7. Susuilah bayi kapan saja dia membutuhkan, jangan dijadwal. Susuilah juga bila payudara ibu terasa penuh. Ingatlah bahwa makin sering menyusui, makin lancar produksi dan pengeluaran
ASI. 8. Setiap kali menyusui, gunakanlah kedua payudara secara bergantian. Yakinkan bahwa
payudara telah kosong atau bayi tidak lagi mau mengisap. 9. Mintalah petunjuk kepada petugas rawat gabung, bagaimana cara menyusui yang baik dan
benar.
Periode Postnatal:
1. Berikan ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan atau penyusuan eksklusif dan teruskan pemberian ASI sampai bayi berumur 2 tahun.
2. Berikan makanan pendamping ASI saat bayi mulai berumur 6 bulan.
2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
Menyusui merupakan proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini. Berbagai alasan ibu-ibu menghentikan pemberian ASI
kepada bayi adalah: produksi ASI kurang 32, masalah pada puting susu 28, ibu bekerja 16, pengaruh iklan susu formula 16, ingin dianggap modern 4.
Beberapa sebab terjadinya penurunan penggunaan ASI ekslusif antara lain: 1. Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga.
2. kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan teknologi pembuatan makanan bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi, susu buatan untuk bayi, mendorong ibu untuk
mengganti ASI dengan makanan lain
Rusmalawaty : Peranan Rumah Sakit Dalam Pelaksanaan Program Asi Eklusif, 2009
3. Iklan yang menyesatkan dari berbagai produksi makanan bayi. 4. Para ibu sering keluar rumah karena bekerja atau dengan tugas-tugas sosial.
5. Adanya anggapan dengan memberikan susu botol kepada bayi merupakan suatu simbol bagi kehidupan tingkat sosial yang lebih tinggi, terdidik dan mengikuti perkembangan zaman.
6. Pengaruh melahirkan di klinik atau rumah sakit, dimana belum semua petugas paramedik diberi pesan dan informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta
praktek yang keliru dengan memberikan susu botol kepada bayi yang baru lahir. Sering juga seorang ibu tidak menyusui bayinya karena terpaksa misalnya karena
persalinan yang patologis juga karena faktor lain misalnya karena bendungan ASI yang mengakibatkan ibu merasa sakit sewaktu bayinya menyusu, luka-luka pada puting susu dan
adanya penyakit kronis tertentu yang merupakan alasan untuk tidak menganjurkan ibu menyusui bayinya, demikian juga ibu yang gizinya tidak baik akan menghasilkan ASI dalam jumlah yang
relatif lebih sedikit dibanding ibu yang sehat dan gizinya lebih baik. Disamping itu juga karena faktor dari pihak bayi yang lahir premature, bayi sakit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian PASI adalah agresifnya promosi PASI pendamping air susu ibu yang mengasosiasikan perusahaanmerek produk dengan jaminan
kesehatan bayi, memperkenalkan PASI sejak lahir bahkan sejak sebelum lahir melalui ibu, mengurangi keyakinan ibu untuk dapat menyusui dan menciptakan susu lanjutan agar ASI
berhenti, menciptakan mitos : Bayi perlu diperkenalkan makanan sedini mungkin, ibu bekerja tidak dapat menyusui.
Kendala lain yang dihadapi dalam upaya peningkatan pengunaan ASI adalah:
Rusmalawaty : Peranan Rumah Sakit Dalam Pelaksanaan Program Asi Eklusif, 2009
1. Sikap sementara petugas kesehatan dari berbagai tingkat yang tidak bergairah mangikuti
perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan, konsep baru tentang pemberian ASI. 2.
Sikap pananggung jawab ruang bersalin dan perawatan di rumah sakit yang langsung memberi susu botol pada bayi baru lahir ataupun tidak mau mengusahakan agar ibu
mampu memberikan ASI pada bayinya. 3.
Belum diterapkannya rawat gabung disebagian besar institusi kesehatan. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, diharapkan prioritas utama dalam rangka promosi
ASI adalah meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan motivasi petugas kesehatan mengenai pemberian ASI.
2.7. Program ASI Ekslusif di Rumah Sakit. Dalam meningkatkan penggunaan ASI, masalah utama dan prinsipal adalah bahwa ibu-
ibu membutuhkan bantuan dan informasi yang mendukung, sehingga menambah keyakinan bahwa mereka akan dapat menyusui bayinya dengan sukses, ditambah lagi pada umumnya para
ibu mau patuh dan menurut nasehat petugas kesehatan sehingga nasehat yang diberikan oleh petugas akan diikuti oleh ibu-ibu untuk menyusui sendiri bayinya.
