5 Bengkel-bengkel pesaing itu yaitu Bengkel Dolphin, Bengkel Marsada, dan
Bengkel Prima. Usaha-Usaha tersebut juga dinilai dengan modal yang relatif lebih besar
dibanding Bengkel Graha Auto Karya sehingga fasilitas yang ada di Bengkel- Bengkel yang baru bermunculan itu lebih membuat para konsumen nyaman.
Selain itu, bila dibandingkan dengan bengkel pesaing maka keahlian dan kecepatan kerja karyawan Bengkel Graha Auto Karya juga kalah dengan bengkel
pesaing. Hal yang paling menonjol dalam hal ini adalah dalam sisi pandang waktu, yaitu bengkel pesaing lebih cepat menyelesaikan pekerjaan dibanding
Bengkel Graha Auto Karya. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Kinerja Usaha Bengkel Graha Auto Karya.”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Apakah Faktor Internal dan Eksternal Berpengaruh
t erhadap Kinerja Usaha Bengkel Graha Auto Karya?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap kinerja usaha Pada Bengkel Graha Auto Karya.
Universitas Sumatera Utara
6
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: a.
Bagi Wirausaha Bagi Wirausaha, diharapkan dapat menjadi masukan untuk terus
meningkatkan kinerja agar tetap dapat bertahan, berkembang dan memperoleh kinerja yang terus meningkat.
b. Bagi Peneliti
Peneliti diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap kinerja usaha
Pada Bengkel Graha Auto Karya. c.
Bagi Pihak Lain Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan referensi dan perbandingan
dalam mengadakan penelitian yang sejenis.
Universitas Sumatera Utara
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kewirausahaan
Menurut Suryana 2003:1 kewirausahaan adalah “kemampuan kreatif dan
inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses
”. Scarborough dan Zimmerer dalam Suryana 2003:14 mengemukakan delapan karakteristik, yang meliputi :
1.
Desire for responsibility
, yaitu memiliki rasa tanggungjawab atas usaha- usaha yang dilakukannya. Seorang yang memiliki rasa dan tanggungjawab
akan selalu mawas diri. 2.
Preference for moderate risk
, yaitu lebih memiliki resiko yang moderat, artinya ia selalu menghindari resiko, dan yang terlalu rendah maupun yang
terlalu tinggi. 3.
Confidence in their ability to succes
, yaitu percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil,
desire for immediare feedback
, yaitu selalu menghendaki umpan balik yang segera.
4.
High level of energy
, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
5.
Future orientation
, yaitu berorientasi ke masa depan perspektif, dan berwawasan jauh ke depan.
6.
Skill at organizing
, yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
Universitas Sumatera Utara
8 7.
Value of achievement over money
, yaitu lebih menghargai prestasi dari pada uang.
Menurut Zimmerer dalam Suryana, 2003 : 44-45, ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
1. Tidak kompeten dalam manajerial.
Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat
perusahaan kurang berhasil. 2.
Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan
mengintegrasikan operasi perusahaan. 3.
Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang paling utama
dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan
secara cermat.
Kekeliruan memelihara
aliran kas
menyebabkan operasional perusahan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
4. Gagal dalam perencanaan.
Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
5. Lokasi yang kurang memadai.
Universitas Sumatera Utara
9 Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan
keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.
6. Kurangnya pengawasan peralatan.
Pengawasan erat berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak
efektif. 7.
Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha
yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar.
8. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihantransisi kewirausahaan.
Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha
hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.
Menurut Drucker dalam Suryana, 2003:13, Kewirausahaan juga merupakan: suatu kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan kiat, dasar, sumber
daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa
yang dilakukan
dengan keberanian
menanggung risiko.
Kewirausahaan merupakan suatu sikap yang lahir dari adanya wirausaha. Kewirausahaan tersebut akan muncul apabila seseorang berani
mengembagkan usaha dan ide-ide baru yang dimilikinya. Oleh karena itu inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda
create new and different
melalui berfikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang.
Ada beberapa nilai hakiki yang penting dari kewirausahaan dalam Suryana 2003:20-23, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
10 1.
Percaya Diri
self-confidence
Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas dan pekerjaan. Dalam praktik, sikap, dan
kepercayaan ini merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan yang dihadapi.
