5.2. Analisis Data 5.2.1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat apakah dalam model penelitian memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk menguji apakah data
penelitian ini berdistribusi normal atau tidak dapat dideteksi melalui 2 dua cara yaitu Analisis grafik dan analisis statistik uji one sample Kolmogorov Smirnov,
Ghozali, 2005.
a. Analisis Grafik
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Jika
data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
Gambar 5.1. Normalitas Data untuk Model Penelitian I dengan Variabel Dependen
Manajemen Laba
Gambar 5.2. Normalitas Data untuk Model Penelitian II dengan Variabel Dependen
Kinerja Keuangan
b. Uji Statistik
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi, variabel penggangu atau residual distribusi normal. Untuk itu dilakukan uji one sample Kolmogorov
Smirnov Test. Adapun hasil pengujian ini terdapat pada tabel 5.2 sebagai berikut :
Tabel 5.2.1. Uji Normalitas Kolmogorov – Smirnov dengan dependen variabel Manajemen
Laba
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual N
60 Mean
.0000000 Normal Parameters
a,,b
Std. Deviation .07749744
Absolute .166
Positive .166
Most Extreme Differences Negative
-.117 Kolmogorov-Smirnov Z
1.285 Asymp. Sig. 2-tailed
.074 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari Tabel 5.2.1 diatas dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1.285 dan signifikan pada 0.074 yang berarti lebih besar dari nilai signifikan
yang ditentukan, yaitu 0.05. Dengan demikian data dapat dikatakan berdistribusi normal.
Tabel 5.2.2. Uji Normalitas Kolmogorov – Smirnov dengan dependen variabel Kinerja
Keuangan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 60
Mean .0000000
Normal Parameters
a,,b
Std. Deviation .21619359
Absolute .157
Positive .157
Most Extreme Differences Negative
-.084 Kolmogorov-Smirnov Z
1.217 Asymp. Sig. 2-tailed
.103 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari Tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1.217 dan signifikan pada 0.103 yang berarti lebih besar dari nilai signifikan yang
ditentukan, yaitu 0.05. Dengan demikian data dapat dikatakan berdistribusi normal.
5.2.2. Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi multikolinearitas. Cara mendeteksi adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor VIF. Menurut Ghozali 2005, pada umumnya jika
VIF lebih besar dari 10, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya.
Tabel 5.3 Uji Multikolinearitas Terhadap Variabel Independen
Collinearity Statistics Model
Tolerance VIF
Keputusan Constant
Kep.Inst .577
1.733 Tidak terdapat multikolinearitas
Kep.Manaj .573
1.745 Tidak terdapat multikolinearitas
PDKI .690
1.448 Tidak terdapat multikolinearitas
Kom.Audit .676
1.479 Tidak terdapat multikolinearitas
1
Man.Laba .972
1.000 Tidak terdapat multikolinearitas
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai VIF dari keseluruhan variabel bebas independen adalah lebih kecil dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa dalam model penelitian ini tidak terdapat multikolinearitas.
5.2.3. Uji Heterokedastisitas
Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas adalah dengan menggunakan scater plot. Apabila scatter plot menunjukkan sesuatu yang membentuk
pola maka dapat dikatakan terjadi homoskedastisitas. Dalam hal ini data yang akan diuji tidak mengalami heteroskedastisitas yang ditunjukkan dengan scatter plot yang
tidak memiliki pola apapun.
Gambar 5.3. Uji Heterokedastisitas Manajemen Laba sebagai Variabel
Dependen
Gambar 5.4. Uji Heterokedastisitas Kinerja Keuangan sebagai Variabel
Dependen
5.2.4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode
sebelumnya. Ghozali, 2005. Pendeteksian autokorelasi pada kasus ini digunakan uji durbin watson. Jika nilai durbin watson diatas nilai dl maka dapat dikatakan tidak
terjadi autokorelasi.
