6
Pendapat ini berdsarkan penafsiran sebagaimana yang dikemukakan al- Thabari
16
. Contoh penafsiran di atas menunjukkan bahwa beragamnya qiraat
dapat berdampak pada penafsiran kandungan ayat baik yang terkait dengan hokum ataupun tidak. Namun, mengapa dalam perkembangan penulisan
kitab tafsir terjadi pergeseran dalam pencantuman ragam qiraat dalam kitab tafsir. Penelitian ini akan difokuskan pada pembuatan peta
pergeseran pencantuman varian qirâ’ât dalam literature tafsir baik klasik,
modern ataupun kontemporer. Dari peta ini akan diketahui ada tidaknya pergeseran urgensitas dalam memposisikan ragam
qirâ’ât dalam sebuah tafsir, sekaligus akan diteliti faktor utama yang menyebabkan ragam
qirâ’ât semakin jarang, atau bahkan tidak ada, dalam literature tafsir kontemporer.
Semakin langkanya pembahasan varian qirâ’ât ini akan
berdampak pada adanya penilaian dari generasi sekarang dan masa-masa akan datang bahwa pencantuman ragam
qirâ’ât tidak urgen. Hal ini pun juga berdampak pada semakin menurunnya minat kaum muslim baik
akademis ataupun non akademis untuk mempelajari lebih detail terkait dengan varian
qirâ’ât baik yang terhimpun dalam al-qirâ’ât al-sab’ah, al-
qirâ’ât al-‘asyrah ataupun al-qirâ’ât arba’at asyar. Inilah nilai pentingnya dari penelitian yang berjudul “Pergeseran
Urgensitas Varian Qirâ’ât dalam Literatur Tafsir”.
B. Masalah Penlitian
Sebagaimana telah diurai dalam sub bab sebelumnya, qirâ’ât
memiliki posisi penting dalam proses penafsiran ayat al- qur’an. Hampir
semua literatur tafsir klasik mencantumkan ragam qirâ’ât sebelum uraian
16
Muhammad Ali al-Shabuni, Rawai’ al-Bayan, Damaskus: Maktabah al-Ghazali, 1980
cet. Ke-3, Juz I, hal.302-303. Lihat Ibn Jarir al-Thabari, Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ayi Al-Qur’an¸
Mesir: Musthafa al-Bab al-Halabiy, 1954 , Juz II, hal. 385. Penelitian terkait dampak ragam qiraat terhadap penafsiran dapat dibaca disertasi Romlah Widayati,
Qirâ’ât Syazzah dalam Tafsir al-Bahr al-Muhith
: Analisis Penafsiran ayat-ayat hokum, Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006
7
tafsir. Namun, seiring perjalanan waktu pencantuman varian qirâ’ât
inipun berkurang bahkan dalam tafsir-tafsir kontemporer varian qirâ’ât
tidak lagi ditemukan. Inilah medan penelitian ini. Apakah factor utama semakin di tinggalkannya ilmu
qirâ’ât dalam proses penafsiran? Apakah dan dampak positif dan negative tidak dicantumkannya varian
qirâ’ât dala literature tafsir terutama tafsir-tafsir kontemporer? Adakah kaitannya
antara menurunnya minat memplajari ilmu qirâ’ât teori dan pakteknyaa
dengan semakin ditinggalkannya ragam qirâ’ât dalam leteratur tafsir.
C. Pembahasan dan Perumusan Masalah
Sebuah penelitian memerlukan batasan yang tepat agar penelitian terarah dan terfokus hanya pada obyek penelitian. Pertama, penelitian ini
hanya membahas ilmu qirâ’ât dari sekian banyak cabang ulum al-Qur’an.
Kedua, ilmu qirâ’ât yang diteliti hanya pada ragam qirâ’ât yang
tercantum pada beberapa kitab tafsir. Ketiga, literature tafsir hanya dibatasi pada satu tafsir klasik, satu tafsir modern dan satu tafsir
kontemporer. Tafsir Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ay al-Qur’an adalah
representasif dari tafsir klasik. Karya al-Thabari ini dipilih karena tafsir al-Thabari sarat dengan atsar dan ragam
qirâ’ât. Sedangkan tafsir modern diwakili oleh Tafsir al-Manar karya
Muhammad Abdu dan M. Rasyid Ridha tafsir ini dipilih karena Abduh dinilai sebagai pembaharu tafsir kontemporer. Peneliti memilih al-
Sya’rawi karena tokoh ini termasuk mufassir abad sekarang yang karnyanya masih terus dipakai banyak orang baik akademis maupun non
akademis. Dari pembatasan ini dapat dirumuskan masalah inti yang akan ditemukan
jawabannya dalam penelitian ini adalah Apa faktor penyebab dan dampak dari pergeseran urgensitas varian
qirâ’ât dalam literature tafsir.
8
D. Tujuan Penlitian