Pengaruh Media POP UP BOOK Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Intensi ASI Ekslusif Ibu Hamil Di Puskesmas Kecamatan Pesanggarahn Jakarta Selatan Tahun 2013

(1)

PENGARUH MEDIA POP UP BOOK TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN INTENSI ASI EKSLUSIF IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN

TAHUN 2013

SKRIPSI Disusun Oleh: DESLY AHDI KANTA

109101000074

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2013 M/1434 H


(2)

(3)

(4)

(5)

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, Agustus 2013

DESLY AHDI KANTA, NIM : 109101000074

PENGARUH MEDIA POP UP BOOK TERHADAP PENINGKATAN

PENGETAHUAN DAN INTENSI ASI EKSLUSIF IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2013

xiv + 85 halaman, 14 tabel, 5 gambar, 6 lampiran ABSTRAK

ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Puskemas Kecamatan Pesanggrahan menggunakan beberapa cara seperti penggunaan media leaflet dalam pelaksanaan kelas ibu hamil yang didalamnya para ibu hamil diberikan informasi yang berkaitan tentang kehamilan ibu hamil termasuk pengetahuan ASI ekslusif. Akan tetapi didapat angka cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Kec.Pesanggrahan sebesar 51,2%, masih dibawah target nasional. Dalam hal ini peneliti menggunakan media buku pop up yang telah di analisis kelayakannya untuk melihat pengaruhnya dalam perubahan pengetahuan dan intensi ibu hamil tentang ASI Ekslusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggarahan Jakarta Selatan tahun 2013.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi eksperimental dengan rancangan non equivalent control group design. Penelitian untuk mencari tahu penjelasan dari objek penelitian tentang pengaruh media buku pop up dalam perubahan pengetahuan dan intensi ibu hamil tentang ASI Eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 dengan cara membandingkan rata-rata skor antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata skor pengetahuan antara kelompok yang diberi perlakuan dengan media buku pop up dan kelompok kontrol (Pvalue 0.026). Akan tetapi untuk intensi pada kedua kelompok, dari hasil uji Chi-Square diperoleh Pvalue 1.00 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hal tersebut menujukkan tidak adanya pengaruh dari pemberian media buku pop up terhadap intensi ASI Eksklusif. Dilihat dari karakteristik responden tidak terdapat hubungan dari karakteristik umur (Pvalue=0,554), tingkat pendidikan (Pvalue=0,765), dan status paritas ibu hamil (Pvalue=0,701) terhadap perubahan skor pengetahuan ASI eksklusif

Kesimpulan dari penelitian bahwa media buku pop up dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan ASI Ekslusif ibu hamil akan tetapi tidak sampai taraf memberikan kepercayaan untuk berniat melakukannya.

Daftar bacaan : 53 (1981-2012)


(6)

iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, Agustus 2013

DESLY AHDI KANTA, NIM : 109101000074

INFLUENCE OF POP UP BOOK MEDIA ON THE IMPROVEMENT OF KNOWLEDGE AND ASI EXCLUSIVE INTENTION FOR PREGNANT WOMEN IN PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN 2013

xiv + 85 pages, 14 tables, 5 images, 6 attachments ABSTRACT

Exclusive breastfeeding is breast milk given to infants from birth for 6 (six) months, without adding or replacing with other food or drink. Puskemas Kecamatan Pesanggrahan use several ways such as the use of media leaflet in the implementation class in which pregnant women are given information about pregnancy related maternal including exclusive breastfeeding knowledge. However, the figures obtained coverage exclusively breastfeed in the Puskesmas Kec. Pesanggrahan at 51.2 %, still below the national target. In this case the researcher uses the pop-up books media that has been in the feasibility analysis to see the effect in the change of knowledge and intentions of pregnant women about exclusive breastfeeding in the Puskesmas Kecamatan Pesanggarahan Jakarta Selatan in 2013.

This research uses quasi-experimental research design with non-equivalent control group design. Research to find out an explanation of the object of research on the influence of pop-up books media in the knowledge and intentions change of pregnant women about exclusive breastfeeding in Puskesmas Kecamatan Pesanggarahan in 2013 by comparing the average scores between the treatment and control groups .

Results of this study indicated that there were significant differences in the average scores of knowledge between the group treated with media pop-up books and the control group (Pvalue 0.026). But for the intention in both groups, from the Chi-Square test results obtained Pvalue 1,00 which meant there was no significant difference between the treatment and control groups. It showed the lack of effect of granting media pop-up books to exclusive breastfeeding intentions. Judging from the characteristics of the respondents there was no correlation of the characteristics of age (Pvalue = 0.554), education level (Pvalue = 0.765), and maternal parity status (Pvalue = 0.701) on exclusive breastfeeding knowledge score changed.

The conclusion of the study that the pop-up book media can be used to improve exclusive breastfeeding knowledge of pregnant women but not to the extent of giving belief to intend to do so.

Reading list: 53 (1981-2012)


(7)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap :Desly Ahdi Kanta

Tempat Tanggal Lahir :Banyuasin,04 Desember 1991

Alamat : Jln. Bukit Indah No.54 Kelurahan Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Email : des041291@gmail.com

Telepon : 085367893434

Riwayat Pendidikan :

1997 – 2003 SDN No.4 Pangkalan Balai

2003 – 2006 MTs Ponpes Sabilul Hasanah Banyuasin 2006 – 2009 MA Ponpes Sabilul Hasanah Banyuasin

2009 – sekarang S1 – Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Riwayat Organisasi :

2007 – 2008 OSIS MA Ponpes Sabilul Hasanah Banyuasin

2007 – 2009 OSPa (Organisasi Santri Putra) Ponpes Sabilul Hasanah


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji serta rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi Allah SWT karena atas sifat Rahmaan dan Rahiim-Nya, penulis diberi kesehatan dan kemudahan dalam menjalankan segala aktivitas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada Uswatun Hasanah sepanjang zaman,

Nabi Muhammad SAW juga kepada para keluarganya, para shahabatnya, para tabi’it

-tabi’innya dan kepada para umatnya yang senantiasa dalam kebaikan hingga akhir

zaman.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Papa dan Mama’ tercinta, Zailani S.Pd dan Nisyati S.Pd yang telah berikhtiar,

sabar, dan tawakal dalam mendidik anaknya dan memberi dukungan serta selalu mendoakan penulis dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengabdikan dirinya untuk dunia pendidikan kesehatan.

3. Ibu Ir. Febrianti, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat sekaligus Pembimbing I dan Ibu Raihana Nadra Alkaff, M.Ma selaku Pembimbing II yang telah dengan sabar mendidik, membimbing, dan mengajarkan ilmu dan pengetahuan yang berguna bagi masa depan penulis serta mengizinkan penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini..


(9)

viii

4. Ibu Narila Mutia Nasir,Ph.D, Ibu Fajar Ariyanti,Ph.D, dan Ibu Rostini,M.KM selaku penguji skripsi yang telah mengarahkan, mendukung dan mengizinkan penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Kak Septiani, Kak Ami, Kak Ida selaku Laboran Kesmas yang telah memberikan arahan dalam perjalanan penyelesaian skripsi ini.

6. Rekan-rekan seperjuangan SJD SS 2009, rekan-rekan Kesehatan Masyarakat 2009, dan rekan-rekan peminatan Gizi 2009 yang telah bersama-sama menuntut ilmu, berdiskusi, memberi dukungan dan masukan terhadap penulisan ini, terkhusus pada Ana Mahillatul Jannah dan Agung Taufiqur Rokhman yang selalu memberi support dan menemani dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Rekan-rekan peneliti di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Fitri Aryani,SKM , Nur Syamsiyah,SKM, dan Kiki Chairani Saputri,SKM yang selalu berbagi suka-duka dan informasi dengan penulis selama pengerjaan skripsi ini.

Semoga ilmu dan pengetahuan yang telah diajarkan, bimbingan dan petunjuk yang telah disampaikan serta dukungan yang telah diberikan dari berbagai pihak terhadap penulis mendapatkan ganjaran pahala dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini.

