PENGARUH KOMUNIKASI DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU DI SMU KOTA BANDUNG

Abstract

The purpose of research is analyzing the effect on communication between headmaster with teachers surrounding schools and organizational climate toward senior high school’s teacher performances in municipality of Bandung. Method used survey explanatory. The populations were senior high school’s teachers in Municipality of Bandung. Based on data analysis contained information that: communication between headmaster and teachers have important meaning for teacher’s performance. By controlling other variable, significantly teacher’s performances depend on communication conducted with headmaster, schools organizational climate have important meaning for teachers. By controlling other variable, significantly teacher’s perform- ance is explained by schools organizational climate, telling style communication is developed by headmaster is very effective if adapted for teachers who have low performances. While selling, participating, and delegating style communication is not effective if adapted for teachers who have low performances. Selling and participating style communication is developed by head- master is very effective if adapted for teachers who have medium performances. While telling and delegating style communication is not effective if adapted for teachers who have medium performances. Delegating style communication is developed by headmaster is very effective if adapted for teachers who have high performances. While telling, selling, and participating style communication is not effective if adapted for teachers who have high performances. The result shows that teacher’s performances as frame of reference is important factor to determine com- munication effectiveness between headmaster and teachers. In addition to research had placed organizational climate as an indicator which affecting individual behavior on organization.

Key words: communication, organizational climate, performance.

Pendahuluan

perkembangan dan tuntutan jaman, bahkan sering Permasalahan yang berkaitan dengan disoroti skeptis oleh masyarakat pemakai lulusan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, pada tersebut. Keadaan tersebut akan lebih parah, jika intinya bertumpu dari produktivitas pendidikan, tidak diantisipasi dengan cepat dan tepat, karena termasuk kinerja guru yang masih rendah. Hal akan memperlebar kesenjangan antara supply dan tersebut dapat diidentifikasi melalui: pertama demand tenaga kerja, yang akhirnya berdampak kualitas pendidikan yang masih rendah; kedua pada peningkatan pengangguran. Permasalahan ini pendidikan yang belum relevan dengan kebutuhan perlu diatasi dengan meningkatkan kinerja guru. pembangunan akan tenaga terampil, dan ketiga Hal ini selaras dengan pendapat Suryadi (1990:10) manajemen pendidikan yang belum tertata secara yang mengatakan bahwa guru, fasilitas/alat efisien (Tilaar, 1991:35). Kondisi tersebut menga- pengajaran dan dana merupakan indikator mutu kibatkan lulusan kurang mampu dalam menghadapi pendidikan.

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, September - Desember 2009

259

260 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, September - Desember 2009

Pengaruh Komunikasi dan Iklim Organisasi... Suwatno

Inti kegiatan pendidikan di sekolah adalah proses belajar mengajar di sekolah. Orientasi pengajaran dalam konteks belajar mengajar secara makro diarahkan untuk pengembangan aktivitas siswa dalam belajar. Gambaran aktivitas itu tercermin dari adanya usaha yang dilakukan guru dalam kegiatan proses belajar mengajar yang memungkinkan siswa aktif belajar. Oleh karena itu mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan informasi yang sudah jadi dengan menuntut jawaban verbal melainkan suatu upaya integratif ke arah pencapaian tujuan pendidikan.

Burton (dikutip oleh Chauhan, 1979:77) berpendapat bahwa “teaching is an effort in sti- mulus giving, guiding, councelling and moti- vation to the student in learning process ”. Pan- dangan ini sejalan dengan pendapat Gagne dan Briggs (1977:3) yang menyatakan “instruction is a set of events which affects learners in such away that learning is facilitated ”. Pendapat- pendapat di atas memandang peranan guru yang lebih luas, tidak hanya sebagai penyampai infor- masi tetapi juga bertindak sebagai director and facilitator of learning .

Kegiatan mengajar juga diartikan sebagai segenap aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar (Nasution, 1982:8). Dengan demikian proses dan keber- hasilan belajar siswa turut ditentukan oleh peran yang dibawakan guru selama interaksi proses belajar mengajar berlangsung.

Gambaran di atas memperlihatkan begitu kompleks dan strategisnya peran guru dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Kondisi seperti ini mengisyaratkan perlunya pribadi seorang guru yang produktif, di samping mempunyai kompetensi yang memadai. Pribadi yang produktif menggam- barkan potensi, persepsi dan kreativitas seorang yang senantiasa ingin menggabungkan kemampuan agar bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pemikiran Gilmore (1974:6) yang memandang produktivitas dari sudut potensi pribadi seseorang; yang mengatakan bahwa orang yang produktif adalah orang yang dapat membe-

rikan sumbangan yang nyata dan berarti bagi lingkungan sekitarnya, imaginatif dan inovatif dalam mendekati persoalan hidupnya serta mempunyai kepandaian (kreatif) dalam mencapai tujuan hidupnya. Pada saat yang bersamaan orang seperti ini selalu bertanggung jawab dan responsif dalam hubungannya dengan orang lain. Orang seperti ini merupakan aset organisasi yang selalu berusaha meningkatkan diri dan organisasinya yang dengan sendirinya akan sangat menunjang pencapaian produktivitas organisasi.

William B. Castetter (1981:23) mengemu- kakan terdapat tiga sumber utama yang dapat mempengaruhi kinerja, yaitu: Pertama, adalah berasal dari individu itu sendiri yang meliputi kelemahan-kelemahan intelektual, kelemahan- kelemahan psikologis, kelemahan-kelemahan fisiologis, demotivasi, faktor-faktor personalitas, keusangan/ketuaan, preparasi posisi, dan orientasi nilai; Kedua, berasal dari lingkungan eksternal, yang meliputi keluarga, kondisi-kondisi ekonomi, kondisi-kondisi politik, nilai-nilai sosial, pasaran kerja, perubahan teknologi, dan perkumpulan- perkumpulan; Ketiga, berasal dari organisasi yang meliputi sistem organisasi, peranan organisasi, kelompok-kelompok dalam organisasi, perilaku yang berhubungan dengan kepengawasan, dan iklim organisasi (inklusif komunikasi organisasi).

Faktor iklim organisasi dan komunikasi diduga sebagai faktor yang strategis dalam menun- jang kinerja guru. Pencapaian tujuan organisasi membutuhkan suatu kerjasama yang saling mendukung dan mempengaruhi yang terwujud dalam proses komunikasi. Pentingnya unsur komunikasi ini diantaranya diungkapkan oleh Ches- ter Barnard (The Liang Gie:1992,19) bahwa “komunikasi merupakan unsur yang pertama dari segenap organisasi”. Dalam konteks lain dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan urat nadi pelaksanaan aktivitas organisasi. Komunikasi memungkinkan terjadinya koordinasi. Komunikasi juga memungkinkan perintah/instruksi, saran- saran, informasi dan sebagainya dapat disam- paikan secara cepat dan jelas, sehingga efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan organisasi akan terwujud.

