Proses pembuatan kambung baba. Proses pembuatan sitongkohi.

akan dilapis hingga empat lapis dalam satu buah pit, namun jika daun make yang akan dijadikan reed cukup tebal, maka cukup dilapis sebanyak dua lapis saja. 26 Gambar 11: Double reed bulung make Gambar 12. Quart douple reed

3.3.2.3 Proses pembuatan kambung baba.

Kambung baba adalah alat yang digunakan untuk penampang bibir dan sekaligus sebagai pembatas pit saat pit dimasukkan kedalam mulut. Selain itu kambung baba juga berfungsi sebagai penahan mulut yang berisi udara agar tidak mudah keluar melalui sisi luar pit dan juga sebagai penahan agar pit tidak terlalu masuk kebagian dalam dari mulut pemainnya. 26 Wawancara Mardi Boangmanalu pada bulan oktober tahun 2013 Universitas Sumatera Utara Kambung baba memiliki bentuk seperti lingkaran dengan sedikit melengkung pada bagian yang akan bersentuhan dengan mulut saat sarune dimainkan. Pada pinggiran kambung baba, biasanya akan dibentuk berbagai variasi seperti berbentuk gerigi, namun ada juga yang tidak memiliki variasi. Pada bagian tengah, akan dibuat lobang sebesar sitongkohi. Diameter keseluruhan dari kambung baba ini adalah sekitar dua ruas jari tengah atau + 5,5 cm. Pada awalnya, kambung baba terbuat dari tulang tempurung kepala kera, namun sekarang telah diganti dengan menggunakan tempurung kelapa. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat akan pelestarian marga satwa yang berada di daerah kabupaten Pakpak Bharat. Gambar 13: Kambung babah dan sitongkohi. Universitas Sumatera Utara

3.3.2.4 Proses pembuatan sitongkohi.

Sitongkohi merupakan alat yang digunakan sebagai penghubung antara pit, kambung baba dengan batang sarune, pada batang sarune, sitongkohi akan dihubungkan dengan bagian teratas batang sarune saat dimainkan. Ada tiga periode yang terjadi dalam perubahan bahan yang digunakan sebagai sitongkohi. 1 Pada awalnya, sitongkohi terbuat dari ujung tanduk kerbau yang masih keras dan padat. Selanjutnya pada awal abad ke-19, ujung tanduk kerbau digantikan dengan timah. Timah tersebut dibentuk dengan menggunakan cetakan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Cetakan tersebut terbuat dari batang bambu yang tebal dan masih basah. Selanjutnya bambu itu akan dibelah menjadi dua bagian. Pada bagian tengah bambu dibuat paritnya sedemikian rupa dengan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sesuai dengan jarak dari kambung baba dengan batang sarune . Paritnya akan dibentuk sebanyak dua buah. Dengan membentuk parit pada cetakan, diharapkan akan membentuk dua buah benteng pada sitongkhi setelah pencetakan dilakukan. Benteng yang paling atas berfungsi menahan agar kambung baba tidak terlalumasuk ke batang sarune, sedangkan benteng yang dibawah akan menahan batang sarune. 3 Proses berikutnya adalah menyatukan kembali kedua belahan kayu dan mengikatnya dengan menggunakan tali atau kawat, sementara itu kayu yang mentah dan lurus harus dipersiapkan untuk dijadikan sebagai pencetak lobang sumbu pada bagian tengah cetakan. Diameter kayunya adalah sekitar 0,3 cm. Setelah semua dipersiapkan lalu timah akan dipanaskan hingga mencair Universitas Sumatera Utara menggunakan api, setelah itu, timah yang telah mencair akan dituangkan ke dalam cetakan hingga timah tersebut memenuhi cetakan itu. Setelah timah kembali beku dan dingin, kayu pencetak sumbu, boleh ditarik dan ikatan cetakan dibuka kembali. Jika lobang yang dicetak oleh kayu kurang besar, atau tidak seperti yang diharapkan, maka dapat diperbesar dengan menggunakan kawat atau besi dengan cara memasukkan kawat tersebut kedalam lobang dan memutar-mutar kawat tersebut hingga ukuran lobang itu bertambah besar. Sedangkan untuk menghaluskan atau melicinkan bagian timah yang telah dicetak tersebut dapat menggosoknya dengan batu yang halus atau dengan kertas pasir amplas. Gambar 14. Proses pencetakan sitongkohi. Keterangan gambar : A. Belahan bambu yang telah dibentuk. A1. Parit atas. Universitas Sumatera Utara A2. Parit bawah. B. Cetakan bambu yang telah diikat dan dituangkan timah cair. C. Sitongkohi setelah selesai dicetak. C1. Benteng atas. C2. Benteng bawah. Pada periode yang terakhir, yaitu antara akhir abad ke 19 hingga sekarang, sitongkohi tidak lagi terbuat dari ujung tanduk kerbau atau timah melainkan terbuat dari bambu. Bambu yang tengah matang dipotong hingga memiliki panjang sekitar 4cm, kemudian kedua ujungnya diperkecil ukurannya sesuai dengan ukuran batang bulu ayam dan batang sarune. 27 Gambar 15 : Sitongkohi yang terbuat dari batang bambu.

3.3.2.5 Proses pembuatan sangar-sangar.