Tahap ke tiga awal abad ke 20. Tahap keempat setelah awal abad ke 20.

ditujunya dapat mendengar, biasanya gadis tersebut akan terhipnotis dan akhirnya datang menghampiri asal suara tersebut, lalu ia akan menawarkan bantuan atau suatu usaha yang lain yang dapat menyenangkan hati si pemain sarune tersebut. Namun kondisi seperti ini, secara lambat laun semakin berkurang, terutama saat kolonialis Belanda datang dan memasuki wilayah Pakpak, pada saat itu, para penjajah dari Belanda tersebut memasukkan pengaruh kolonialisasinya di tanah Pakpak. Mereka mulai melarang orang Pakpak untuk memainkan segala alat musik, mereka juga melarang masyarakat Pakpak untuk menggunakan unsur magis, dan jika salah satu dari masyarakat Pakpak pada saat itu kedapatan sedang mempergunakan unsur magisnya, maka ia akan dihukum siksa oleh penjajah tersebut.

4.1.3 Tahap ke tiga awal abad ke 20.

Pada awal abad ke 20, para tokoh adat dan tokoh musik dari Pakpak berniat untuk memasukkan sarune Pakpak ke dalam ensambel genderang jenis ensambel musik adat Pakpak yaitu dalam konteks upacara adat suka cita kerja mbaik dan upacara adat duka cita kerja njahat. Hal ini didasari oleh pertimbangan bahwa pada masa itu hanya masyarakat Pakpaklah yang tidak memasukkan sarune kedalam ensambel musik adatnya, sementara pada suku Batak lainnya, seperti Batak Toba, Karo, Simalungun, dan Mandailing telah memasukkan alat musik sarune ke dalam ensambel musik mereka yang dapat dilihat dari penyajian alat musik tersebut dalam upacara adat. Universitas Sumatera Utara Hal yang sama diungkapkan oleh Tender Sitakar 59 tahun, selain itu, ia juga menambahkan bahwa keinginan atau niat para tokoh adat dan tokoh musik Pakpak pada saat itu untuk memasukkan sarune Pakpak kedalam ensambel musik adat semakin besar setelah kelompok opera batak yang dipimpin oleh Tilhang Gultom sering mengadakan pertunjukan didaerah Pakpak, sehingga para tokoh adat dan tokoh musik Pakpak tersebut memtutuskan untuk memasukkan alat musik ini ke dalam ensambel musik Pakpak, dan hingga sekarang alat musik sarune ini telah dipakai sebagai alat musik melodis pada ensambel musik Pakpak.

4.1.4 Tahap keempat setelah awal abad ke 20.

Menurut Tender Sitakar, setelah gurunya Sonang Sitakkar 31 31 Sonang Sitakkar adalah tokoh adat dan musisi tradisional Pakpak yang terkenal pada jamannya di Dairi saat itu kabupaten Pakpak Bharat belum dimekarkan dan masih bahagian dari kabupaten Dairi. Selain sebagai tokoh adat dan musisi, beliau juga sangat dikenal sebagai seorang persukut-sukuten ceritera rakyat yang sering dipanggil ke berbagai tempat. Beliau juga pernah bergabung dengan opera yang dipimpin oleh Tilhang Gultom dan pernah beberapa kali melakukan pertunjukan di pulau Jawa, bahkan pernah bermain di Istana Negara ketika diundang oleh presiden Soekarno pada saat itu tahun 60-an . bergabung dengan kelompok opera batak Tilhang Gultom kegiatan musik adat Pakpak yang menggunakan sarune sebagai instrumen pembawa melodi disamping genderang semakin hari semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh keahlian Sonang Sitakar dalam memainkan hampir seluruh alat musik tradisional Pakpak yang menjadikan masyarakat Pakpak menutup mata terhadap pemain sarune persarune yang lain. Jika pun ada pemain sarune yang pandai bermain sarune, dia tidak terlalu dikenal oleh banyak orang tidak setenar Sonang Sitakar, sehingga berawal dari sana kegiatan bermain musik adat tanpa sarune pun mulai berlangsung seakan-akan Universitas Sumatera Utara kembali ke tahap awal kedua, dimana sarune belum dimasukkan kedalam ensambel. Akhirnya eksistensi sarune Pakpak pun menjadi semakin berkurang dikalangan masyarakat Pakpak saat itu, hal ini disebabkan oleh kegiatan musik adat yang tanpa memainkan sarune terus berlangsung dan semakin sering dilakukan yang menjadikan masyarakat Pakpak tidak mempertanyakan eksistensi alat musik ini lagi karena mereka sudah terbiasa mendengar genderang dimainkan tanpa sarune. Kalaupun sesekali sarune ikut dimainkan dalam genderang pada upacara adat, masyarakat Pakpak hanya menganggapnya sebagai pelengkap saja, dan jika seandainya pun sarune tidak ada, upacara adat akan tetap berlangsung saat genderang dimainkan. Artinya, Sarune sudah mulai terbaikan keberadaannya. Namun menurut J.H Kabeaken hal itu tidaklah menjadi masalah, sebab pada awalnya pun baik genderang sisibah ensambel musik adat untuk kerja mbaik yang terdiri dari 9 sembilan buah genderang, 4 empat buah gong, dan sebuah pongpong, maupun genderang silima ensambel adat untuk kerja njahat, yang terdiri dari 5 lima buah genderang, 4 empat buah gong, dan sebuah pongpong tidak pernah menggunakan sarune dalam penyajiannya. Jika pada akhirnya adapun sarune diikut sertakan dalam ensambel genderang sisibah dan genderang silima, masyarakat Pakpak hanya menganggapnya sebagai pelengkap saja, artinya jika sarune dan pemainnya ada, boleh ikut dimainkan dan jika tidak ada, itu tidak mempengaruhi musik upacara adat yang akan berlangsung. Tetapi disisi lain, Pasang Manik berpendapat bahwa menurut beliau, kehadiran sarune dalam ensambel genderang baik genderang sisibah atau pun Universitas Sumatera Utara genderang silima akan menambah keanggunan mende, mbagak terhadap suara ensambel tersebut. Disamping itu, beliau juga menambahkan bahwa diikut sertakannya sarune Pakpak pada musik tradisional Pakpak, akan menambahkan tuah berkat kepada orang yang melaksanakan upacara tersebut, sebab menurut beliau bahwa bunyi atau suara yang dihasilkan oleh sarune adalah kata-kata yang mengandung unsur magis elmu sebagai jalan untuk berkomunikasi dengan Debataguru maha pencipta, Sumangan ni empung roh kekuatan dari leluhur dan Braspati ni Tanoh roh penguasa tanah. Namun kenyataan yang ada saat ini tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa proses generasi sarune kenyataannya tidak pernah lagi terlaksana didalam kehidupan masyarakat Pakpak. Generasi muda tidak begitu tertarik dan menggemari alat musik ini, hal ini diakibatkan oleh tingkat kesulitan dalam memainkan alat musik ini dan juga cara membuatnya. 32 Untuk membahas penggunaan dan fungsi sarune Pakpak, penulis mengacu kepada pendapat Alan P. Merriam yang mengatakan bahwa penggunaan menekankan pada situasi yang bagaimana musik dipakai pada kegiatan manusia, sedangkan fungsi adalah menyangkut alasan pemakaian dan tujuan digunakannya alat musik tersebut. 1964:210, selanjutnya dikatakan bahwa penggunaan dan

4.2 Penggunaan dan Fungsi Sarune Pakpak