Dasar pemikiran yang melandasi penelitian ini adalah untuk melihat faktor-faktor yang

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, September - Desember 2009

Suwatno Pengaruh Komunikasi dan Iklim Organisasi...

mempengaruhi kinerja guru. Asumsi dasarnya adalah bahwa efektivitas komunikasi antara Kepala sekolah dengan guru, dan iklim organisasi memiliki pengaruh yang berarti terhadap kinerja guru. Berdasarkan hal tersebut, terdapat tiga konsep utama yang memerlukan penjelasan dan akan diukur melalui variabel-variabel penelitian yang disandarkan kepada teori yang melandasinya. Konsep tersebut adalah: pertama efektivitas komunikasi; kedua iklim organisasi; dan ketiga kinerja guru.

Teori utama (grand theory) yang dijadi- kan dasar dalam penelitian ini adalah teori Behaviorisme post skinnerian dengan lebih banyak mengandung penjelasan kognitif. Lebih jelas Fisher (dalam Torenholm, 1986:33) mengatakan bahwa “it views human beings as organism who actively seek out and process incoming stimuli, and whose behaviors are the result of learned responses”. Barnlund (dalam Torenholm, 1986:33-34) memberikan beberapa asumsi teori perspektif psikologis sebagai berikut: Asumsi Pertama , dari perspektif psikologis ini adalah bahwa manusia bergerak bebas dalam medan stimulus yang mereka serap dan hasilkan. Pada mulanya perilaku digambarkan sebagai sebuah rangkaian stimulus-respon, kemudian skema ini dimodifikasi dengan tekanan pada organisme (O) sehingga menjadi S-O-R yang menegaskan bahwa manusia sebagai organisme adalah subyek yang aktif dan bukan semata-mata penerima pasif. Asumsi ini mengungkapkan pula bahwa respon tidak timbul secara langsung dari stimuli tetapi dimediasikan melalui perasaan inter- nal organisme manusia. Mekanisme yang me- mungkinkan seorang individu untuk mengetahui persamaan-persamaan di antara situasi S-R disebut mental set, yaitu sekumpulan kriteria atau harapan yang didasarkan pada pengalaman se- belumnya yang diterapkan pada setiap pengalaman baru sebagai cara untuk menentukan persamaan atau perbedaan antara situasi baru dan pengalaman masa lalu. Mental set ini merupakan struktur men- tal yang digunakan untuk menjaring informasi secara konseptual, dengan demikian organisme terus berkembang sebagai hasil dari hubungan S-R sebelumnya; Asumsi Kedua, bahwa manusia diubah oleh stimulus yang mereka terima. Di dalam

diri manusia terdapat sejumlah struktur konseptual yang merupakan hasil dari pengalaman masa lalu yang berkembang sepanjang waktu. Perspektif psikologis pun berasumsi bahwa persepsi terhadap stimulus yang muncul bersifat selektif dan organisme mempunyai pilihan dalam perbaikan respon terhadap stimulus yang dipilih. Hal ini terjadi karena organisme menyadari bahwa respon yang berbeda akan menimbulkan dimensi berbeda pula; Asumsi Ketiga , bahwa manusia dapat memberikan respon pada stimulus secara selektif dan dapat memilih respon di masa mendatang atas dasar pengalaman masa lalu dan antisipasi terhadap masa mendatang. Lebih lanjut perspektif psikologis memandang manusia sebagai pengolah informasi aktif yang mampu menentukan pilihan dan dikendalikan oleh berbagai tujuan dan kebutuhan.

Fisher berpendapat bahwa dalam pola hubungan S-O-R proses komunikasi mengandung karakteristik urutan input-throughtput-output (masukan-dalaman-keluaran). Mediasi organisme merupakan konsep black box, yaitu struktur khusus dan fungsi proses antara yang secara in- ternal dipandang kurang penting dibandingkan dengan proses perubahan masukan menjadi keluaran. Lebih jauh dijelaskan bahwa penjelasan memerlukan pengamatan masukan dan keluaran namun tidak menuntut pengamatan langsung pada kegiatan dalam diri organisme yang bersangkutan. Pengamatan langsung pada proses internal meru- pakan hal yang tidak mungkin, yang mungkin ialah mengamati perilaku eksternal dan menganggapnya sebagai manifestasi dari keadaan internal organis- me yang bersangkutan. Hal ini tidak berarti bahwa perilaku eksternal selalu merefleksikan keadaan internal seseorang, akan tetapi memungkinkan ditariknya kesimpulan tentang keadaan internal seseorang dari perilaku eksternalnya.

Luthans (1985:23) melalui kajiannya mengenai perilaku organisasi, mengatakan bahwa panduan untuk mempelajari perilaku di dalam organisasi adalah dengan menggunakan pende- katan stimulus-response. Model ini kemudian dikembangkan Luthans menjadi S-O-B-C (Stimulus-Organisme-Behavior-Consequences) dengan asumsi yang sama dengan model S-O-R. Kelebihan yang diberikan model S-O-B-C adalah adanya consequences yang menunjukkan

Pengaruh Komunikasi dan Iklim Organisasi... Suwatno

orientasi yang akan dicapai melalui perilaku kerja. dan mengacu kepada pendapat yang diungkapkan Setiap perilaku diarahkan kepada peningkatan William B. Castetter (1981:23), maka faktor- produktivitas.

faktor yang dijadikan dasar kajian adalah iklim Berdasarkan teori perspektif psikologis organisasi dan komunikasi. Jika diaplikasikan yang menganut model S-O-R yang kemudian dalam model S-O-R dari teori perspektif psi- dikembangkan oleh Luthans menjadi model S-O- kologis sebagai teori utama maka faktor ini B-C maka komunikasi antara Kepala sekolah ditempatkan sebagai stimulus (S). dengan guru dan iklim organisasi dapat ditem-

Komunikasi yang dimaksud dalam pe- patkan sebagai stimulus (S) bagi terbentuknya nelitian ini adalah komunikasi antara Kepala kinerja guru sebagai respon (R/B) yang dilandasi sekolah dengan guru. Komunikasi tersebut dapat oleh motif dan sikap yang berkembang dalam dibedakan berdasarkan apakah komunikasi organisme (O) individu guru.

