Sistem Kenaikan Peringkat Dalam Sumo
SISTEM KENAIKAN PERINGKAT DALAM SUMO
Sumo no reberu zoukyou kata
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang.
Oleh :
KALVIN MUHAGA LASE NIM : 050708034
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN SASTRA JEPANG MEDAN
(2)
SISTEM KENAIKAN PERINGKAT DALAM SUMO
Sumo no reberu zoukyou kata
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang.
Oleh :
KALVIN MUHAGA LASE NIM : 050708034
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Yuddi Adrian Muliadi, M.A. Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum
NIP: 19600827 1991 03 1 004 NIP. 19600919 198803 1 001
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN SASTRA JEPANG MEDAN
(3)
Disetujui oleh : Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara Medan
Program Studi S-1 Sastra Jepang Ketua Program Studi,
Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S.Ph.D NIP : 19580704 198412 1 001
(4)
PENGESAHAN Diterima oleh :
Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Pada : Tanggal : Pukul :
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara Dekan
Drs. Syaifuddin, M.A.Ph.D NIP : 131284310
Panitia Ujian
No. Nama Tanda Tangan
1. ( )
2. ( )
3. ( )
(5)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia serta kasih-Nya yang dilimpahkan dalam hidup sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini berjudul “ SISTEM KENAIKAN PERINGKAT
DALAM SUMO (sumo no reberu zoukyou kata) ” ini diajukan untuk
memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar sarjana pada Fakultas Sastra Program Studi Strata-1 Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.
Dalam pelaksanaan penyelesaian studi dan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan moril dan materiil dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A. Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang, MS,. Ph.D, selaku Ketua Jurusan Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Yuddi Adrian Mulyadi, MA, sebagai Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan dari awal hingga ujian akhir skripsi ini selesai.
4. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, sebagai Dosen Pembimbing II yang telah menyisihkan waktu untuk memeriksa dan memberikan saran dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.
5. Dosen Penguji Ujian Skripsi yang telah menyediakan waktu membaca dan menguji skripsi ini. Juga kepada seluruh staff pengajar Program Studi S-1
(6)
Sastra Jepang yang telah membagi banyak ilmu kepada penulis sebagai bekal masa depan dari tahun pertama hingga dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik.
6. Yang tercinta dan terkasih di dunia ini, kedua orang tua atas semua kasih sayang, segala nasehat, segala doa serta dukungan moril dan materiil yang tak terhingga.
7. Kepada kawan-kawan, Ira Naomi, Nurul, Ocha, Bul, dll yang telah membantu penulis. Tak lupa juga kepada kakak Ibeth Gulo yang banyak membantu penulis. Tuhan memberkati.
8. Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan skripsi ini. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga diperlukan saran dan kritik yang membangun . akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca khususnya para mahasiswa Sastra Jepang.
Medan, Juni 2010 Penulis
(7)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI……….………ii
BAB I PENDAHULUAN……….1
1.1 Latar Belakang……….1
1.2 Perumusan Masalah……… 4
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan………....5
1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori………...6
1.5 Tujuan Dan Manfaat Penelitian………8
1.6 Metode Penelitian……….9
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SUMO………..11
2.1 Asal Mula Olahraga Sumo………...11
2.2 Perkembangan Sumo Dewasa Ini………16
2.3 Peringkat Dalam Sumo………19
2.4 Sistem Heya……….23
BAB III KENAIKAN PERINGKAT DALAM SUMO………29
3.1 Jenis-jenis Pertandingan Sumo………29
3.1.1. Turnamen Profesional………29
3.1.2. Turnamen Amatir………...30
3.2 Persyaratan Kenaikan Peringkat………..31
3.2.1. Kenaikan Peringkat Ozeki……….31
3.2.2. Kenaikan Peringkat Sekiwake………...33
3.2.3. Makekoshi ………36
3.2.4. Kachikoshi………37
(8)
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ………42
4.1 Kesimpulan………..42 4.2. Saran………...45
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISTILAH DAFTAR LAMPIRAN
(9)
ABSTRAK
Sumo adalah olahraga yang sangat kuno dan sudah dipertandingkan sejak
berabad-abad yang lalu. Sumo (相撲) adalah
orang rikishi yang berbadan gemuk. Sumo telah ada sejak periode Nara (646-796) dan telah menjadi olahraga professional pada permulaan periode Edo (1600-1868). Pada masa Kamakura (1185-1336) sumo digunakan sebagai latihan kemiliteran yang dipergunakan selama peperangan berlangsung.
すもう
,相撲 は
にほんこらい
,日本古来 のスポーツであり、 むかし
,昔 からも きょうそう
,競争
をじっし,実施されたのである。
すもう
,相撲には ふたり
,二人の ふと
,太い りきし
,力士の も
,揉み あ
,合うスポーツである。
すもう
,相撲 は ならじだい,奈良時代 (646 -,- 796)か ら 知 ら れ て いた 。 そ れ
でえどじだい,江戸時代のはじめに (1600-1868)にプロフェッショナルのスポーツ
になった。
かまくらじだい
,鎌倉時代(1185 -
,- 1336)に は せんそう
,戦争 な が ら、
ぶげいため
,武芸為
にすもう,相撲が しよう
,使用
Sistem heya sumo merupakan lembaga yang berfungsi mendidik para rikishi muda agar dapat menjadi juara sumo. Pada lembaga ini para calon juara
(10)
juga dididik untuk memahami etiket, disiplin dan nilai-nilai khusus yang menjadi pedoman olahraga sumo. Secara fisik, heya yang secara harfiah berarti “kamar” adalah sebuah kompleks lengkap dengan segala fasilitas hidup dan latihan.
おおあた
,大当り相撲為、相撲会場で若い力士が練習された。
こ の 会 場 で 相 撲 の
こうほしゃ
,候補者 は
れいぎ
,礼儀 、
きりつ
,規律 、
およ
,及 び 相 撲
の
とくべつ
,特別な
てん
,点を教えてもらっている。
しんたいてき
,身体的 、会場は「室」と同じ意味で、この所では全ての
せいかつ
,生活 及
び
うん ,運
どう ,動の
どうぐ
,道具を
ふく ,含
Pertandingan sumo berlangsung di atas ring yang disebut
めまている。
pertandingan dipasang atap pelindung yang disebut yakata. Para pengulat (rikishi) memakai rangkaian tali-tali kaku yang disebut sagari. Seragam utama seorang rikishi adalah Mawashi. Gyoji (wasit) adalah orang bertugas mengawasi jalannya pertandingan dan terlibat dalam upacara pembukaan dan penutupan suatu pertandingan.
相撲の競争はどひょう,土俵で行われている。
きょうそう
,競争のリングに
ぼうぐおくじょう
,防具屋上の「 やかた
,館」が あ
,当てられる。
相撲のマインせいふく,制服はまわしである。
ぎょじ
,御璽は競争のジャッジ、競争の
かいし
,開始及び へいさ
(11)
Di zaman sekarang, rikishi sumo profesional diatur oleh
Nihon Sumō Kyōkai) yang terdiri dari 105 mantan rikishi yang terkenal
dengan sebutan toshiyori. げんざい
,現在、力士相撲のプロは
にほんすもうきょうかい
,日本相撲協会に入る。105 人の
昔の有名な力士が含めまている。としよ,年寄りと言われている。
Sumo mempunyai sistem peringkat yang sangat terinci berdasarkan prestasi dalam pertandingan yang disusun menyerupai piramid. Peringkat rikishi bisa naik atau bisa turun bergantung pada hasil pertandingan yang diikuti. Banzuke adalah nama untuk daftar peringkat rikishi sumo.
相撲には競争の詳細レベルがあるピラミッドと同様している。
競争結果の
もと ,基
Kenaikan atau penurunan peringkat rikishi sumo profesional bergantung pada prestasi rikishi dalam turnamen sumo profesional yang berlangsung selama 15 hari. Tujuan utama setiap rikishi sumo adalah mencetak kachikoshi agar peringkatnya bisa naik dan menghindari makekoshi. Makekoshi berarti lebih banyak kalah daripada menang dalam turnam
づく力士のレベルは上がる又は下がるによる。
力士相撲のレベル表は『ばんずけ』である。
kachikoshi berarti lebih banyak menang daripada kalah dalam turnamen profesional.
相撲の上下レベルは決定は 15 日のプロフェッショナル相撲競争の結果に
(12)
力士相撲の目的は勝ち越しを勝って
ま ,負け
こ
,越しを
かいひ ,回避
7. 幕内またわ幕の内 (四二力士)
し, レベルが上 がるためである。
負け越しの意味はプロの相撲競争には勝ちより負けが沢山あることである。
勝ち越しの意味はプロの相撲競争には負けより勝ちが沢山あることである。
Pada dasarnya ada 6 peringkat dalam sumo, yaitu :
相撲のレベルは6レベルの段階がある。下記通りである。
8. 十両 (28力士)
9. 幕下 (120 力士)
10. 三段目 (200 力士)
11. 序二段 (230 力士)
12. 序ノ口 (80 力士)
幕内 terbagi lagi atas 5 tingkatan :
幕内は五段階がある;
1. 横綱 2. 大関
3. 関脇 4.小結
(13)
Ada enam turnamen Grand Sumo dalam setahun. Turnamen bulan Januari, Mei dan September dilakukan di Arena Sumo (Kokugikan) di Ryogo Sedangkan turnamen bulan Juli di Nagoya, dan turnamen bulan November di musim gugur") sebagai bentuk suka cita atas keberhasilan pemenang dalam turnamen.
一年間に6回のほんばしょといった大相撲の試合がある。
1月、5 月、及び9月の試合はりょごく東京の相撲リング(こくぎかん)
で行われる。3 月の試合は大阪で行われる。それで、7 月の試合は名古屋
で、11月の試合は福岡で行われる。
これは試合の勝ち人の楽しいこととして、最後日の試合は選手楽というこ
とを行う。
Turnamen amatir diselenggarakan di Jepang untuk pegulat sumo amatir dari sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Pertandingan pada tingkat amatir tidak menggunakan segala macam ritual seperti pertandingan sumo profesional. Pegulat sumo amatir yang ingin menjadi pegulat sumo profesional diutamakan berusia muda.
日本にでわ、学校及び大学の素人相撲為に素人の試合が行われまる。
プロの相撲競争とは違って、素人の試合が
ぎしき
(14)
素人の相 撲は プロの 相撲を した いばあ いは 、若い人 を
ゆうせん
,優先 され てい る。
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki beragam budaya, diantaranya keberagaman dalam bentuk tarian, makanan, budaya, olahraga, dan banyak hal yang bisa ditemukan dari negara Matahari terbit ini. Nilai kebudayaan yang dijunjung dan dijaga menjadi nilai khusus bagi penduduk Jepang. Penduduk Jepang bangga akan kebudayaan yang mereka miliki. Permainan-permainan rakyat masih terpelihara dengan baik meskipun zaman semakin berkembang. Permainan rakyat Jepang dapat dibagi dua bagian besar yaitu permainan untuk bermain dan permainan untuk bertanding.
Permainan untuk bertanding mempunyai lima sifat khusus yaitu 1) terorganisasi, 2) bersifat perlombaan (competitive), 3) harus dimainkan paling sedikit setidaknya oleh dua orang peserta, 4) mempunyai kriteria siapa yang menang dan siapa yang kalah, 5) mempunyai peraturan permainan yang telah disepakati bersama oleh para pesertanya (Danadjaja, 1994:171).