Tabel 5.4 Uji Autokorelasi Durbin-Watson
Dependent Durbin- Variable
d
l
d
u
Watson Man.Laba
60 4
1.444 1.727
2.163 Tidak terjadi autokorelasi
Kin.Keuangan 60
5 1.408
1.767 2.064
Tidak terjadi autokorelasi DW Tabel
N k
Keputusan
Dari hasil regresi yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS diperoleh hasil untuk regresi variabel Manajemen Laba sebagai variabel Dependent
diperoleh nilai DW sebesar 2.163 berada diatas nilai dl sebesar 1.444 , maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi. Untuk regresi variabel Kinerja Keuangan
sebagai variabel Dependent diperoleh nilai DW sebesar 2.064 berada diatas nilai dl sebesar 1.549, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi.
5.3. Hasil Analisis 5.3.1.
Pengaruh Mekanisme Good Coorporate Governance GCG terhadap
Manajemen Laba DA
Hipotesis dalam penelitian ini adalah mekanisme good corporate governance mempengaruhi manajemen laba. Mekanisme tersebut meliputi
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris
independen dan komite audit. Pengujian goodness of fit dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu model regresi, karena variabel penelitian lebih dari dua variabel
maka kelayakan tersebut dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square. Nilai Adjusted R Square diperoleh dari hasil pengolahan data dapat dilihat pada table 5.5 dibawah ini:
Tabel 5.5 Pengujian Kelayakan Model I
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .209
a
.102 .044
.0802661 a. Predictors: Constant, Kom.Audit, Kep.Inst, PDKI, Kep.Manj
b. Dependent Variable: Man.Laba
Nilai Adjusted R square pada tabel 5.5 diatas sebesar 0.44. Hal ini
menunjukkan bahwa 4.4 variabel manajemen laba dapat dijelaskan variabel yang ada yaitu, Kepemilkan Institusional, Kepemilkan Manajerial, Proporsi Dewan
Komisaris Independen, dan Komite Audit, sedangkan sisanya sebesar 95.6 100 - 4.4 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.
Uji Signifikan Simultan Uji F
Indikator signifikansi parameter koefisien Adjusted R² signifikan atau tidak maka dapat dilakukan pengujian dengan bantuan alat uji statistik metode Uji F
dengan tingkat keyakinan confident level sebesar 95. Kriteria pengujian yang digunakan adalah apabila F
hitung
F
tabel
maka H0 ditolak; dan apabila F
hitung
F
tabel
maka H0 diterima.hal tersebut ditunjukkan dalam table 5.6 sebagai berikut:
Tabel 5.6. Pengujian Hipotesis Simultan, Variabel DA sebagai Variabel Dependent
Model Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
Regression .016
4 .004
.629 .644
a
Residual .354
55 .006
1 Total
.371 59
a. Predictors: Constant, Kom.Audit, Kep.Inst, PDKI, Kep.Manj b. Dependent Variable: Man.Laba
Dari tabel 5.6 diperoleh nilai F
hitung
sebesar 0.629 sedangkan F
tabel
pada tingkat kepercayaan 95
α = 0,05 sebesar 2.54 dengan tingkat signifikansi 0.644 yang lebih besar dari 0,05. Berdasarkan perhitungan F
hitung
F
tabel
0.629 2.54, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini memberikan arti bahwa variabel – variabel
independen yaitu kepemilkan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit
secara bersama – sama tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
Uji Signifikan Parsial Uji t
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel masing-masing variabel, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris
Independen, dan Komite Audit terhadap DA disajikan dalam tabel 5.7 dibawah ini:
Tabel 5.7. Uji T Mekanisme GCG terhadap Manajemen Laba
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
Constant -.097
.197 -.494
.623 Kep.Inst
-.053 .102
-.090 -.517
.607 Kep.Manj
-.154 .179
-.150 -.861
.393 PDKI
-.103 .086
-.189 -1.191
.239 1
Kom.Audit .691
.547 .203
1.263 .212
a. Dependent Variable: Man.Laba
Dari tabel 5.7 diatas maka dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut :
Y1 = -0, 097 – 0,053 X1 – 0,154 X2 – 0,103 X3 + 0,691 X4 + 95,6
Model persamaan regresi berganda tersebut bermakna: 1.
Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap Manajemen Laba dengan nilai koefisien berpengaruh sebesar 0,097, artinnya
setiap pertambahan 1 Kepemilkan Institusional akan mengurangi Manajemen Laba sebesar 0,097.
2. Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap
Manajemen Laba dengan nilai koefisien berpengaruh sebesar 0,053, artinnya setiap pertambahan 1 Kepemilikan Manajerial akan mengurangi Manajemen Laba
sebesar 0,053. 3.
Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap Manajemen Laba dengan nilai koefisien berpengaruh sebesar
0,103, artinnya setiap pertambahan 1 Proporsi Dewan Komisaris Independen akan mengurangi Manajemen Laba sebesar 0,103.
4. Komite Audit berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Manajemen
Laba dengan nilai koefisien berpengaruh sebesar 0,691, artinnya setiap pertambahan 1 Komite Audit akan menambah Manajemen Laba sebesar 0,691.
5.3.2. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan
Hipotesis lain dalam penelitian ini adalah manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Nilai Adjusted R Square diperoleh dari hasil pengolahan
data dapat dilihat pada table 5.8 dibawah ini:
Tabel 5.8 Pengujian Kelayakan Model II
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .071
a
.005 -.012
.2180494 a. Predictors: Constant, Man.Laba
b. Dependent Variable: Kin.Keuangan
Dari tabel 5.8 diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: Secara parsial pengaruh manajemen laba DA berpengaruh negatif terhadap CFROA dengan nilai
Adjusted R Square 0,12. Menurut Gujarati 2006, jika nilai adjusted R² negatif,
maka nilai adjusted R² dianggap bernilai nol. Hal ini berarti 100 variabel kinerja keuangan yang proksikan dengan cash flow return on assets dijelaskan oleh faktor
lain diluar model regresi. Untuk melihat pengaruh manajemen laba terhadap kinerja keuangan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.9. Pengujian Kontribusi Pengaruh DA terhadap CFROA
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B
Std. Error Beta
t Sig.
Constant .436
.031 14.128
.000 1
Man.Laba -.195
.358 -.071
-.545 .588
a. Dependent Variable: Kin.Keuangan
Dari tabel 5.9 diatas maka dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut :
Y2 = 0,436 – 0,195 Y1 + 100
Model persamaan regresi sederhana diatas bermakna bahwa Manajemen Laba berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap Kinerja Keuangan dengan
nilai koefisien berpengaruh sebesar 0,195, artinnya setiap pertambahan 1 Manajemen Laba akan mengurangi Kinerja Keuangan sebesar 0,097.
5.4. Pembahasan
Dari hasil pengujian diatas tidak ada satupun variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap varibel dependen, bahkan ada beberapa yang
berpengaruh negatif seperti kepemilikan institusional terhadap manajemen laba, kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba, proporsi dewan komisaris
independen terhadap manajemen laba, dan manajemen laba terhadap kinerja keuangan artinya dari hasil penelitian ini tidak satupun hipotesis yang dapat diterima.
Adjusted R square menunjukkan mekanisme Good Corporate Governance GCG berpengaruh kecil tehadap manajemen laba DA = 4.4, yang lainnya dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Adjusted R Square menunjukkan manajemen laba berpengaruh negatif tehadap kinerja keuangan dengan
nilai sebesar 0.012, yang berarti 100 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap variabel discretionary accruals dengan
tingkat signifikan 5. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilikan instutusional berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Jensen dan Meckling 1976 ,Warfield et al., 1995, Dhaliwal et al., 1982, Morck et al., 1988 dan Pranata dan
Mas’ud 2003 yang menemukan adanya pengaruh negatif. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pandangan atau konsep yang mengatakan bahwa institusional adalah
pemilik yang lebih memfokuskan pada current earnings Porter, 1992 dalam Pranata dan Mas’ud 2003. Akibatnya manajer terpaksa untuk melakukan tindakan yang
dapat meningkatkan laba jangka pendek, misalnya dengan melakukan manipulasi laba.