Oleh karena itu, kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas, dan ketidak tergantungan seseorang yang memiliki
kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan.
2. Berorientasi tugas dan hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasi, adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba,
ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik dan berinisiatif. Berinisiatif artinya selalu ingin mencari dan
memulai, untuk memulai diperlukan niat dan tekad yang kuat serta kaarsa yang besar.
3. Pengambilan risiko
kemauan dan Kemampuan untuk mengambil resiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil
risiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Dengan demikian, keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah
pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistis.
Universitas Sumatera Utara
11 4.
Kepemimpinan Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepimpinan,
kepeloporan, keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, lebih dulu lebih menonjol.dengan menggunakan kemampuan dan kreativitasnya. Dalam
karya dan karsanya,wirausaha selalu ingin tampil baru dan berbeda karena karya dan karsa yang berbeda akan dipandang sebagai sesuatu yang
dijadikan peluang. 5.
Keorsinilan Nilai inovatif, kreatif dan fleksibel merupakan unsur-unsur keorsinilan
seseorang, ciri-cirinya adalah: a
Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun cara tersebut cukup baik.
b Selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya.
c Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan.
6. Berorientasi ke masa depan
Orang yang berorientasi kemasa depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki pandangan
yang jauh ke masa depan, maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya. Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda dengan yang sudah ada sekarang, meskipun dengan resiko yang mungkin terjadi.
Universitas Sumatera Utara
12
2.1.2 Faktor Internal Faktor Eksternal
Sebelum melakukan analisis terhadap kondisi sumber daya faktor-faktor internal dan lingkungan usaha faktor-faktor eksternal perlu di perhatikan sifat
telaah faktor internal dan eksternal Situmorang, 2011:343. 1
Faktor Internal : Kekuatan
strength
segala sesuatu yang bagus yang dapat di perbuat oleh perusahaan, atau suatu karakteristik yang memiliki kapabilitas penting.
Kekuatan itu dapat berupa keahlian
skill
, keunggulankompetensi inti
core competence
, sumber daya, kemampuan bersaing, teknologi superior dan lain- lain. Kelemahan
weakness
adalah segala sesuatu yang merupakan kekurangan perusahaan, atau suatu kondisi yang tidak menguntungkan
perusahaan. Berikut adalah contoh kekuatan dan kelemahan:
Tabel 2.1 Contoh Kekuatan dan Kelemahan
Kekuatan
strength
Kelemahan
weakness
: 1.
Keunggulan inti 2.
Keuangan bagus 3.
Reputasi baik 4.
Pemimpin besar 5.
Mencapai skala ekonomi 6.
Tehnologi canggih 7.
Biaya rendah 8.
Periklanan lebih baik 9.
Inovasi produk 10.
Berpengalaman 11.
Pabrik lebih bagus 1.
Arah strategi tidak jelas 2.
Fasilitas using 3.
Profibilitas kurang 4.
Manajemen kurang 5.
Keahlian tidak pas 6.
Reputasi kurang 7.
Kurang riset dan pengembangan 8.
Citra pasar jelek 9.
Jaringan distribusi kurang 10.
Pemasaran kurang 11.
Biaya tinggi
Sumber: Situmorang 2011:344
Universitas Sumatera Utara
13 Perusahaan
harus dapat
menggunakan kekuatannya
untuk memenangkan persaingan. Sedangkan kelemahan yang ada, harus diperbaiki.
Strategi dibangun berdasarkan kekuatan perusahaan dan apa yang terbaik yang dapat diperbuat oleh perusahaan, serta berusaha menghindari kelemahan
dan kekurangmampuan perusahaan. Analisis lingkungan internal meliputi kegiatan sebagai berikut Jatmiko,
2003:30: 1.
Membentuk suatu komite yang melibatkan wakil-wakil manajer dan karyawan dari seluruh bagian fungsional yang ada di dalam
organisasiperusahaan dan dilibatkan untuk melakukan analisis dan menentukan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan organisasi
perusahaan.
2. Membandingkan dengan hasil analisis lingkungan eksternal. Proses
analisis lingkungan internal memberikan lebih banyak peluang para anggota organisasi untuk memahami bagaimana tentang pekerjaannya,
departemennya dalam organisasi secara keseluruhan.
3. Kesimpulan dan keputusan.
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman adalah Matriks
SWOT.
Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Universitas Sumatera Utara
14 2
Faktor Eksternal: Peluang pasar merupakan faktor terbesar yang membentuk strategi
perusahaan. Peluang industri berbeda dengan peluang perusahaan. Tidak semua perusahaan bisa memanfaatkan peluang industri. Hal ini tergantung
dengan posisi dan kemampuan perusahaan dalam mengejar peluang yang ada.
Tabel 2.2 Contoh Peluang dan Tantangan
Peluang
opportunities
Tantangan
threats
: 1.
Tambahan grup konsumen 2.
Masuk pasarsegmen baru 3.
Mengisi kekosongan barang 4.
Integrasi vertiKal 5.
Terjadi pertumbuhan 1.
Persaingan biaya rendah 2.
Barang subsitusi naik 3.
Pertumbuhan pasar lambat 4.
Perubahan peraturanUU 5.
Perubahan selera konsumen
Sumber: Situmorang 2011:345
Peluang dan tantangan tidak hanya mempengaruhi daya tarik dari suatu situasi perusahaan, tetapi intinya di perlukan untuk pelaksanaan suatu strategi.
Untuk bisa cocok dan sesuai dengan situasi perusahaan, strategi harus ditujukan untuk mencapai peluang dan sesuai dengan kapabilitas perusahaan. Pentingnya
analisis SWOT menyangkut evaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan, serta menggambarkan kesimpulan mengenai daya tarik situasi
perusahaan untuk pelaksanaan suatu strategi
strategic action
. Analisis lingkungan eksternal dipengaruhi oleh beberapa faktor
Jatmiko, 2003:30 yaitu: 1.
Demografis, mencakup besarnya populasi, struktur usia, distribusi,
geografis, komposisi etnis, dan distribusi pendapatan.
Universitas Sumatera Utara
15 2.
Ekonomi, mencakup tingkat inflasi, tingkat bunga, defisit, atau surplus neraca perdagangan, defisit atau surplus anggaran, tingkat simpanan
pribadi, tingkat simpanan perusahaan dan produk domestik bruto.
3. Politikhukum, mencakup hukum perpajakan, filosofi, hukum pelatihan
tenaga kerja, kebijakan dan filosofi pendidikan.
4. Sosial budaya mencakup wanita dalam angkatan kerja, variasi dalam
angkatan kerja, perilaku atas kualitas kerja, pertimbangan mengenai lingkungan, pergeseran dalam prepensi mengenai karakteristik produk dan
jasa.
5. Teknologi mencakup inovasi produk, inovasi proses, aplikasi pengetahuan,
fokus pada biaya penelitian pengembangan yang didukung pemerintah
maupun swasta, dan teknologi komunikasi baru. 2.1.3 Keberhasilan Usaha
Menurut Nasution 2001:12, sebuah perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat,
keuntungan bertambah, kepuasan pelanggan, perkembangan usaha serta penghasilan karyawan dari perusahaan tersebut bertambah.
Menurut Ranto 2007:20 keberhasilan berwiraswasta tidaklah identik dengan seberapa berhasil seseorang mengumpulkan uang atau harta serta menjadi
kaya, karena kekayaan bisa diperoleh dengan berbagai cara sehingga menghasilkan nilai tambah.
Berusaha lebih dilihat dari bagaimana seseorang bisa membentuk, mendirikan, serta menjalankan usaha dari sesuatu yang tadinya tidak berbentuk,
Universitas Sumatera Utara
16 tidak berjalan atau mungkin tidak ada sama sekali. Seberapa pun kecilnya ukuran
suatu usaha jika dimulai dari nol dan bisa berjalan dengan baik maka nilai berusahanya jelas lebih berharga daripada sebuah organisasi besar yang dimulai
dengan bergelimang fasilitas. Menurut Hutagalung 2008:50, sukses tidak terjadi secara kebetulan,
secara instan dan tidak pula turun tiba-tiba dari langit. Sukses adalah buah dari proses sistematis, perjalanan panjang dan kerja keras. Sukses selalu diukur dengan
uang, harta, jabatan, keluarga, ketenaran nama. Sukses besar berarti akumulasi dari kesemuanya.
2.1.4 Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan strengths, dan peluang opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan weakneses dan ancaman threats. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan,
strategi dan kebijaksanaan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis strategic planer harus menganalisis faktor-faktor strategis
perusahaan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam kondisi yang ada pada saat ini.