Permainan bertanding dapat dibagi lagi kedalam beberapa golongan seperti: 1) permainan bertanding yang bersifat ketrampilan fisik, 2) permainan bertanding yang bersifat siasat, 3) permainan bertanding yang bersifat untung-untungan (Danandjaja, 1994:171).
Salah satu permainan bertanding yang ada dalam masyarakat Jepang hingga masa sekarang adalah olahraga tradisional yang mereka miliki yaitu sumo.
(16)
yang berbadan gemuk hingga salah seorang rikishi didorong keluar dari lingkaran atau terjatuh dengan bagian badan selai dalam lingkaran. Rikishi perlu berbadan besar dan gemuk karena semakin tambun seorang rikishi sumo semakin besar pula kemungkinannya untuk menang.
Sumo adalah olahraga yang sangat kuno dan sudah dipertandingkan sejak berabad-abad yang lalu. Tidak ada yang benar-benar yakin kapan muncul, tetapi ada bukti bahwa pertandingan sumo diselenggarakan sebagai bagian dari penanaman festival padi di Jepang kuno, dua atau tiga ribu tahun yang lalu. Menurut Nihon Shoki, buku sejarah tertua di Jepang, pada tahun 642 seorang bangsawan bernama Hakusai (atau Hakuzai) mengatur merayakan pembukaan kuil baru yang telah ia bangun. Ini adalah catatan tertulis pertama dari pertandingan sumo. Sumo telah ada sejak periode Nara (646-796) dan telah menjadi olahraga professional pada permulaan periode Edo (1600-1868) (Danandjaja, 1997:201). Nihon Shoki mencatat pertandingan sumo terkenal di akhir periode Nara, antara dua Taimanokehaya.
Sumo tampaknya telah dimulai sebagai bagian dari perayaan keagamaan untuk berdoa bagi panen yang baik, tapi selama bertahun-tahun itu perlahan-lahan berkembang dan dikembangkan. Selama lebih dari 300 tahun, sampai tahun 1174, sebuah festival sumo diselenggarakan di Kyoto setiap tahun pada 7 Juli, untuk menghibur Kaisar. Pada masa Kamakura (1185-1336) sumo digunakan sebagai latihan kemiliteran yaitu sebagai salah satu teknik latihan yang dipergunakan selama peperangan berlangsung. Pada tahun 1300an dan 1400an, sumo sudah menjadi bagian dari perayaan keagamaan. Selama Sengoku jidai (usia
(17)
negara-negara berperang), banyak rikishi sumo pada masa tersebut, dan beberapa daimyo mendirikan aula pelatihan khusus untuk melatih rikishi muda. Selain itu diadakan pertandingan antara rikishi yang didukung oleh panglima perang yang bersaing.
Olahraga sumo juga mempunyai daya tarik tersendiri, hal ini dikarenakan dalam pertandingan sumo memiliki ritual-ritual (upacara) yang unik dan bahkan ritual-ritual ini berjalan lebih lama daripada pertandingan sumo itu sendiri. Ritual-ritual ini tidak terlepas dari pengaruh agama Shinto yang cukup lekat dalam masyarakat Jepang. Shinto pada mulanya adalah kepercayaan yang muncul dengan sendirinya di kalangan masyarakat Jepang dapat dikatakan merupakan kepercayaan rakyat.
Bagi orang luar kekhasan olahraga ini terletak pada bentuk dari para pemainnya yang sangat gemuk, seluruh tubuhnya dipenuhi oleh lemak sehingga otot-otot tubuhnya hampir tidak kelihatan lagi. Kesan ini menjadi lebih kuat lagi karena mereka boleh dikatakan dalam keadaan telanjang bulat pada saat bertanding rikishi tidak memakai apapun kecuali memakai kain cawat (mawashi) sebagai penutup tubuhnya (Danandjaja, 1997:200).
Olahraga sumo dipertandingan di sebuah arena yang disebut dohyo. Dalam setahun ada enam turnamen besar yang diadakan yang disebut Grand Tournaments. Grand Tournaments dilaksanakan di beberapa kota di Jepang pada bulan-bulan tertentu. Berdasarkan hasil dari pertandingan tersebut disusun sebuah daftar peringkat rikishi yang disebut Banzuke. Sistem peringkat ini telah digunakan sejak zaman Edo. Peringkat rikishi dapat naik atau turun berdasarkan hasil dari pertandingan yang dijalaninya. Peringkat tertinggi yang ingin dicapai oleh setiap rikishi yaitu menjadi yokozuna (juara agung). Tetapi terlebih dahulu
(18)
harus menjalani pertandingan-pertandingan untuk menaikkan peringkat yang lebih tinggi.
Di setiap pertandingan sumo selalu menarik perhatian banyak orang. Tidak hanya masyarakat yang menonton pertandingan secara langsung, tetapi juga seluruh stasiun televisi dan radio di seluruh Jepang meliput pertandingan sumo secara langsung. Pertandingan sumo ini telah menjadi acara agenda tahunan stasiun televisi dan radio di seluruh Jepang.
Berdasarkan penjelasan yang diatas penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang olahraga tradisional kebanggaan masyarakat Jepang ini sehingga penulis membahasnya melalui skripsi yang berjudul “ SISTEM
KENAIKAN PERINGKAT DALAM SUMO ”.
1.2. Perumusan Masalah
Sumo (相撲) adalah
berbadan gemuk sampai salah seorang didorong keluar dari lingkaran atau terjatuh dengan bagian badan selai lingkaran. Sumo olahraga asli abad yang lalu. Pada literatur klasik Jepang abad ke-8 Masehi, bentuk awal sumo dikenal dengan sebutan Sumai. Sumo memiliki berbagai upacara dan tradisi unik yang sangat menarik bila dilihat, salah satunya adalah menyebarkan sepanjang pertandingan untuk mengusir bala. Rikishi (pesumo) perlu berbadan besar dan gemuk karena semakin tambun seorang rikishi sumo semakin besar pula kemungkinannya untuk menang.
(19)
Tidak hanya ukuran badan rikishi yang mempengaruhi hasil pertandingan tetapi teknik yang dipergunakan rikishi juga sangat berpengaruh dalam memberikan hasil di atas arena. Ada beberapa teknik yang tidak diperbolehkan untuk dipergunakan karena dianggap berbahaya. Selain itu, sumo juga memiliki berbagai ciri khas yang menjadi hal yang unik dan menjadi perhatian bagi orang luar seperti arena (dohyo), kain cawat (mawashi), rencengan tali (sagari), wasit (gyoji), atap arena (yakata). Di beberapa negara tetangga Jepang seperti da
Dalam sumo terdapat peringkat-peringkat rikishi yang dibagi dalam beberapa divisi. Peringkat tertinggi yang dapat diperoleh oleh seorang pesumo adalah peringkat yokozuna (juara agung). Sedang pesumo (rikishi) pemula berada pada divisi paling bawah yaitu jonokuchi. Rikishhi dapat naik ke divisi yang lebih tinggi apabila memnuhi syarat yang telah ditentukan. Ini merupakan proses yang bertahap.
Berdasarkan uraian yang di atas, penulis mencoba menjawab masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah munculnya sumo di Jepang?
2. Bagaimana perkembangan sumo di Jepang pada masa sekarang? 3. Bagaimana sistem kenaikan peringkat dalam sumo?
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup pembahasan yang lebih difokuskan kepada sistem kenaikan peringkat rikishi dalam olahraga
(20)
sumo. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan bekembang jauh,sehingga penulisan dapat lebih terarah dan terfokus.
Untuk mendukung masalah tersebut, penulis akan membahas terlebih dahulu tentang sejarah lahirnya olahraga sumo yang memiliki sejarah yang menarik dan perkembangan sumo yang ada di Jepang dewasa ini. Juga akan dibahas peringkat yang ada dalam sumo dan pertandingan-pertandingan yang terdapat dalam sumo.
1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka
Olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh tidak hanya secara jasmani tetapi juga rohani. Olahraga membuat keadaan fisik seseorang menjadi lebih kuat dan memiliki ketahanan yang lebih lama terhadap suatu kondisi tertentu. Seiring dengan perkembangan zaman maka ragam bentuk olahraga pun berkembang lebih beraneka. Hal tersebut tidak terlepas dari kebudayaan suatu masyarakat. Melville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowaki mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herkovits memandang kebudayan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Edward B. Taylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, huku m, adat istiadat,dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
(21)
berpendapat, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta masyarakat (Wikipedia Indonesia).
Jepang memiliki beberapa olahraga tradisional yang salah satunya adalah sumo. Sumo (相撲) merupakan permainan bertanding tradisional Jepang yang bersifat ketrampilan fisik dalam olahraga gulat yang unik (Danadjaja 1997:201). Taylor (1997:126) mengatakan sumo adalah gulat khas Jepang yang merupakan olahraga sederhana, dilengkapi dengan upacara ritual yang dipimpin oleh wasit (gyoji). Dalam pertandingan sumo terdapat upacara ritual yang dipergunakan yaitu agama Shinto. Shinto berarti jalannnya para dewa (Webb 1989:142).
Rikishi sumo (rikishi) dengan ciri khas berbadan gemuk berbobot tubuh 137 kg dan ada juga yang mencapai 200 kg. bila mencapai tingkat yokozuna bukan hanya uang saja yang diperoleh tetapi kepopulerannya melebihi seorang artis ternama (Danadjaja, 1997:205).
1.4.2. Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan landasan atau kejelasan berpikir dalam memecahkan masalah atau menyorotinya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi,2001 : 39-40).
Kerangka teori menurut Kontjaraningrat (1976:1) berfungsi sebagai pendorong proses berpikir deduktif yang bergerak dari bentuk yang abstrak kedalam bentuk yang nyata. Soekanto (2003:27) berpendapat, suatu teori pada hakikatnya merupakan hubugan antara dua fakta atau lebih, atau pengaturan fakta
(22)
mengembangkan fakta, membiba struktur konsep-konsep serta mengembangkan definisi-definisi yang penting untuk penelitian.
Penelitian ini lebih mengarah pada penelitian kebudayaan. Budaya menurut sir Edward B.Taylor dalam Ben Haryo (2005:14) adalah seluruh kompleksitas yang terbentuk dalam sejarah dan diteruskan dari generasi ke generasi melalui tradisi yang mencakup sosial, ekonomi, hukum, agama, seni, teknik, kebiasaan, dan ilmu kebudayaan selalu bersifat sosial dan historik.
Menurut kontjaraningrat(1980:192) menyatakan kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Masih menurut Kontjaraningrat, kebudayaan terdiri atas 3 wujud:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penulisan
Dalam sebuah penelitian haruslah memiliki suatu tujuan. Maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah munculnya sumo di Jepang. 2. Untuk perkembangan sumo di Jepang pada masa sekarang.
(23)
1.5.2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Manfaat penelitian antara lain:
1. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang sejarah munculnya sumo di Jepang.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang perkembangan sumo di Jepang.
3. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang sistem kenaikan peringkat rikishi.
1.6. Metode Penelitian
Sebuah penelitian membutuhkan metode sebagai penunjang untuk mencapai tujuan. Metode adalah bentuk/cara melaksanakan penelitian. Maka dalam penulisan skripsi ini digunakan metode deskriptif. Menurut Koentjaraningrat (1976:30), penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu.