Ciputat, Agustus 2013


(10)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN PESETUJUAN……….iv

LEMBAR PENGESAHAN ………..v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Pertanyaan Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

1. Tujuan Umum ... 7

2. Tujuan Khusus ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

1. Bagi Puskesmas ... 8

2. Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 8

3. Bagi Peneliti Lain ... 8

F. Ruang Lingkup ... 8

BAB IITINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pendidikan ... 10

B. Media ... 14

1. Konsep Dasar Media ... 14

2. Fungsi dan Manfaat Media ... 14

3. Karakteristik Media ... 15

4. Pesan dalam Media ... 17


(11)

x

D. Asi Eksklusif ... 21

1. Pengertian ... 21

2. Manfaat ... 21

E. Pengetahuan ... 25

1. Pengertian ... 25

2. Sumber Pengetahuan ... 25

3. Pengetahuan ASI Eksklusif ... 26

4. Kebutuhan Pengetahuan ... 29

5. Pemberian Pengetahuan ... 29

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 31

F. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) ... 35

1. Pengertian ... 35

2. Kebijakan ... 36

3. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Proses Pemberian Pengetahuan ... 37

G. Intensi ... 40

1. Pengertian Intensi ... 40

2. Teori Plan Behavior ... 41

H. Kerangka Teori ... 42

BAB IIIKERANGKA KONSEP,DEFINISI OPERASIONAL,DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep ... 45

B. Definisi Operasional ... 46

C. Hipotesis ... 48

BAB IVMETODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 49

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 50

D. Instrumen Penelitian ... 52

E. Pengumpulan Data ... 53

F. Pengukuran Data. ... 53

G. Pengolahan dan Analisa Data ... 54

1. Pengolahan Data ... 54


(12)

xi

A. Karakteristik Sampel ... 57

B. Gambaran Pengetahuan ASI Ekslusif Ibu Hamil Sebelum Intervensi ... 58

C. Gambaran Pengetahuan ASI Ekslusif Ibu Hamil Setelah Intervensi ... 60

D. Pengaruh Media Buku Pop Up dalam Perubahan Pengetahuan ASI Ekslusif Ibu Hamil di Puskesmas Kec.Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013 ... 60

E. Hubungan Karakteristik Demografi Ibu Hamil Terhadap Pengetahuan ASI Ekslusif ... 67

F. Gambaran Intensi ASI Ekslusif Ibu Hamil ... 69

BAB VIPEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian ... 71

B. Karakteristik Ibu Hamil ... 72

C. Pengetahuan ASI Ekslusif Ibu Hamil Sebelum Intervensi ... 73

D. Pengetahuan ASI Ekslusif Ibu Hamil Setelah Intervensi ... 73

E. Pengaruh Media Buku Pop Up Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil ... 74

F. Hubungan Karakteristik Demografi Ibu Hamil Terhadap Pengetahuan ASI Ekslusif ... 78

G. Intensi ASI eksklusif Pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan ... 81

BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 84


(13)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

3.1 Definisi Operasional 46

5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, dan Paritas di

Wilayah Puskesmas Pesanggrahan Tahun 2013 57

5.2 Gambaran Pengetahuan ASI Eksklusif Sebelum Diberikan Perlakuan 59 5.3 Gambaran Pengetahuan ASI Eksklusif Setelah Diberikan Intervensi 60 5.4 Pengetahuan Kelompok Perlakuan Tentang ASI Ekslusif Sebelum (Pre

test) dan Sesudah (Post test) Diberikan Media Buku Pop Up 61 5.5 Gambaran Skor Pengetahuan ASI Eksklusif Kelompok Perlakuan 62 5.6 Pengetahuan Kelompok Kontrol Tentang ASI Ekslusif Sebelum (Pre

test) dan Sesudah (Post test) Diberikan Media Plasebo 63 5.7 Gambaran Skor Pengetahuan ASI Eksklusif Kelompok Kontrol 64 5.8 Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Permateri Pertanyaan yang Dijawab

Benar 65

5.9 Rata-Rata Perubahan Pengetahuan Antara Kelompok Perlakuan Dan

Kelompok Kontrol 66

5.10 Hubungan Karakteristik Umur Dan Skor Pengetahuan Ibu Hamil 67 5.11 Hubungan Karakteristik Tingkat Pendidikan Dan Skor Pengetahuan Ibu

Hamil 68

5.12 Hubungan Karakteristik Paritas Ibu Dan Skor Pengetahuan Ibu Hamil 69 5.13 Perbedaan Intensi ASI Eksklusif Pada Kelompok Perlakuan Dan


(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

2.1 Teori of Planned Behavior 42

2.2 Kerangka Teori Penelitian 44

3.1 Kerangka Konsep Penelitian 45

5.1 Grafik Skor Pengetahuan Kelompok Perlakuan dengan Kurva

Normal 62


(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Lampiran 2 Output SPSS

Lampiran 3 Kuesioner

Lampiran 4 Media Pop Up Book Lampiran 5 Media Placebo Lampiran 6 Lembar Minat Media


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air susu ibu (ASI) merupakan cairan hidup yang diciptakan oleh Allah SWT untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi sejak lahir yang diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, ASI mengandung zat-zat gizi yang tidak ditemukan dalam makanan/minuman olahan manusia apapun (Kemenkes R.I, 2009).

Kewajiban ibu untuk menyusui bayinya tercantum jelas dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 223: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan... (QS: Al-Baqarah [2]: 233). Sedangkan dalam Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif; ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Pemerintah menetapkan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan ini mengacu pada yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO), dan penetapan ini tidak hanya berlaku di Indonesia saja, tetapi juga di seluruh dunia.

Menurut Roesli (2000) faktor yang mempengaruhi pemberian ASI yaitu kurangnya penyampaian informasi ataupun pengetahuan tentang ASI Ekslusif kepada para ibu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suyanto (2010) menyimpulkan


(17)

2

adanya pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan ibu dan perubahan sikap ibu tentang makanan sehat dan gizi seimbang.

Dalam sebuah proses komunikasi yang disampaikan oleh Laswell dalam Suprapto (2011) disebutkan bahwa terdapat lima komponen komunikasi agar dapat terjadi sebuah proses komunikasi. Komponen tersebut adalah komunikator, pesan, media, komunikan serta pengaruh. Media mempunyai peran sebagai sarana untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Media mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Pemilihan media yang tepat akan membantu keberhasilan proses tersebut, sebaliknya penggunaan media yang tidak tepat akan menyulitkan komunikan memahami isi pesan dari komunikator.

Menurut Notoatmodjo (2007), berdasarkan fungsinya media dibagi menjadi 3 yakni media cetak, media elektronik, dan media papan. Adapun media cetak, seperti booklet, leaflet, buku pop-up, flyer, flip chart, rubrik/ tulisan‐tulisan poster, foto. Media elektronik, seperti televisi, radio, video compact disc, slide, film strip, serta media papan (bill board), yang mencakup pesan‐pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum.

Dalam hal ini terdapat sebuah bentuk media cetak yang dikemas dengan menarik dan interaktif yakni buku pop-up. Buku pop-up adalah sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi. Sekilas pop-up hampir sama dengan origami dimana kedua seni ini mempergunakan tehnik melipat kertas. Walau demikian origami lebih memfokuskan untuk menciptakan objek atau benda, sedangkan


(18)

pop-up lebih cenderung pada pembuatan mekanis kertas yang dapat membuat gambar tampak secara lebih berbeda baik dari sisi perspektif dan dimensi, perubahan bentuk hingga dapat bergerak (Montanaro,2009).

Buku pop-up dapat memberikan visualisasi materi yang lebih menarik, mulai dari tampilan gambar yang terlihat lebih berdimensi, memiliki tekstur yang menggambarkan bentuk aslinya. Hal-hal seperti diatas membuat materi yang dimuat dalam buku pop-up menjadi lebih menarik untuk diminati (Montanaro,2009).

Sesuai hasil observasi yang dilakukan peneliti bahwa Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan merupakan instansi pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah Kecamatan Pesanggrahan yang berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dari segi preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif, Khususnya dalam hal ini memberikan pelayanan dan informasi kepada Ibu hamil mengenai pentingnya ASI Ekslusif untuk kesehatan ibu dan bayi. Dalam memberikan informasi tentang pentingnya ASI Ekslusif terdapat beberapa media pendidikan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan ASI Eksklusif. Media pendidikan yang ada adalah poster ASI Eksklusif dan leaflet kelas ibu hamil. Poster ASI Eksklusif berada pada ruang tunggu pelayanan antenatal dan leaflet kelas ibu hamil digunakan saat berlangsungnya kelas ibu hamil. Namun materi pada kedua media yang digunakan masih terbatas.