Tugas ini hanya akan berdampak positif bila petugas kesehatan berpengetahuan cukup mengenai cara memberikan informasi yang diperlukan serta mendidik ibu dalam mengatasi
masalah yang timbul serta didukung oleh kebijakan rumah sakit yang sesuai dengan permenkes nomor 240 tahun 1985 tentang larangan susu formula sesuai dengan Juklak Depkes tahun 1991
dan pengetahuan petugas sangat tergantung pada pengetahuan yan diterima selama pendidikan, ditambah pengetahuan selama bekerja melalui kontak dengan petugas kesehatan lainnya.
Rusmalawaty : Peranan Rumah Sakit Dalam Pelaksanaan Program Asi Eklusif, 2009
Program ASI ekslusif di rumah sakit merupakan salah satu pelaksanaan program pembangunan kesehatan yang bertujuan menurunkan angka kematian bayi dan anak di
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan diadakannya gerakan nasional peningkatan penggunaan air susu ibu PP-ASI yang dicanangkan oleh presiden RI pada tanggal 22 Desember 1990.
Sejalan dengan itu kampanye dan penyuluhan PP-ASI perlu dilaksanakan lebih intensif lagi agar persentase ibu-ibu yang menyusui ekslusif dapat meningkat.
Rumah sakit harus membuat kebijakan tertentu tentang larangan promosi susu formula sesuai dengan Juklak Depkes tahun 1991 tentang Permenkes no 240 tahun 1985. Dan pada
tanggal 3 agustus 1991 diadakan lomba rumah sakit sayang bayi serta adanya kesepakatan produsen importer produk makanan bayi PMB yang antara lain bahwa isi kesepakatan tersebut
menyatakan PMB tidak memasarkan produknya ke sarana pelayanan kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam pelaksanaan program ASI ekslusif di rumah sakit selalu berpedoman pada pelaksanaan Permenkes RI no 240men.KesPerv1995 tentang pengganti ASI, dimana tertuang
didalamnya pokok-pokok kebijaksanaan peningkatan penggunaan ASI secara ekslusif. A.
Dalam pelaksanaan kegiatan PP-ASI seluruh aparat baik pemerintah maupun swasta, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat yang berpedoman pada
kebijaksanaan PP-ASI yang meliputi: 1. Menyusui ekslusif, 2. ASI diberikan sampai 2 tahun, 3. Larangan promosipenggunaan pengganti ASI, 4. Melaksanakan sepuluh
langkah menuju keberhasilan menyusui 10 langkah MKM,5. Peningkatan penyuluhan ASI.
Rusmalawaty : Peranan Rumah Sakit Dalam Pelaksanaan Program Asi Eklusif, 2009
B. Sasaran meliputi: 1. Penentu kebijakan termasuk para pengambil keputusan dan
administrator legislatif, eksekutif dan judikatif, 2. Institusi pendidikan kesehatan, 3. Petugas kesehatan, 4. petugas non kesehatan formal dan non formal, 5. Masyarakat
umum. C.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan PP-ASI yaitu: 1. Memanfaatkan dan memasyarakatkan peraturan dan perundang-undangan yang mendukung program PP-ASI,
2. Melaksanakan orientasi kepada penentu kebijakan, pengambil keputusan dan administrator baik disektor pemerintah, swasta dan masyarakat, 3. melaksanakan
pelatihan bagi petugas kesehatan dan non kesehatan, 4. Menigkatkan penyuluhan PP- ASI, 5. Menyediakan sarana dan memberikan pelayanan yang kegiatan PP-ASI sesuai
kebijakan PP-ASI, 6. pemantauan dan evaluasi program PP-ASI berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya, 7. Petugas kesehatan memberikan
nasihat secara khusus pada ibu-ibu yang mengalami kesulitan dalam pemberian ASI. Sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui, yaitu : 1. Mempunyai kebijakan tertulis
tentang menyusui yang secara rutin disampaikan kepada semua staf pelayanan kesehatan untuk diketahui, 2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan keterampilan yang diperlukan
untuk menerapkan dan melaksanakan kebijakan tersebut, 3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan penatalaksanaan menyusui, 4. Membantu ibu-ibu untuk mulai
menyusui bayinya dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, 5. Memperlihatkan kepada ibu- ibu cara menyusui dan mempertahankannya sekalipun saat ibu berpisah dengan bayinya, 6.
Tidak memberikan makanan ataupun minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir, kecuali bila ada indikasi medis, 7. Melaksanakan rawat gabung memungkinkanmengizinkan
ibu dan anak untuk selalu bersama selama 24 jam, 8. Mendukung ibu agar dapat memberi ASI
Rusmalawaty : Peranan Rumah Sakit Dalam Pelaksanaan Program Asi Eklusif, 2009
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan bayi on-demand, 9. Tidak memberikan dot atau kempeng pada bayi yang sedang menyusui, 10. Membentuk kelompok pendukung menyusui
dan menganjurkan ibu-ibu yang pulang dari rumah sakit atau klinik selalu berhubungan ke kelompok tersebut.
2.8. Pemberian ASI Ekslusif di Rumah Sakit.