Selanjutnya dalam pengumpulan data-data penelitian ini, digunakan teknik studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan merupakan suatu aktifitas yang sangat penting dalam kegiatan penelitian yang ditujukan untuk mewujudkan jalan memecahkan masalah penelitian. Beberapa aspek penting perlu dicari dan digali, meliputi: masalah, teori, konsep dan penarikan ksempulan dan saran (Nasution 2001:14). Dalam memecahkan permasalahan penelitian, penulis
(24)
mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji serta menginterpretasikan seluruh data yang ada. Berdasarkan teknik studi kepustakaan, penulis mengambil sumber acuan dari berbagai buku dan artikel yang berkaitan dengan sumo, sejarah Jepang serta buku-buku panduan lain yang ada hubungannya dengan permasalahan yang dibahas. Disamping itu, penulis juga menggunakan media internet untuk mengambil data yang berkaitan dengan pembahasan.
(25)
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG SUMO
2.1. Asal Mula Olahraga Sumo
Sumo adalah salah satu olahraga tradisional yang telah berusia lebih dari 200 tahun. Pada literatur klasik Jepang abad ke-8 Masehi, bentuk awal sumo dikenal dengan sebutan Sumai. Pada awalnya, Sumo adalah ritual untuk menghormati dewa yang telah memberkati pertanian yang ditampilkan bersama tari-tarian di halaman kuil. Kemudian Kaisar mengubah sumo menjadi salah satu hiburan istana yang hanya dapat ditonton oleh para para bangsawan dan pejabat penting. Barulah pada awal zaman Edo (tahun 1600-an) teknik dan aturan sumo mulai dirumuskan dan dikembangkan sehingga pertandingan sumo lebih mirip dengan yang ada sekarang.
Awalnya sumo dilakukan untuk menarik perhatian dewa agar hasil panen mereka berhasil. Pertandingan ini dilakukan di tempat pemujaan. Kemudian ditetapkan oleh kaisar menjadi shinji-zumo yaitu kegiatan yang terpenting dalam negara itu. Itu terlihat di periode Nara (646-796), yaitu bahwa sumo menjadi kegiatan istana pada setiap pada tahunnya.
Selanjutnya pada periode Heian (794-1185) dipertunjukkan untuk hiburan yang dilaksanakan di arena yang disebut Sumai ni sechie yang artinya tarian tanpa menggunakan busana. Pada periode Kamakura (1185-1336) permulaan peranan samurai dalam pemerintahan dan banyak menggunakan sumo sebagai salah satu teknik latihan kemiliteran yang dipergunakan selama pertempuran berlangsung.
(26)
Pada periode Muromachi (1336-1568), sumo mengambil satu tahapan menjadi olahraga professional dengan mengembangkan beberapa hal yang disebut Kanjin-Zumo. Rikishi sumo professional bersama para samurai berkeliling daerah untuk berpatisipasi dalam kegiatan kanjin-Zumo.
Pada periode edo (1603-1868), sumo menjadi festival kepercayaan. Di penghujung akhir periode meiji (18678-1912), sumo disebut olahraga nasional untuk pertama kalinya, dan diakui oleh pemerintah sebagai ritual kekaisaran. Penguasa Jepang di abad ke-16 yang bernama menyelenggarakan turnamen sumo. Bentuk ring sumo seperti yang dikenal sekarang ini berasal dari zaman Oda Nobunaga. Dibandingkan dengan mawashi pada zaman sekarang yang dibuat dari kain bagus yang kaku, rikishi sumo di masa Oda Nobunaga masih memakai penutup tubuh bagian bawah dari kain kasar yang longgar. D bermotif indah dan gagah yang disebut kesho mawashi. Di zaman sekarang kesho mawashi hanya dikenakan rikishi sumo pada saat berparade di atas dohyō di awal pembukaan turnamen.
Sumo sering dikaitkan dengan ritual dalam agama sekarang ini, di beberap rikishi sumo dengan dalam ajaran Shinto, yaitu terlihat pada arena (dohyo), kain cawat (mawashi), rencengan tali (sagari), dan atap (yakata).
Pertandingan sumo berlangsung di atas ring yang disebut土俵) yang dibuat dari campuran tanah liat yang dikeraskan dengan pasir yang disebarkan di atasnya. Dohyō dibongkar setelah pertandingan selesai dan dohyō
(27)
yang baru harus selalu dibangun untuk setiap turnamen. Pembangunan dohyō untuk keperluan turnamen atau latihan menjadi tanggung jawab penyelenggara (yobidashi).
Lingkaran tempat pertandingan berlangsung mempunyai diameter 4,55 meter dan panjang sisi-sisinya 570 cm, tingginya 66 cm, dikelilingi oleh karung beras yang disebut tawara (俵). Ukuran karung beras sekitar 1/3 ukuran karung beras standar yang sebagian dipendam di dalam tanah liat yang membentuk gundukan dohyō. Sedikit di luar lingkaran diletakkan empat buah tawara yang di zaman dulu dimaksudkan untuk menyerap air hujan sewaktu turnamen sumo masih diselenggarakan di tempat terbuka.
Di tengah-tengah lingkaran terdapat dua garis putih yang masing-masing sepanjang 90 cm saling berhadapan secara sejajar dengan jarak 129 cm. Garis tersebut merupakan garis pemisah disebut shikiri-sen (仕切り線). Pada dua garis sejajar inilah kedua penain berhadapan dalam posisi merangkak siap untuk menjatuhkan lawannya. Kedua rikishi (rikishi) yang bertarung harus berada di belakang garis shikiri-sen sebelum pertandingan dimulai.
Bagian luar sekeliling lingkaran disebut janome yang dilapisi pasir halus untuk membentuk permukaan yang mulus. Rikishi yang terdorong ke luar lingkaran atau terjatuh pasti menimbulkan tanda pada permukaan janome akibat terkena injakan kaki atau anggota tubuh yang lain. yobidashi harus memastikan permukaan janome berada dalam keadaan mulus sebelum pertandingan yang lain dimulai.
(28)
Para pengulat (rikishi) memakai rencengan tali-tali kaku yang disebut sagari. Sagari ini di selipkan pada ikat pinggang bagian muka, seperti orang memakai celemek. Rencengan tali-tali ini terbuat dari kain sutra masing-masing sepanjang 40 cm yang dipelintir menjadi tali-tali kaku setelah diberi tajin. Tali-tali tersebut berjumlah 19 buah, namun juga dapat berjumlah 17 atau 21 tergantung dari kemauan pemakainya, tetapi tidak pernah dalam jumlah genap karena sagari dibuat dengan meniru bentuk rencengan tambang yang digantungkan di muka kuil Shinto yang berfungsi untuk menangkal pengaruh jahat.
Seragam utama seorang rikishi adalah Mawashi. Mawashi merupakan sabuk pinggang yang lebar yang dikenakan oleh para rikishi, memiliki panjang antara 10-13 cm tergantung kepada pemakainya dan lebar 80 cm. Mawashi yang dikenakan untuk latihan sehari-hari terbuat dari kain katun, warna biru untuk rikishi pemula, dan warna putih untuk para senior dan untuk peringkat teratas (juryo, makuuchi, maegashira, komusubi, sekiwake, ozeki dan yokozuna) terbuat dari kain sutra seharga beberapa ribu yen.
Pada mulanya warna untuk turnamen hanya terbatas pada biru laut, ungu atau hitam tetapi kini diperbolehkan memakai warna menyala lainnya. Biarpun begitu empat peringkat terbawah (jonokuchi, jonidan, sandanme dan makushita) tetap terbatas pada kain katun berwarna biru tua saja.
Di atas arena pertandingan dipasang atap pelindung yang disebut yakata dalam bentuk arsitektur kuil Shinto, yang disebut dengan istilah shimei-zukuri. Pada periode edo ketika pertandingan sumo masih diadakan di udara terbuka, yakata mempunyai 2 fungsi yaitu sebagai pelindung dari hujan dan sekaligus sebagai simbol dari empat musim yang dinyatakan dalam bentuk empat tiang
(29)
dengan warna yang berbeda. Tiang-tiang ini menjadi tempat duduk empat orang hakim.
Pada masa sekarang atap seberat 2 ton digantungkan dengan empat kabel baja pada langit-langit atap gedung olahraga. Sebagai ganti empat tiang simbol empat musim, dipasang empat pilar tali-tali sutera dengan warna yang berbeda yakni hijau di sisi timur melambangkan haru (musim semi), put ih di sisi barat melambangkan aki (musim gugur), merah di sisi selatan melambangkan natsu (musim panas) dan hitam di sisi utara melambangkan fuyu (musim dingin). Atap ini mempunyai makna religius yang diyakini bisa memberi perlindungan pada arena dari berbagai unsur jahat.
Gyoji (wasit) adalah orang bertugas mengawasi jalannya pertandingan termasuk juga terlibat dalam upacara pembukaan dan penutupan suatu pertandingan. Gyoji memasuki arena pertandingan memakai kimono dengan model kimono samurai zaman Kamakura dilengkapi topi biksu Shinto yang berwarna hitam. Sama seperti rikishi, gyoji juga mempunyai tingkatan dan hanya tate-gyoji yaitu gyoji tingkatan tinggi saja yang boleh memimpin pertandingan tingkatan makunouchi dan juryo. Tingkatan gyoji dilihat dari warna kipas dan jumbainya.
Di sekitar dohyo juga duduk lima hakim yang disebut shinpan, yang sebagian besar dari pensiunan rikishi. Dalam hal pertanyaan mengenai pemenang dari setiap pertarungan, shinpan akan berkumpul di tengah-tengah dohyo dan untuk mengambil keputusan akhir, termasuk bila akan mengadakan pertandingan ulang dari pertandingan yang baru selesai.
(30)
2.2 Perkembangan Sumo Dewasa Ini
Pertunjukan hiburan yang menampilkan pertandingan rikishi sumo
profesional (大相撲 Ōzumō) sudah dimulai seja
masa itu konon berasal dari penghasilan alternatif. Di zaman sekarang, rikishi sumo profesional diatur oleh
Nihon Sumō Kyōkai). Anggota asosiasi terdiri dari
Oyakata yang semuanya merupakan mantan rikishi sumo. Oyakata adalah pimpinan pusat latihan (heya) tempat bernaung para rikishi sumo profesional. Peraturan asosiasi menetapkan bahwa perekrutan calon dan pelatihan rikishi sumo hanya berhak dilakukan oleh Oyakata. Di Jepang saat ini terdapat sekitar 54 pusat latihan sumo (heya) tempat bernaung sekitar 700 rikishi sumo.
Asosiasi Sumo Jepang (Nihon Sumo Kyokai) terdiri dari 105 mantan rikishi yang terkenal dengan sebutan toshiyori, dan termasuk juga wakil-wakil dari golongan petugas yang terdiri dari rikishi yang aktif, para wasit dan para pengawas jalannya pertandingan dari empat penjuru ring (yobidashi). Maka sumo termasuk olahraga yang diatur oleh kalangan orang dalam sendiri.