Analisis SWOT sendiri membandingkan antara faktor eksternal dan faktor internal. Dengan analisis ini akan dihasilkan empat kemungkinan
Universitas Sumatera Utara
17 strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk semakin
meningkatkan jumlah pelanggannya. Tujuan fundamental analisis SWOT untuk mengidentifikasi trend,
kekuatan dan kondisi yang memiliki dampak potensial pada formulasi dan implementasi strategi perusahaan. Ini merupakan langkah paling penting
atas dasra dua alasan. Pertama, setiap perubahan dalam lingkungan eksternal bisa menimbulkan dampak serius pada perusahaan. Kedua,
langkah ini memberikan peluang untuk menyusun aspek-aspek terpenting untuk dievaluasi.
SWOT singkatan dari
strength
kekuatan,
weakness
kelemahan,
opportunity
peluang,
threat
tantangan. Analisis SWOT berisi evaluasi faktor internal perusahaan berupa kekuatan dan kelemahannya dan faktor eksternal
berupa peluang dan tantangan. Strategi yang dipilih harus sesuai dan cocok dengan kapabilitas internal perusahaan dengan situasi eksternalnya. Analisi
SWOT hanya bermanfaat dilakukan apabila telah secara jelas ditentukan delam bisnis apa beroprasi dan kearah mana perusahaan menuju ke masa depan serta
ukuran apa saja yang digunakan untuk menilai keberhasilan keberhasilan organisasimanajemen dalam menjalankan misinya dan mewujudkan visinya.
Hasil analisis akan memetakan posisi perusahaan terhadap lingkungannya dan menyediakan pilihan strategi umum yang sesuai, serta dijadikan dasar dalam
menetapkan sasaran-sasaran organisasi selama 3-5 tahun ke depan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan dari para
stakeholder.
Universitas Sumatera Utara
18 Dalam praktik sering ditemui bahwa penggunaan analisis SWOT sebagai
alat perencanaan stratagis tidak memberikan hasil yang diharapkan, yang disebabkan salah satu atau gabungan dari faktor-faktor sebagai berikut :
a. Visi, misi, dan ukuran keberhasilan organisasi tidak ditetapkan secara jelas
dan tegas atau tidak digunakan dalam mengidentifikasikan peluang dan ancaman yang dihadapi serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
organisasi. b.
Data dan informasi yang digunakan kurang lengkap, kurang spesifik dan kurang akurat, sehingga dalam perumusan faktor stratagisnya tidak focus.
c. Analisis lebih di tekankan kepada kecanggihan metode dan bukan kepada
filososfi, kesungguhan dalam melakukan analisis serta kegunaan hasil SWOT itu sendiri.
d. Terlalu beragamnya pendekatan analisis yang dikenal dan ditawarkan, tetapi
relatif sedikitnya referensi dan bahan bacaan yang komprehensif dan studi kasus yang ada yang menyebabkan model dan pendekatan yang digunakan
sering kurang sesuai dengan karakter organisasi yang bersangkutan. e.
Pemberiaan bobot dan peringkat diatur sedemikian rupa untuk menempatkan perusahaan pada posisi yang diinginkan atau tidak digunakan
dengan semestinya. Karena itu tidak jarang terjadi, sekalipun analisis SWOT menempatkan perusahaan pada kuadran yang menghendaki
perusahaan memilih strategi konsolidas , tetapi dari sasaran-sasaran dan program yang ditetapkan perusahaan justru mencerminkan strategi ekspansi
Situmorang, 2011:341.
Universitas Sumatera Utara
19 Aspek utama dari lingkungan perusahaan adalah industri dimana
perusahaan tersebut bersaing. Struktur indsutri mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan aturan permainan persaingan selain juga strategi yang secara
potensial tersedia bagi perusahaan. Menurut Porter 2001:33 keadaan persaingan dalam suatu industri tergantung pada 5 kekuatan persaingan pokok yaitu:
1.
Ancaman pendatang baru
Pendatang baru pada suatu industri membawa kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar. Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam
industri tergantung pada rintangan masuk yang ada digabung dengan reaksi dari para pesaing yang sudah ada yang dapat diperkirakan oleh si
pendatang baru. Rintangan masuk yaitu skala ekonomis, diferensiasi, kebutuhan modal, akses saluran industri dan kebijakan pemerintah.
