Model terjemah tafsir al-qur’an Berbahasa lokal

(1)

MODEL TERJEMAH TAFSIR AL-

QUR’A

N

BERBAHASA LOKAL

(Analisis Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura

Karya Muhammad

‘Arifun

)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)

Oleh

Ummi Hannik

NIM: 109034000087

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ummi Hanik

Nim : 109034000087

Jurusan : Tafsir Hadis

Fakultas : Ushuluddin

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

persayaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 29 Desember 2014


(3)

MODEL TERJEMAH TAFSIR AL-

QUR’A

N

BERBAHASA LOKAL

(Analisis Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura

Karya Muhammad

‘Arifun

)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)

Oleh

Ummi Hannik

NIM:109034000087

PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(4)

(5)

v

Motto

*Perjuanagan*

Hidup Memerlukan Pengorbanan

Pengorbanan Memerlukan Perjuangan

Perjuangan Memerlukan Ketabahan

Ketabahan Memerlukan Keyakinan

Keyakinan Pula Menentukan Kejayaan

Kejayaan Pula Menentukan Keberhasilan

(By.Gantungan Kunci)

Sabda Nabi:

Peliharalah (Perintah dan Larangan) Allah, Niscaya

kamu akan selalu merasakan kehadiran-nya.

kenalilah Allah waktu kamu senang, niscaya

Allah Akan Mengenalimu Waktu Kamu dalam Kesulitan.

Ketahuilah Apa Yang Luput dari Kamu Adalah

Sesuatu Yang Pasti Tidak Menganaimu dan Apa Yang

Akan Mengenaimu Pasti Tidak Akan Meleset dari Kamu.

Kemenangan(Keberhasilan) Hanya Dapat Dicapai dengan

Kesabaran.

Kelonggaran Bersamaan dengan Kesusahan

dan Datangnya Kesulitan Bersamaan dengan Kemudahan

(HR.Tirmidzi)

Sabar adalah separuh dari iman dan keyakinan adalah seluruh keimanan.

(HR. Ath-Thabrani dan al-Baihaqi)

Bukan orang yang sabar, kecuali orang yang

Pernah mengalami kesalahan dan bukan orang

Yang arif kecuali orang yang pernah melakukan uji coba.

(HR.Tirmidzi, Ahmad dan Hakim)

Firtman Allah:

اَل

اهلِِا اًسَْفَاُهّللاُُفََُُّا

اَُاسًَََََْا ََا َََلا ََََسُُْا

اسًََََْتسَلا ََا ََسفيََّع

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia

mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari

kejahatan) yang dikerjakannya


(6)

vi

Sesungguhnya Perubahan Itu dari Sisi Manusia,

Sedangkan Kenudahan Itu dari Sisi Allah.

(Qatadah)

Firtman Allah:

اسمًَُِِْسفََأِبا ََالُُرففيَغُفُاىهتَحاٍمسوَقِبا ََاُرففيَغُفُاَل

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum

sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri

mereka sendiri.

Q.S.Al-

Ra’d:11


(7)

vii

ABSTRAK

Ummi Hanik

Persembahan

Untuk kedua orang tua tercintaku

Abi Hafas Asmuni

dan Ummi Salimah

Terimakasih atas support doa dan materi yang tak henti-hentinya kalian sisihkan untuk

anakmu ini...!

Ummi...Abi....

Engkau adalah pahlawan tanpa jasaku

Engkau yang pertamakali mengajariku banyak hal

Engkau yang selalu menerima kekuranganku

Engkau yang selalu mendengarkan keluh kesahku

Engkau yang selalu ada di setiap masalahku

Engkau yang selalu menjadi motivasi terkuatku

Engkau yang selalu membuatku bangkit saat aku terpuruk

Dan....engkau pula yang membuat air mataku menetes saat aku melihat fotomu di kamarku.

Hingga...engkau membuatku mengukir sejuta mimpi untukmu...

Ummi....Abii... Engkau adalah segalanya bagiku.

Aku sadar semua manusia pasti mengalami kematian

Tapi sungguh tak sanggup rasanya jika suatu saat nanti...

Aku tidak lagi mendengar ocehan kasih sayangmu

Ummi... Abi... Mungkin saat ini aku belum melunasi semua

cita-citaku dan cita-citamu tentangku....karena kebodohanku

Tapi, aku sadar aku hanya manusia biasa yang hanya bisa berharap,

berdoa, dan pasrah di atas kekuatan Allah yang Maha Esa

Ummi....Abi.... Selama jantung ini masih berdetak, aku...anakmu ini,

akan selalu berusaha menjaga asa, dan citaku untuku, untukmu, dan

untuk-Nya karena aku percaya Allah itu ada

Ummi..Abi...Semoga di sisa umurku dan umurmu ini, aku selalu

bisa membuatmu tersenyum bahagia.Amin..!