Untuk menjadi anggota asosiasi ini, seseorang harus membuktikan bahwa dirinya mantan rikishi yang pernah mengikuti 24 turnamen dalam kelompok juryo, atau turnamen dalam kelompok Makuuchi. Dalam peraturan terdapat ketentuan bahwa dalam keanggotaan asosiasi tersebut selalu harus ada tempat kosong. Dan selanjutnya seorang anggota harus membeli saham asosiasi seharga lima juta yen (tahun 1982). Pada febuari 1982 dibuat pengecualian, dimana terdapat 107 anggota asosiasi, padahal jumlah yang diperbolehkan hanya 106. Hal ini dimungkinkan demi menghormati seseorang. Yaitu mantan Yokozuna Taiho. Saat
(31)
Taiho pensiun, ia diperkenankan untuk membeli saham dan menjadi asosiasi. Hal ini demi menghormati prestasinya yang luar biasa. Hal ini disebut ichidai todhiyori (suatu generasi yang dituakan).
Asosiasi Sumo Jepang terdiri dari enam divisi yang mengurusi masalah-masalah bisnis, perwasitan, turnamen-turnamen di luar masa turnamen (jungyo), turnamen diluar Tokyo (chiho basho), latihan dan bimbingan. Semua ini disupervisi oleh sebuah badan direktur yang terdiri dari 10 orang hasil piihan Asosiasi. Badan ini diketuai oleh seorang presiden atau manajer (rijicho).
Walaupun usia sumo sudah 200 tahun, popularitasnya menanjak justru pada masa modern ini, sehingga boleh dikatakan bahwa permainan bertanding keterampilan fisik ini sudah menjadi kebudayaan pop. Salah satu penyebabnya adalah karena olahraga ini telah dikomersialkan.
Rikishi sumo menggunakan nama alias yang disebut shikona (しこ名) yang mungkin ada hubungannya atau tidak berhubungan sama sekali dengan nama asli rikishi. Rikishi sumo biasanya tidak mempunyai pilihan banyak dalam memilih shikona karena nama biasanya sudah dipersiapkan sebelumnya oleh pelatih, oyakata, atau perusahaan yang menjadi sponsor. Di dalam perjalanan karirnya, rikishi sumo bisa saja beberapa kali berganti shikona.
Rikishi sumo profesional harus berjenis kelamin laki-laki berdasarkan tradisi turun temurun sejak berabad-abad yang lalu. Peraturan asosiasi sumo yang sering menjadi kontroversi adalah peraturan yang tidak mengizinkan wanita naik ke atas dohyō karena dikuatirkan bisa mengotori dohyō yang dianggap suci.
Suatu sistem upah bulanan Ozumo didirikan pada Mei 1957, tetapi hanya
(32)
untuk pringkat sekitori adalah: ¥2.350.000
Rikishi di bawah peringkat Juryo tidak diberi upah bulanan, meskipun pada masing-masing turnamen mereka menerima tunjangan yang disebut teate sebagai berikut: Makushita ¥220.000 (220,000 yen), Sandanme ¥145.000,
Selain gaji, pegulat sekitori juga menerima bonus tambaha yang diterima sebanyak 6 kali dalam setahun setiap mengikuti turnamen yang jumlahnya bergantung pada prestasi kumulatif pegulat. Bonus bertambah besar setiap kali pegulat sumo mencetak kachikoshi. Semakin besar skor kachikoshi yang dicetak seorang pegulat makin besar pula kenaikan bonus yang diterima. Pegulat sumo kelas setiap turnamen berdasarkan peringkatnya, tapi jumlahnya relatif kecil. Yokozuna menerima bonus tambahan setiap 2 kali turnamen yang dimaksudkan untuk membeli tali tambang baru yang dililitkan di pinggang pada saat upacara.
Pemenang setiap kejuaraan divisi menerima hadiah uang yang jumlahnya mulai 100 ribu yen untuk kemenangan di divisi untuk kemenangan di divisi Makuuchi. Pegulat di divisi atas yang dinilai berprestasi luar biasa menurut dewan berhak mendapat 3 hadiah istimew yang masing-masing bernilai 2 juta yen.
Ada banyak tunjangan dan bonus lainnya, sehingga hampir tidak mungkin bagi orang luar untuk menghitung pendapatan aktual rikishi tertentu. Ini termasuk: ¥50.000 (50.000 yen) untuk semua sekitori setelah turnamen Tokyo. ¥200.000 (200.000 yen) untuk setiap Yokozuna sebelum turnamen Tokyo untuk menutup
(33)
biaya-biaya dalam membuat yang bar dikalungkan di pinggang selama Sanyaku dari: Yokozuna ¥400.000 (400.000 yen), Ozeki ¥300.000, Sekiwake ¥100.000, kejuaraan ¥750.00, Makushita ¥550.000, Sandanme ¥200.000, Jonidan ¥200.000, Jonokuchi ¥150.000.
2.3. Peringkat Dalam Sumo
Sumo mempunyai sistem peringkat yang sangat terinci berdasarkan prestasi dalam pertandingan. Sistem peringkat dalam sumo sudah digunakan beratus-ratus tahun seja pada hasil pertandingan yang diikuti. Banzuke adalah nama untuk daftar peringkat rikishi sumo yang diterbitkan 2 minggu sebelum turnamen sumo dibuka.
Rikishi (Rikishi) profesional berjumlah 700 orang yang peringkatnya disusun menyerupai piramid. Rikishi yang peringkatnya paling rendah ada di dasar piramid sedangkan rikishi yang yang peringkatnya paling tinggi ada di puncak piramid. Pada dasarnya ada 6 peringkat dalam sumo, yaitu :
1. Makuuchi (幕内) atau makunouchi (幕の内) (42 rikishi) 2. Jūryō (十両) (28 rikishi)
3. Makushita (幕下) (120 rikishi) 4. Sandanme (三段目) (200 rikishi) 5. Jonidan (序二段) (230 rikishi)
(34)
6. Jonokuchi (序ノ口) (80 rikishi)
Makuuchi (幕内) terbagi lagi atas 5 tingkatan dari yang tertinggi :
1. Yokozuna (横綱) 2. ozeki (大関) 3. Sekiwake (関脇) 4. komusubi (小結) 5. Maegashira (前頭)
Rikishi sumo yang baru direkrut terdaftar dalam peringkat paling bawah (Jonokuchi) dan dapat naik peringkat secara perlahan-lahan ke peringkat Makuuchi bila berprestasi. Rikishi pada tingkatan makunouchi dan juryo diberi gelar kehormatan yang disebut sekitori dan menerima gaji. Rikishi peringkat bawah dianggap sebagai rikishi magang dan hanya menerima uang saku sekadarnya sebagai imbalan melakukan berbagai macam pekerjaan di pusat latihan. Rikishi sumo baru yang diambil dari juara turnamen antar universitas ada kalanya mendapat perlakuan istimewa dan dimasukkan ke dalam peringkat Makushita dan bukan peringkat Jonokuchi. Peringkat Makuuchi yang merupakan peringkat teratas dibagi-bagi lagi menjadi berbagai golongan rikishi.
Mayoritas rikishi berada dalam golongan berdasarkan nomor urut 1 sampai 16 atau 17. Setiap peringkat dibagi menjadi dua kubu: kubu Timur dan kubu Barat. Kubu Timur dianggap lebih prestisius dari kubu Barat, sehingga kedudukan rikishi berperingkat Maegashira-2-Timur berada di atas rikishi berperingkat Maegashira-2-Barat. Di atas kelas Maegashira terdapat kelompok para juara atau pemegang gelar yang disebut golongan secara berturut-turut disebut atas yang disebut
(35)
Yokozuna adalah gelar yang diberikan kepada rikishi sumo profesional (rikishi) yang telah mencapai peringkat teratas dalam olahraga yokozuna berasal dari tambang (tsuna) berukuran lebar (yoko) yang dililitkan di pinggang rikishi bergelar yokozuna. Tambang yang dililitkan di pinggang Yokozuna menyerupai tamban tempat atau benda yang dianggap suci menurut kepercayaan tambang yang dililitkan di pinggang Yokuzuna bisa mencapai dikenakan sewaktu mengikuti upacara memasuki ring (dohyōiri) tapi dilepas sewaktu bertanding.
Yokozuna (juara agung) adalah rikishi dalam tingkatan ozeki yang memenangkan Grand Tournaments 2 kali berturut-turut. Dalam setiap pertandingan, penampilannya haruslah konsisten sehingga dianggap pantas untuk dipromosikan menjadi yokozuna menurut kritikus sumo yang tergabung dalam sumo kyokai (The Japan Sumo Association). Posisi yokozuna ini unik karena setelah 300 tahun hanya 68 rikishi saja yang mendapatkan gelar ini. Gelar yokozuna tidak bisa dicabut meskipun pada saat turnamen pemegang gelar yokozuna ini tampil buruk. Kalau penampilan tetap buruk selama beberapa turnamen dia hanya dianggap ingin mengundurkan diri.
Sebelum er sumo di depan pengaruh yang dimiliki pejabat yang menjadi sponsor dan bukan karena kemampuan atau kehebatan rikishi. Pada masa itu, banyak rikishi bergelar Yokozuna yang menurut standar sumo zaman sekarang cuma menyandang gelar
(36)
yang sekadar nama saja. Di zaman dulu, pemberian gelar Yokozuna merupakan hak turun temurun yang dimiliki keluarga yang menjadi sponsor rikishi. Yokozuna juga bukan merupakan peringkat tersendiri, melainkan hanya sebutan untuk rikishi berperingkat memasuki ring secara terpisah.
Ōzeki adalah gelar dan peringkat yang disandang oleh rikishi
Peringkat ozeki berada setingkat di bawah peringkat teratas biasanya peringkat ini dipenuhi rikishi-rikishi yang menjadi pernah juara dalam berbagai turnamen. Sebelum ada peringkat Yokozuna, ozeki dulunya merupakan peringkat tertinggi yang bisa dicapai rikishi sumo.
Sekitori (関 取) adalah sebutan unt
Sebaliknya, rikishi yang berada di peringkat disebut Toriteki.
Rikishi peringkat sekitori berhak bertanding setiap hari dalam turnamen yang berlangsung selama 15 hari. Sekitori berhak memakai
sewaktu mengikuti upacar
sewaktu bertanding dan tampil dalam kesempatan resmi. Dibandingkan rikishi berhak menggunakan mawashi dari kain juga memakai hiasan mawashi bernama sagari yang dikanji agar kaku. Hiasan sagari pada mawashi yang dikenakan rikishi peringkat makuuchi dan di bawahnya terlihat berumbai-rumbai karena tidak dibuat kaku.
(37)
Dalam kehidupan sehari-hari, nama rikishi peringkat sekitori disebut dengan tambahan gelar "seki", misalnya mendapat gaji bulanan, setiap turnamen menerima bonus uang yang disebut rikishi hōshōkin berdasarkan prestasi. Berlainan dengan rikishi peringkat makushita dan di bawahnya yang tinggal ruangan besar dengan sesama rikishi, sekitori memiliki kamar pribadi.
Rikishi yang berhasil mencapai peringkat sekiwake berhak mendapat fasilitas seperti komusubi dan gaji yang lebih tinggi dari sekiwake boleh mendampingi ketua menutup turnamen yang diadakan 6 kali dalam setahun. Rikishi sekiwake merupakan wakil asosiasi sumo dalam acara resmi kalau rikishi peringkat ozeki atau yokozuna sedang berhalangan hadir. Walaupun sepanjang karirnya seorang rikishi sumo hanya berhasil menduduki peringkat sekiwake, rikishi peringkat sekiwake yang sudah pensiun terus berhak menyandang gelar "mantan sekiwake" di depan nama rikishi tersebut sewaktu masih berjaya.