tersebut efektif atau tidak efektif. Serangkaian Kinerja guru sebagai respon dari model S- komunikasi dianggap efektif apabila berdasarkan O-R merupakan fokus kajian dari penelitian ini. hasil-hasil studi kepustakaan mampu menciptakan Untuk menggali konsep dasar kinerja guru terlebih situasi komunikasi yang kondusif bagi pengem- dahulu perlu pengkajian terhadap konsep dan bangan kinerja guru. pengertian produktivitas kerja yang merupakan

Bertitik tolak dari konsep pendekatan dasar konsep dan pengertian kinerja guru. Konsep komunikasi yang efektif, tampaknya masih belum produktivitas pada awalnya dipergunakan dalam mampu menjangkau totalitas fenomena komunikasi dunia ekonomi dan perusahaan. George Kuper yang efektif dalam konteks pendidikan yang (dalam Mali, 1978:7) mengatakan produktivitas menjadi objek penelitian ini. Dalam kaitan ini Fisher adalah perpaduan antara efektivitas dan efisiensi (1978:87) menganggap bahwa konsep tentang yang selanjutnya diarahkan oleh Sumanth (1985:6) efektivitas komunikasi yang telah dirumuskan sebagai rasio antara keluaran (output) yang dewasa ini, masih tetap arbitrer dan dirumuskan dicapai dengan masukan (input) yang dikeluarkan, secara jelek. Oleh sebab itu untuk kepentingan atau perbandingan antara unjuk kerja yang dicapai penelitian ini, konsep efektivitas komunikasi yang dengan segala sumber daya yang digunakan untuk akan diuji adalah konsep yang dikembangkan oleh mewujudkan unjuk kerja tersebut.

peneliti sendiri yang disandarkan kepada konsep Kajian terhadap kinerja tidak bisa terlepas yang dikembangkan oleh Paul Hersey dan Ken- dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. neth H. Blanchard agar lebih menyentuh terhadap Sesuai dengan lingkup penelitian yang dilakukan permasalahan yang diteliti.

Gambar 1.

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, September - Desember 2009

Suwatno Pengaruh Komunikasi dan Iklim Organisasi...

Menurut Paul Hersey dan Kenneth H. dan perhatian) dan; keempat trust (dorongan serta Blanchard (1980:164) terdapat empat gaya yang bimbingan). akan ditampilkan pimpinan ketika berkomunikasi

dengan bawahan dalam proses pengambilan Metode Penelitian

keputusan, yakni: telling style, selling style, par- Penelitian ini menggunakan metode ticipating style, dan delegating style. Efektif Explanatory Survey Method , yakni suatu metode

tidaknya gaya kepemimpinan tersebut tergantung penelitian survey yang bertujuan menguji hipotesis. pada sejauhmana gaya kepemimpinan tersebut Variabel dan Operasionalisasi Variabel sebagai beradaptasi dengan kematangan (maturity) berikut : bawahan.

Variabel Efektivitas Komunikasi antara Halfin dan Crofts (dikutip oleh Hoy dan kepala sekolah dengan guru, secara operasional

Miskel, 1978:139) mengemukakan delapan didefinisikan sebagai sejauh mana kepala ekolah karakteristik iklim organisasi sekolah. Kedelapan (komunikator) mampu menciptakan suasana ko- karakteristik iklim organisasi sekolah tersebut munikasi yang kondusif sehingga mempengaruhi merupakan nama dan rancangan dari delapan kinerja guru (komunikan). Komunikasi antara kelompok satuan soal yang digunakan sebagai kepala sekolah dengan guru yang akan diukur satuan soal pada subskala OCDQ (The Orga- tingkat keefektifannya adalah : pertama komu- nizational Climate Description Questionaire ). nikasi telling style, kedua komunikasi selling Dari pernyataan-pernyataan yang ada pada style, ketiga Komunikasi participating style, dan OCDQ itu para responden diminta untuk melu- keempat komunikasi delegating style. kiskan sejauhmana masing-masing pernyataan

Komunikasi telling style adalah gaya itu menunjukkan sifat atau ciri sekolah yang komunikasi yang ditampilkan oleh Kepala sekolah

bersangkutan. Kedelapan karakteristik iklim (komunikator) melalui sikap, perbuatan dan organisasi sekolah yang dimaksud di atas adalah ucapannya yang cenderung lebih banyak mem- pertama hindrance (gangguan), kedua intimacy berikan penjelasan, pengarahan, secara spesifik (keakraban), ketiga disengagement (keadaan (apa, mengapa, siapa, bagaimana, di mana, dan berlepas diri), keempat esprit (semangat kerja), kapan), terhadap pesan yang disampaikannya kelima productions emphasis (penekanan pada (linier communication, one way communica- hasil), keenam aloofness (pembuatan jarak sosial), tion) . ketujuh consideration (pertimbangan dan

Komunikasi selling style adalah gaya perhatian), dan kedelapan trust (dorongan serta komunikasi yang ditampilkan oleh kepala sekolah

bimbingan). Terhadap kedelapan karakteristik (komunikator) melalui sikap, perbuatan dan tersebut, Hoy dan Miskel mencantumkan adanya ucapannya yang cenderung banyak memberikan suatu pembagian dengan masing-masing terdiri penjelasan, pengarahan secara umum, terhadap dari empat karakteristik. Satu bagian menyang- pesan yang disampaikannya. kut sifat-sifat yang merupakan perilaku para staf

Komunikasi participating style adalah pengajar (faculty behavior), sedangkan satu gaya komunikasi yang ditampilkan oleh Kepala

bagian lagi menyangkut sifat-sifat yang merupakan sekolah (komunikator) melalui sikap, perbuatan perilaku kepala sekolah (principal behavior).

dan ucapannya yang cenderung memberikan Empat karakteristik yang menyangkut kesempatan kepada guru (komunikan) untuk perilaku guru adalah: pertama hindrance (gang- terlibat dalam proses komunikasi secara aktif tidak guan); kedua intimacy (keakraban); ketiga hanya sebagai penerima pesan tetapi juga sebagai

disengagement (keadaan berlepas diri); keempat penyampai pesan (two way communication). esprit (semangat kerja). Adapun empat karak-

Komunikasi delegating style adalah gaya teristik yang menyangkut perilaku kepala sekolah komunikasi yang ditampilkan kepala sekolah adalah; pertama productions emphasis (pene- (komunikator) melalui sikap, perbuatan dan kanan pada hasil); kedua aloofness (pembuatan ucapannya yang cenderung memberikan ke-

jarak sosial); ketiga consideration (pertimbangan percayaan sepenuhnya kepada guru untuk