Materi pada poster tersebut hanya menjelaskan terkait pengertian ASI Eksklusif dan himbauan untuk memberikan ASI Eksklusif pada anaknya. Materi ASI eksklsuif pada leaflet lebih fokus pada materi persalinan dibandingkan dengan materi ASI


(19)

4

Ekslusif. Materi pada media-media tersebut masih kurang dari yang dianjurkan untuk keberhasilan ASI Eksklusif.

Informasi tentang ASI Eklusif hanya disampaikan saat ibu hamil bertanya langsung tentang ASI Ekslusif karena informasi yang sering diberikan bidan tanpa pertanyaan dari ibu hamil kebanyakan mengenai informasi tentang persalinan, sehingga dari data yang diperoleh, angka cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Kec. Pesanggrahan sebesar 51,2%, masih dibawah target nasional 80% (Kemenkes,2010c).

Dari hasil penelitian Septiani (2012) data pengetahuan yang diperoleh terdapat beberapa materi ASI Ekslusif yang mayoritas tidak dikuasai oleh ibu hamil sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kemenkes R.I (2010a) dan Soetjiningsih (1997). Adapun materi yang mayoritas tidak dikuasai bagi ibu hamil (<60 % ) di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan yaitu sebagai berikut: ASI saja enam bulan pada topik penanganan bayi sakit (29.2%), Penjelasan pentingnya ASI pada topik waktu diberikannya ASI(47.9%), manfaat ASI bagi ibu untuk menguruskan badan (46.9%), dan mitos perubahan bentuk payudara (30.2%), Kolostrum pada topik Pengertian kolostrum (39.6%), Tidak diberi susu formula pada topik bahaya susu formula bagi bayi (58.3%),dan penanganan ketika ASI belum keluar (10.6%), Perawatan puting susu pada topik bahaya penggunaan sabun dan alkohol (44.8%), Cara mengatasi kesulitan dalam menyusui pada topik penanganan masalah radang payudara dan puting lecet (39.6%), dan penanganan pemberian ASI ketika ibu bekerja (46.9%).

Berdasarkan data di atas ibu hamil yang mendapat informasi di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan harus diberikan informasi yang lebih fokus pada materi ASI Ekslusif. Hal ini memberikan suatu indikasi peranan media yang tersebut diatas ternyata


(20)

belum dapat memberikan informasi yang sesuai untuk memenuhi tujuan peningkatan pengetahuan ASI Eklusif sasaran.

Media yang efektif adalah media yang melihat tingkat kebutuhan masyarakat (Nasution,2010). Sedangkan yang ada di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan selama ini adalah media yang memberikan informasi lebih kepada teori persalinan. Hal ini menunjukkan masih kurangnya informasi tentang ASI Ekslusif.

Sehingga menurut peneliti perlu diberikan media tentang ASI Ekslusif yang sesuai dengan kebutuhan pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggarahan, sehingga informasi yang disampaikan dapat lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif, serta dapat memberikan niat bagi ibu untuk mengamalkan ASI Ekslusif ini.

Media yang akan diberikan berupa buku pop up dengan alasan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, terbukti bahwa 18 dari 20 orang ibu hamil (90%) di puskesmas Kec. Pesanggrahan lebih memilih media buku pop up untuk dibaca dibandingkan dengan media leaflet.

Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh media buku pop up terhadap perubahan pengetahuan dan intensi ASI Ekslusif ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan, yang dalam hal ini dapat bermanfaat bagi pihak puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil seterusnya sehingga dapat menciptakan perilaku ASI Ekslusif yang baik pula..


(21)

6

B. Rumusan Masalah

Pengetahuan ibu mengenai ASI Eksklusif sangat penting dalam meningkatkan praktek pemberian ASI Eksklusif. Menurut Kemenkes (2010a) dan Soetjiningsih (1997), terdapat 22 materi pemberian ASI Eksklusif yang seharusnya dikuasai oleh ibu hamil. Pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif di wilayah puksemas Kecamatan Pesanggrahan masih dikatakan kurang karena terdapat 10 dari 22 materi pemberian ASI Eksklusif yang belum dikuasai. Selain itu, media yang ada belum banyak berperan dalam meningkatkan pengetahuan ASI Ekslusif ibu hamil apalagi sampai memberikan niat untuk melaksanakan hal tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan media khusus yang dapat meningkatkan pengetahuan dan memberikan niat pada ibu untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayinya kelak.

Dalam hal ini peneliti menggunakan media buku pop up yang telah di analisis kelayakannya untuk melihat pengaruhnya dalam perubahan pengetahuan dan intensi ibu hamil tentang ASI Ekslusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggarahan Jakarta Selatan tahun 2013.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Apakah media buku pop up berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan ibu hamil mengenai ASI Ekslusif dengan membandingkan selisih rata-rata skor pre-test dan post pre-test pada kelompok perlakuan media buku pop up dan kelompok kontrol?

2. Apakah media buku pop up berpengaruh terhadap intensi ibu hamil untuk melaksanakan ASI Ekslusif dengan melihat hubungan intensi dengan delta skor pengetahuan pada kelompok perlakuan media dan kelompok kontrol?


(22)

3. Berapa persentase intensi untuk menerapkan ASI Ekslusif oleh ibu hamil pada kelompok perlakuan media buku pop up dan kelompok kontrol?

4. Bagaimana persentase karakteristik demografi ibu hamil berdasarkan usia, pendidikan, dan pengalaman (Paritas) terhadap pengetahuan ibu?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh media buku pop up terhadap peningkatan pengetahuan dan jumlah persentase intensi ASI Ekslusif ibu hamil di puskesmas kecamatan pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya pengaruh media buku Pop up terhadap peningkatan pengetahuan ibu hamil mengenai ASI Ekslusif dengan membandingkan selisih rata-rata skor pre-test dan post test pada kelompok perlakuan media buku pop up dan kelompok kontrol.

b. Diketahuinya pengaruh media buku Pop up terhadap intensi ibu hamil untuk melaksanakan ASI Ekslusif dengan melihat hubungan intensi dengan delta skor pengetahuan pada kelompok perlakuan media dan kelompok kontrol. c. Diketahuinya persentase intensi untuk menerapkan ASI Ekslusif oleh ibu

hamil pada kelompok perlakuan media buku pop up dan kelompok kontrol. d. Diketahuinya persentase karakteristik demografi ibu hamil berdasarkan usia,


(23)

8

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas

Membantu puskesmas dalam menganalisa penguasaan pengetahuan pada ibu hamil terkait ASI eksklusif dan pengaruh media buku pop up untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil sehingga dapat dilakukan tindakan lanjutan untuk terus meningkatkan pengetahuan sebagai awal dari perilaku hidup sehat.

2. Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Memberikan tambahan pustaka yang dapat menunjang ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan mahasiswa terkait ASI eksklusif.

3. Bagi Peneliti Lain

Dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan terkait kebutuhan pengetahuan tentang ASI ekslusif pada ibu hamil.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini dibatasi kepada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal pada bulan Juni di Poli Klinik Kesehatan Ibu Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Analisis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan desain studi quasi eksperimen. Lokasi penelitian bertempat di Poliklinik Kesehatan Ibu Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan dan waktu penelitian dalam rentang waktu bulan Juni 2013. Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini bahwa masih rendahnya praktik pemberian ASI Eksklusif dan masih kurangnya pengetahuan ibu mengenai pemberian ASI Eksklusif juga karena media yang ada di


(24)

Puskesmas Kec.Pesanggrahan belum berperan dalam meningkatkan pengetahuan ASI Ekslusif ibu hamil sehingga perlu diberikan media promosi kesehatan (buku pop up) yang sesuai untuk melihat pengaruhnya dalam peningkatan pengetahuan dan intensi ibu hamil dalam pemberian ASI Ekslusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.


(25)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Pendidikan

Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehatan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan dari sasaran (Notoatmodjo, 2007).

Dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pendidikan individual, kelompok, dan massa (public).

1. Metode pendidikan individual (perorangan)

Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya membina seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi TT karena baru saja memperoleh/mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu hamil tersebut segera minta imunisasi, adalah pendekatan secara perorangan.


(26)

Perorangan disini tidak hanya berarti harus hanya kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga ibu tersebut.

Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta dapat membantunya maka perlu menggunakan metode (cara) ini. Bentuk pendekatan ini, antara lain: bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling), wawancara (interview).