Peringkat sekiwake selalu harus diisi dengan dua orang rikishi yang bisa dinaikkan jumlahnya menjadi 3 atau 4 rikishi sesuai dengan kebutuhan. Walaupun jarang terjadi, rikishi komusubi yang beruntung bisa saja dinaikkan menjadi sekiwake untuk mengisi peringkat sekiwake yang selalu harus diisi dengan dua orang rikishi.
2.4. Sistem Heya
Sistem heya sumo merupakan sebuah lembaga yang unik serta berpengaruh dalam dunia olahraga sumo. Lembaga ini berfungsi mendidik para
(38)
rikishi muda agar dapat menjadi juara sumo. Pada lembaga ini para calon juara juga dididik untuk memahami etiket, disiplin dan nilai-nilai khusus yang menjadi pedoman olahraga sumo, yang tidak sama dengan yang berlaku dalam masyarakat Jepang pada umumnya.
Secara fisik, heya atau istal yang secara harfiah berarti “kamar” adalah sebuah kompleks lengkap dengan segala fasilitas hidup dan latihan. Bagian tingkat atas bangunan merupakan ruang tidur bersama dari para junior dan ruang-ruang tidur semi privat dan ruang-ruang-ruang-ruang tidur privat dari para rikishi senior. Tingkat bawah adalah ruang latihan tanpa alat pemanas ruang. Ruang latihan ini berlantai tanah keras, dengan galengan yang ditandai batas lingkaran terbuat dari kantung-kantung pasir terpendam seperti yang terdapat di dohyo. Perbedaannya terletak pada lantai ring pertandingan yang tidak ditinggikan seperti panggung. Diameter ring ini 4,55 m. Di bagian samping ring ini ada ruang terbuka, di mana biasanya digelar tikar tatami. Ruang ini tempat para pelatih dan para tamu mengamati latihan gulat (sumo). Ruangan lain yaitu tempat mandi dengan bak-bak untuk berendam (furo). Selain itu juga ada dapur, ruang makan, ruang resepsi. Pada masa kini kira-kira terdapat 49 heya, dan semua rikishi merupakan anggota dari salah satu heya itu. Sepanjang karier hidupnya sebagai rikishi, seorang rikishi akan menjadikan heya sebagai rumah tinggalnya. Bahkan ada juga yang tetap tinggal disana setelah ia pensiun. Pengecualian terjadi hanya bagi sekitori yang telah menikah, yang harus berdiam di tempat lain dengan istrinya, dan pergi ke istalnya hanya untuk berlatih setiap hari. Dalam prakteknya, seorang rikishi baru menikah setelah ia berhasil mencapai peringkat atas.
(39)
Jumlah anggota suatu heya tergantung dari kebesaran, ketenaran dan kekayaan heya tersebut. Heya yang besar bisa memiliki anggota sampai puluhan orang. Namun yang kecil hanya memiliki anggota beberapa rikishi saja. Semua heya mempergunakan nama juaranya atau nama juaranya yang telah pensiun (toshiyori) dan menjadi pendiri dari heya yang bersangkutan. Para anggotanya akan berjuang dengan membawa nama heya-nya.
Sepanjang perjalanan karirnya, rikishi sumo profesional terikat dengan serangkaian peraturan yang rumit. Asosiasi sumo mengatur segala segi kehidupan pribadi para rikishi terutama yang berkaitan dengan kehidupan rikishi di dalam suatu komunitas. Pengeluaran suatu heya ditanggung oleh Asosiasi Sumo, ditambah masukan dari sponsor-sponsor klub pecinta heya (koenkai).
Penampilan rikishi sumo dengan gaya rambut klimis dan baju tradisional Jepang membuat rikishi sumo bisa mudah dikenali bila tampil di hadapan publik. Pada saat diangkat menjadi rikishi sumo, rambut rikishi sumo harus dipanjangkan agar bisa ditata seperti model rambut (rambut disanggul pada bagian atas kepala).
Pakaian dan aksesori yang dikenakan juga bergantung pada peringkat sang rikishi. Rikishi kelas Jonidan dan kelas di bawahnya hanya boleh mengenakan harus sandal dari kayu yang disebut boleh mengenakan mantel pendek untuk melapis yukata dan boleh mengenakan
sandal bagus yang disebut
diizinkan untuk mengenakan mantel sutera sesuai dengan selera dan model rambut juga sudah makin bergaya dengan sanggul yang disebut o-ichō.
(40)
Rikishi sumo menjalani kehidupan sehari-hari di pusat latihan dengan latihan yang keras. Rikishi junior harus bangun paling awal sekitar jam 05:00 pagi untuk berlatih, sedangkan rikishi kelas sekitori boleh bangun sekitar jam 07:00 pagi. Pada saat rikishi kelas sekitori sedang berlatih, rikishi junior harus melakukan banyak pekerjaan seperti membersihkan rumah, memasak makan siang, menyiapkan air mandi, sampai menyediakan yang mau mandi. Kesempatan mandi juga dibuat bergilir dengan kesempatan pertama mandi berendam diberikan untuk rikishi yang paling senior, diikuti rikishi kelas lebih rendah sampai rikishi paling junior yang mendapat giliran mandi berendam paling akhir. Begitu pula halnya dalam soal makan, rikishi senior selalu mendapat giliran makan lebih dulu.
Rikishi sumo biasanya tidak dibolehkan unt diharapkan unt disiapkan untuk rikishi sumo berupa "sup tradisional sumo berbagai macam ikan, daging, dan sayur-sayuran yang dimasak di dalam panci besar (nabe) agar rikishi sumo bisa cepat menjadi gemuk.
Di petang hari, rikishi junior masih harus melakukan pekerjaan bersih-bersih dan pekerjaan lainnya sementara rikishi kelas sekitori sudah boleh bersantai, termasuk menghadiri acara-acara seperti acara temu penggemar. Rikishi yang masih muda seringkali masih harus pergi ke sekolah, walaupun kurikulum yang diikuti biasanya berbeda dengan anak sekolah biasa. Di malam hari, rikishi kelas sekitori boleh berjalan-jalan dengan para sponsor sementara rikishi junior harus tinggal di pusat latihan. Rikishi junior yang sudah ditunjuk sebagai pelayan
(41)
(tsukebito) oleh rikishi senior sering mendapat kesempatan menemani rikishi senior untuk berjalan-jalan. Rikishi senior boleh mengangkat pelayan sebanyak mungkin dan rikishi junior menganggap pekerjaan sebagai pelayan sebagai suatu kehormatan. Rikishi kelas sekitori hanya boleh membawa pelayannya yang paling senior ketika berjalan-jalan di luar.
Kehidupan rikishi Sumo dibagi dalam dua golongan besar yaitu rikishi junior yang melayani dan rikishi senior yang dilayani. Rikishi kelas sekitori diberi kamar sendiri di pusat latihan dan jika sudah menikah boleh tinggal d sendiri sedangkan rikishi junior hanya dibolehkan tidur di asrama. Perlakuan rikishi senior terhadap rikishi sumo yang baru direkrut kabarnya sangat kejam sehingga banyak rikishi junior tidak tahan dan memutuskan untuk mengundurkan diri.
Suatu heya diurus oleh seorang pengurus (oyokata) melalui pengendalian mutlak. Semua oyokata adalah mantan rikishi senior dan merupakan anggota Asosiasi Sumo Jepang. Mereka ini umumnya merupakan anggota heya itu sendiri. Seorang pengurus heya biasanya telah menikah dan berdiam di bagian tersendiri di dalam kompleks istal dengan istrinya. Istri pengurus heya disebut dengan istilah okamisan. Peran di belakang layar dari seorang okamisan sangat penting, karena dialah yang melancarkan pengoperasian sebuah heya. Namun tugasnya tidak termasuk memasak dan mencuci pakaian para rikishi. Adakalanya pada masa silam dan juga terjadi pada masa kini, seorang juara yang telah pensiun meninggalkan heya-nya yang lama untuk mendirikan yang baru. Apabila perpecahan itu berlangsung dengan baik, ia diperkenankan untuk menjadi anggota klan (ichimon) dari heya-nya yang lama, sehingga menciptakan hubungan seperti
(42)
antara anak dan orang tuanya. Akibatnya ada heya yang berkuasa dan mapan yang memiliki satu sampai tiga heya anak di dalam ichimon-nya. Pada masa silam hubungan ini melemahkan gairah persaingan dalam pertarungan, sebab anggota sebuah ichimon tidak diwajibkan untuk saling bertarung. Namun pada masa kini peraturan itu hanya berlaku di antara anggota dari suatu heya saja. Secara tradisional heya-heya terkonsentrasi di kawasan Ryogoku di kota Tokyo, di tepi sungai Sumidagawa, dan juga di kawasan di dekat wilayah Edogawa dan Koto.
(43)
BAB III
KENAIKAN PERINGKAT DALAM SUMO
3.1. Jenis-jenis Pertandingan Sumo 3.1.1. Turnamen Profesional
Ada enam turnamen Grand Sumo dalam setahun. Turnamen bulan Januari, Mei dan September dilakukan di Arena Sumo (Kokugikan) di Ryogo sedangkan turnamen bulan Juli di Nagoya dan turnamen bulan November di selama 15 hari dan ditutup juga pada hari Minggu. Pengecualian jadwal turnamen pernah terjadi ketika Kaisar hari sebelum dimulainya turnamen bulan Januari. Turnamen kemudian dijadwal ulang, dimulai dan berakhir pada hari Senin.
Turnamen sumo profesional hanya diselenggarakan di Jepang walaupun rikishi sumo profesional sebagian besar berasal dari luar negeri. Takamiyama, Konishiki dan Akebono adalah nama tiga orang rikishi sumo profesional kelahiran Hawaii yang sukses di Jepang. berhasil menjadi juara divisi paling atas di awal tahun 1970-an. Jejak Takamiyama diikuti oleh dalam 3 kali turnamen. Konishiki merupakan orang asing pertama yang berhasil mencapai peringkat Ozeki. Pada tahun dalam sejarah sumo yang berhasil menjadi Yokuzuna.
(44)
Hari terakhir turnamen disebut senshuraku (secara harafiah berarti "kegembiraan 1.000 musim gugur") sebagai bentuk suka cita atas keberhasilan pemenang dalam turnamen. Nama yang gemerlap untuk hari puncak turnamen berasal dari kata yang digunakan penulis dram memenangkan kejuaraan divisi atas (makuuchi) mendapat hadiah Piala Kaisar. Selain itu, juara juga menerima berbagai hadiah dari para sponsor. Hadiah yang diberikan umumnya berupa barang-barang seni dan makanan dalam jumlah banyak.
Pada masa sekarang, pemunculan para rikishi tidal lagi terbatas pada turnamen-turnamen yang masing-masing berlangsung selama 15 hari, melainkan ditambah dengan pertandingan ekshibisi yang disebut hanazumoi. Rikishi peringkat atas mengadakan pertandingan eksebisi di pelosok-pelosok Jepang dan di luar negeri setiap dua tahun sekali. Pada bulan Oktober pertandingan eksebisi di turnamen sungguhan namun kegiatan ini penting sekali untuk mempopulerkan sumo di dalam maupun ke luar negeri.