Ciputat, 21 Desember 2014

By: Hanny


(8)

viii

Abstrak

Ummi Hannik

Model Terjemah Tafsir al-Qur’an Berbahasa Lokal (Analisis Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura Karya Muhammad ‘Arifun)

Skripsi ini mengkaji tentang model terjemahan Tafsîr al-Jalâlain bahasa

Madura karya Muhammad „Arifun yang ditulis dengan huruf peggu

(Arab-Madura), model terjemahan gandul (antarbaris). Diangkatnya terjemahan tersebut,

untuk memperkenalkannya kepada publik, karena sejauh ini belum dikaji para

peneliti untuk dikelompokkan sebagai karya terjemahan Tafsîr al-Jalâlain. Selain

itu, untuk menambahkan pernyataan Peter G.Riddel, bahwa terjemahan antar baris yang berkembang di Madura pada abad ke-19, tidak hanya ditulis dalam bahasa

Jawa, tetapi juga bahasa Madura, mengingat tahun penulisan terjemahan Tafsîr

l lain karya Kiai „Arifun pada tahun 1970 an dan terbit pertamakali tahun 1996. Rumusan masalah dalam penelitian ini di antaranya: Bagaimanakah model

terjemahan Tafsîr al-Jalâlain karya Muhammad „Arifun?; Bagaimanakah isi

keterangan tambahan dalam kata , dan ulu u t ’ l serta catatan

kakinya?; Bagaimana konsistensi penggunaan simbol gramatikal Bahasa Arab dalam terjemahannya? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model terjemahannya, untuk mengetahui isi keterangan tambahan dalam terjemahannya, dan untuk menilai konsistensi penggunaan simbol gramatikal Bahasa Arabnya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library reseach).

Sumber data primernya adalah kitab “Tarjamah Tafsîr Jalâlain litashîli

al-Fikri Bahasa Madura.” Sedangkan data skundernya adalah data-data pendukung

seperti Tafsîr al-Jalâlain sebagai teks sumber yang diterjemahkan, terjemahan

Tafsîr al-Jalâlain bahasa Indonesia, buku ul m al-Qur’ n, teori penerjemahan al-Qur‟an, tulisan tentang literatur tafsir Indonesia, model terjemahan lokal tafsir al-Qur‟an di Indonesia dsb. Selanjutnya melakukan wawancara dengan penerjemah, keluarga penerjemah, masyarakat sekitar kediaman penerjemah, dan penerbit, untuk memperoleh informasi pribadi penerjemah guna mengungkap latar belakang keluarga, pendidikan, sosial, khususnya latar belakang penerjemahannya

atas Tafsîr al-Jalâlain. Pengolahan data dilakukan dengan metode

deskriptif-analitis, yaitu penelitian yang berupaya memberikan gambaran secara deskriptif sekaligus mengeksplorasi secara mendalam metode terjemahan Kiai „Arifun untuk dianalisis agar memberikan pemahaman tentang model terjemahannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kiai „Arifun menggunakan dua

metode dalam terjemahannya yaitu harfiyyah dan tafsiriyyah. Pertama, harfiah

gandul, tata bahasanya telah disesuaikan dengan bahasa Arab. Dalam terjemahan ini, ada tiga simbol gramatikal Bahasa Arab yang konsisten digunakan di

antaranya huruf mîm sebagai mubtadâ’ diistilahkan dengan kata dining, huruf

k ’ sebagai khabar diistilahkan dengan kata panika, huruf sebagai ‘ l

diistilahkan dengan kata pasira. Kedua, ada komentar penerjemah atas ayat yang

ditafsirkan, tata bahasanya telah disesuaikan dengan bahasa Madura. Kedua,

terjemah tafsiriyyah, yaitu keterangan tambahan yang diawali kata fâ’idah k ah

dan ulu u t ’ l serta keterangan tambahan berbentuk catatan kaki berupa


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Model Terjemah Tafsir al-Qur’an Berbahasa Lokal (Analisis Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura Karya

Muhammad ‘Arifun.” Karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Proses penulisan skripsi ini berdasarkan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian sampai perbaikan skripsi di antaranya:

Kepada Dr. Abdul Moqsith Gazali, MA. dosen sekaligus pembimbing yang telah memberikan arahan, kritik, saran, dan masukan yang diberikan kepada penulis selama proses pembelajaran untuk pembuatan skripsi bab satu sampai bab penutup. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih atas kesediaan bapak yang telah mengoreksi skripsi saya berulang kali, sehingga sampailah pada titik ahir.

