Contoh melodi pengragamenken:
4.8 Wilayah nada Pada Sarune Pakpak
Dari posisi nada terendah hingga nada yang tertinggi dengan dengan teknik peniupan yang sama, maka wilayah nada pada sarune Pakpak adalah berjarak 5½
lima setengah laras atau lebih kurang 1100 cent. Des
Es F
Ges As C’ ↔ ↔ ↔ ↔ ↔
Laras : 1
1 ½ 1 2 Jumlah Cent : 200 200 100 200 400 = 1100 cent
4.9 Karakteristik Bunyi Melodis Sarune
Yang dimaksud dengan istilah karakteristik bunyi melodis pada bagian ini adalah ciri-ciri khas yang merupakan kebiasaan dalam penggarapan melodi suatu
lagu pada instrumen sarune. Jika semakin banyak karakteristik melodis sarune yang sesuai dengan sifat lagu yang dapat dimainkan pada instrumen ini, maka
semakin baik pula teknik permainan dari penyajiannya yang sekaligus memberikan nuansa artistik pada lagu yang sedang dimainkan. Istilah ini sering
Universitas Sumatera Utara
juga disebut dengan kata ndalme oleh masyarakat Pakpak yang artinya adalah enak, nikmat sebagaimana makanan yang sungguh lezat.
Namun, menurut Mansehat Manik, memasukkan karakteristik bunyi melodis yang berlebihan pada sebuah lagu apalagi karakteristik yang dimasukkan
tidak sesuai dengan sifat lagu, maka hal seperti ini dapat menjadikan permainan menjadi tidak enak untuk didengar dan dinikmati. Maka untuk menjaga hal itu,
diperlukan ketelitian, kejelian dan tanggap serta pemahaman bagi seorang pemain sarune dalam hal menjiwai lagu yang sedang dimainkan.
Adapun jenis karakteristik bunyi melodis dari sarune Pakpak yang berhasil penulis peroleh selama penelitian adalah : Cerrp merdatas, Merginoling,
Merdatas, dan Mengragam.
4.9.1 Cerrp Merdatas
Cerrp merdatas merupakan istilah yang dipakai untuk permainan sarune dengan teknik penggarapan melodi yang dimulai dari nada terendah sebelum
bertahan pada nada tinggi. Penggaran dengan teknik ini harus dilakukan secepat mungkin hingga sampai ke nada yang diharapkan, yaitu nada tinggi yang
mempunyai durasi ritmis yang cukup besar. Jika nada tinggi yang ingin dicapai tersebut memiliki durasi ritmis yang kecil, maka teknik cerrp merdatas ini
dianggap kurang lazim. Contoh :
Universitas Sumatera Utara
4.9.2 Merginoling
Jika diartikan kedalam bahasa Indonesia, merginoling artinya adalah bergulir atau menggelinding. Dalam permainan sarune, disebut merginoling
dikarenakan permainan melodi yang cenderung turun dari nada tertinggi hingga terendah secara bergelombang. Proses penggarapannya selalu dimulai dari nada
yang tertinggi kemudian berangsur-angsur turun secara bergelombang hingga nada terendah.
Contoh :
4.9.3 Merdatas
Merdatas merupakan istilah yang dipakai untuk nada yang tinggi dan ditahan dengan melakukan beberapa variasi nada, melangkah dengan naik dan
turun. Langkah-langkah nada tersebut umumnya mempunyai jarak yang kecil, yaitu sebagai nada variasi dari nada yang dimaksudkan. Merdatas hanya dipakai
untuk nada yang tinggi dengan durasi ritmis yang besar. Walaupun dalam permainannya nada tinggi tersebut boleh saja dimainkan dengan cara menahannya
dengan panjang, namun untuk memberikan efek yang khas serta untuk menambah artistiknya ndalme, para pemain sarune pada umumnya melakukan teknik ini
dalam penggaraannya.
Universitas Sumatera Utara
Contoh :
4.9.4 Mengragam
Istilah mengragam diartikan sebagai membunga-bungai atau pemberian unsur ornamentasi pada permainan sarune. Mengragam adalah memainkan
beberapa nada lain diantara dua nada sama yang memiliki nilai durasi yang cukup besar, atau pada satu nada dengan durasi ritmis yang besar. Nada-nada yang
merupakan ornamentasi tersebut dalam penggarapannya adalah bervariasi antara melangkah dan melompat, naik maupun turun.