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, September - Desember 2009

Pengaruh Komunikasi dan Iklim Organisasi... Suwatno

bertindak sebagai penyampai pesan, sementara ia tindakan komunikator yang: pertama yakin akan sendiri sebagai penerima pesan. Indikator- kemampuan dirinya dalam mengatasi perbedaan indikator: pertama keterbukaan dipahami sebagai masalah tentang pesan dengan komunikan, kedua suasana kebathinan komunikator yang menerima merasa setara dalam memaknakan pesan dengan dan memahami semua pesan tentang ciri dan sifat komunikan, ketiga menyadari bahwa pesan khas komunikan. Suasana tersebut ditunjukkan tentang perilaku komunikan tidak selamanya melalui pikiran, perkataan, dan tindakan, yakni sesuai dengan komunikator, keempat mampu pertama menilai pesan secar objektif dengan memperbaiki dirinya agar sesuai dengan pesan menggunakan keajegan logika, kedua melihat tentang komunikan; keempat memberikan nuansa pesan, ketiga berorientasi pada ini pesan, dukungan dipahami sebagai sikap seorang keempat mencari informasi dari berbagai sumber, komunikator yang mengurangi sikap defensif dalam kelima menilai kembali pesan yang salah, keenam komunikasi. mencari pengertian pesan yang tidak sesuai de-

Dalam konteks ini, komunikator men- ngan rangkaian kepercayaan atau keyakinan- ciptakan suasana yang : pertama memberikan nya; kedua empati, dipahami sebagai suasana pendapat terhadap pesan tentang komunikan tetapi kebathinan komunikator yang menerima dan tidak menilai komunikan, kedua bekerjasama memahami pesan komunikan sama seperti sikap dengan komunikan dalam memecahkan masalah komunikan menerima dan memahami dirinya tentang pesan, ketiga bersikap jujur terhadap (komunikator menjadikan dirinya sebagai komu- komunikasi tanpa motif terpendam, keempat nikan); ketiga perasaan positif, dipahami sebagai memberikan penghargaan baik moril maupun suasana komunikasi antar pribadi di mana komu- materil; kelima memelihara keseimbangan nikator merasa bahwa: pertama pesan-pesan dipahami sebagai sikap komunikan yang: pertama dipandang pribadinya bersifat menyenangkan, merasa pribadinya sederajat dengan komunikan, kedua pribadi komunikator menyenangkan, ketiga kedua bersifat horizontal dan demokratis, ketiga suasana kebathinan bersama antara komunikator menjaga keselarasan dan keserasian dengan dan komunikan menyenangkan. Perasaan tersebut memberikan kesempatan yang sama dalam me- direfleksikan dalam bentuk pikiran, perkataan, dan nyampaikan pesan, keempat berani menyatakan

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, September - Desember 2009

Suwatno Pengaruh Komunikasi dan Iklim Organisasi...

telah salah persepsi terhadap pesan tentang terial) ; kedua Prosedur Mengajar (Classroom komunikan.

Procedures) dan; ketiga Hubungan antar Pribadi (Interpersonal Skill) . Rencana Pengajaran

Variabel Iklim Organisasi

(Teaching Plans and Material) dipahami sebagai Iklim organisasi secara operasional aktivitas guru dalam membuat kerangka acuan bagi didefiniskan sebagai : seperangkat karakteristik terlaksananya proses belajar mengajar yang ter- internal suatu sekolah yang berada di luar diri wujud dalam satuan pelajaran (SAP). Indikatornya seseorang dan mempengaruhi perilaku orang- meliputi: pertama perencanaan pengorganisasian orang yang ada dalam organisasi sekolah tersebut. bahan pengajaran; kedua pengelolaan kegiatan

Indikator-indikatornya meliputi : pertama belajar mengajar; ketiga pengelolaan kelas; ke- hindrance (gangguan); kedua intimacy (ke- empat penggunaan media dan sumber pengajaran akraban); ketiga disengagement (keadaan dan; kelima penilaian prestasi. Prosedur mengajar berlepas diri); keempat esprit (semangat kerja) (Classroom Procedures) dipahami sebagai ak- kelima productions emphasis (penekanan pada tivitas yang ditampilkan guru dalam melaksanakan hasil); keenam aloofness (pembuatan jarak sosial); proses belajar mengajar di kelas. Indikatornya ketujuh consideration (pertimbangan dan meliputi: pertama metode, media, dan latihan yang perhatian) dan; kedelapan trust (dorongan serta sesuai dengan tujuan pengajaran; kedua kounikasi bimbingan). Hindrance, dipahami sebagai tugas- dengan siswa; ketiga mendemonstrasikan metode tugas yang diberikan Kepala sekolah yang mengajar; keempat mendorong dan menggalakkan dianggap sebagai gangguan oleh guru dalam keterlibatan siswa dalam pengajaran; kelima men- melaksanakan aktivitas sehari-hari. Intimacy, demonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan difahami sebagai adanya suasana yang harmonis relevansinya; keenam pengorganisasian waktu, antara guru dan Kepala sekolah dalam situasi ruang, bahan, dan perlengkapan pengajaran dan; kerja. Disengagement, dipahami adanya ke- ketujuh mengadakan evaluasi belajar mengajar. leluasaan yang dimiliki guru dalam melaksanakan Hubungan antarpribadi (interpersonal skill) di- aktivitas, sehingga bisa berkreasi. Esprit, dipahami pahami sebagai pola interaksi yang dikembang- sebagai suasana batiniah yang meneyenangkan kan guru dengan siswa dalam rangka memoti- sehingga bergairah dalam bekerja. Productions vasi belajar siswa. Indikatornya meliputi: pertama emphasis , dipahami sebagai perilaku kepemim- membantu mengembangkan sikap positif siswa; pinan yang ditampilkan kepala sekolah yang kedua bersifat luwes dan terbuka pada siswa dan cenderung berorientasi pada pelaksanaan tugas. orang lain; ketiga menampilkan kegairahan dan Aloofness, dipahami sebagai perilaku Kepala kesungguhan dalam kegiatan belajar mengajar dan; sekolah yang kaku dan selalu mengambil jarak keempat mengelola interaksi pribadi dalam kelas. sosial dengan guru yang disandarkan kepada

rujukan formal. Consideration, dipahami sebagai Populasi dan Sampel

perilaku kepemimpinan Kepala sekolah yang Populasi penelitian ini adalah guru SMU berorentasi kepada hubungan manusia, sehingga di Kotamadya Dati II Bandung. Dari para guru mempunyai kedekatan dengan guru. Trust, tersebut diungkap karakteristik-karakteristik dipahami sebagai perilaku kepala sekolah yang tentang kinerja guru dalam melaksanakan tugas, selalu menjadi panutan bagi guru, yang diwujud- iklim organisasi dan efektivitas komunikasi antara kan dalam pemberian bimbingan dan dorongan.