Kepada Bapak Dr. Mafri Amir, MA. dan Bapak Eva Nugraha, MA. selaku dosen sekaligus penguji yang telah memberikan arahan, kritik, dan saran yang diberikan kepada penulis selama proses sidang skripsi. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih atas kesediaan bapak yang telah menjadi penguji skripsi saya dan juga terimakasih atas arahan dan masukannya dalam proses revisi skripsi saya.

Kepada Ibu Lilik Umi Kultsum, MAg. selaku ketua jurusan Tafsir Hadis sekaligus sebagai dosen penasehat proposal skripsi saya. Penulis ucapkan terimakasih banyak yang telah memberi arahan, tanggapan dan masukan selama


(10)

x

pembuatan judul dan proposal skripsi. Bapak Jauhar Azizy, MA selaku sekretaris Jurusan Tafsir Hadis. Serta kepala beserta staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Pascasarjana, dan Perpustakaan Fakultas terimakasih atas pelayanan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Kepada Dr.Bustamin, M.S.i, dosen Tafsir Hadits Penulis ucapkan terimakasih banyak yang telah memberikan saran kepada penulis untuk

melakukan penelusuran karya tafsir, terjemah tafsir, terjemah al-Qur‟ân, dan

karya kitab hadits yang ada di wilayah Madura. Atas saran pak Dr. Bustamin tersebut, penulis akhirnya melakukan penelusuran atas kitab-kitab tafsir karya Kiai Madura dibantu ibu penulis yaitu Salimah Hafas dan akhirnya ditemukanlah

sebuah kitab berjudul “Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa

Madura,” dari toko kitab “Saichona Kholil Bangkalan.”

Kepada Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA selaku rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan starata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan terimkasih pula atas bantuan dananya melalui Beasiswa PMDK KHUSUS BLU Fakultas Ushuluddin, sehingga penulis dibebaskan dari pembayaran SPP selama 8 semester (I-VIII).

Kepada Bapak Prof.Dr.Masri Mansoer, selaku dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dr.Suryadinata selaku pembimbing akademik. Serta segenap dosen, jajaran staff, dan pegawai Fakultas Ushuluddin yang senantiasa membantu dan mengarahkan hingga penulis sampai pada penyelesaian studi di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis ini.


(11)

xi

Terimkasih juga atas support dan doanya kepada kedua orang tua tercinta dan penulis hormati, Ummi Salimah dan Abi Hafas Asmuni. Mereka berdua yang membantu dalam proses penelitian skripsi ini, mulai dari penelusura kitab Tarjamah Tafsir al-Jalâlain bahasa Madura sampai proses wawancara penulis dengan Muhammad „Arifun. Awalnya penulis tidak mengetahui keberadaan kitab tersebut, karena penulis mengutarakan keinginan penulis untuk mencari karya tafsir atau hadis bahasa Madura, ummi berupaya mencari dan bertanaya ke toko-toko yang berada di Bangkalan dan alhamdulillah ahirnya ummi menemukan sebuah karya terjemahan Muhammad „Arifun yang berjudul “Terjemah Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura” di toko kitab Saichona Kholil Bangkalan. Kemudian ummi membelikan untuk saya sebanyak 12 jilid untuk dikirim ke Jakarta. Itulah hebatnya kedua orang tua yang tak hentinya berjuang demi kesuksesan anaknya. Kemudian terimkasih juga atas support dan doanya, kepada kakak penulis, Sirojul Alam, dan Afifah Darajat. Adik laki-laki penulis Hammad Abal Alam yang saat ini duduk di semester V Jurusan Tafsir Hadits, dan adik perempuan penulis Imamatul Abidah.

Kiai Muhammad „Arifun dan sekeluarga yang telah bersedia untuk penulis wawancarai di kediamaannya Pesantren Darul Ulum al-Ishaqi Jember dan terimaksih banyak kepada Muhammad „Arifun yang mengizinkan penulis untuk menjadikan karya terjemahannya sebagai sumber primer dalam skripsi ini. Saya

juga bersyukur bisa dipertemukan dengan Muhammad „Arifun selaku penerjemah

Tafsîr al-Jalâlain, sosoknya yang sederhana, pekerja keras, produktif, dan da‟i

kondang di Jember. Kepada segenap pihak penerbit kitab Tarjamah Tafsîr


(12)

xii

ruko Sunan Ampel di antaranya Bapak Masyhud, Bapak Saleh, Bapak Edi dsb. Penulis ucapkan terimakasih atas segala informasi yang diberikan mengenai proses percetakan dan sejarah penulisan kitab hingga sampai ke tangan penerbit.