2. Metode pendidikan kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan

a. Kelompok besar

Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yangbaik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar.

b. Kelompok kecil

Apabila peserta kegiatan kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain:


(27)

12

1) Diskusi kelompok

Agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pemimpin diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa berada dalam taraf yang sama, sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.

2) Curah pendapat (brain storming)

Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya pada permulaannya pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi komentar oleh siapapun. Baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

3) Bola salju (snow balling)

Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit


(28)

maka tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulnnya.

Kemudian tiap-tiap pasang yang telah sudah beranggotakan 4 orng ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.

4) Kelompok-kelompok kecil (buzz group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain. Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya hasil dari tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.

5) Memainkan peranan (role play)

Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk memanikan peranan, misalnya sebagai

Dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat.

6) Permainan simulasi (simulation game)

Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli.

3. Metode pendidikan massa

Metode pendidikan (pendekatan) massa cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Oleh karena sasaran pendidikan ini


(29)

14

bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku. Namun demikian bila kemudian dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar. Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung (Notoatmodjo, 2003b).

B. Media

1. Konsep Dasar Media

Kata “media” merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Arti jamak disini merupakan macam-macam perantara yang mengantarkan informasi kepada penerima informasi.“istilah medium ini adalah perantara yang mengantarkan informasi antara sumber dan penerima, dapat berupa foto,radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan dll” (Arsyad, 2007).

2. Fungsi dan Manfaat Media

Media berfungsi sebagai pembawa informasi dari sumber menuju penerima guna mencapai tujuan materi,dalam kegiatan pembelajaran fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang


(30)

mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Selain itu, media dapat memperjelas penyajian pesan(Arsyad, 2007) .

Arifin, A. dalam Munandi (2010) menjelaskan media pembelajaran

menurut perspektif psikologis bahwa “media pembelajaran merupakan stimulus

yang siap direspon penerima media, semakin banyak stimulus yang berada di lingkungannya semakin banyak pula hal yang direspon oleh penerima media”. Menurut Lavied dan Lentz (Arsyad, 2007) fungsi media, khususnya visual yaitu 1) fungsi atensi, 2) fungsi afektif, 3) fungsi kognitif dan 4) fungsi kompensatoris.

Fungsi atensi berperan dalam menarik dan mengarahkan perhatian penerima media terhadap materi yang disampaikan pada gambar, fungsi afektif menunjukkan kepada perasaan penerima media mengenai tingkat penerimaan atau penolakan terhadap materi yang diberikan, fungsi kognitif mewakili pemahaman penerima media terhadap materi ajar yang disajikan secara visual, sedangkan fungsi kompensatoris berfungsi untuk mengakomodasi cepat lambatnya waktu yang dibutuhkan penerima media untuk memahami suatu informasi secara visual.media yang baik adalah media yang dapat mencakup fungsi dari media tersebut.

3. Karakteristik Media

Menurut Kemp dalam Mubarak dkk 2007, karakteristik media merupakan dasar pemilihan media sesuai dengan situasi belajar tertentu. Karakteristik media yang sering digunakan dalam media pembelajaran di Indonesia adalah:


(31)

16

a. Media grafis

Berfungsi untuk menyalurkan pesan berupa simbol-simbol komunikasi visual yang perlu dipahami, untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan apabila tidak diilustarikan. Beberapa jenis media grafis adalah :

1) Gambar/foto, gambar, yang dimksud disini termasuk foto, lukisan / gambar dan sketsa (gambar garis). Tujuan utama penampilan berbagai jenis gambar ini adalah untuk memvisualisasikan konsep yang ingin disampaikan kepada audien.

Gambar/foto yang baik sebagai media pendidikan harus memenuhi syarat-syarat yaitu harus autentik yaitu secara jujur gambar melukikskan keadaan sebenarnya, sederhana yaitu komposisinya harus jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar, ukuran relatife, gambar/ foto sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

2) Sketsa adalah gambar yang sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail.

3) Diagram adalah bersifat simbolis dan abstrak sehingga kadang sulit dimengerti.


(32)

5) Grafis, menampilkan sajian visual berupa data angka-angka b. Media Audio

Media audio merupakan bentuk media pengajaran yang murah dan terjangkau. Penggunaan media audio dalam pengajaran dibatasi hanya oleh imajinasi guru dan siswa. Media audio dapat digunakan dalam semua fase pengajaran mulai dari pengantar atau pembukaan ketika memperkenalkan topik bahasan sampai kepada evaluasi hasil belajar siswa. Contoh media audio adalah radio dan tape.

c. Media audio-visual

Media audio-visual adalah gabungan pesan yang ingin disampaikan dari audio dan visual seperti TV, video dalam bentuk film-film.

4. Pesan dalam Media

Menurut Depkes RI (2004),Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata yang sesuai untuk khalayak sasaran. Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif, untuk itu pesan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:

a. Command Attention

Kembangkan suatu idea tau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan khayalayak sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut.


(33)

18

b. Clarify The Message

Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang effektif harus memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Kalau pesan dalam media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut gagal.

c. Create Trust

Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. d. Communicate a Benefit

Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. e. Consistency

Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama dimedia apapun secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan tetap sama.

f. Cater to the Heart and Head

Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yang efektif tidak hanya sekedar memberi alasan teknis semata, tetapi juga harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata. g. Call to Action

Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khlayak sasaran untuk

bertindak sesuatu. “Ayo, buang air bedsar di jamban agar anak tetap sehat”


(34)

2 Media Buku Pop-up a. Pengertian buku pop up

Buku pop-up adalah sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi. Sekilas pop-up hampir sama dengan origami dimana kedua seni ini mempergunakan tehnik melipat kertas. Walau demikian origami lebih memfokuskan untuk menciptakan objek atau benda, sedangkan pop-up lebih cenderung pada pembuatan mekanis kertas yang dapat membuat gambar tampak secara lebih berbeda baik dari sisi perspektif dan dimensi, perubahan bentuk hingga dapat bergerak. Buku pop-up dapat memberikan visualisasi materi yang lebih menarik, mulai dari tampilan gambar yang terlihat lebih berdimensi,memiliki tekstur yang menggambarkan bentuk aslinya. Hal-hal seperti diatas membuat materi yang dimuat dalam buku pop-up menjadi lebih menarik untuk diminati (Montanaro,2009).

b. Kelebihan buku pop up

Buku pop-up dapat memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik. Mulai dari tampilan gambar yang terlihat lebih memiliki dimensi, gambar yang dapat bergerak ketika halaman-nya dibuka atau bagiannya digeser, bagian yang dapat berubah bentuk, memiliki tekstur seperti benda aslinya bahkan beberapa ada yang dapat mengeluarkan bunyi. Hal-hal seperti ini membuat ceritanya lebih menyenangkan dan menarik untuk dinikmati.

Hal lain yang membuat buku pop-up menarik dan berbeda dari buku cerita ilustrasi biasa adalah ia memberikan kejutan- kejutan dalam setiap halamannya yang dapat mengundang ketakjuban ketika halamannya dibuka.


(35)

20

“Pembaca seperti menjadi bagian dari hal yang menakjubkan itu karena mereka

memiliki andil ketika mereka membuka halaman buku”.Hal ini membuat pem -baca memancing antusias pem-baca dalam mengikuti ceritanya karena mereka menanti kejutan apa lagi yang akan diberikan di halaman selanjutnya.

Buku pop-up mempunyai kemampuan untuk memperkuat kesan yang ingin disampaikan dalam sebuah cerita sehingga dapat lebih dapat terasa. Tampilan visual yang lebih berdimensi membuat cerita semakin terasa nyata ditambah lagi dengan kejutan yang diberikan dalam setiap halamannya. Gambar dapat secara tiba-tiba muncul dari balik halaman atau sebuah bangunan dapat berdiri megah ditengah-tengah halaman dengan cara pemvisualisasi ini, kesan yang ingin ditampilkan dapat lebih tersampaikan. Jenis cerita yang disampaikan dalam buku pop-up bisa sangat beragam mulai dari pengetahuan seperti pengenalan hewan, geografis suatu negara, kebudayaan, sejarah, kegiatan keagamaan,hingga cerita imaginer seperti dongeng, fabel, cerita rakyat, mitos, legenda.(Sabuda,2008)

c. Kekurangan buku pop up

Selain berbagai keunggulannya, buku pop-up memiliki kelemahan juga. Kelebihan buku pop-up adalah kelemahannya juga karena memiliki mekanik yang dapat membuat buku pop-up bergerak, muncul hingga secara lebih berdimensi; waktu pengerjaannya cenderung lebih lama karena menuntut ketelitian yang lebih ekstra sehingga mekanik dapat bekerja dengan baik dalam waktu yang lama dan juga untuk menjaga durabilitynya. Hal ini meyebabkan buku pop-up menjadi lebih mahal dari pada buku cerita ilustrasi pada umumnya.


