoh dapa menjelaskan mengapa kita harus makan makanan yang bergizi.
c. Aplikasi application
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajri pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau kegunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontak atau situasi yang lain. Contohnya dapat
menggunakan prinsip-prinsip, siklus pemecahan masalah, dari kasus yang diberi.
d. Analisis Analysis
Analisis Adalah suatu harapan untuk menjabarkan suatu materi atau objek dalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut
dan masih ada kaitannya dengan yang lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
e. Sintesis
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah kemampuan-kemampuan untuk menyusun, merencanakan, meningkatkan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan
yang telah ada
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu: a.
Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. b.
Mass media informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek immediate impact sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan
tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
c. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
Universitas Sumatera Utara
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. e.
Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu. f.
Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
2.1.4 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran Pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau
Universitas Sumatera Utara
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan Notoadmodjo, 2003.
2.2 Sikap 2.2.1 Pengertian Sikap
Carl Jung, seorang ahli yang membahas tentang sikap. Ia mendefinisikan tentang sikap sebagai kesiapan dari psike untuk bertindak atau bereaksi dengan
cara tertentu. Sikap sering muncul dalam bentuk pasangan, satu disadari sedang yang lainnya tidak disadari Suwondo, 2009.
Rahayuningsih 2008 dalam tulisannya berjudul Psikologi Umum mendefenisikan sikap sebagai suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan
mendukung atau memihak favourable maupun perasaan tidak mendukung Unfavourable pada suatu objek.
2.2.2 Pengelompokan Sikap
Sementara menurut Azwar 1995 sikap dapat dikategorikan ke dalam tiga orientasi pemikiran, yaitu:
a. Berorientasi pada respon
Orientasi ini diwakili oleh para ahli seperti Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood. Dalam pandangan mereka, sikap adalah suatu bentuk
atau reaksi perasaan. Secara lebih operasional sikap terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak favorable maupun perasaan tidak
mendukung atau tidak memihak unfavorable terhadap objek tersebut Berkowitz dalam Azwar 1995.
Universitas Sumatera Utara
b. Berorientasi pada kesiapan respon
Orientasi ini diwakili oleh para ahli seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead, dan Allport. Konsepsi yang mereka ajukan ternyata lebih kompleks.
Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan ini berarti kecenderungan
potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan kepada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons. Sikap oleh La Pierre dalam
Azwar 1995 dikatakan sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial; atau secara
sederhana sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. c.
Berorientasi pada skema triadik Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan konstelasi komponen-
komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek. Secord dan
Backman dalam Azwar 1995 mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan afeksi, pemikiran kognisi, dan predisposisi tindakan
konasi seseorang terhadap suatu aspek lingkungan sekitarnya. Menurut Mar’at 1984 ketiga komponen dalam sikap masih dapat
dijabarkan lagi sebagai berikut: a.
Komponen kognitif, berhubungan dengan: belief kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep.
b. Komponen afektif, yang berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang
Universitas Sumatera Utara
c. Komponen konatif, yang merupakan kecenderungan bertingkah laku.
2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap anatara lain: a.
Pengalaman pribadi Dasar pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, dan harus
meninggalkan kesan yang kuat.Sikap akan mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional
b. Kebudayaan
Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan. Contohnya yaitu pada sikap orang kota dan orang desa terhadap
kebebasan dalam pergaulan c.
Orang lain yang dianggap penting Significant Otjhers Orang lain yang dianggap penting adalah orang-orang yang kita harapkan
persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan opini kita, orang yang tidak ingin dikecewakan, dan yang berarti khusus. Misalnya, orangtua, pacar,
suamiisteri, teman dekat, guru, pemimpin. Umumnya individu tersebut akan memiliki sikap yang searah konformis dengan orang yang dianggap penting.
d. Media massa
Media massa berupa media cetak dan elektronik. Dalam penyampaian pesan, media massa membawa pesan-pesan sugestif yang dapat mempengaruhi
opini kita Jika pesan sugestif yang disampaikan cukup kuat, maka akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal hingga membentuk sikap tertentu.
Universitas Sumatera Utara
e. Institusi Lembaga Pendidikan dan Agama
Institusi berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang menentukan
sistem kepercayaan seseorang hingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang.
f. Faktor Emosional
Faktor emosi adalah suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisime
pertahanan ego. Dapat bersifat sementara ataupun menetap persistentahan lama, contohnya
adalah Prasangka sikap tidak toleran, tidak fair Rahayuningsih, 2008.