Kemudian tak lupa pula kepada rekan kerja di bagian kasir Minimarket Prima Mart, restoran Sotokauman Kudus, Lembaga Survey Indoriset, dan Indeks Indonesia. Pengalaman yang penulis dapatkan dari beberapa tempat kerja tersebut membantu penulis dalam menambah pengetahuan dan pengalaman bagaimana berwirausaha, pembelajaran berfikir mandiri, bersosialisaisi dan menghargai sesama. Selain itu, bisa membantu meringankan beban orang tua penulis dalam memenuhi kebutuhan ekonomi selama di Jakarta. Dengan pengalaman kerja tersebut, membuat penulis merasakan susah, lelahnya berjuang mempertahankan hidup di Jakarta dan membuat penulis termotivasi untuk melanjutkan kuliah ke jenjang S2 konsentrasi ilmu tafsir atau linguistik. Kemudian teman-teman mulai dari teman kelas TH-A, TH B, TH-C/2009. yang sampai saat ini mewarnai kehidupan penulis selama di Jakarta khususnya dalam prosesi penyelesaian skripsi ini baik dalam hal saling memotivasi, support, saling memberi informasi tentang mekanisme pelaksanaan sidang skripsi dan wisuda, dan yang paling penting adalah saling mengingatkan tentang kekuasaan Allah atas kasih sayangnya. Dan hal itu membuat penulis tenang dan semangat dalam mengerjakannya, apalagi ketika mengingat Ummi dan Abi yang telah tiga kali berturut-turut mengantarkan penulis ke Jember untuk mewawancarai „Arifun sebagai penerjemah kitab.

Ciputat, 14 Januari 2015


(13)

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, disertasi)” yang ditebitkan oleh CEQDA (Center For Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. Kecuali huruf yang menggunakan garis dibawah dalam buku pedoman diganti dengan titik di bawah.

Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا

tidak dilambangkan

ب

b be

ت

t te

ث

ts te dan es

ج

j Je

ح

h dengan titik bawah

kh ka da ha

د

d de


(14)

xiv

ر

r er

ز

z zet

س

s es

ش

sy es dan ye

ص

es dengan titik di bawah

ض

de dengan titik di bawah

ط

te dengan titik di bawah

ظ

zet dengan titik di bawah

ع

„ koma terbalik di atas hadap kanan

غ

gh ge dan ha

ف

f ef

ق

q ki

ك

k ka

ل

l el


(15)

xv

ن

n en

و

w we

h ha

ء

‟ apostrof

ي

y ye

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal

tunggal,ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda vokal Arab Tanda vokal latin Keterangan

ﹷ A fat ah

ﹻ I kasrah

ﹹ U ammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

Tanda vokal Arab Tanda vokal latin Keterangan

ي ___ Ai a dan i


(16)

xvi

Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf,yaitu:

Tanda vokal Arab Tanda vokal latin Keterangan

َاى

â a dengan topi di atas

ْيِى

î i dengan topi di atas

ْوُ ى

u dengan topi di atas

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu لا, dialihaksaran menjadi huruf/I/, baik diikuti huruf syamsiyyah

maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dî wân bukan

ad-dî wân.

Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydî d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda (_), dalam alihaksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini

tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah. Misalnya, kata ةرورضلا tidak ditulis


(17)

xvii

Ta Marb ah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marb ah terhdapat pada

kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/

(lihat contoh 1 di bawah). Oleh kata sifat (n ’t) (lihat contoh 2). Namun, jika

huruf ta marb ah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh nomer 3). contoh:

No Kata Arab Alih aksara

1

ةقيرط

arî qah

2

ةّيماساا ةعما ا

al-jâmi„ah al-islâmiyyah

3

دوجولا ةدحو

wa dah al-wujûd

Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,dalam

alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan,dengan mengikuti ketemtuan yang belaku dalam ejaan yang disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal, nama tempat, nama bulan, nama diri,dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata

sandangnya. (Contoh: Ab âmid al-Ghazâli bukan Ab âmid Al-Ghazâli,

al-Kindi Bukan Al-al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan

dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)


(18)

xviii

miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal

dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani,

tidak „Abd al- amad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.

Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja ( ’ l), kata benda (ism), maupun huruf ( arf)

ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan di atas:

Kata Arab Alih aksara

ُذاَتسُاا َبَﻫذ

dzahaba al-ustâdzu

ُرْجَاا َتَبَ ث

tsabata al-ajru

َعلا ةَكرَ ا

َةّيرص

al- arakah al-„a riyyah

ﻅّللا ّاا َهلِا َا ْنَأ دَهْشا

ه

asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh

حِلاَصلا ِكِلَمَانَاْوَم

Maulânâ Malik al- âli

ها ُمُكًرّ ثَؤُ ي

yu‟atstsirukum Allâh

ةّيلُقَعلا رِﻫاَظَما

al-ma âhir al-„aqliyyah

لا ُتَايَاا

ُةّينْوَك

al-âyât al-kauniyyah


(19)

xix

PEDOMAN TRANSLITERASI JAWI-PEGON

Transliterasi Jawi-Pegon yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman

pada transliterasi Jawi-Pegon yang bersumber dari Library of Congress.1

Abjad dan Huruf

Pangkal Kata Tengah Kata Akhir Kata Tunggal Padanan

Rumi

ا

ا

ا

terkecuali

(lihat Note 1)

ب

ب

ب

ب

b

ت

ت

ت

ت

t

ث

ث

ث

ث

*th, s (lihat

Note 2)

ج

ج

ج

j

c

ح

ح

ح

ح

h

خ

خ

kh

د

د

د

د

d

ذ

ذ

ذ

ذ

*dh,z (lihat

Note 2 n 3) dh (lihat Note

8)

ر

ر

ر

ر

r

ز

ز

ز

ز

z (lihat Note

1

Transliterasi Jawi-Pegon yang digunakan dalam skripsi ini diakses pada tanggal 20 Januari 2015 dari www.loc.gov/jawi-pegon.pdf dan www.loc.gov>The


(20)

xx

3)

س

س

س

س

s

ش

ش

ش

sy (lihat Note

3)

ص

ص

ص

*s, s (lihat

Note 2 and 3)

ض

ض

ض

ض

*d, d (lihat

Note 2 and 3)

ط

ط

*t, t (lihat

Note 2 and 3)

ظ

ظ

*z, i, z (lihat

Note 3 and 4)

ڟ ڟى ڟى ڟ th (lihat Note

8)

ع

ع

ع

ع

omit (lihat

Note 3)

غ

غ

غ

gh (lihat Note

3) ڠ

ـ ـ ـڠ ـڠ ڠ ng

ف

ف

ف

ف

*f, p (lihat

Note 3 and 5)

ق

ق

ق

ق

*q, k (lihat

Note 2) p

ك

ك

ك

ك

k

ڬ ڬى ڬى ݢ g

ل

ل

ل

ل

l


(21)

xxi

ن

ن

ن

n

ث

ny

ه

ق,ة

h

و

و

و

w, u, o, au

(lihat Note 6)

ۏ

ۏ

ـۏ

ۏ

V

ي

ي

ى

ى

y, i, e, ai (lihat

Note 7)

Vokal dan Diftong

ا

ََ

a

و

َُ

u

ي

َِ

i

-

ĕ

ي

َ

e, ai


(22)

xxii

Notes

1 For the use of alif see rules 3-5

2 Letters in the Romanization column marked with an asterisk (*) represent

the romanized value of the equivalent Jawi letter when it occurs in Arabic words (not Arabic loan words). The letter not designated with an asterisk represent the proper romanization value for the letter when it occurs in Malay words. The boundary between words that are Arabic loans and those that are foreign Arabic terms used in Malay context is not always easy to draw. Common usage for the types of literature in which such words appear should always be followed.

3 Jawi letters typically found only in Arabic and Arabic loan words

4 Some words of Arabic origin with the letter

have come into the language

with the equivalent / (e.g., lahir), others with the equivalent z (e.g., zalim).

5 The letter

is often used as a shorthand way of writing

. When this is

clearly the case, the letter

should be romanized as p.

6 On

ُ

(wau), see rules 6 and 8b

7 On

ي

(yad), see rules 7 and 8b


(23)

xxiii

Note:

The words

َ فا, َْوف

in case

Tarjamah Tafsîr Jalâlain litashîli

al-Fikri Bahasa Madura,” are use Romanization p

RULES OF APPLICATION

1 Jawi orthography far from standard, particularly in handwritten

documents. Nevertheless, for the purposes of cataloging, it is essential to standardize the romanized form of every lexeme. Two widely accepted standards for writing Malay in the Latin script exist: the Indonesian and

the Malaysian. In this table, the Indonesian standard, referred to as Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, has been employed

2 Arabic words (not Arabic loan words) appearing in a malay text are

analogous to French words and expressions in a Russian novel or latin phrases in Chatolic theology text, and their distinctness should be preserved by transliterating them in accordance with the rules governing the romanization of the relevant language, Arabic or Malay. Malay words of Arabic origin whose orthography is the same as the Arabic might therefore be romanized of the relevant language, Arabic or Malay. Malay words of Arabic origin whose orthography is the same as the Arabic might therefore be romanized differently at different points in the same text.