(36)

Selain dari itu penggunaan material buku yang lebih berkualitas juga membuat buku seperti ini lebih mahal (Sabuda,2008).

D. Asi Eksklusif 1. Pengertian

Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.

2. Manfaat

Menurut Roesli (2000), manfaat ASI ekslusif bagi bayi dan ibu adalah sebagai berikut:

a. Manfaat ASI Ekslusif Bagi Bayi 1) ASI sebagai nutrisi

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia enam bulan. Setelah usia enam bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih.

Setiap mamalia secara alamiah dipersiapkan untuk mempunyai sepasang atau lebih kelenjar ASI susu. Pada saat melahirkan, kelenjar ini akan


(37)

22

memproduksi air susu khusus untuk makanan bayinya. Komposisi ASI dari seorang ibu juga berbeda-beda dari hari ke hari. ASI yang keluar pada saat kelahiran sampai hari ke-4 atau ke-7 (kolostrum) berbeda dengan ASI yang keluar dari hari ke-4/ke-7 sampai hari ke 10/ke-14 setelah kelahiran (ASI transisi). Komposisi ini akan berbeda lagi setelah hari ke-14 (ASI matang).

2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia 9 sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi, maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, bakteri, virus, parasit dan jamur.

Dari hasil penelitian Kramer dalam World Health Organization (WHO, 2011), didapatkan hasil bahwa pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dapat menurunkan risiko infeksi pencernaan pada bayi selain itu, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan juga tidak menyebabkan alergi serta efek samping pada pertumbuhan bayi.


(38)

3) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan

Mengingat bahwa kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak, maka jelas bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah pertumbuhan otak. Sementara itu, faktor terpenting dalam proses pertumbuhan termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan. Kesempatan ini hendaknya dapat dimafaatkan sebaik-baiknya agar otak bayi dapat tumbuh optimal.

Dengan memberikan ASI secara ekslusif sampai bayi berusia enam bulan, akan menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal. Nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi diantaranya adalah :

a) Taurin

Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak (Kemenkes R.I, 2005).

b) Laktosa

Merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat pada susu sapi (Kemenkes R.I, 2005).


(39)

24

Merupakan asam lemak utama dari ASI yang hanya terdapat sedikit dalam susu sapi. Hasil penelitian dr.Lucas (1993) terhadap 300 bayi prematur membuktikan bahwa bayi-bayi prematur yang diberi ASI ekslusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (8,3 point lebih tinggi) dibanding bayi prematur yang tidak diberi ASI. Penelitian dr. Riva (1997) ditemukan bahwa bayi yang diberi ASI ekslusif, ketika berusia 9,5 tahun tingkat IQ 12,9 point lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi tidak diberi ASI ekslusif (Kemenkes R.I, 2005).

d) ASI meningkatkan jalinan kasih sayang

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik (Kemenkes R.I, 2005).

b. Manfaat ASI Eksklusif Bagi Ibu

Selain bermanfaat untuk bayi, ASI eksklusif juga dapat bermanfaat bagi ibu. Berikut ini manfaat ASI eksklusif bagi ibu: mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mengurangi terjadinya anemia, menjarangkan kehamilan, mengecilkan rahim, lebih cepat langsing kembali, mengurangi kemungkinan menderita kanker, seperti kanker payudara dan kanker indung telur, lebih ekonomis karena tidak ada pengeluaran untuk susu formula dan perlengkapannya dan penghematan biaya ke dokter, tidak merepotkan dan


(40)

hemat waktu, praktis karena bisa langsung dinikmati oleh bayi serta memberi kepuasan bagi ibu karena bisa menyusui bayinya secara eksklusif.

E. Pengetahuan 1. Pengertian

Menurut Bloom dan Skinner dalam Notoatmodjo (2003a), pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan, atau tulisan yang merupakan stimulasi dari pertanyaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).

2. Sumber Pengetahuan

Menurut Hartono (2010), sumber untuk memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu : (a) perorangan di luar kendali pelayanan kesehatan (keluarga, teman, ahli agama, tokoh masyarakat), (b) perorangan dalam kendali pelayanan kesehatan (petugas kesehatan), (c) nonperorangan di luar kendali pelayanan kesehatan (media massa, dan media elektronik) serta (d) nonperorangan dalam kendali pelayanan kesehatan (iklan, brosur yang dibuat oleh pelayanan kesehatan)


(41)

26

3. Pengetahuan ASI Eksklusif

Dalam perilaku pemberian ASI eksklusif, pengetahuan terkait ASI eksklusif memegang peranan yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2003a), yang mengatakan bahwa pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku kesehatan. Sebenarnya pengetahuan tersebut dapat ditingkatkan salah satunya dengan adanya dukungan pemberian pengetahuan dari petugas kesehatan sejak dari awal kehamilan (Nusatya, 1981).

Menurut Kemenkes R.I (2010b), materi pengetahuan yang seharusnya diberikan untuk dikuasai oleh ibu hamil terkait ASI eksklusif berupa:

a. ASI Saja Enam Bulan;

Menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian Air Susu Ibu eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Materi ini penting untuk dikuasai oleh ibu hamil karena menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh MS. Kramer dalam WHO (2011), banyak manfaat yang akan diperoleh, baik dari bayi maupun ibu apabila bayi disusui secara eksklusif selama enam bulan tanpa tambahan apapun.

Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dapat menurunkan risiko infeksi pencernaan pada bayi, menurunkan berat badan ibu setelah lahir, serta dapat pula menunda periode menstruasi. Pemberian ASI eksklusif yang diberikan selama enam


(42)

bulan juga tidak menyebabkan alergi serta tidak ada efek samping pada pertumbuhan bayi. Sangat disayangkan apabila materi ini tidak dikuasai oleh ibu hamil, mengingat manfaatnya sangat besar dan menguntungkan, bukan hanya bagi bayi tetapi juga untuk ibu.

Dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan tidak sesederhana yang dibayangkan. Banyak kendala yang timbul dalam upaya memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Beberapa kendala yang sering menjadi alasan ibu dalam menghentikan pemberian ASI kepada bayi adalah ketika bayi mengalami sakit (Pratiwi dan Purnawati, 2009).

b. Penjelasan Pentingnya ASI;

ASI mengandung zat gizi yang sesuai serta juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. ASI juga memiliki perbandingan antara Whei dan Kasein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei yang lebih banyak dibandingkan kasein (65:35) menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap dan dimetabolisme (Kemenkes R.I, 2008). Jumlah ini diyakini mencukupi kebutuhan bayi selama enam bulan. Hal tersebut juga didukung berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Saputra, et.al (2010), yang juga mengemukakan bahwa ASI merupakan nutrisi ideal yang dapat mencukupi dan mendukung pertumbuhan yang optimal dalam enam bulan pertama kehidupan bayi.

Selama ini telah banyak beredar kabar di masyarakat mengenai memberikan ASI kepada bayi dapat membuat ibu menjadi gemuk. Menurut


(43)

28

Arisman (2007), kabar tersebut sebenarnya tidak benar. Arisman memaparkan perangsangan puting susu oleh isapan bayi justru akan menambah sekresi oksitosin ke dalam darah yang pada gilirannya menyebabkan kontraksi uterus,

dan juga timbunan lemak penyebab “gendut”, kembali ke ukuran sebelum

hamil. Pernyataan Arisman mendapat dukungan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Dewey, et.al dalam Stube (2009). Dari hasil penelitian Dewey, didapatkan hasil, perempuan dalam kelompok menyusui lebih dari satu tahun dapat kehilangan 4,4 lbs (1,99 kg) lebih banyak dari perempuan yang menyusui kurang dari 3 bulan, dan perbedaan berat ini bertahan pada dua tahun setelah melahirkan (P<.05).

c. Kolostrum;

Kolostrum sangat penting diberikan kepada bayi yang baru lahir, hal ini dikarenakan banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan. Berikut ini manfaat kolostrum menurut Kemenkes R.I (2005) :

a) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama Imunoglobulin A untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare. b) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan

bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.

c) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.