2.2.4 Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap secara ilmiah dapat diukur, dimana sikap terhadap objek diterjemahkan dalam sistem angka. Dua metode pengukuran sikap adalah Metode
Self Report dan Pengukuran Involuntary Behavior.
a. Self Report
Misalnya ketika menyatakan kesukaan terhadap objek saat ditanya dalam interview atau menuliskan evalusi-evalusi dari suatu kuesioner. Dalam metode ini,
jawaban yang diberikan dapat dijadikan indikator sikap seseorang. Kelemahannya adalah jika individu tidak menjawab pertanyaan yang diajukan maka tidak dapat
diketahui pendapat atau sikapnya. Self Report terdiri dari:
Universitas Sumatera Utara
1. Public Opinion Polling
Digunakan untuk mengumpulkan data dari masyarakat yang berkaitan dengan opini. Digunakan untuk meramalkan sesuatu atau menyediakan
informasi, misalnya pro dan kontra aborsi, pembelian suatu produk representatif. Empat langkah polling antara lain seleksi terhadap sampel dari
responden, menyusun item-item sikap, mengambil data terhadap sampel, dan tabulasi data. Dalam pengukuran Public Opini Polling, item skala terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan tentang objek, format jawaban tertutup setuju – tidak setuju dan terbuka misalnya aborsi tidak dilarang agama. Pertanyaan tertutup
antara lain, sangat setuju, setuju, tidak tahu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
2. Skala Sikap
Skala Sikap yaitu kumpulan pertanyaan mengenai objek sikap. Mencoba memperoleh pengukuran yang tepat tentang sikap seseorang. Akurasi
pengukuran dilakukan dengan penggunaan beberapa item yang berkaitan dengan isu yang sama. Skala sikap melibatkan belief dan opini terhadap suatu
objek. Pertanyaan-pertanyaan atau item yang membentuk skala sikap dikenal dengan statement pernyataan yang menyangkut objek psikologis.
b. Pengukuran Involuntary Behavior Pengukuran terselubung
Pengukuran Involunter adalah pengukuran yang dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden dalam banyak situasi,
akurasi pengukuran sikap dipengaruhi oleh kerelaan responden. Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
tanpa disadari dilakukan oleh individu yang bersangkutan. Observer dapat menginterpretasikan sikap individu mulai dari fasial reaction, voice tones, body
gesture, keringat, dilatasi pupil mata, detak jantung, dan beberapa aspek fisiologis lainnya Rahayuningsih, 2008.
2.3 Inisiasi Menyusu Dini
2.3.1 Pengertian Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi Menyusu Dini adalah meletakkan bayi di atas dada atau perut ibu segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian
menghisapnya setidaknya satu jam setelah kelahiran. Cara bayi melakukan Inisiasi Menyusu Dini ini disebut baby crawl Hegar dkk, 2008.
Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri tidak
disodorkan ke puting susu seksi gizi dinas kesehatan Kulonprogo, 2009 .
2.3.2 Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini
Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini bagi bayi adalah sebagai makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar kolostrum seegera keluar yang
disesuaikan dengan kebutuhan bayi, memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama
bagi bayi, meningkatkan kecerdasan, membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi, mencegah
kehilangan panas, merangsang kolostrum segera keluar. Bagi Ibu adalah merangsang produksi oksitosin dan prolaktin, meningkatkan keberhasilan
Universitas Sumatera Utara
produksi ASI, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi Ambarwati, 2008.
2.3.3 Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini
Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini dapat dibagi atas dua yaitu Inisiasi Menyusu Dini secara umum dan Tatalaksana Inisiasi Meyusu Dini Pada Operasi
Caesar. a.Tatalaksana Inisiasi Menyusu dini secara umum
Tatalaksana Inisiasi Menyusu dini secara umum yaitu menganjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan, memberi saran kepada
petugas kesehatan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan dan dapat diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya pijat,
aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, di dalam air atau
dengan posisi jongkok, seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya, lemak putih vernix yang memberi kenyamankan pada
kulit bayi sebaiknya dibiarkan saja kemudian bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Memberikan kesempatan kulit bayi melekat dengan kulit ibu minimum
satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimut, jika bayi diberikan topi agar panas tubuh bayi tidak hilang.
Selanjutnya, bayi dibiarkan untuk mencari putting susu ibu.Ibu juga dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke
puting susu. Ayah memberi dukungan agar dapat membantu ibu untuk mengenali
Universitas Sumatera Utara
tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan
rasa percaya diri ibu. Bayi diberi kesempatan bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum
satu jam, jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu
pertama, memberi anjuran untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kontak kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi Caesar,
bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasive, misalnya suntikan vitamin K dan
tetesan mata bayi dapat ditunda, rawat gabung ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu dan bayi tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam
jangkauan ibu. Pemberian minum pre-laktal cairan yang diberikan sebelum ASI keluar sebaiknya dihindari Roesli, 2007
b. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini Pada Operasi Caesar
Sementara Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini pada operasi caesar dimana usaha bayi merangkak mencari payudara secara standar tidak dapat dilakukan.