Kepala sekolah dengan guru. Penarikan sampel akan menggunakan teknik Multi-Stage Cluster

Variabel Kinerja Guru

Sampling . Teknik ini dipilih karena adanya Kinerja guru secara operasional dapat kesulitan dalam penyusunan kerangka sampling didefinisikan sebagai kualitas dan kuantitas guru lengkap pada tahap awal penelitian. dalam mengajar berdasarkan kompetensi yang

Berdasarkan teknik di atas, pertaman- dimilikinya . Variabel ini meliputi: pertama tama populasi akan dibagi ke dalam klasifikasi Rencana Pengajaran (Teaching Plans and Ma- tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan Passing

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, September - Desember 2009

Pengaruh Komunikasi dan Iklim Organisasi... Suwatno

Grade NEM (Nilai Ebtanas Murni) kelulusan baik bentuk modelnya regresi harus dibuat sebuah pa- untuk sekolah Negeri maupun swasta. Selanjut- radigma yang menggambarkan hubungan kausal nya dari masing-masing klasifikasi secara random antara variabel bebas dan variabel tak bebas yang akan diambil empat sekolah baik untuk sekolah disebut dengan Path Diagram. Bilangan yang Negeri maupun Swasta, sehingga setiap klasifikasi menyatakan besarnya disebut Path Coefficient. akan diperoleh delapan sekolah. Dengan demikian Oleh karena itu rencana uji hipotesis yang diper- untuk seluruh klasifikasi diperoleh 24 sekolah.

gunakan adalah Path Analysis yang digambarkan Anggota sampel adalah jumlah guru terpilih dalam path diagram sebagai berikut: yang pengambilannya dilakukan secara random. Keterangan : Dengan demikian secara random akan terpilih sejumlah guru dari 24 sekolah yang mewakili tiga klasifikasi Passing Grade NEM (Nilai Ebtanas Murni) kelulusan.

Berdasarkan hasil identifikasi, rincian penyebaran anggota populasi dan ukuran sam- pel penelitian, penyebarannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Sumber Data dan Cara Pengumpulannya

Data primer dalam penelitian ini akan dikumpulkan dari responden, yakni para guru yang mengajar di SMU Negeri dan SMU Swasta yang X = Evektivitas komunikasi antara Kepala berada di Kodya Bandung. Data sekunder dipero-

sekolah dengan guru leh melalui studi kepustakaan, media cetak dan X 1 = Komunikasi telling style kepala sekolah

media elektronik.

X 2 = Komunikasi selling style kepala sekolah Cara mengumpulkan data primer di- X 3 = Komunikasi participating style Kepala

lakukan dengan mengajukan kuesioner kepada

sekolah responden. Kuesioner tersebut dikonstruksi da- X 4 = Komunikasi delegating style Kepala lam tiga jenis yang meliputi: pertama Instrumen ten-

sekolah

tang kinerja guru; kedua Instrumen tentang iklim Y

= Iklim Organisasi

organisasi dan: ketiga Instrumen tentang efektivitas Z

= Kinerja guru komunikasi antara kepala sekolah dengan guru Z 1 = Kinerja guru pada tingkat rendah

Item-item alat pengumpul data mengacu kepada Z 2 = Kinerja guru pada tingkat sedang skala Likert data ordinal, yang terdiri dari per- Z 3 = Kinerja guru pada tingkat tinggi

nyataan : sangat setuju (5), setuju (4), ragu-ragu PZX = Struktur parameter yang menggambarkan (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1),

besarnya pengaruh X terhadap Z apabila peryataan negatif maka penilaian dibalik PZY = Struktur parameter yang menggambarkan

(1), (2), (3), (4), (5). Indeks pengukuran variabel besarnya pengaruh Y terhadap Z ini ditingkatkan menjadi data dalam skala interval PZ 1 X 1 = Struktur parameter yang menggambarkan

melalui method of successive intervals (Hays, besarnya pengaruh X 1 terhadap Z 1 1969:39)

PZ 2 X 1 = Struktur parameter yang menggambarkan besarnya pengaruh X 1 terhadap Z 2

Rancangan Uji Hipotesis

PZ 3 X 1 = Struktur parameter yang menggambarkan Penelitian ini melihat sejauhmana pengaruh

besarnya pengaruh X 1 terhadap Z 3 efektivitas komunikasi antara Kepala sekolah PZ 1 X 2 = Struktur parameter yang menggambarkan dengan guru dan iklim organisasi sekolah terhadap

besarnya pengaruh X 2 terhadap Z 1 kinerja guru.

PZ 2 X 2 = Struktur parameter yang menggambarkan Untuk menganalisis hubungan kausal yang

besarnya pengaruh X 2 terhadap Z 2

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, September - Desember 2009

Suwatno Pengaruh Komunikasi dan Iklim Organisasi...

PZ 3 X 2 = Struktur parameter yang menggambarkan agar mendapat kesingkatan ilmiah (principle of besarnya pengaruh X 2 terhadap Z 3 parsimony) , perlu dilakukan uji signifikansi. PZ 1 X 3 = Struktur parameter yang menggambarkan

Langkah pengujiannya adalah sebagai besarnya pengaruh X 3 terhadap Z 1 berikut : PZ 2 X 3 = Struktur parameter yang menggambarkan Ho : PX 3 X i = 0 besarnya pengaruh X 3 terhadap Z 2 H1 : PX 3 X i > 0

PZ 3 X 3 = Struktur parameter yang menggambarkan Statistik uji yang digunakan adalah :

besarnya pengaruh X 3 terhadap Z 3

PZ 1 X 4 = Struktur parameter yang menggambarkan PX 3 X i

3 terhadap Z 1 ( 1 − r ( 123 ) C ii PZ 2 X 4 = Struktur parameter yang menggambarkan

besarnya pengaruh X

besarnya pengaruh X 3 terhadap Z 2

PZ 3 X 4 = Struktur parameter yang menggambarkan Berdasarkan rumus tersebut akan diperoleh t besarnya pengaruh X 3 terhadap Z 3 hitung t i . Tolak H o jika t i > t/2 rXY = Koefisien korelasi antara variabel X

Setelah dilakukan pengujian, jika terbukti dengan variabel Y

ada variabel yang selayaknya didrop (karena Hipotesis konseptual utama yakni nonsignifikan) perhitungan harus diulangi lagi

“Efektivitas komunikasi antara kepala sekolah untuk mencari path coefficient model setelah ada dengan guru dan iklim organisasi sebagaimana path yang dihilangkan, kemudian dibuat lagi path dipersepsi oleh guru, berpengaruh positif terhadap diagram yang baru. kinerja guru”.