3.1.2. Turnamen Amatir
Turnamen amatir sering diselenggarakan di Jepang untuk pegulat sumo amatir dari sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Pertandingan pada tingkat amatir tidak menggunakan segala macam ritual seperti pertandingan sumo profesional. Pegulat sumo amatir yang ingin menjadi pegulat sumo profesional diharuskan berusia muda (23 tahun ke bawah). Pegulat sumo amatir yang menjadi juara antar perguruan tinggi mendapat perlakuan khusus sewaktu memasuki
(45)
jenjang sumo profesional dalam bentuk langsung dimasukkan ke dalam peringkat Makushita (nomor tiga dari bawah). Peringkat khusus untuk juara sumo antar perguruan tinggi disebut Makushita Tsukedashi yang merupakan peringkat yang berada di antara peringkat Makushita 15 dan 16. Sebagian besar pegulat sumo kelas perguruan tinggi.
Sumo bukan merupakan olahraga yang dipertandingkan di dalam sumo ke seluruh dunia dengan mengadakan turnamen sumo amatir dengan pembagian kelas menurut berat badan.
3.2. Persyaratan Kenaikan Peringkat 3.2.1. Kenaikan Peringkat Ozeki
Di zaman sekarang, seorang rikishi berperingkat Ozeki harus benar-benar kuat, memiliki teknik tinggi, berkepribadian, dan berwibawa tinggi (memenuhi syarat yang disebut hinkaku) agar bisa dinaikkan peringkatnya menjadi Yokozuna. Tidak ada ketentuan khusus mengenai kriteria menjadi Yokozuna dan jumlah rikishi yang dapat menjadi Yokozuna secara bersamaan. Peringkat Yokozuna ada kalanya mengalami kekosongan dan gelar Yokozuna juga pernah disandang oleh 4 orang rikishi secara bersamaan.
Kekuatan dan keterampilan seorang rikishi biasanya dipertimbangkan berdasarkan turnamen terakhir yang diikuti. Rikishi berperingkat menjuarai 2 kali turnamen atau memiliki "prestasi yang setara" untuk memenuhi syarat menjadi Yokozuna. Dalam 3 turnamen, Ozeki harus menempati urutan
(46)
kedua (runner up) sebanyak 2 kali dengan 1 kali menjadi juara, yang masing-masing harus diraih dengan minimum 12 kali menang sebelum memenuhi syarat "prestasi yang setara" untuk diangkat menjadi Yokozuna. Seoran dinaikkan peringkatnya secara istimewa dengan persyaratan menang sebanyak 33 kali melawan sekiwake atau komusubi dalam 3 turnamen terakhir. Dalam kata lain, rikishi harus memiliki prestasi yang mapan sebelum bisa diangkat menjadi Yokozuna. Ozeki yang sudah 2 kali menjadi juara dalam turnamen tetap dianggap tidak memenuhi syarat sebagai Yokozuna kalau sering kalah dalam 4 turnamen lain. Peraturan pengangkatan Yokozuna sebetulnya bersifat luwes, sehingga dewan pengangkatan Yokozuna dan asosiasi sumo bisa menggunakan kriteria yang lebih lunak atau lebih ketat dalam mengambil keputusan. Jumlah kemenangan dalam turnamen, teknik yang dipakai sewaktu menang dan kualitasnya, serta sebab kekalahan dijadikan faktor-faktor yang menentukan pengangkatan Ozeki menjadi Yokozuna.
Kepribadian dan wibawa tinggi yang dijadikan syarat (hinkaku) agar bisa menjadi Yokozuna lebih merupakan syarat bersifat subjektif. Rikishi berperingkat Ozeki yang bernama karena berasal dari di depan publik bahwa rikishi sumo asal luar negeri tidak akan pernah bisa memenuhi hinkaku sebagai yokozuna. Dalam perkara Konishiki, asosiasi sering menyebut banyak masalah lain seperti berat badan. Beberapa Ozeki lain juga pernah tidak diangkat-angkat menjadi Yokozuna karena alasan tertentu. Di tahun karena masih terlalu muda walaupun sudah memenangkan 2 kali turnamen.
(47)
Rikishi berperingkat Ozeki diangkat sebagai Yokozuna setelah melewati seleksi ketat. Yokozuna diharapkan untuk terus ikut dalam setiap turnamen dan rikishi yang sudah menyandang gelar Yokozuna tidak bisa diturunkan lagi peringkatnya. Yokozuna diminta mengundurkan diri bila sudah tidak mampu lagi berkompetisi dengan rikishi papan atas.
Kenaikan peringkat Ozeki menjadi Yokozuna merupakan proses bertahap. Setelah turnamen berakhir, Majelis Pertimbangan Yokozuna mengadakan rapat untuk membahas penampilan masing-masing rikishi divisi atas. Majelis Pertimbangan Yokozuna merupakan badan independen dengan anggota terdiri dari pengamat olahraga sumo (dari kalangan orang biasa dan bukan bekas rikishi) yang diangkat oleh merekomendasikan kenaikan rikishi peringkat Ozeki menjadi Yokozuna bila rikishi yang bersangkutan dianggap sudah memenuhi semua persyaratan. Dewan pertimbangan lalu membicarakan rekomendasi majelis, sedangkan keputusan akhir berada di tangan dewan direktur asosiasi sumo.
3.2.2. Kenaikan Peringkat Sekiwake
Rikishi sumo mengikuti sejumlah besar turnamen sebelum bisa menjadi Ōzeki. Rikishi harus menang paling sedikit dalam 33 pertandingan atau lebih pada 3 turnamen secara berturut-turut sebelum rikishi tersebut dapat dipertimbangkan menjadi Ōzeki. Rikishi biasanya perlu rekor bertanding 11 kali menang dan 4 kali kalah pada turnamen terakhir sebelum kenaikan peringkatnya menjadi Ōzeki bisa diproses. Kualitas teknik rikishi juga dijadikan pertimbangan. Rikishi yang di awal
(48)
pertandingan banyak menggunakan strategi "menghindar" kemungkinan besar mendapat nilai minus. Rikishi yang tidak mau menyerang dianggap belum berhak menjadi rikishi papan atas. Ōzeki secara harafiah berarti "rintangan besar" yang sesuai dengan tingkat kesulitan untuk bisa diangkat sebagai Ōzeki.
Rikishi dapat dinaikkan peringkatnya menjadi Ōzeki berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan divisi penilaian dari dewan direktur
Ōzeki, salah
seorang dewan direktur akan datang mengunjungi rikishi di pusat latihan untuk menyampaikan kabar kenaikan peringkat. Ōzeki yang baru diangkat lalu mengucapkan janji untuk menjunjung tinggi kehormatan diri sebagai Ōzeki.
Seperti halnya rikishi dalam peringkatŌzeki bisa diturunkan peringkatnya jika prestasi rikishi terus mengalami kemunduran. Penurunan peringkat merupakan prosedur dua tahap. Pada tahap pertama, Ōzeki yang dalam satu turnamen lebih banyak kalah daripada menang (memiliki statusnya menjadi Ōzeki bila rikishi tersebut berhasil mengantongi lebih banyak menang daripada kalah (memilik Sebaliknya, rikishi yang sedang kadoban ternyata lebih banyak kalah daripada menang, rikishi tersebut akan diturunkan peringkatnya menjadi
Ōzeki yang sudah diturunkan peringkatnya menjadi sekiwake bisa
dikembalikan statusnya sebagai Ōzeki jika rikishi tersebut bisa memenangkan lebih dari 10 pertandingan dalam satu turnamen. Jika rikishi Ōzeki yang sudah menjadi sekiwake hanya bisa mengantongi 10 kali kemenangan atau kurang dalam satu turnamen, rikishi harus memulai kembali usahanya menjadi Ōzeki dari nol.
(49)
Sistem kenaikan dan penurunan peringkat Ōzeki sudah dimulai sejak Turnamen Nagoya tahun 1969 dan berlaku sampai sekarang.
Sekiwake adalah peringkat ketiga dari atas dalam olahraga profesional dan salah satu peringkat di kelas merupakan peringkat tertinggi yang bisa dicapai rikishi yang terus menerus mencetak bergantung pada tersedianya tempat kosong atau kalau rikishi memiliki catatan kemenangan yang meyakinkan sebagai seperti 10 kali menang dan 5 kali kalah (10-5). Rikishi sekiwake yang mencetak kembali menjadi komusubi.
Rikishi yang berhasil mencapai peringkat sekiwake berhak mendapat fasilitas seperti pringkat komusubi dan gaji yang lebih tinggi dari Rikishi peringkat sekiwake boleh mendampingi ketua sewaktu membuka dan menutup turnamen yang diadakan 6 kali dalam setahun. Rikishi peringkat sekiwake merupakan wakil asosiasi sumo dalam acara resmi kalau rikishi peringkat ozeki atau yokozuna sedang berhalangan hadir. Walaupun sepanjang karirnya seorang rikishi sumo hanya berhasil menduduki peringkat sekiwake, rikishi peringkat sekiwake yang sudah pensiun terus berhak menyandang gelar "mantan sekiwake" di depan nama rikishi tersebut sewaktu masih berjaya.
Peringkat sekiwake selalu harus diisi dengan dua orang rikishi yang bisa dinaikkan jumlahnya menjadi 3 atau 4 rikishi sesuai dengan kebutuhan. Walaupun jarang terjadi, rikishi peringkat komusubi yang beruntung bisa saja dinaikkan
(50)
menjadi sekiwake untuk mengisi peringkat sekiwake yang selalu harus diisi dengan dua orang rikishi.
3.2.3. Makekoshi
Makekoshi (負け越し) berarti lebih banyak kalah daripada menang dalam turnamen profesional bergantung pada prestasi rikishi dalam turnamen sumo profesional yang berlangsung selama 15 hari. Rikishi senior (kelas atasnya) bertanding setiap hari sepanjang 15 hari turnamen. Sedangkan rikishi junior sepanjang 15 hari turnamen. Tujuan utama setiap rikishi sumo adalah mencetak kachikoshi agar peringkatnya bisa naik. Pada divisi Makuuchi, makekoshi berarti skor 7 kali kalah (bisa juga lebih) dan 8 kali menang. Rikishi yang sering memperoleh makekoshi sudah pasti akan turun peringkat.
Rikishi bisa diturunkan beberapa peringkat sekaligus kalau memiliki makekoshi yang parah. Rikishi peringkat kalau secara berturut-turut mengalami makekoshi sebanyak 2 kali. pernah bisa diturunkan peringkatnya walaupun memiliki makekoshi. Yokozuna yang mengalami makekoshi dianggap sudah membuat malu dan diminta untuk segera mengundurkan diri dari turnamen. Kalau yokozuna terus mengalami makekoshi berarti sudah tiba waktunya untuk pensiun.
(51)
Kachikoshi (勝ち越し) berarti lebih banyak menang daripada kalah dalam turname kalah) dalam satu turnamen agar bisa dinaikkan peringkatnya. Skor kachikoshi bisa digunakan untuk meloncati beberapa peringkat sekaligus. Rikishi junior yang mempunyai kachikoshi 7-0 (tidak pernah kalah) bisa dinaikkan ke divisi yang ada di atasnya, sedangkan kachikoshi 4-3 (4 kali menang, 3 kali kalah) hanya bisa membawa rikishi ke peringkat yang ada di atasnya.