(44)

d) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu tinja (faeces) atau kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.

e) Mencegah alergi.

4. Kebutuhan Pengetahuan

Menurut Dick dan Carey (1990) dalam Jacobsen and O’Connor (2006), kebutuhan adalah deskripsi yang jelas tentang masalah, bukti penyebab masalah yang dapat dilihat sebagai masalah yang dapat dipecahkan atau sebagai kesenjangan antara kondisi saat ini dan hasil yang diinginkan. Kebutuhan dapat berupa konflik dalam mengambil keputusan, defisit dalam pengetahuan dan harapan, kejelasan nilai-nilai, dan dukungan dari sumber daya.

Pada kasus ibu hamil, menurut Heath (2006) dalam Atiyah (2008), seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan anaknya, orangtua dituntut untuk memiliki pengetahuan khusus mengenai anaknya. Hal tersebut tentu dapat mendorong keperluan terpenuhinya kebutuhan pengetahuan yang mendukung pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya sebagai orangtua, oleh sebab itu pemberian pengetahuan memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pengetahuan ibu tersebut.

5. Pemberian Pengetahuan

Dari penelitian di Indonesia yang sudah dilakukan selama 15 tahun menunjukan bahwa hambatan utama pemberian ASI eksklusif ternyata adalah kurangnya pengetahuan yang diberikan oleh petugas kesehatan


(45)

30

terkait ASI eksklusif pada Ibu (Roesli, 2002). Hasil penelitian tersebut tentu memprihatinkan sebab sebenarnya pemberian pengetahuan terkait ASI eksklusif oleh petugas kesehatan seharusnya sudah dimulai sejak awal kehamilan ibu pada saat pelayanan antenatal. Pada saat pelayanan antenatal tersebut, ibu hamil dipersiapkan pengetahuannya mengenai nutrisi, yang salah satu materinya merupakan ASI eksklusif.

Menurut Yulifah (2009), pengertian dari pelayanan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan masa nifas, persiapan memberikan ASI eksklusif dan pemulihan kesehatan reproduksi secara wajar.

Dalam pelaksanaan operasional, pelayanan antenatal memiliki

standar operasional yang lebih dikenal dengan sebutan “10T”, yang

terdiri atas: 1) Timbang Berat Badan dan mengukur tinggi badan; 2) Ukur tekanan Darah; 3) ukur status gizi (LILA); 4) Ukur tinggi fundus uteri; 5) Hitung denyut jantung janin; 6) Pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid) lengkap; 7) Pemberian tablet zat besi, minimal 90 hari selama kehamilan; 8) Test Laboratorium; 9) Tata laksana kasus; dan 10) Temu wicara/konseling (Kemenkes R.I, 2010b).

Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa sebenarnya fokus dalam pelayanan antenatal bukan hanya mempersiapkan persalinan yang sehat dan selamat, namun juga mempersiapkan seorang ibu hamil untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya setelah lahir kelak. Persiapan


(46)

tersebut dalam pelayanan antenatal dapat diwujudkan dengan pemberian pengetahuan dengan meode pendidikan.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan a) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan


(47)

32

menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut (Notoatmodjo,2003a).

b) Informasi / Media Massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Notoatmodjo,2003a).

c) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo,2003a).


(48)

d) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu (Notoatmodjo,2003a).

e) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.Bagi ibu hamil pengalamannya berupa paritas yakni jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu, baik yang hidup ataupun dalam keadaan meninggal. Paritas dapat digolongkan menjadi 3(tiga) bagian yaitu :

1) Golongan primipara adalah ibu dengan paritas 1 (satu) 2) Golongan multipara adalah dengan paritas 2-5


(49)

34

(Notoatmodjo,2003a). f) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :

1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Notoatmodjo,2003a).


(50)

F. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) 1. Pengertian

Menurut Fitriyani (2011) Pengertian komunikasi dalam KIE dapat diartikan sebagai upaya membangun hubungan relasional dua arah yang setara dengan masyarakat yang akan diberdayakan sehingga masyarakat yang diberdayakan menjadi lebih terbuka dan mampu mengekspresikan apa yang dirasakannya, mampu mengungkapkan pendapatnya, mampu berkreasi dan berinovasi, sedangkan Informasi adalah penyedia berbagai berita dan keterangan serta informasi penting yang dibutuhkan masyarakat untuk membangun kapasitas diri mereka. Setelah itu pemantapan yang dilakukan dengan edukasi mengandung pengertian berbagai bentuk upaya pendidikan baik formal dan non formal yang diperlukan oleh masyarakat yang diberdayakan sehingga mereka memiliki kapasitas yang memadai untuk membangun dirinya dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Dapat disimpulkan bahwa KIE adalah pemberian informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk membangun kapasitas dirinya yang diiringi dengan pemantapan dalam bentuk upaya pendidikan baik formal dan non formal.KIE dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, misalnya melalui penyuluhan, penerangan dan pelayanan. Media massa dan berbagai teknologi informasi dapat berperan secara efektif sebagai sarana KIE.

Dalam sebuah proses komunikasi yang disampaikan oleh Laswell dalam Suprapto (2011) disebutkan bahwa terdapat lima komponen komunikasi agar dapat terjadi sebuah proses komunikasi. Komponen tersebut


(51)

36

adalah komunikator, pesan, media, komunikan serta pengaruh. Media mempunyai peran sebagai sarana untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Media mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Pemilihan media yang tepat akan membantu keberhasilan proses tersebut, sebaliknya penggunaan media yang tidak tepat akan menyulitkan komunikan memahami isi pesan dari komunikator.

2. Kebijakan

Kebijakan untuk pelaksanaan pemberian pengetahuan mengenai ASI eksklusif dapat dilihat pada beberapa kebijakan dibawah ini :

a. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian ASI Eksklusif bagian ke empat (Informasi dan Edukasi) Pasal 13 ayat 1, 2 dan 3.

b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 585/MENKES/SKN/2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas bagian ke tiga Di Ruang Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB).

c. Startegi Nasional Peningkatan Pemberian ASI.


(52)

3. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Proses Pemberian Pengetahuan

Menurut Machfoedz dan Suryani (2007), terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pemberian pengetahuan, diantaranya adalah : a) Bentuk Beban Tugas

Beban tugas untuk mengubah perilaku yang memerlukan keterampilan otot seperti mengendarai sepeda tentu akan berbeda dengan hanya perilaku berupa yang mengunakan kata-kata seperti bernyanyi, membaca puisi atau membaca.

b) Banyaknya Materi Beban Tugas

Bila beban tugas banyak dan kompleks tentu akan lebih berat daripada yang materi pembelajaran yang hanya sedikit dan sederhana.

c) Fasilitas dan Sumber

Bila fasilitas untuk belajar memadai, sumber materinya cukup tentu akan lebih berhasil.

d) Rutinitas

Proses belajar-mengajar yang dilakukan secara rutin akan jauh lebih berhasil daripada yang bersifat insidental.

e) Minat dan Motivasi

Cara pembelajaran yang dilaksanakan demikian rupa sehingga membangkitkan minat dan motivasi peserta didik tentu akan lebih berhasil. Menurut Lavender, et.al (2001) dalam Bowden (2011), rendahnya motivasi peran bidan dalam kesehatan masyarakat mungkin merupakan akibat adanya


(53)

38

ambiguitas dalam diri mereka. Mereka memiliki pandangan yang jelas terhadap aspek mana dari kesehatan masyarakat yang sesuai dengan perannya untuk melakukan intervensi, misalnya depresi pascanatal memang menjadi bagian dari peran bidan sedangkan promosi latihan dan ASI eksklusif sebaliknya

Menurut Kemenkes R.I (1995), faktor lain yang dapat mempengaruhi pemberian pengetahuan diantaranya adalah :

a) Pengetahuan Komunikator dan Komunikan

Komunikator harus menguasai materi dengan baik, demikan halnya dengan komunikan, harus juga mempersiapkan diri dalam proses komunikasi. Dengan demikian akan terjadi komunikasi yang efektif.

b) Pesan

Pesan yang disampaikan harus ringkas dan disesuaikan dengan kondisi komunikan sehingga mudah diterima. Salah satu elemen penting pesan yang harus diperhatikan adalah mutu dari pesan itu sendiri. Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi mutu dari pesan yang akan disampaikan, diantaranya adalah jumlah pesan yang diberikan dan memformulasikan pesan.