2.
Tekanan dari produk pengganti
Semua perusahaan dalam suatu industri bersaing dalam arti yang luas dengan industri-industri yang menghasilkan produk pengganti. Mengenali
produk pengganti adalah persoalan mencari produk lain yang dapat menjalankan fungsi yang sama seperti produk industri. Produk pengganti
yang perlu mendapatkan perhatian adalah produk yang mempunyai kecenderungan untuk memilih harga atau prestasi yang baik ketimbang
produk industri dan dihasilkan oleh industri yang berlaba tinggi. 3.
Kekuatan tawar-menawar pembeli
Pembeli bersaing dengan industri dengan cara memaksa harga turun, tawar-menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih
Universitas Sumatera Utara
20 baik. Dalam hal ini pembeli cenderung untuk mencari harga yang
menguntungkan dan menggunakan dananya untuk melakukan pembelian.
4.
Kekuatan tawar-menawar pemasok
Pemasok dapat menggunakan kekuatan tawar-menawar terhadap para peserta industri dengan mengancam akan menaikkan harga atau
menurunkan mutu produk atau jasa yang akan dibeli. Kondisi yang menentukan kekuatan pemasok tidak hanya dapat berubah melainkan juga
sering kali berada diluar kekuasaan perusahaan. Perusahaan dapat memperkuat ancamannya untuk melakukan integrasi balik, mencoba
menghilangkan daya pelatihan dan sebagainya. 5.
Strategi bersaing yang efektif meliputi tindakan defensik guna
menciptakan posisi yang aman terhadap kelima kekuatan pesaing.
Dengan analisis
SWOT
, perusahaan dapat melihat evaluasi keseluruhan kekuatan
strengths
, kelemahan
waknesses
, peluang
opportunities
, dan hambatan
threats
. Tujuan mengadakan analisis
SWOT
pada perusahaan adalah untuk mengeksploitasi peluang dan kesempatan yang ada, dengan mengurangi
atau menghilangkan ancaman dan gangguan yang membahayakan posisi perusahaan di pasar, dalam rangka mempertinggi kemampuan perusahaan untuk
meningkatkan jumlah pelanggannya.
2.1.5 Taktik Persaingan Bisnis
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya perncanaan strategi adalah suatu perencanaan komprehensif yang menetapkan bagaimana korporasi akan mencapai
Universitas Sumatera Utara
21 misi dan tujuannya. Sementara taktik adalah suatu perencanaan operasional yang
secara spesifik menetapkan bagaimna asuatu strategi dapat diimplementasikan secara konkrit dengan menyatakan kapan dan dimana pelaksanaanya serta
tindakan-tindakan operasional apa yang akan dilaksanakan. Kegiatan taktik meliputi:
1. Taktik waktu: a. Perusahaan bergerak cepat menjadi yang pertama, mendahului pesaing.
b. Perusahaan bergerak belakangan, mengikuti dan memperhatikan tindakan pendahulunya
2. Taktik lokasi: a. Menyerang offensive
Taktik menyerang dapat menghabiskan debgan berbagai cara, yaitu menyerang secara frontal:
Kegiatan penyerangan ini dilakukan di semua segmen dan produk lini -
Menyerang dalam bentuk manuver melambung: kegiatan penyerangan ini dilakukan dengan cara mencari kelemahan pangsa pasar pesaing.
- Menyerang dalam bentuk pengepungan: kegiatan penyerangan ini bersifat
mengepung lawan yaitu dengan cara memperluas produk lini dan meningkatkan pelayanan di semua segmen pasar pesaing.
- Menyerang dalam bentuk memotong: Kegiatan penyerangan ini dimulai
dengan melayani konsumen yang tidak terlayani oleh pesaing dalam produk sejenis
Universitas Sumatera Utara
22 -
Menyerang griliya: Kegiatan penyerangan ini dilakukan dengan cara bergeriliya, yaitu menyerang di titik kelemahan pesaing dan menghindari
persaingan frontal.
b. Bertahan Deffensive -
Melakuakn kegiatan pembatasan struktural, seperti mempersulit masuknya pendatang baru atau mempersulit mobilitas pesaing yang sudah ada.