Di kelas bertahan di satu peringkat. Kenaikan dari bergantung pada kachikoshi, tapi juga bergantung pada prestasi rikishi yang lain. Rikishi peringkat komusubi yang mencetak kachikoshi 10-5 (10 kali menang, 5 kali kalah) baru dianggap memenuhi syarat untuk diangkat menjadi sekiwake. Pengangkatan menjadi kachikoshi saja, melainkan banyak aspek lain yang menjadi pertimbangan asosiasi sumo. Rikishi divisi atas yang belum menyandang gelar Ozeki atau Yokozuna tapi berhasil menyelesaikan turnamen dengan kachikoshi juga dianggap berhak
mendapat tiga penghargaan
keterampilan teknik
dan penghargaa
3.3. Pertandingan Kenaikan Peringkat
Rikishi yang menempati peringkat sekitori harus bertanding satu kali dalam satu hari, sedangkan rikishi berperingkat lebih rendah bertanding sebanyak 7 kali (1 pertandingan setiap 2 hari).
(52)
Pada hari-hari pelaksanaan turnamen, jadwal acara dibuat sedemikian rupa sehingga pertandingan antara rikishi sumo peringkat atas selalu merupakan puncak acara sekaligus pertandingan penutup pada hari itu. Pertandingan dimulai di pagi hari bagi rikishi sumo peringkat paling bawah (Jonokuchi) dan diakhiri sekitar jam 18:00 sore dengan pertarungan antara Yokozuna atau Ozeki (jika yokozuna tidak hadir). Rikishi yang memenangkan pertandingan paling banyak selama 15 hari menjadi juara turnamen. Pertandingan tambahan diadakan antar dua orang rikishi yang mempunyai jumlah kemenangan yang berimbang dan pemenang pertandingan menjadi juara turnamen.
Rikishi sumo (rikishi) berperingkat Makuuchi tiba di gelanggang sumo pada siang hari dan memasuki ruang ganti. Ruang ganti dibagi menjadi ruang ganti kubu Timur dan ruang ganti kubu Barat. Ruang ganti dibuat terpisah agar rikishi tidak saling bertemu muka sebelum pertandingan. Rikishi lalu membuka baju dan menggantinya dengan semacam mawashi sewaktu mengikuti upacara memasuki ring yang disebut dohyōiri. Prosesi yang diikuti para rikishi berlangsung dari ruang ganti masing-masing kubu menuju ke ring. Pada hari-hari penyelenggaraan turnamen, upacara dohyōiri dilakukan sebanyak 4 kali, 2 kali untuk rikishi kelas Juryo dan 2 kali untuk rikishi kelas Makuuchi. Pada upacara dohyōiri, nama-nama rikishi diumumkan satu-persatu ke hadapan penonton, dimulai dari rikishi berperingkat paling rendah hingga rikishi berperingkat paling tinggi. Setelah rikishi dengan peringkat tertinggi diumumkan, para rikishi membentuk lingkaran mengelilingi wasit untuk mengikuti ritual dan berakhir dengan kembalinya para rikishi ke ruang ganti
(53)
masing-masing. Yokozuna mempunyai ritual dohyōiri tersendiri yang diadakan secara terpisah dari rikishi kelas yang lebih rendah.
Rikishi yang sudah sampai di ruang ganti menanggalkan kesho mawashi untuk menggantinya dengan memasuki arena sebelum waktu pertandingan yang dijadwalkan dan harus duduk di pinggir ring menanti giliran bertanding sejak dua pertandingan sebelumnya masih berlangsung. Pada saat giliran bertanding tiba, kedua rikishi yang akan bertarung. Pertandingan dipimpin oleh wasit yang disebut
dohyō, rikishi mempertontonkan serangkaian
gerakan ritual berupa hentakan kaki dan tepukan tangan yang dilakukan sambil menghadap ke penonton. Rikishi juga harus mencuci mulut dengan air yang disebut chikara mizu (air kuat). Sejumlah garam kemudian dilemparkan kedua rikishi ke dalam dohyō sebagai simbol penolak bala dan agar tidak terjadi cedera sewaktu bertanding.
Setelah itu, kedua rikishi melakukan ritual singkat berupa saling berhadapan dan mengambil posisi seperti setengah mau berjongkok (posisi untuk "mengukur" kekuatan lawan. Pada kesempatan pertama "mengukur" kekuatan lawan, kedua rikishi tidak perlu mengambil posisi tachiai tapi bisa dengan saling melototkan mata sebelum kembali ke sudut masing-masing. Ritual mengukur kekuatan lawan bisa berlangsung berkali-kali (sekitar 4 kali atau lebih pada rikishi kelas atas). Wasit (gyoji) lalu menyatakan ritual saling mengukur kekuatan lawan harus diakhiri dan pertarungan harus segera dimulai. Waktu yang dibutuhkan masing-masing rikishi untuk melakukan ritual "menakut-nakuti
(54)
lawan" sambil mempersiapkan diri sendiri secara mental adalah sekitar 4 menit, tapi rikishi peringkat rendah biasanya langsung diminta untuk segera bertanding.
Pada kesempatan mengukur kekuatan lawan (tachiai), kedua rikishi harus maju secara bersamaan. Wasit (gyoji) bisa meminta kedua pengulat untuk mengulangi tachiai jika prosedur belum dianggap benar. Pada saat pertandingan berakhir, wasit mengacungkan gunbai (kipas perang) ke arah rikishi yang menang. Kedua rikishi harus kembali pada posisi awal untuk saling membungkuk sebelum pertandingan dinyatakan selesai. Jika pertandingan diselenggarakan atas bantuan sponsor, rikishi yang menang biasanya menerima hadiah uang dalam diserahkan oleh wasit. Wasit mempunyai kewajiban untuk segera mengumumkan sang pemenang walaupun pertandingan mungkin berakhir seri. Pertandingan sumo hampir tidak pernah berakhir dengan hasil seri.
Pada semua pertandingan sumo diperlukan 5 orang juri berada di sekeliling ring. Juri dapat saja mempertanyakan keputusan wasit. Jika juri meragukan keputusan yang diambil wasit, juri dan wasit bertemu di tengah ring untuk mengadakan perundingan yang disebut mono ii (secara harafiah berarti "omong-omong") untuk menentukan rikishi yang menang. Hasil perundingan dapat berupa penangguhan atau pembatalan keputusan wasit dan bahkan perintah untuk melakukan pertandingan ulang yang disebut
Berbeda dengan ritual yang dilakukan kedua rikishi untuk "mengukur" kekuatan lawan yang memakan waktu lama, pertarungan antara kedua rikishi berlangsung sangat singkat dan biasanya tidak lebih dari sat hanya berlangsung beberapa berlangsung bermenit-menit karena wasit biasanya akan memisahkan kedua
(55)
rikishi untuk beristirahat minum yang disebut mizuiri. Kedua rikishi setelah beristirahat sejenak akan kembali ke posisi terakhir sebelum wasit datang memisahkan. Wasit berkewajiban untuk membetulkan posisi akhir kedua rikishi jika posisi masih dianggap belum benar. Jika pertandingan masih belum bisa menentukan pihak yang menang sedangkan pertarungan sudah berlangsung bermenit-menit, wasit akan memisahkan lagi kedua rikishi untuk istirahat minum tahap kedua. Setelah istirahat sejenak, kedua rikishi akan memulai lagi pertarungan dari awal.
(56)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka penulis menyimpulkan beberapa hal, antara lain:
1. Pada awalnya, Sumo adalah ritual untuk menghormati dewa yang telah memberkati pertanian yang ditampilkan bersama tari-tarian di halaman kuil. Kemudian Kaisar mengubah sumo menjadi salah satu hiburan istana yang hanya dapat ditonton oleh para para bangsawan dan pejabat penting. Barulah pada awal zaman Edo (tahun 1600-an) teknik dan aturan sumo mulai dirumuskan dan dikembangkan sehingga pertandingan sumo lebih mirip dengan yang ada sekarang.
2. Sumo sering dikaitkan dengan ritual dalam agama sekarang ini, di beberapa antara rikishi sumo denga yang terdapat dalam ajaran Shinto, yaitu terlihat pada arena (dohyo), kain cawat (mawashi), rencengan tali (sagari), dan atap (yakata).
3. Di zaman sekarang, rikishi sumo profesional diatur oleh Nihon Sumō Kyōkai). Anggo ta asosiasi terdiri dari Oyakata yang semuanya merupakan mantan rikishi sumo. Oyakata adalah pimpinan pusat latihan (heya) tempat bernaung para rikishi sumo profesional. Peraturan asosiasi menetapkan bahwa perekrutan calon dan pelatihan
(57)
rikishi sumo hanya berhak dilakukan oleh Oyakata. Saat ini terdapat sekitar 54 pusat latihan sumo (heya) tempat bernaung sekitar 700 rikishi sumo.
4. Asosiasi Sumo Jepang (Nihon Sumo Kyokai) terdiri dari 105 mantan rikishi yang terkenal dengan sebutan toshiyori, dan termasuk juga wakil-wakil dari golongan petugas yang terdiri dari rikishi yang aktif, para wasit dan para pengawas jalannya pertandingan dari empat penjuru ring (yobidashi). Asosiasi Sumo Jepang juga terdiri dari enam divisi yang mengurusi masalah-masalah bisnis, perwasitan, turnamen-turnamen di luar masa turnamen (jungyo), turnamen diluar Tokyo (chiho basho), latihan dan bimbingan. Semua ini disupervisi oleh sebuah badan direktur yang terdiri dari 10 orang hasil piihan Asosiasi. Badan ini diketuai oleh seorang presiden atau manajer (rijicho).
5. Sumo mempunyai sistem peringkat yang sangat terinci berdasarkan prestasi dalam pertandingan. Sistem peringkat dalam sumo sudah digunakan beratus-ratus tahun sej atau bisa turun bergantung pada hasil pertandingan yang diikuti. Banzuke adalah nama untuk daftar peringkat rikishi sumo yang diterbitkan 2 minggu sebelum turnamen sumo dibuka.
6. Pada dasarnya ada 6 peringkat dalam sumo, yaitu : Makuuchi atau makunouchi (42 rikishi), Jūryō (28 rikishi), Makushita (120 rikishi), Sandanme (200 rikishi), Jonidan (230 rikishi), Jonokuchi (80 rikishi). Makuuchi terbagi lagi atas 5 tingkatan dari yang tertinggi : yokozuna, ozeki, sekiwake, komusubi, maegashira.
(58)
7. Kenaikan atau penurunan peringkat rikishi sumo profesional bergantung pada prestasi rikishi dalam turnamen sumo profesional yang berlangsung selama 15 hari. Tujuan utama setiap rikishi sumo adalah mencetak kachikoshi agar peringkatnya bisa naik dan menghindari makekoshi. Makekoshi berarti lebih banyak kalah daripada menang dalam turnamen daripada kalah dalam turnamen
8. Sistem heya sumo merupakan sebuah lembaga yang berfungsi mendidik para rikishi muda agar dapat menjadi juara sumo. Pada lembaga ini para calon juara juga dididik untuk memahami etiket, disiplin dan nilai-nilai khusus yang menjadi pedoman olahraga sumo, yang tidak sama dengan yang berlaku dalam masyarakat Jepang pada umumnya. Secara fisik, heya atau istal yang secara harfiah berarti “kamar” adalah sebuah kompleks lengkap dengan segala fasilitas hidup dan latihan.