Jumlah pesan yang diberikan dipengaruhi oleh kuantitas pesan dan waktu yang dialokasikan untuk penyajiannya, sedangkan memformulasikan pesan merupakan penggunaan dan penekanan kata pada kata yang seharusnya (Bowden, 2011).


(54)

c) Media

Macam dan kualitas media juga menentukan keberhasilan proses komunikasi. Media yang menggunakan banyak panca indera akan lebih efektif. Penggunaan contoh/petunjuk akan lebih menarik dan efektif. Contoh/petunjuk akan lebih tepat, terutama bila contoh itu dihubungkan dengan pengetahuan dan pengalaman ibu. Sebuah contoh mungkin sebuah objek atau situasi yang dapat dibayangkan atau tindakan nyata yang bisa dilihat ibu ketika dokter/petugas kesehatan berbicara. Misalnya, petugas kesehatan dapat memperlihatkan kepada ibu bagaimana mengelola payudara yang mengalami mastitis sambil meminta ibu mengulangi mengerjakan sendiri. Ibu juga diizinkan untuk memperhatikan ibu lain yang sedang melakukan hal yang sama, sehingga memungkinkan ibu untuk melihat cara yang benar. Dengan cara memeragakan akan teringat oleh ibu lebih lama daripada petunjuk-petunjuk yang hanya diucapkan.

Demonstrasi atau peragaan amat berpengaruh dalam mengajarkan ibu cara melakukan tugasnya. Memperlihatkan kepadanya cara melakukan tugas akan lebih efektif daripada hanya menceritakan cara melakukannya.

Cara yang paling efektif untuk mengajarkan ibu mengenai aturan atau keterampilan misalnya mengelola saluran susu tersumbat adalah menyuruhnya memperhatikan orang yang sedang mengerjakan kemudian melakukan sendiri dengan bimbingan.

Komunikasi juga akan bertambah baik dengan memberikan setiap ibu sebuah media yang telah dirancang untuk mereka. media harus meringkaskan


(55)

40

hal-hal yang penting dan berisikan kata-kata dan gambar yang menerangkan hal-hal yang penting. Bila disuatu pelayanan kesehatan belum ada media atau sukar untuk mendapatkannya, kembangkan sendiri media tersebut oleh saudara sehingga ibu di tempat pelayanan kesehatan tersebut mengerti.

Menggunakan media sambil memberikan petunjuk-petunjuk kepada ibu adalah cara yang baik dan harus menggunakan contoh. Menunjukkan pada kata-kata dan gambarnya sambil dokter/petugas kesehatan berbicara akan menolong memusatkan perhatian ibu lebih baik daripada hanya dengan kata-kata saja, selain itu media juga mudah untuk dibawa sehingga apabila media tersebut dibawa pulang akan membantu memperkuat apa yang telah dipelajarinya.

G. Intensi

1. Pengertian Intensi

Intensi adalah probabilitas subjektif yang dimiliki seseorang tentang akan melakukan sesuatu perilaku (Fishbein & Ajzen, 1975). Konsep tentang intensi diajukan oleh Fishbein dan Ajzen (1975), yang diartikan sebagai kemungkinan subjektif seseorang untnk melakukan suatu perilaku tertentu. Kemudian ditegaskan bahwa niat individu untuk melakukan sesuatu itu merupakan fungsi dari (1) sikap terbadap perwujudan perilaku dalam situasi tertentu, sebagai faktor personal atau attitudional. Hal ini berhubungan dengan orientasi seseorang yang berkembang atas dasar keyakinan dan pertimbangan terhadap apa yang diyakini itu, dan (2) norma-norma yang berpengaruh atas perwujudan perilaku dan


(56)

motivasi seseorang untuk patuh pada nonna itu, sebagai faktor sosial atau normative. Ini merupakan gabungan antara persepsi reference-group atau significant-person terhadap perwujudan perilaku (Fishbein dan Ajzen, 1975).

Intensi adalah niat yang ada pada diri seseorang untuk melakukan suatu perilaku (Effendi, 1986). Intensi atau niat dalam kaitannya dengan mengikutsertakan individu dalam suatu aktivitas mempunyai keterkaitan yang erat dengan komponen keyakinan (belief) seseorang terhadap obyek, sikap (attitude) terhadap obyek, dan perilaku (behavior) sebagai perwujudan nyata dari intensi.

Menurut Theory of Planned Behavior, seseorang dapat bertindak berdasarkan intensi atau niatnya hanya jika ia memiliki kontrol terhadap perilakunya (Ajzen, 2005). Teori ini tidak hanya menekankan pada rasionalitas dari tingkah laku manusia, tetapi juga pada belief bahwa target tingkah laku berada di bawah kontrol kesadaran individu tersebut. Suatu tingkah laku tidak hanya bergantung pada intensi seseorang, melainkan juga pada faktor lain yang tidak ada dibawah kontrol dari individu, misalnya ketersediaan sumber dan kesempatan untuk menampilkan tingkah laku tersebut (Ajzen, 2005).

2. Teori Plan Behavior

Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory Reaction Action. Ajzen (1988) dengan menambahkan konstruk yang belum ada dalam TRA, yaitu kontrol perilaku yang dipersepsi (perceived behavioral control). Konstruk ini ditambahkan dalam upaya


(57)

42

memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu (Chau & Hu, 1999). Dengan kata lain, dilakukan atau tidak dilakukannya suatu perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan norma subjektif semata, tetapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang dapat dilakukannya yang bersumber pada keyakinannya terhadap kontrol tersebut (control beliefs). Secara lebih lengkap Ajzen (2005) menambahkan faktor latar belakang individu ke dalam perceived behavioral control, sehingga secara skematik perceived behavioral control dilukiskan sebagaimana pada gambar 2.1

Gambar 2.1

Teori of Planned Behavior (Ajzen, 2005) H. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pengetahuan seseorang adalah : Pendidikan, Media massa/Informasi, Usia, Pengalaman, Lingkungan, dan Sosial

Background Factors. Personal (General Attitude ,Personality Trait, Values, Emotions, Intelligence) Social (Age, gender, Race, Etnicity, Education, Income, Religion) Information (Experience, Knowledge, Media Expo) Behavioral Beliefs Attitude Toward the Behavior Normative Beliefs Subjective Norms Control Beliefs Perceive Behavior Control


(58)

budaya (Notoatmodjo ,2003a). Tersampainya pesan atau informasi dari suatu media dapat dilihat dari teori komunikasi Laswell dalam Suprapto (2011) disebutkan bahwa terdapat lima komponen komunikasi agar dapat terjadi sebuah proses komunikasi. Komponen tersebut adalah komunikator, pesan, media, komunikan serta pengaruh. Media mempunyai peran sebagai sarana untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan. Media mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Dalam Teori of Planned Behavior, Ajzen (2005) menyatakan bahwa seseorang dapat melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tergantung dari niat yang dimiliki oleh orang tersebut.

Berdasarkan beberapa teori yang dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan kerangka teori dalam penelitian ini sebagai berikut :


(59)

44

Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian

Modifikasi Teori Komunikasi Laswell dalam Suprapto (2011), Teori of Planned Behavior Ajzen (2005) dan Notoatmodjo (2003a).

Komunikan :

Pendidikan,Usia,Pengalaman,, Lingkungan,Sos-bud

Pengaruh Pada Pengetahuan Pesan Dengan Media

Komunikator

Niat untuk melakukan (Intensi)


(60)

45 BAB III

KERANGKA KONSEP,DEFINISI OPERASIONAL,DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari media buku pop up yang berisikan materi yang dibutuhkan untuk merubah pengetahuan ibu hamil mengenai ASI Ekslusif serta pengaruhnya terhadap intensi untuk melakukan ASI Ekslusif.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

MEDIA BUKU POP UP Peningkatan Pengetahuan

Membandingkan Skor Pre-test dan Post-test Pengetahuan ASI Ekslusif

antara kelompok perlakuan dan kontrol

Karakteristik Demografi Komunikan : -Pendidikan,Usia,Pengalaman (Paritas)

Intensi (Niat) untuk melakukan ASI Ekslusif


(61)

46

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional

1 Media Pop Up Book

Sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi, yang dibagi‐bagikan kepada responden kelompok

perlakuan.