Untuk mengukur secara objektif (ilmiah) perlu dilakukan pengujian secara statistik apakah

Teknik Analisis Data

ada perbedaan informasi yang diterima jika Teknik analisis data yang digunakan dalam menggunakan path diagram penuh (full recursive

penelitian ini adalah Analisis Jalur (Path Analy- system) dan jika menggunakan path diagram di sis) , dengan langkah-langkah sebagai berikut :

mana ada variabel yang didrop. Untuk menguji Pertama menghitung koefisien korelasi masalah ini digunakan Spechts Method. Langkah

Pearson dengan rumus : kerja sebagai berikut: (1). Menghitung R 2 k untuk model penuh (full recursive system). Dihitung juga R 2 M di mana ada path yang dihilangkan; (2).

2 Menghitung Q = (1-R 2 k)/(1-R M); (3). Meng-

hitung W = 1 – (n – d) In Q; (4). Bandingkan har-

(Snedecor & Cochran, 1967:103)

ga W dengan 2 d (d = degress of freedom/banyak Kedua menyusun matriks korelasi; ketiga path yang dihilangkan) menghitng inversi dari R; keempat menghitung Path

Coefficient; kelima besarnya pengaruh variabel Uji Validitas dan Reliabilitas

bebas secara bersama-sama terhadap variabel tak Perhitungannya dilakukan dengan meng- bebas (X dan Y terhadap Z), dengan rumus :

gunakan paket aplikasi statistik SPSS 7.5. Rumus R 2 X

3 (12) = PX 3 X 1 . rX 3 X 1 + PX 3 X 2 . RX 3 X 2 yang dipergunakan adalah korelasi rank Spearman Keenam menghitung besarnya pengaruh sebagai berikut :

variabel lain yang tidak diteliti (U) terhadap variabel

2 2 tak bebas (Z); Ketujuh menguji path coefficient. 2 X − Y − d

rs

(Sidney Siegel, 1997:336)

Dari hasil perhitungan path coefficient pada

2 X 2 Y ∑∑ 2

tingkat pertama belum memiliki keterangan apakah semua variabel bebas bisa dimasukkan ke dalam

Berdasarkan hasil uji validitas, maka untuk paradigma. Untuk pemeriksaan apakah semua instrumen komunikasi antara kepala sekolah variabel bebas sebaiknya dimasukkan ke dalam dengan guru yang layak dipergunakan berjumlah paradigma atau cukup hanya beberapa saja, yakni

35 item, instrumen iklim organisasi sekolah ber-

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, September - Desember 2009

Pengaruh Komunikasi dan Iklim Organisasi... Suwatno

jumlah 20 item dan instrumen kinerja guru ber- ngan guru dan iklim organisasi sekolah terhadap jumlah 24 item. Untuk item-item yang tidak terpa- kinerja guru adalah sebesar 57,4%. Besarnya pe- kai selanjutnya dibuang. Uji reliabilitas menyata- ngaruh relatif tersebut secara statistik sangat signi- kan semua item teruji atau reliabel.

fikan. Dengan demikian komunikasi antara kepala sekolah dengan guru dan iklim organisasi sekolah

Hasil Penelitian dan Pembahasan

tidak dapat diabaikan bagi penumbuhan kinerja Perhitungan menghasilkan koefisien guru; kedua efektivitas komunikasi telling style korelasi r = 0,613, path coefficient = 0,442. Untuk antara kepala sekolah dengan guru terhadap kinerja menguji taraf signifikansi path coeficient dengan guru yang tergolong rendah. Berdasarkan hasil statistik uji t, diperoleh t i = 7,113. Setelah perhitungan menghasilkan koefisien korelasi r = dibandingkan dengan t tabel ternyata signifikan pada 0,590, path coefficient = 0,500. Melalui uji taraf kemelesetan (a) 0,05. Hal ini ditunjukkan signifikansi dengan statistik uji t, diperoleh t i = dengan perbandingan t i = 7,113 > t tabel = 2,256. 3,655. Setelah dibandingkan dengan t tabel ternyata Dapat ditafsirkan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan pada taraf kemelesetan (a) 0,05. Hal sangat signifikan antara komunikasi Kepala ini ditunjukkan dengan perbandingan t i = 3,655 > sekolah dengan guru terhadap kinerja guru. Dalam t tabel = 2,319. Dapat ditafsirkan bahwa ada arti statistik, hasil penelitian ini menggambarkan pengaruh positif yang sangat signifikan antara bahwa sebanyak 44,2% varians skor kinerja guru komunikasi telling style yang dikembangkan dapat dijelaskan oleh efektivitas komunikasi antara kepala sekolah di lingkungan sekolah terhadap kepala sekolah dengan guru.

kinerja guru yang tergolong rendah. Dengan kata Gambaran hasil penelitian ini sesuai dengan lain dapat dikatakan bahwa komunikasi telling apa yang dihipotesiskan sebelumnya tentang style yang dikembangkan kepala sekolah di adanya pengaruh yang signifikan antara komuni- lingkungan sekolah efektif bila diadaptasikan kasi kepala sekolah dengan guru terhadap kinerja terhadap guru yang memiliki kinerja yang tergolong guru: pertama pengaruh iklim organisasi sekolah rendah; ketiga efektivitas komunikasi selling style terhadap kinerja guru. Perhitungan menghasilkan antara kepala sekolah dengan guru terhadap kinerja koefisien korelasi r = 0,555, path coefficient = guru yang tergolong rendah. Berdasarkan hasil 0,281. Untuk menguji taraf signifikansi path perhitungan menghasilkan koefisien korelasi r = coeficient dengan statistik uji t, diperoleh t i = 0,208, path coefficient = 0,051. Melalui uji 4,527. Setelah dibandingkan dengan t tabel ternyata signifikansi dengan statistik uji t, diperoleh t i = signifikan pada taraf kemelesetan (a) 0,05. Hal 0,391. Setelah dibandingkan dengan t tabel ternyata ini ditunjukkan dengan perbandingan t i = 4,527 > nonsignifikan pada taraf kemelesetan (a) 0,05. Hal t tabel = 2,256. Dapat ditafsirkan bahwa ada ini ditunjukkan dengan perbandingan t i = 0,391 < pengaruh positif yang sangat signifikan antara iklim t tabel = 2,319. Dapat ditafsirkan bahwa tidak ada organisasi terhadap kinerja guru. Dalam arti pengaruh positif antara komunikasi selling style statistik, hasil penelitian ini menggambarkan bahwa yang dikembangkan kepala sekolah di lingkungan sebanyak 28,1% varians skor kinerja guru dapat sekolah terhadap kinerja guru yang tergolong dijelaskan oleh iklim organisasi sekolah. Gambar- rendah. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa an hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang komunikasi selling style yang dikembangkan dihipotesiskan sebelumnya tentang adanya kepala sekolah di lingkungan sekolah tidak efektif pengaruh yang signifikan antara iklim organisasi bila diadaptasikan terhadap guru yang memiliki sekolah terhadap kinerja guru; kedua pengaruh kinerja yang tergolong rendah; keempat Efektivitas komunikasi antara kepala sekolah dengan guru dan Komunikasi participating style antara kepala iklim organisasi sekolah secara bersama-sama sekolah dengan guru terhadap kinerja guru yang terhadap kinerja guru. Dari hasil perhitungan tergolong rendah. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan R 2 Z (XY) diperoleh 0,574. menghasilkan koefisien korelasi r = 0,440, path

Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa coefficient = 0,203. Melalui uji signifikansi dengan pengaruh komunikasi antara kepala sekolah de- statistik uji t, diperoleh t i = 1,377. Setelah di-

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, September - Desember 2009

Suwatno Pengaruh Komunikasi dan Iklim Organisasi...

bandingkan dengan t tabel ternyata nonsignifikan sebanyak 20,3% varians skor kinerja guru tingkat pada taraf kemelesetan (a) 0,05. Hal ini rendah dapat dijelaskan oleh komunikasi partici- ditunjukkan dengan perbandingan t i = -0,253 < pating style kepala sekolah dengan guru di t tabel = 2,319.

lingkungan sekolah.

Dapat ditafsirkan bahwa tidak ada pe- Pengaruh sebesar ini secara statistis tidak ngaruh positif antara komunikasi participating mempunyai pengaruh yang cukup berarti, dengan style yang dikembangkan kepala sekolah di demikian dapat diabaikan dan; keempat Sebanyak lingkungan sekolah terhadap kinerja guru yang –3,6% varians skor kinerja guru tingkat rendah tergolong rendah. Dengan kata lain dapat dika- dapat dijelaskan oleh komunikasi delegating style takan bahwa komunikasi participating style yang kepala sekolah dengan guru di lingkungan sekolah. dikembangkan kepala sekolah di lingkungan Pengaruh sebesar ini secara statistis tidak mem- sekolah tidak efektif bila diadaptasikan terhadap punyai pengaruh yang cukup berarti, dengan de- guru yang memiliki kinerja yang tergolong rendah; mikian dapat diabaikan. Berdasarkan data tersebut keempat Efektivitas Komunikasi delegating style dapat ditafsirkan bahwa komunikasi telling style antara kepala sekolah dengan guru terhadap kinerja yang dikembangkan kepala sekolah dengan guru guru yang tergolong rendah. Berdasarkan hasil di sekolah mempunyai tingkat efektivitas paling perhitungan menghasilkan koefisien korelasi r = tinggi jika diadaptasikan kepada guru yang 0,294, path coefficient = -0,036. Melalui uji kinerjanya tergolong rendah; keempat Efektivitas signifikansi dengan statistik uji t, diperoleh t i =- Komunikasi telling style antara kepala sekolah 0,253. Setelah dibandingkan dengan t tabel ternyata dengan guru terhadap kinerja guru yang tergolong nonsignifikan pada taraf kemelesetan (a) 0,05. Hal sedang Berdasarkan hasil perhitungan meng- ini ditunjukkan dengan perbandingan t i = -0,253 hasilkan koefisien korelasi r = 0,389, path coeffi- <t tabel = 2,319.

cient = 0,124. Melalui uji signifikansi dengan Dapat ditafsirkan bahwa tidak ada statistik uji t, diperoleh t i = 1,727. Setelah pengaruh positif antara komunikasi delegating dibandingkan dengan t tabel ternyata nonsignifikan style yang dikembangkan kepala sekolah di pada taraf kemelesetan (a) 0,05. Hal ini lingkungan sekolah terhadap kinerja guru yang ditunjukkan dengan perbandingan t i = 1,727 < t tabel tergolong rendah. Dengan kata lain dapat di- = 2,264. Dapat ditafsirkan bahwa tidak ada katakan bahwa komunikasi delegating style yang pengaruh positif antara komunikasi telling style dikembangkan kepala sekolah di lingkungan se- yang dikembangkan kepala sekolah di lingkungan kolah tidak efektif bila diadaptasikan terhadap sekolah terhadap kinerja guru yang tergolong guru yang memiliki kinerja yang tergolong rendah. sedang. Jika dibandingkan besarnya pengaruh keempat

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa gaya komunikasi di atas (telling style, selling style, komunikasi telling style yang dikembangkan participating style, delegating style) terhadap kepala sekolah di lingkungan sekolah tidak efektif kinerja guru yang tergolong rendah adalah sebagai bila diadaptasikan terhadap guru yang memiliki berikut : pertama sebanyak 50,0% varians skor kinerja yang tergolong sedang; kelima Efektivitas kinerja guru tingkat rendah dapat dijelaskan oleh Komunikasi selling style antara kepala sekolah komunikasi telling style kepala sekolah dengan dengan guru terhadap kinerja guru yang tergolong guru di lingkungan sekolah. Pengaruh sebesar ini sedang Berdasarkan hasil perhitungan meng- secara statistis mempunyai pengaruh yang cukup hasilkan koefisien korelasi r = 0,534, path coeffi- berarti, dengan demikian tidak dapat diabaikan; cient = 0,361. Melalui uji signifikansi dengan kedua sebanyak 5,1% varians skor kinerja guru statistik uji t, diperoleh t i = 5,222. Setelah tingkat rendah dapat dijelaskan oleh komunikasi dibandingkan dengan t tabel ternyata signifikan pada selling style kepala sekolah dengan guru di taraf kemelesetan (a) 0,05. Hal ini ditunjukkan lingkungan sekolah. Pengaruh sebesar ini secara dengan perbandingan t i = 5,222 > t tabel = 2,264. statistis tidak mempunyai pengaruh yang cukup

Dapat ditafsirkan bahwa ada pengaruh berarti, dengan demikian dapat diabaikan; ketiga positif yang signifikan antara komunikasi selling

