Latar Belakang Analisis Pengaruh Merit System Terhadap peningkatan Kinerja Guru SMU Dharma Pancasila Di Medan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sebagai faktor determinan pembangunan. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, sangat dibutuhkan adanya tenaga guru yang profesional ditugaskan secara penuh untuk melaksanakan pendidikan di sekolah. Guru merupakan salah satu faktor yang sangat esensi dalam menentukan kualitas peserta didiknya. Menyadari peran dan tugas berat yang di emban oleh guru, maka kinerja guru yang berkualitas sangat dibutuhkan. Keberhasilan proses pendidikan tidak dapat dilepaskan dari keberadaan guru. Guru merupakan pelaku utama di sekolah formal untuk membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian yang baik, memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, sehat jasmani dan rohani serta memiliki tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaaan. Bersamaan dengan perkembangan zaman, profesi guru yang tempo dulu dihormati dan menempati posisi terpandang di mata masyarakat lambat laun mengalami pergeseran. Pergeseran posisi guru disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain moralitas guru yang tidak terjaga, kurangnya kemampuan profesi yang dimiliki guru dan tingkat ekonomi guru yang masih rendah. Tingkat kesejahteraan Sumiati P. Sinurat: Analisis Pengaruh Merit System Terhadap peningkatan Kinerja Guru SMU Dharma Pancasila Di Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 guru yang kurang terjamin memaksa guru untuk mencari kerja sambilan, sehingga melemahkan konsentrasinya pada peningkatan kualitas dan kapasitas dirinya. Tanpa disadari profesi guru masih menjadi sesuatu yang dimarjinalisasikan. Guru harus dicekoki dengan icon penghargaan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang rela berkorban. Di satu sisi masyarakat menganggap guru bak malaikat yang siap menolong merubah manusia dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang buta huruf menjadi tahu membaca atau merubah seseorang menjadi lebih dewasa. Guru honor swasta harus banting setir pergi pagi pulang petang mengajar di beberapa sekolah, namun belum juga memenuhi kebutuhan hidup yang memadai. Sebab sistem pemberian kompensasinya masih didasarkan pada kebijakan dan ketetapan penyelenggara yang terkadang dirasakan mencekik leher. Tidak sedikit yayasan pendidikan sudah terlalu berpikir profit oriented sehingga mengesampingkan kesejahteraan guru. Sudah bukan rahasia umum bahwa tingkat kesejahteraan guru – guru kita sangat memprihatinkan. Penghasilan para guru dipandang masih jauh dari mencukupi, apalagi bagi mereka yang berstatus sebagai guru bantu atau guru honorer. Kondisi seperti ini merangsang sebagian para guru untuk mencari penghasilan tambahan, diluar dari tugas pokok mereka sebagai pengajar, termasuk berbisnis di lingkungan sekolah dimana mereka mengajar sebagai tenaga pendidik. Fenomena dikotomi masalah guru dan dunia pendidikan merupakan masalah yang tidak pernah habis-habisnya menjadi wacana baik itu menyangkut faktor internal maupun eksternal dari keprofesiannya itu. Faktor internal misalnya dunia Sumiati P. Sinurat: Analisis Pengaruh Merit System Terhadap peningkatan Kinerja Guru SMU Dharma Pancasila Di Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 pendidikan pun kini dihadapkan pada differensiasi status keguruan yang terdiri dari ketiga rel, yaitu guru berstatus pegawai negeri sipil PNS, guru honorer guru bantu subsidi APBN atau APBD dan guru honor swasta yang bersumber dari sumbangan pembinaan pendidikan SPP siswa yang diolah oleh yayasan sebagai penyelenggara pendidikan. Tanpa disengaja klasifikasi ini hadir melahirkan kesenjangan lini dengan dalih ketidakseimbangan antara pengorbanan dan kompensasi yang diterima. Masalah yang ditemukan dalam hal pemberian imbalan terhadap guru pegawai negeri sipil adalah tidak adanya uang insentif, tidak adanya kejelasan tujuan karya, metode penelitian yang tidak jelas serta tidak diberikan peluang pengembangan karir dan jabatan struktural lainnya, tidak terbukanya peluang untuk memperoleh jenjang pendidikan yang lebih tinggi disamping belum terlaksananya pelatihan. Bagi guru honor tidak ada insentif kecuali honor sesuai jam mengajar, tidak ada kejelasan penilaian, metode penelitian yang tidak jelas dan tidak adanya peluang pengembangan karir. Fenomena di lapangan menunjukkan bahwa ternyata meningkatkan kualitas kinerja guru sangat sulit dan berkaitan dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya diantaranya faktor pendidikan sebagai sarana untuk memotivasi para guru dalam melaksanakan tugasnya. Kualitas pendidikan sampai sekarang ini dinilai masih rendah karena belum sepenuhnya mampu memberikan kompetensi sesuai dengan tahap pendidikan yang dijalani peserta didik. Hal tersebut terutama disebabkan oleh ketersediaan pendidik yang belum memadai baik secara kuantitas maupun kualitas, kesejahteraan pendidik