9. Ada enam turnamen Grand Sumo
dalam setahun. Turnamen bulan Januari, Mei dan September dilakukan di Arena Sumo (Kokugikan) di Ryogoku November d yang berlangsung selama 15 hari dan ditutup juga pada hari Minggu. Hari terakhir turnamen disebut senshuraku (secara harafiah berarti "kegembiraan 1.000 musim gugur") sebagai bentuk suka cita atas keberhasilan pemenang dalam turnamen.
(59)
10. Turnamen amatir diselenggarakan di Jepang untuk rikishi sumo amatir dari sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Pertandingan pada tingkat amatir tidak menggunakan segala macam ritual seperti pertandingan sumo profesional. Rikishi sumo amatir yang ingin menjadi rikishi sumo profesional diharuskan berusia muda (23 tahun ke bawah).
4.2. Saran
Setelah membaca dan membahas tentang sumo, maka penulis berpendapat bahwa sumo merupakan olahraga tradisonal bangsa Jepang yang hingga zaman sekarang masih sangat terpelihara dengan baik. Hal ini berbeda dengan kita bangsa Indonesia, walaupun kita memiliki olahraga tradisional tapi di zaman sekarang sudah terlupakan. Maka sebaiknya generasi muda harus menggali dan mempertahankan olahraga tradisonal yang kita miliki.
Pemerintah khususnya harus memberikan perhatian yang lebih terhadap kebudayaan kita yang dapat dikatakan mulai terancam keberadaannya pada masa sekarang ini. Serta menjamin kehidupan para olahragawannya sehingga banyak orang yang tertarik untuk menjadi seorang olahragawan/atlet khususnya bagi generasi muda.
(60)
DAFTAR PUSTAKA
Bellah, Robert N. 1992. Religi Tokugawa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Benedict, Ruth. 1982. Pedang Samurai dan Bunga Seruni. Jakarta: Sinar
Harapan.
Buckingham, Dorothea N. 1994. The essential guide to sumo. Hawaii: Bress Press. Chie, Nakane. 1981. Masyarakat Jepang. Jakarta : Sinar Harapan.
Chandra, T. 1990. Kamus Indonesia – Jepang. Jakarta: Evergreen Course. Cuyler, PL. 1979. Sumo: from rite to sport. New York : Weatherhill.
Danandjaja, James. Foklor Jepang: Dilihat dari Kacamata Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Dewi B, Fitria. 2004. Nilai-Nilai Ritual Shinto dalam Aktifitas Pertandingan Sumo. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Edwin, Reischaves. 1988. Manusia Jepang. Jakarta : Sinar Harapan
Fukutake, Tadashi. 1989. Masyarakat Jepang Dewasa Ini. Jakarta: PT. Gramedia. Gutman, Bill. 1995. Sumo wrestling. Minneapolis : Capstone Press.
Kontjaraningrat. 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara baru.
Kontjaraningrat. 1985. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Nasution, M. Arif. 2001. Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia.
Sargeant, JA. 1959. Sumo: the sport and the tradition. Rutland, Vt., CE Tuttle Co. Shapiro, David. 1998. Sumo a Pocket Guide. Tokyo: Charles E. Tuttle Company. Situmorang, Hamzon. 2006. Ilmu Kejepangan 1. Medan : USU Press.
(61)
Suryohadiprojo, Sayidiman. 1982. Manusia dan Masyarakat Jepang dalam Perjuangan Hidup. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Takamiyama, Daigoro. 1973. Takamiyama; the world of Sumo. Tokyo: Kodansha International.
Taniguchi, Goro. 1999. Kamus Standar Bahasa Jepang-Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.
Wikipedia. 2009. Sekiwake Wikipedia. 2009. Ozeki
Wikipedia. 2009. Profesional Sumo Divisions.
(1)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka penulis menyimpulkan beberapa hal, antara lain:
1. Pada awalnya, Sumo adalah ritual untuk menghormati dewa yang telah memberkati pertanian yang ditampilkan bersama tari-tarian di halaman kuil. Kemudian Kaisar mengubah sumo menjadi salah satu hiburan istana yang hanya dapat ditonton oleh para para bangsawan dan pejabat penting. Barulah pada awal zaman Edo (tahun 1600-an) teknik dan aturan sumo mulai dirumuskan dan dikembangkan sehingga pertandingan sumo lebih mirip dengan yang ada sekarang.
2. Sumo sering dikaitkan dengan ritual dalam agama sekarang ini, di beberapa antara rikishi sumo denga yang terdapat dalam ajaran Shinto, yaitu terlihat pada arena (dohyo), kain cawat (mawashi), rencengan tali (sagari), dan atap (yakata).
3. Di zaman sekarang, rikishi sumo profesional diatur oleh Nihon Sumō Kyōkai). Anggo ta asosiasi terdiri dari Oyakata yang semuanya merupakan mantan rikishi sumo. Oyakata adalah pimpinan pusat latihan (heya) tempat bernaung para rikishi sumo profesional. Peraturan asosiasi menetapkan bahwa perekrutan calon dan pelatihan
(2)
rikishi sumo hanya berhak dilakukan oleh Oyakata. Saat ini terdapat sekitar 54 pusat latihan sumo (heya) tempat bernaung sekitar 700 rikishi sumo.
4. Asosiasi Sumo Jepang (Nihon Sumo Kyokai) terdiri dari 105 mantan rikishi yang terkenal dengan sebutan toshiyori, dan termasuk juga wakil-wakil dari golongan petugas yang terdiri dari rikishi yang aktif, para wasit dan para pengawas jalannya pertandingan dari empat penjuru ring (yobidashi). Asosiasi Sumo Jepang juga terdiri dari enam divisi yang mengurusi masalah-masalah bisnis, perwasitan, turnamen-turnamen di luar masa turnamen (jungyo), turnamen diluar Tokyo (chiho basho), latihan dan bimbingan. Semua ini disupervisi oleh sebuah badan direktur yang terdiri dari 10 orang hasil piihan Asosiasi. Badan ini diketuai oleh seorang presiden atau manajer (rijicho).
5. Sumo mempunyai sistem peringkat yang sangat terinci berdasarkan prestasi dalam pertandingan. Sistem peringkat dalam sumo sudah digunakan beratus-ratus tahun sej atau bisa turun bergantung pada hasil pertandingan yang diikuti. Banzuke adalah nama untuk daftar peringkat rikishi sumo yang diterbitkan 2 minggu sebelum turnamen sumo dibuka.
6. Pada dasarnya ada 6 peringkat dalam sumo, yaitu : Makuuchi atau makunouchi (42 rikishi), Jūryō (28 rikishi), Makushita (120 rikishi), Sandanme (200 rikishi), Jonidan (230 rikishi), Jonokuchi (80 rikishi). Makuuchi terbagi lagi atas 5 tingkatan dari yang tertinggi : yokozuna, ozeki,
(3)
7. Kenaikan atau penurunan peringkat rikishi sumo profesional bergantung pada prestasi rikishi dalam turnamen sumo profesional yang berlangsung selama 15 hari. Tujuan utama setiap rikishi sumo adalah mencetak kachikoshi agar peringkatnya bisa naik dan menghindari makekoshi. Makekoshi berarti lebih banyak kalah daripada menang dalam turnamen daripada kalah dalam turnamen
8. Sistem heya sumo merupakan sebuah lembaga yang berfungsi mendidik para rikishi muda agar dapat menjadi juara sumo. Pada lembaga ini para calon juara juga dididik untuk memahami etiket, disiplin dan nilai-nilai khusus yang menjadi pedoman olahraga sumo, yang tidak sama dengan yang berlaku dalam masyarakat Jepang pada umumnya. Secara fisik, heya atau istal yang secara harfiah berarti “kamar” adalah sebuah kompleks lengkap dengan segala fasilitas hidup dan latihan.
9. Ada enam turnamen Grand Sumo
dalam setahun. Turnamen bulan Januari, Mei dan September dilakukan di Arena Sumo (Kokugikan) di Ryogoku November d yang berlangsung selama 15 hari dan ditutup juga pada hari Minggu. Hari terakhir turnamen disebut senshuraku (secara harafiah berarti "kegembiraan 1.000 musim gugur") sebagai bentuk suka cita atas keberhasilan pemenang dalam turnamen.
(4)
10.Turnamen amatir diselenggarakan di Jepang untuk rikishi sumo amatir dari sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Pertandingan pada tingkat amatir tidak menggunakan segala macam ritual seperti pertandingan sumo profesional. Rikishi sumo amatir yang ingin menjadi rikishi sumo profesional diharuskan berusia muda (23 tahun ke bawah).
4.2. Saran
Setelah membaca dan membahas tentang sumo, maka penulis berpendapat bahwa sumo merupakan olahraga tradisonal bangsa Jepang yang hingga zaman sekarang masih sangat terpelihara dengan baik. Hal ini berbeda dengan kita bangsa Indonesia, walaupun kita memiliki olahraga tradisional tapi di zaman sekarang sudah terlupakan. Maka sebaiknya generasi muda harus menggali dan mempertahankan olahraga tradisonal yang kita miliki.
Pemerintah khususnya harus memberikan perhatian yang lebih terhadap kebudayaan kita yang dapat dikatakan mulai terancam keberadaannya pada masa sekarang ini. Serta menjamin kehidupan para olahragawannya sehingga banyak orang yang tertarik untuk menjadi seorang olahragawan/atlet khususnya bagi generasi muda.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Bellah, Robert N. 1992. Religi Tokugawa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Benedict, Ruth. 1982. Pedang Samurai dan Bunga Seruni. Jakarta: Sinar
Harapan.
Buckingham, Dorothea N. 1994. The essential guide to sumo. Hawaii: Bress Press. Chie, Nakane. 1981. Masyarakat Jepang. Jakarta : Sinar Harapan.
Chandra, T. 1990. Kamus Indonesia – Jepang. Jakarta: Evergreen Course. Cuyler, PL. 1979. Sumo: from rite to sport. New York : Weatherhill.
Danandjaja, James. Foklor Jepang: Dilihat dari Kacamata Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Dewi B, Fitria. 2004. Nilai-Nilai Ritual Shinto dalam Aktifitas Pertandingan Sumo. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Edwin, Reischaves. 1988. Manusia Jepang. Jakarta : Sinar Harapan
Fukutake, Tadashi. 1989. Masyarakat Jepang Dewasa Ini. Jakarta: PT. Gramedia. Gutman, Bill. 1995. Sumo wrestling. Minneapolis : Capstone Press.
Kontjaraningrat. 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara baru.
Kontjaraningrat. 1985. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Nasution, M. Arif. 2001. Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia.
Sargeant, JA. 1959. Sumo: the sport and the tradition. Rutland, Vt., CE Tuttle Co. Shapiro, David. 1998. Sumo a Pocket Guide. Tokyo: Charles E. Tuttle Company. Situmorang, Hamzon. 2006. Ilmu Kejepangan 1. Medan : USU Press.
(6)
Suryohadiprojo, Sayidiman. 1982. Manusia dan Masyarakat Jepang dalam Perjuangan Hidup. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Takamiyama, Daigoro. 1973. Takamiyama; the world of Sumo. Tokyo: Kodansha International.
Taniguchi, Goro. 1999. Kamus Standar Bahasa Jepang-Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.
Wikipedia. 2009. Sekiwake Wikipedia. 2009. Ozeki
Wikipedia. 2009. Profesional Sumo Divisions.