Contoh :
4.10 Penyajian Sarune yang baik
Permainan sarune yang baik bukan hanya ditentukan oleh kemampuan meniup sarune dengan teknik pulih nama circular breathing, permainan jari
pada setiap lobang nada, dan menghafal lagu, tetapi permainan yang baik juga harus didukung dengan perasaan, penjiwaan dan latar belakang sifat lagu yang
dimainkan.
38
38
Wawancara dengan Mardi Boangmanalu pada bulan mei tahun 2013
Universitas Sumatera Utara
Apabila sarune dimainkan secara solo sebagai ungkapan perasaan penyajinya, maka terlebih dahulu sipemain harus memikirkan latar belakang
penderitaan yang dialaminya. Setelah pengalaman penderitaan tersebut benar- benar telah mempengaruhi perasaannya, barulah sarune dapat dimainkan. Nada-
nada yang dimainkan pada permainan sarune bukanlah semata-mata hanya bunyi saja, tetapi masyarakat Pakpak mengartikan nada-nada sarune itu sebagai
ungkapan perasaan dari penyajinya yang umumnya merupakan gambaran perasaan kesedihan atau penderitaaan hidup. Jika pemainnya memainkan sarune
dengan penuh penjiwaan, maka semakin dalam penjiwaannya, akan semakin baik jugalah ia memainkan sarune tersebut, dan nilai baik akan dapat dicapai jika
pemainnya merasa puas dan terhibur akan permainan yang ia lakukan. Selain penjiwaan pada saat bermain sarune, hal lain yang membuat
permainan sarune dapat dianggap baik adalah penguasaan terhadap latar belakang sebuah lagu. Misalnya ende Tangis-tangis Menci, nyanyian ini menceritakan
seekor tikus yang sangat lapar dan sedang mencari makanan, dan ketika sedang mencari, ia melihat seekor ikan yang berada didalam sebuah tudung saji, ketika itu
si tikus berusaha untuk mendapatkan ikan itu, berbagai cara ia lakukan, namun tidak ada satu pun cara yang berhasil, karena kesal, ia menjadi sedih dan
menangis. Tahapan dan kesedihan alur cerita inilah yang harus dipahami oleh sipemain sarune sebelum ia memainkan sarunenya.
.
1
Dalam permainan ensambel, dalam konteks adat misalnya baik upacara sukacita maupun dukacita, salah satu repertoar lagu yang dimainkan dalam
Universitas Sumatera Utara
upacara tersebut adalah Tataken Puang, yaitu reportoar lagu untuk mengiringi kelompok puang kelompok mertua. Saat repertoar ini dimainkan, pemain sarune
harus benar-benar memahami kehidupan puang dalam kehidupan sosial dan adat masyarakat Pakpak. Selanjutnya sifat-sifat, kedudukan, dan sahala kharisma
puang itu yang dituangkan dalam melodi sarune yang dimainkan. Dalam konteks ini, bunyi yang dihasilkan sarune merupakan rangkaian tindakan, perbuatan, dan
kata-kata dari puang melalui bunyi yang dihasilkan. Selain itu, dalam konteks ini, pemain sarune juga harus mengetahui dan memahami hubungan timbal balik
antara kelompok Puang dan Berru kelompok menantu dari pelaksana upacara tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari uraian pada bab-bab terdahulu penulis menyimpulkan bahwa sarune dalam kebudayaan musikal Pakpak adalah alat musik jenis tiup sisempulen
klasifikasi aerophones yang dalam penyajiannya dapat dimainkan secara tunggal maupun secara ensemble. Dari kedua kelompok tersebut, maka alat ini oleh
masyarakat Pakpak dikelompokkan ke dalam oning-oning instrument tunggal dan gotci ensembel instrumen.
Sebagai instrumen tunggal alat musik ini pada awalnya digunakan untuk menghibur diri pemainnya maupun orang lain yang dilanda kesusahan serta
sebagai alat untuk merayu gadis melalui bunyi melodis yang dihasilkannya. Sebagai alat untuk merayu gadis, pada instrumen sarune biasanya diberi pitunang
keci-keci memperkas. Penggunaan sarune sebagai alat untuk pitunang haruslah melalui proses
magis dalam pembuatannya. Artinya, hanya sarune yang dibuat secara magislah yang dapat digunakan untuk pitunang.
Perkembangan pemakaian sarune ke dalam bentuk ansambel berlangsung hingga tahun 1925. Namun setelah tahun tersebut secara kuantitas instrumen ini
sudah mulai jarang digunakan. Hal ini berkaitan dengan tingkat kesulitan dalam memainkannya yang mengakibatkan minat generasi muda sangat kurang untuk
mempelajarinya. Demikian pula dalam proses pembuatannya yang cukup sulit
Universitas Sumatera Utara