yang masih rendah, fasilitas belajar belum Sumiati P. Sinurat: Analisis Pengaruh Merit System Terhadap peningkatan Kinerja Guru SMU Dharma Pancasila Di Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 tersedia secara mencukupi dan biaya operasional pendidikan belum disediakan secara memadai. Saat ini setidaknya dapat dilihat dari empat hal yang berkaitan dengan kondisi dunia pendidikan yaitu seputar masalah guru, kebijakan pemerintah sebagai penyelenggara negara, manajemen internal sekolah dan issu sarana dan prasarana belajar mengajar. Undang-undang mengenai guru yang diharapkan bisa menjadi jawaban ternyata masih mengecewakan. Perlakuan pemerintah terhadap guru nonpegawai negeri sipil masih diskriminatif. Setidaknya hal ini tergambar dari pemberian tunjangan fungsional dalam bentuk subsidi yang jumlah dan waktunya tidak jelas dan urusan pengajian masih didasari perjanjian kerja. Pasal 15 ayat 2 menyatakan bahwa tunjangan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bahwa bagi guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, diberikan dalam bentuk subsidi oleh pemerintah dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan. Ayat 4 menyebutkan bahwa gaji guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diberikan berdasarkan perjanjian kerja danatau kesepakatan kerja bersama. Sehubungan dengan penghasilan guru, pasal 13 ayat 1 butir a menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas profesionalnya guru dan dosen berhak memperoleh penghasilan dan jaminan ksejahteraan sosial yang pantas dan memadai. Penghasilan yang pantas dan memadai lebih lanjut dijelaskan pada pasal 14 ayat 2 yang menyatakan gaji pokok sebagaimana dimaksud pada ayat 1 untuk guru dan dosen yang diangkat oleh pemerintah dan pemerintah daerah, paling Sumiati P. Sinurat: Analisis Pengaruh Merit System Terhadap peningkatan Kinerja Guru SMU Dharma Pancasila Di Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 sedikit 2 dua kali gaji pokok pegawai negeri non guru untuk golongan, pangkat dan masa kerja yang sama. Masalah kinerja dan produktivitas sumber daya manusia merupakan salah satu kunci utama yang harus menjadi fokus perhatian. Meningkatnya kinerja sumber daya manusia melalui penerapan kebijakan merit system pada gilirannya akan meningkatkan kinerja untuk kurun waktu yang lama dalam prinsip kelanggengan bisnis atau ‘going concern’. Dalam kebijakan personalia berdasarkan merit system sekurang-kurangnya harus ada empat kebijakan pokok sebagai sub-sistemnya, yakni kebijakan penilaian karya pegawai performance appraisal, penghasilan compensation, karir career, dan pelatihan training. Fokus dari kebijakan ini adalah dalam rangka perbaikan atau peningkatan prestasi kerja. Bila prestasi kerjanya baik, maka kepada guru tersebut diberikan penghargaan atau reward berupa kenaikan penghasilan danatau karir jabatan. Sedangkan pada ekstrim lain, bila prestasi kerja seorang guru tergolong buruk, maka yang bersangkutan akan menerima hukuman atau punishment. Beberapa hal berhubungan dengan merit system, yang harus mendapatkan perhatian Sekolah Menengah Umum SMU Dharma Pancasila yang terlihat antara lain dalam penentuan jabatan struktural yang kurang jelas dalam arti kriteria yang tidak jelas untuk menduduki satu jabatan. Prinsip-prinsip merit system dalam hal perekrutan dan promosi belum dilaksanakan berdasarkan kemampuan dan persaingan terbuka, masih kurangnya pelatihan karyawan, masih lemahnya atau kurangnya Sumiati P. Sinurat: Analisis Pengaruh Merit System Terhadap peningkatan Kinerja Guru SMU Dharma Pancasila Di Medan, 2007. USU e-Repository © 2008 dorongan pelatihan kepada guru untuk memiliki kinerja yang bermutu tinggi, belum terlaksananya aturan yang jujur dan konsisten dalam pengelolaan aturan, pemberian imbalan gaji yang belum maksimum, tidak adanya penghargaan atau bonus disamping belum diterapkannya pemberian tunjangan kepada guru pegawai negeri sipil seperti yang sudah diterapkan pada beberapa yayasan swasta lainnya. Fenomena lainnya adalah adanya double-duty yang menjadi faktor penghambat peningkatan kinerja, pendidikan dan pelatihan Diklat untuk meningkatkan ketrampilan para guru jarang dilakukan, kecendrungan memanfaatkan tenaga guru yang lebih muda demi kepentingan yayasan, tidak tersedianya anggaran bagi guru untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, kurangnya penghargaan terhadap guru yang sudah berkualifikasi tingkat S-2 dan bahkan terlihat bahwa tidak ada perbedaan dengan guru lain dengan strata pendidikan S-1. Dalam hal pelaksanaan dan program kerja, yayasan cenderung melibatkan orang-orang tertentu sehingga sense of belonging dan tanggung jawab guru-guru yang lain berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali, kurangnya komitmen terhadap problem-solving yang dihadapi anak bermasalah dalam hal aturan dan peraturan yang dalam pelaksanaannya masih belum terlaksana dengan baik.

1.2. Perumusan Masalah