No. Variabel Definisi Operasional

Cara ukur

Alat ukur Hasil ukur Skala ukur 2 Pengetahuan

Ibu tentang ASI Ekslusif Skor kemampuan ibu untuk menjawab dengan benar dari pertanyaan terkait ASI Ekslusif yang diberikan

Angket Kuesioner Hasil skor pengetahuan (0-100)

Rasio

3 Peningkatan pengetahuan

Selisih skor pengetahuan pre-test dan post-pre-test Ibu hamil Melihat Selisih dari skor hasil pre-test dan post-test

Kuesioner Skor Nilai Rasio

4 Pendidikan Pengalaman mengikuti

Angket Kuesioner 0 ≤ tamat SMP (wajib belajar 9 tahun

Ordin al


(62)

pendidikan formal dinalai berdasarkan ijazah tertinggi yang dimiliki responden Depdiknas) 1 > tamat SMP

5 Usia Lama hidup

responden yang dihitung

berdasarkan ulang tahun terakhir

Angket Kuesioner 0 < median

1 ≥ median

Ordin al

6 Pengalaman (Paritas)

Jumlah Anak Lahir Hidup

Angket Kuesioner 0 Jumlah Anak Lahir Hidup Nol

1 Jumlah Anak Lahir Hidup >Nol

Ordin al

7 Intensi (niat) ASI Ekslusif Kemungkinan subjektif seseorang untuk menerapkan ASI Ekslusif

Angket Kuesioner 0 Tidak berniat 1 Berniat

Ordin al


(63)

48

C. Hipotesis

1. Terdapat peningkatan yang signifikan pada skor pengetahuan ASI Ekslusif ibu hamil antara sebelum dan sesudah diberikan media buku Pop up.

2. Adanya perbedaan yang signifikan antara skor pengetahuan ASI Ekslusif ibu hamil kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara intensi dan pengetahuan ASI Ekslusif ibu hamil yang diberikan perlakuan media buku pop up dan kelompok kontrol.

4. Terdapat hubungan antara variabel umur, pendidikan, dan paritas ibu terhadap pengetahuan ibu hamil.


(64)

49 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi eksperimental dengan rancangan non equivalent control group design. Penelitian untuk mencari tahu penjelasan dari objek penelitian tentang pengaruh media buku Pop up dalam perubahan pengetahuan dan intensi ibu hamil tentang ASI Eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 dengan cara membandingkan rata-rata skor pengetahuan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Adapun rancangan penelitian ini diwujudkan dalam bentuk sebagai berikut :

Tabel 4.1 Rancangan penelitian non equivalent control group design pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.

Keterangan:

1. O1 adalah hasil pre-test tingkat pengetahuan ibu hamil pada kelompok yang akan diberi perlakuan sebelum diberikan media buku Pop up

2. X adalah perlakuan yang diberikan, yaitu media buku Pop up ASI Eksklusif

O1 X O2


(65)

50

3. O2 adalah hasil post-test tingkat pengetahuan ibu hamil sesudah diberikan media buku Pop up.

4. O3 adalah pre-test tingkat pengetahuan ibu hamil yang pada kelompok yang tidak diberikan perlakuan (kelompok kontrol).

5. O4 adalah post-test tingkat pengetahuan ibu hamil pada kelompok yang tidak diberikan perlakuan ASI Eksklusif (kelompok kontrol).

6. X1 adalah perbedaan pengetahuan ASI Eksklusif ibu hamil sebelum dan sesudah diberikan buku Pop up pada kelompok perlakuan dengan pengetahuan ASI Eksklusif ibu hamil pada kelompok yang tidak diberi perlakuan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari bulan Juni sampai Juli 2013 dengan pengumpulan data dari tanggal 5-10 Juli 2013 di puskesmas kecamatan pesanggrahan Jakarta Selatan. Lokasi penelitian merupakan tempat dimana biasanya ibu hamil memeriksakan kehamilannya pada saat antenatal yaitu di Poli Kesehatan Ibu (KI) yang berada di lantai 1 Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. adapun pemilihan tempat berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Septiani (2012).

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah Ibu hamil yang berkunjung di Poli kesehatan Ibu pada bulan Juni 2013. Populasi ini menggunakan kriteria sampel sebagai berikut:


(66)

1) Kriteria inklusi

a) Ibu hamil yang bersedia menjadi responden.

b) Ibu hamil yang terdaftar di buku register melakukan kunjungan antenatal pada bulan Juni.

c) Ibu hamil yang tidak mendapat intervensi dari puskesmas melalui kelas ibu hamil.

2) Kriteria ekslusi

- Ibu hamil yang sudah melahirkan pada bulan Juni.

Setelah mengetahui jumlah populasi ini, langkah selanjutnya adalah penentuan jumlah sampel ibu hamil. Estimasi besar sampel untuk penelitian ini menggunakan rumus hipotesis untuk dua populasi mean (Lemeshow, 1997) sebagai berikut:

n =

Keterangan:

n : besar sampel

: Standar Deviasi skor pengetahuan diambil dari SD Variabel Pengetahuan dari penelitian sebelumnya (Jayanti,2010) yaitu 1,468

: besarnya pengaruh perubahan yang diinginkan yaitu : 1 Z 1-α : kekuatan uji 95%

Z 1-β : taraf kemaknaan 5% Jumlah sampel minimal


(67)

52

n

=

= 20.

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan jumlah sampel sebanyak 20 responden untuk masing-masing kelompok uji, yaitu untuk kelompok perlakuan dan kelompok yang tidak diberi perlakuan. Untuk menghindari adanya drop out atau missing data dari responden, maka sebagaimana penelitian eksperimen lainnya jumlah sampel dikali 20% sehingga menjadi 24 responden untuk masing-masing kelompok.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah Arikunto (2006). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Kuesioner 3. Buku Catatan

2. Media Buku Pop Up 4. Alat tulis

Dalam penelitian ini instrumen penelitian berupa kuesioner yang digunakan untuk melakukan pre-test dan post-test tingkat pengetahuan ibu hamil terkait ASI Ekslusif. Media Buku Pop Up ASI Ekslusif yang telah layak dipakai


(68)

sesuai analisis media yang telah dilakukan terhadap 15 orang mahasiswa promosi kesehatan yang telah mempelajari pengembangan media, dengan hasil analisis bahwa 86,7% memahami kata-kata dalam media,66.7% menyatakan huruf dalam media tidak terlalu kecil, 86,7% tidak mengalami kesulitan dalam membaca informasi, 100% menyatakan warna dalam media menarik, 100% menyatakan gambar yang ditampilkan menarik perhatian, 86,7% mengerti informasi dalam media, 93,4% menyatakan informasi dalam media menambah pengetahuan,86,7% menyatakan pesan yang tertuang dalam media memberikan kesinambungan informasi, dan 93,4% menyatakan bahwa gambar yang ditampilkan tidak terlalu banyak.

E. Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner tentang karakterikstik responden yang terdiri dari nama, umur, pendidikan terakhir, status paritas ibu, data pengetahuan dan intensi ASI Ekslusif yang diperoleh dari hasil pre-test dan post-test.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data puskesmas kecamatan pesanggrahan seperti data kunjungan ibu hamil.

F. Pengukuran Data. 1. Pengetahuan

Pengetahuan diukur dengan menghitung skor hasil pengisian kuesioner pre-test dan post-test. Pengambilan data dengan cara memberikan


(1)

ANALISIS ISI MEDIA POP UP BOOK ASI EKSKLUSIF

Berilah tanda checklist () PADA SALAH SATU jawaban Ya atau Tidak

No Item Pernyataan Alternatif Jawaban

Ya Tidak 1 Apakah ada kata-kata yang tidak dipahami?

2 Apakah hurufnya terlalu kecil bagi Anda?

3 Apakah Anda mengalami kesulitan dalam membaca informasi yang ada di media (pop up book)?

4 Apakah warna-warna dalam media (pop up book) menarik bagi Anda?

5 Apakah gambar-gambar yang ditampilkan menarik perhatian Anda?

6 Apakah anda mengerti informasi yang ada dalam media (pop up book)?

7 Apakah informasi dalam media (pop up book) menambah pengetahuan Anda?

8 Apakah pesan yang tertuang dalam media memberikan kesinambungan informasi?

9 Apakah gambar yang ditampilkan terlalu banyak?

10 Apakah Anda berminat untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayi setelah membaca informasi dalam media (pop up book)?


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)