Thus the word

سُدق

will be romanized kudus when it appears as a Malay

word, but quds when it is used as an Arabic term or in an Arabic phrase

3

ل

(alif),

و

(

wau), and

(yad) are used to support

(hamzah); when so used


(24)

xxiv

4 At the beginning of a word, alif represents an initial vowel or diphthong

and is romanized accordingly as a, e, i, u o

(

و

ل

)

, au,

(

و

ﺍا

)

, e, (

ُ

),

or ai

(

ُ

). Following a consonants, alif represents the vowel Romanized as a.

5 The optional alif gantung (for example, in the word

غ

ا يت

)

,

when used, does

not change the Romanized of the word

6 The letter

و

(wau) is used: (a) to represent the consonanat romanized as w,

(b) to represent the vowels dipthong romanized as u, o, and au, and (c) to

support (hamzah) (see rule 8b).

7 The letter

(yad) is used: (a) to represent the consonant romanized as y,

(b) to represent the vowels and dipthong romanized as, i, e, and ai, and (c)

to support

(hamzah) (se rule 8b).

8

(hamzah)

a) In Arabic words, and most Arabic loans where it is found, hamzah

is romanized according to the rules for Arabic (including use of the non-alphabetic mark ‟ (alif)).

b) Hamzah used to separate contiguous vowels, supported by

, or

و

,

or , is not represented in romanization (for example, lain

نُأ

,

laut


(25)

xxv

c) Hamzah replacing initial alif in vowel-initial words to which the

prefix ke-or se has been attached by the vowel value that it elided

(

ام ئَ

keenam,

د ئْ

seindah,

غ

ارؤْ

seorang)

d) A hamzah used after the reduplicating numerial 2 in vowel-final

roots followed by the suffixes –an or –i is not represented in

romanization

e) The occasional use of hamzah to represent a word final glottal stop

(for example,

ءلديت

) is romanized as k.

9 Words doubled with the number 2 should be written out in full (for

example, mata-mata

٢

ت َ

ا

). When the root ends in a consonant such that

an appended –an or –i suffix must reduplicate the final consonant, the

doubled consonant, the doubled consonant is not represented in the

romanization. (for example: rumput-rumputan

انت

۲

ْ َ

ر

)

10 In cases where the postpositive itu or prepositive yang are joined to the

preceding or following word, they should be romanized as separate words. 11 Alif maqsurah, waslah, maddah, shaddah, and tanwin are not commonly

used in Jawi script except in Arabic word or phrases. If they do not appear as adornment on Malay words, they are not represented in the

romanization. Ta marbutah, romanized as t, is not properly a Jawi script


(26)

xxvi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... viii KATA PENGANTAR ... ix PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... xiii PEDOMAN TRANSLITERASI JAWI-PEGON ... xix DAFTAR ISI ... xxvi DAFTAR TABEL ... xxxi DAFTAR GAMBAR ... xxxii DAFTAR LAMPIRAN ... xxvii BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 11

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11 D.Kajian Pustaka ... 12 E. Metodologi Penelitian ... 22 F. Sistematika penulisan ... 25

BAB II TINJAUAN UMUM PENERJEMAHAN AL-QUR’AN

A.Pengertian dan Perbedaan antara Terjemah dan Tafsir ... 27

B.Jenis-jenis Penerjemahan al-Qur‟an dan Syarat-syaratnya ... 34

C.Model Terjemahan Lokal ... 38

BAB III PROFIL MUHAMMAD ‘ARIFUN

A.Latar Belakang Keluarga ... 50 B.Sejarah Sosial Intelektual ... 54 C.Karya Intelektual ... 59


(27)

xxvii

BAB IV PROFIL KITAB TARJAMAH TAFSÎR AL-JALÂLAIN LITASHÎLI AL-FIKRI BAHASA MADURA

A.Profil Singkat Kitab Tafsîr al-Jalâlain ... 62

B.Beragam Literatur Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain di Indonesia ... 64

C.Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura Karya

Muhammad „Arifun ... 68

D.Gambaran Umum Kitab TarjamahTafsîr al-Jalâlain litashîli

al-Fikri Bahasa Madura ... 69 BAB V ANALISIS MODEL TERJEMAH TAFSÎR AL-JALÂLAIN

BAHASA MADURA

A.Metode terjemah Tafsîr al-Jalâlain karya Muhammad „Arifun ... 77

B.Keterangan Tambahan dalam Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain

Bahasa MaduraKarya Muhammad „Arifun ... 87

C.Konsistensi Penggunaan Simbol Gramatikal Bahasa Arab

dalam Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Karya Muhammad „Arifun . 134