Variabel kepemilikan manajerial berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap discretionary accruals. Sehingga hipotesis kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Jensen dan Meckling 1976 ,Warfield et al., 1995,
Dhaliwal et al., 1982, Morck et al., 1988, Pranata dan Mas’ud 2003 dan Cornett et al., 2006 yang menemukan adanya pengaruh negatif. Hasil ini menujukan bahwa
kepemilikan manajerial tidak mampu menjadi mekanisme good corporate governance yang dapat mengurangi ketidakselarasan kepentingan antara manajemen
dengan pemilik atau pemegang saham. Variabel proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap variabel discretionary accruals. Hipotesis yang menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba
ditolak. Hasil penelitian mendukung penelitian yang dilakukan Dechow et al.,1996, Klein 2002, Chtourou et al., 2001, Xie et al., 2003 dan Cornett et al., 2006
yang menemukan adanya pengaruh negatif. Hal ini dapat dijelaskan bahwa penempatan atau penambahan anggota dewan komisaris independen dimungkinkan
hanya sekedar memenuhi ketentuan formal, sementara pemegang saham mayoritas pengendalifounders masih memegang peranan penting sehingga kinerja dewan
tidak meningkat bahkan turun Gideon, 2005. Kondisi ini juga ditegaskan dari hasil survai Asian Development Bank dalam Gidoen 2005 yang menyatakan bahwa
kuatnya kendali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak independen. Fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi
tanggungjawab anggota dewan menjadi tidak efektif. Variabel komite audit berpengaruh positif searah tetapi tidak signifikan
terhadap variabel discretionary accruals. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak. Hasil
penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Xie, et.al 2003 yang menemukan bahwa komite audit yang berasal dari luar mampu
melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen.
Variabel discretionary accruals berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap cash flow return on assets. Sehingga hipotesis manajemen laba berpengaruh
terhadap kinerja keuangan dalam penelitian ini ditolak. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan Pae 1999, Feltham dan Pae 2000
dalam Gideon 2005, Theresia 2005 dan Gideon 2005. Lemahnya pengaruh tersebut dapat dikatakan bahwa cash flow return on assets merupakan salah satu
pengukuran kinerja perusahaan dalam kategori cash flow measures yang dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap suatu
transaksi. Cash flow menunjukkan hasil yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai yang benar-benar sudah
dikeluarkan oleh perusahaan Pradhono, 2004. Mekanisme
Good Corporate Governance dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan
komite audit secara bersama-sama terhadap manajemen laba, teruji dengan tingkat pengaruhnya lemah, penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Boediono 2005, yang menguji tentang pengaruh mekanisme corporate governance dan dampak manajemen laba. Manajemen laba secara bersama-sama terhadap kinerja
keuangan, teruji dengan tingkat pengaruh yang lemah. Dalam penerapan Good Corporate Governance di perusahaan, pedoman
yang mengatur bagaimana GCG di Indonesia baru diumumkan pada 17 Oktober 2006. Penelitian ini menggunakan data penelitian tahun 2006 – 2008, sebelum
pedoman ini diberlakukan. Konteks pengaruh mekanisme Good Corporate Governanace, manajemen laba dan kinerja keuangan, faktor-faktor lain yang secara
teoritis diduga turut mempengaruhi adalah leverage dan reputasi auditor dan latar belakang pendidikan komisaris independen dan komite audit. Faktor lain yang
memungkinkan hipotesis penelitian ini tidak didukung adalah indicator GCG sebagai
variabel Independen hanya pada persentase saja, sementara ada hal lain yang dapat menentukan Komisaris Independen dan Komite audit seperti kemampuan, integritas,
pendidikan dan persyaratan lain yang harus dipenuhi. Masalah Kepemilikan Institutional dan Kepemilikan Manajerial juga harus
diperhatikan, apakah dalam membeli saham ada banyak kepentingan pihak lain, sehingga apa yang diharapkan dengan lebih banyaknya kepemilikan institusi akan
meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan tidak tercapai.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa:
1.Mekanisme Good Corporate Governance dalam hal ini kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit
secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasilnya menunjukkan pengaruh yang lemah. Hasil penelitian ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Boediono 2005, yang menemukan bahwa pengaruh mekanisme corporate governance, dalam hal ini kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial dan komposisi dewan komisaris secara bersama-sama terhadap manajemen laba dengan tingkat pengaruh yang lemah.
2.Pengaruh mekanisme corporate governance secara individual terhadap manajemen laba adalah sebagai berikut:
a Mekanisme kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba. Ini mengindikasikan bahwa penerapan
mekanisme kepemilikan institusional tidak dapat memberikan kontribusi terhadap tindakan manajemen laba.