Namun sebaiknya ibu diberikan anastesi spinal atau epidural yaitu ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat segera memberi respons pada bayi setelah operasi
caesar. Bayi dapat segera diposisikan sehingga kontak kulit ibu dan bayi dapat terjadi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi. Jika keadaan ibu
atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada ibu pada kesempatan yang tercepat.
Universitas Sumatera Utara
Jika dilakukan anastesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat ibu sudah dapat merespons walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat
bius. Sementara menunggu ibu sadar, ayah dapat menggantikan ibu untuk memberikan kontak kulit dengan kulit sehingga bayi tetap hanngat.
Untuk mendukung terjadinya inisiasi menyusu dini pada operasi caesar memerlukan tenaga dan pelayanan kesehatan yang produktif. Ruang operasi
diusahakan berada pada suhu ruangan 20° - 25° C. Selimut bayi diberikan agar menutupi punggung bayi dan badan ibu dan topi bayi diberikan agar mengurangi
hilangnya panas dari kepala bayi. Selanjutnya pelaksanaanya sama dengan tatalaksana umum. Jika Inisiasi Menyusu Dini belum terjadi di kamar bersalin
atau kamar operasi maka bayi harus dipindahkan sebelum satu jam dan bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan.
Inisiasi Menyusui Dini dapat dilanjutkan di kamar perawatan ibu atau kamar pulih Roesli, 2007.
2.3.4 Faktor Yang Mendukung Terlaksananya IMD
Dalam pelaksanaan IMD yang dilakukan pada bayi baru lahir, tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, dalam hal pelaksanaanya yang
mendukung untuk terlaksananya IMD adalah sebagai berikut: a.
Pengetahuan Pengetahuan yaitu hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Roesli 2007, bahwa faktor utama tercapainya pelaksanaan IMD yang benar adalah karena kurang sampainya
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan yang benar tentang IMD pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang
menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan seorang bayi akan kehilangan
sumber makanan yang vital dan cara perawatan yang optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai IMD dan pemberian ASI terlihat dari pemanfaatan susu formula
secara dini di perkotaan dan pemberian nasi sebagai tambahan ASI di pedesaan. b.
Sikap Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respons hanya akan
timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang
dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik
buruk, positif-negatif, menyenangkan- tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap Azwar, 2007.
c. Peran Petugas Kesehatan
Ibu yang mengalami masalah dalam menyusui memerlukan bimbingan agar dapat mengatasi masalahnya dan terus menyusui. Petugas kesehatan atau
relawan yang membantu ibu dengan latar belakang pengalaman berhasil menyusui sendiri tentunya dapat menjadi nilai tambah dalam melaksanakan tugasnya.
Permasalahan yang sering ditemukan di lapangan yakni belum semua petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar menganjurkan
Universitas Sumatera Utara
setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta adanya praktek yang keliru dengan memberi susu botol kepada bayi yang baru lahir. Petugas kesehatan harus
mengajarkan ibu tentang perawatan bayi, melatih ibu menyusui dengan baik dan benar, manfaat IMD dan pemberian ASI dengan baik dan tepat, sehingga dapat
menambah pengetahuan ibu dan juga harus mampu menumbuhkan motivasi dan rasa percaya diri bahwa ibu dapat menyusui secara eksklusif Siregar, 2004.
d. Sarana Kesehatan
Untuk mewujudkan peningkatan derajat atau status kesehatan penduduk, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah
satu faktor penentu utama. Puskesmas dan Puskesmas Pembantu Pustu merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan karena dapat menjangkau
penduduk sampai ke pelosok e.
Dukungan Keluarga Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara eksklusif. Terutama dukungan suami dan orang-orang terdekat.
Sama halnya suatu kebudayaan tidak mencela penyusunan, maka pengisapan akan tidak terbatas dan permintaan akan menolong pengeluaran ASI.
Sikap negatif terhadap menyusui antara lain dengan menyusui merupakan beban bagi kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk potongan dan ukuran
tubuhnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Program Inisiasi Menyusu Dini didasarkan pada hasil penelitian yang membuktikan bahwa kontak bayi dengan ibunya seawal mungkin setelah lahir
akan berdampak positif untuk perkembangan bayi Sulistyawati, 2009. Untuk peningkatan derajat kesehatan ibu post natal dan bayi baru lahir,
maka dibutuhkan pengetahuan dan sikap ibu yang positif mengenai Inisiasi Menyusu Dini. Pengetahuan dan sikap ini diukur dengan meggunakan kuesioner
dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain adalah tingkat pendidikan, pengalaman, sosial budaya, ekonomi, agama dan kesempatan mendapatkan
informasi. Fokus dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini Dimana kategori dari pengetahuan yaitu baik,
cukup, kurang, dan buruk. Dan kategori sikap yaitu sikap positif dan sikap negatif.
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: : Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Skema 3.1 Kerangka Konseptual penelitian pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini.
3.2 Defenisi Operasional