BAB VI PENUTUP

A.Kesimpulan ... 143 B.Saran ... 144 DAFTAR PUSTAKA ... 146 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Biodata Informan ... 151 2. Lampiran 2 Foto Bersama Muhammad „Arifun di Pesantren Darul Ulum

al-Ishaqi ... 155


(28)

xxviii

Bahasa Madura Jilid 1-12 ... 157

4. Lampiran 4 Surat Keterangan Wawancara dengan Muhammad „Arifun ... 164

5. Lampiran 5 Hasil Transkip Wawancara dengan Muhammad „Arifun ... 165

6. Lampiran 6 Hasil Transkip Wawancara dengan Anak Muhammad „Arifun (Abdul Bari dan Siti Munawaroh) ... 170

7. Lampiran 7 Surat Keterangan Wawancara Penerbit Mutiara Ilmu ... 173

8. Lampiran 8 Hasil Transkip Wawancara dengan Penerbit Mutiara Ilmu ... 174

9. Lampiran 9 Hasil Transkip Wawancara dengan Muhsinin (Alumni Pesantren

Kemoneng, Cabang Pesantren al-Wafa Temporejo) ... 177

10Lampiran 10 Surat Keterangan Izin Penelitian Museum Bayt al-Qur‟an

TMII (Taman Mini Indonesia Indah) ... 181

11Lampiran 11 Sejarah Ringkas Pengasuh Pesantren Darul Ulum al-Ishaqi...182

12Lampiran 12 Gambar Silsilah Penerjemah (Muhammad „Arifun) dari Ayahnya

(KH.Hasan Basri)... ... 183

13Lampiran 13 Skema Silsilah Penerjemah (Muhammad „Arifun) dari Ayahnya

(KH.Hasan Basri) ... 184

14Lampiran 14 Ragam Pembuka Surah Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain bahasa

Madura Karya Muhammad „Arifun ... 186

15Lampiran 15 Ragam Penutup Surah Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain

Karya Muhammad „Arifun ... 190

16Lampiran 16 Cover Karya Intelektual Muhammad „Arifun Lainnya ... 195

17Lampiran 17 Terjemahan Muqaddimah (Pendahuluan) Tafsîr al-Jalâlain

dalam Bahasa Madura Karya Kiai „Arifun ... 199 18Lampiran 18 Cover “Al-Qur’ n T rj m B s M ur ” (Aksara Latin) .... 201


(29)

xxix

19Lampiran 19 Kata Pengantar Pengasuh Jamaah Pengajian Surabaya (JPS) ... 202

20Lampiran 20 Kata Pengantar Tim Penerjemah “Al-Qur’ n T rjamah Basa Madura” dalam Bahasa Madura ... 203

21Lampiran 21 Kartu nama penerjemah, keluarga penerjemah, dan penerbit

Mutiara Ilmu beserta penerbit karya intelektual Kiai „Arifun lainnya ... 204

22Lampiran 22 Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Jawa ) dalam

Kitab Kaifiyatu Rumzi al-M ’ n l l-Madâris wa al-M ’ l-Islâmiyyah

Karya Muhammad Mujtabi Thaifur, Kediri ... 206 M ’ l

23Lampiran 23 Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Madura ) dalam

kitab al-Iktisyâf fi Tadrîbi Qirȃ’ Kutub l-Salaf li al-Mubt ' ’ȋn karya

Abdul Hannan Tibyan, Pesantren Puncak Daru Salam Pamekasan Madura . 208

24Lampiran 24 Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Madura ) dalam

kitab Nubdah al-B y n T lîl M ‘r Q w ’ S y K l m A l ‘Ir n;

Program Akselerasi Baca Kitab Kuning Bagi Pemula dan Santri Kecil karya

Abdul Hamid Ahmad Mahfudz Ziyadi, dkk, Pamekasan Madura ... 213

25Lampiran 25 Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Indonesia )

dalam kitab M t n l- ur m yy l l-Im m l- on j n T rj m nny

dan Penjelasannya karya Abdul Khaliq (Pondok Pesantren Pamekasan

Madura) ... 215

26Lampiran 26 Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Jawa ) dalam

“Memahami Kitab Kuning melalui Terjemahan Tradisional(Suatu Pendekatan Tradisional Terjemahan Pondok Pesantren),” karya Ali Abu Bakar


(30)

xxx

27Lampiran 27Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Jawa ) dalam

“Ngalogat di Pesantren Sunda Menghadirkan yang dimangkirkan, dalam Sadur karya Iip Dzulkifli yahya ... 217 28Lampiran 28 Biodata Penulis Skripsi ... 218