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, September - Desember 2009

Pengaruh Komunikasi dan Iklim Organisasi... Suwatno

style yang dikembangkan kepala sekolah di tergolong sedang adalah sebagai berikut; pertama lingkungan sekolah terhadap kinerja guru yang sebanyak 12,4% varians skor kinerja guru tingkat tergolong sedang. Dengan kata lain dapat sedang dapat dijelaskan oleh komunikasi telling dikatakan bahwa komunikasi selling style yang style kepala sekolah dengan guru di lingkungan dikembangkan kepala sekolah di lingkungan sekolah. Pengaruh sebesar ini secara statistis tidak sekolah efektif bila diadaptasikan terhadap guru mempunyai pengaruh yang cukup berarti, dengan yang memiliki kinerja yang tergolong sedang; demikian dapat diabaikan; kedua sebanyak 36,1% keenam Efektivitas Komunikasi participating varians skor kinerja guru tingkat sedang dapat style antara kepala sekolah dengan guru terhadap dijelaskan oleh komunikasi selling style kepala kinerja guru yang tergolong sedang. Berdasarkan sekolah dengan guru di lingkungan sekolah. hasil perhitungan menghasilkan koefisien korelasi Pengaruh sebesar ini secara statistis mempunyai r = 0,492, path coefficient = 0,235. Melalui uji pengaruh yang cukup berarti, dengan demikian signifikansi dengan statistik uji t, diperoleh t i = tidak dapat diabaikan; ketiga Sebanyak 23,5% 2,989. Setelah dibandingkan dengan t tabel ternyata varians skor kinerja guru tingkat sedang dapat signifikan pada taraf kemelesetan (a) 0,05. Hal dijelaskan oleh komunikasi participating style ini ditunjukkan dengan perbandingan t i = 2,989 > kepala sekolah dengan guru di lingkungan sekolah. t tabel = 2,264. Dapat ditafsirkan bahwa ada Pengaruh sebesar ini secara statistis mempunyai pengaruh positif yang sangat signifikan antara pengaruh yang cukup berarti, dengan demikian komunikasi participating style yang dikem- tidak dapat diabaikan dan; keempat Sebanyak bangkan kepala sekolah di lingkungan sekolah 15,0% varians skor kinerja guru tingkat sedang terhadap kinerja guru yang tergolong sedang. dapat dijelaskan oleh komunikasi delegating style Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa ko- kepala sekolah dengan guru di lingkungan sekolah. munikasi participating style yang dikembangkan Pengaruh sebesar ini secara statistis tidak kepala sekolah di lingkungan sekolah efektif bila mempunyai pengaruh yang cukup berarti, dengan diadaptasikan terhadap guru yang memiliki kinerja demikian dapat diabaikan. Berdasarkan data yang tergolong sedang; ketujuh Efektivitas tersebut dapat ditafsirkan bahwa komunikasi sell- Komunikasi delegating style antara kepala se- ing style dan participating style yang dikem- kolah dengan guru terhadap kinerja guru yang bangkan kepala sekolah dengan guru di sekolah tergolong sedang. Berdasarkan hasil perhitungan mempunyai tingkat efektivitas paling tinggi jika menghasilkan koefisien korelasi r = 0,513, path diadaptasikan kepada guru yang kinerjanya coefficient = 0,150. Melalui uji signifikansi dengan tergolong sedang; kedelapan Efektivitas Ko- statistik uji t, diperoleh t i = 1,752. Setelah munikasi telling style antara kepala sekolah de- dibandingkan dengan t tabel ternyata nonsignifikan ngan guru terhadap kinerja guru yang tergolong pada taraf kemelesetan (a) 0,05. Hal ini tinggi. ditunjukkan dengan perbandingan t i = 1,752 < t tabel

Berdasarkan hasil perhitungan meng- = 2,264. Dapat ditafsirkan bahwa tidak ada hasilkan koefisien korelasi r = 0,351, path coeffi- pengaruh positif antara komunikasi delegating cient = 0,049. Melalui uji signifikansi dengan style yang dikembangkan kepala sekolah di ling- statistik uji t, diperoleh t i = 0,292. Setelah di- kungan sekolah terhadap kinerja guru yang ter- bandingkan dengan t tabel ternyata nonsignifikan golong sedang.

pada taraf kemelesetan (a) 0,05. Hal ini Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa ditunjukkan dengan perbandingan t i = 0,292 < t tabel komunikasi delegating style yang dikembangkan = 2,368. Dapat ditafsirkan bahwa tidak ada kepala sekolah di lingkungan sekolah tidak efektif pengaruh positif antara komunikasi telling style bila diadaptasikan terhadap guru yang memiliki yang dikembangkan kepala sekolah di lingkungan kinerja yang tergolong sedang. Jika dibandingkan sekolah terhadap kinerja guru yang tergolong besarnya pengaruh keempat gaya komunikasi di tinggi. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa atas (telling style, selling style, participating komunikasi telling style yang dikembangkan style, delegating style ) terhadap kinerja guru yang kepala sekolah di lingkungan sekolah tidak efektif

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 7, Nomor 3, September - Desember 2009

Suwatno Pengaruh Komunikasi dan Iklim Organisasi...

bila diadaptasikan terhadap guru yang memiliki t tabel = 2,368. Dapat ditafsirkan bahwa ada kinerja yang tergolong tinggi; kedelapan Efektivi- pengaruh positif yang sangat signifikan antara tas Komunikasi selling style antara kepala sekolah komunikasi delegating style yang dikembangkan dengan guru terhadap kinerja guru yang tergolong kepala sekolah di lingkungan sekolah terhadap tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan meng- kinerja guru yang tergolong tinggi. Dengan kata hasilkan koefisien korelasi r = 0,269, path coeffi- lain dapat dikatakan bahwa komunikasi delegat- cient = 0,0002. Melalui uji signifikansi dengan ing style yang dikembangkan kepala sekolah di statistik uji t, diperoleh t i = 0,002. Setelah diban- lingkungan sekolah efektif bila diadaptasikan ter- dingkan dengan t tabel ternyata nonsignifikan pada hadap guru yang memiliki kinerja yang tergolong taraf kemelesetan (a) 0,05. Hal ini ditunjukkan tinggi. dengan perbandingan t i = 0,002 < t tabel = 2,368.

Jika dibandingkan besarnya pengaruh Dapat ditafsirkan bahwa tidak ada pengaruh posi- keempat gaya komunikasi di atas (telling style, tif antara komunikasi selling style yang dikem- selling style, participating style, delegating bangkan kepala sekolah di lingkungan sekolah style) terhadap kinerja guru yang tergolong tinggi terhadap kinerja guru yang tergolong tinggi.