- Meningkatkan kemampuan pembalasan dengan cara memperkenalkan
kepada konsumen rencana-rencana perusahaan, kekuatan-kekuatan produk lini, pasar-pasaran dan sebagainya.
- Mengurangi daya tarik industri, misalnya dengan membuat pasar menjadi
tidak menarik bagi pesaing. Contohnya, membuat harga di pasar sedemikian rendah sehingga tidak menarik bagi pesaing.
2.1.6 Kinerja
Pengertian kinerja menurut Mulyadi 2007: 337 adalah “kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran
strategik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan.” Dan menurut Mulyadi 2007: 419, pengertian lain kinerja adalah “penilaian
kinerja sebagai penentu secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya.” Menurut Siegel dan Marconi dalam Mulyadi, 2001:415, penilaian kinerja
adalah “penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian
Universitas Sumatera Utara
23 organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kreativitas yang
ditetapkan sebelumnya.” Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang
semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik Mulyadi, 2001:416.
Menurut Anthony 2001: 52, tujuan dari sistem pengukuran kinerja adalah untuk membantu dalam menetapkan strategi. Dalam penerapan sistem pengukuran
kinerja terdapat empat konsep dasar : 1. Menentukan strategi
Dalam hal ini paling penting adalah tujuan dan target organisasi dinyatakan secara ekspilit dan jelas. Strategi harus dibuat pertama kali untuk keseluruhan organisasi
dan kemudian dikembangkan ke level fungsional dibawahnya. 2. Menentukan pengukuran strategi
Pengukuran strategi diperlukan untuk mengartikulasikan strategi ke seluruh anggota organisasi. Organisasi tersebut harus focus pada beberapa pengukuran
kritikal saja. Sehingga manajemen tidak terlalu banyak melakukan pengukuran indikator kinerja yang tidak perlu.
3. Mengintegrasikan pengukuran ke dalam sistem manajemen Pengukuran harus merupakan bagian organisasi baik secara formal maupun
informal, juga merupakan bagian dari budaya perusahaan dan sumber daya manusia perusahaan.
4. Mengevaluasi pengukuran hasil secara berkesinambungan
Universitas Sumatera Utara
24 Manajemen harus selalu mengevaluasi pengukuran kinerja organisasi apakah
masih valid untuk ditetapkan dari waktu ke waktu.
2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Judul Variabel
Metode yang Digunakan
Hasil Penelitian
1 Bayarçelik
dan Mehtap Özşahin
2014 How
Entrepreneurial Climate Effects
Firm Performance Entrepreneuri
al Climate X
Firm Performance
Y Analisis Regresi
Linear Berganda Entrepreneur
Climate berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap Firm Performance dan
dapat dijelaskan sebesar 20
2 Munizu
2010 Pengruh Faktor-
faktor Eksternal dan Internal
terhadap Kinerja Usaha Mikro dan
Kecil UMK di Sulawesi Selatan
Faktor Eksternal
X1 Faktor
Intenal X2
Kinerja Y
Analisis Regresi Linear Berganda
Secara keseluruhan
Faktor Internl dan Eksternal
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja
perusahaan
3 Pouraghajan
dan Esfandiar
Malekian 2012
The Relationship between Capital
Structure and Firm Performance
Evaluation Measures:
Evidence from the Tehran Stock
Exchange Capital
Structure X
Firm Performance
Y Analisis Regresi
Linear Berganda Struktur Modal
berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap Kinerja
Perusahaan
4 Setiana dan
Desy Rahayu
2012 Analiis Pengaruh
Struktur Modal terhadap Kinerja
pada Perusahaan Otomotif yang
terdaftar di BEI Tahun 2008-2010
Struktur Modal X
Kinerja Y
Analisis Komponensial
Struktur modal berpengaruh
positif dan signifikn terhadap
kinerja
Universitas Sumatera Utara
25
5 Welsa
2009 Pengaruh
Kewirausahaan Terhadap
Kemampuan Usaha Serta
Kinerja Usaha Rumah Makan
Padang Di Daerah Istimewa
Yogyakarta Kewirausaha
an X
Kemampuan Usaha
Y1 Kinerja
Usaha Y2
Partial Least Square
Kewirausahaan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja
usaha dengan t
hitung
t
tabel
yaitu 1,6971,6602.
2.3 Kerangka Konseptual