(31)

xxxi

DAFTAR TABEL

1 Tabel 2: 1 Perbedaan Terjemah dan Tafsir ... 33

2 Tabel 2: 2 Daftar Simbol dan Istilah Simbolik Terjemahan Madura ... 46

3 Tabel 2: 3 Terjemahan Huruf Jer dalam Bahasa Madura dan Indonesia ... 48

4 Tabel 2: 4 Terjemahan Huruf ‘A af Bahasa Madura dan Indonesia ... 49

5 Tabel 3 :5 Karya Intelektual Muhammad „Arifun ... 61

6 Tabel 4: 6 Beragam Literatur Terjemahan Tafsîr Jalâlain di Indonesia ... 67

7 Tabel 4: 7 Gambaran Umum Kitab Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli

al-Fikri Bahasa Madura Perspektif Filologis ... 75

8 Tabel 5: 8 Rangkuman Kata Fâ’idah, Q ah, dan qauluhu t ‘âla

dalam Terjemahan Tafsȋr al-Jalâlain Karya Muhammad „Arifun ... 87

9 Tabel 5: 9 Rangkuman Catatan Kaki dalamTerjemahan Tafsȋr

al-Jalâlain Karya Muhammad „Arfun ... 116

10 Tabel 5: 10 Penggunaan Simbol Gramatikal Bahasa Arab dalam


(32)

xxxii

DAFTAR GAMBAR

1 Gambar 2: 1 Skema Pengertian Terjemah ... 29 2 Gambar 2: 2 Skema Pengertian Tafsir ... 31

3 Gambar 3: 3 Jalur Guru Kiai „Arifun sampai kepada Imam Muhammad

Nawawi al-Bantani ... 57

4 Gambar 5: 4 Contoh Umum Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Karya Muhammad

„Arifun Surah Âli Imrân Ayat 31 ... 79

5 Gambar 5: 5 Fâ’ Surah al-Baqarah dan Makna Alif Lâm Mîm ... 89

6 Gambar 5: 6 Fâ’ Bacaan Ist ‘âdzah ... 95 7 Gambar 5: 7 Fâ’idah Bacaan Basmalah ... 101

8 Gambar 5: 8 Keterangan Tambahan tentang Iblis ... 104

9 Gambar 5: 9 Keterangan Tambahan tentang Q ah ... .110

10Gambar 5: 10 Catatan Kaki Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah An-Nisâ‟

Ayat 71 ... 118

11Gambar 5: 11 Catatan Kaki Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah An-Nisâ‟

Ayat 154 ... 120

12Gambar 5: 12 Catatan Kaki Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah al-Ma‟idah

ayat 44 ... 123

13Gambar 5: 13 Catatan Kaki Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah al- Mâ‟idah

Ayat 108 ... 126

14Gambar 5: 14 Catatan Kaki Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah al-A„râf

ayat 57 ... 128

15Gambar 5: 15 Catatan Kaki Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah An-Nisâ‟


(33)

xxxiii

16 Gambar 5: 16 Simbol Gramatikal Bahasa Arab Surah al-Baqarah jilid satu 134

17 Gambar 5:17 Simbol Gramatikal Bahasa Arab Surah al-Baqarah jilid satu ... 135 18 Gambar 5:18 Simbol Gramatikal Bahasa Arab Surah al-Baqarah jilid satu ... 136

19 Gambar 5:19 Simbol Gramatikal Bahasa Arab Surah Âli „Imrân jilid 1 ... 137

20 Gambar 5:20 Simbol Gramatikal Bahasa Arab Surah Âli „Imrân jilid 1 ... 138


(34)

1

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Terjemah al-Qur‟an adalah pemindahan atau pengalihan al-Qur‟an ke

dalam bahasa asing selain Bahasa Arab. Dilakukannya pemindahan al-Qur‟an ke

dalam bahasa terjemah agar dapat dikaji oleh orang yang belum memahami

Bahasa Arab. Hal tersebut sebagaimana pernyataan Muhammad „Al al- b n .1

M.Tata Taufik, sebagaimana dikutipnya dari Jp.Vinay dalam Georges Mounin, menjelaskan bahwa Khalid Abdurrahman Ak mendefinisikan terjemah al-Qur‟an sebagai pengalihan makna atau sebagian makna al-Qur‟an sebatas kemampuan dan kebolehan yang diberikan ilmu tafsir dan takwil, dan bukan

berarti menyalin al-Qur‟an asli.2

Berkenaan dengan penerjemahan al-Qur‟an, khususnya di Indonesia. Peter

G.Riddel menyimpulkan dalam penelitiannya tentang “Menerjemahkan al-Qur‟an

ke dalam Bahasa-Bahasa Indonesia,” bahwa terjemahan al-Qur‟an dalam bahasa

Melayu dan bahasa Indonesia telah dirintis sejak abad ke-16, yaitu sejak zaman

Hamzah Fansuri. Menururtnya, sejak zaman tersebut, terjemahan al-Qur‟an

terbagi dalam tiga periode penting.3 Peter menambahkan, bahwa Tarjumân

1

Muhammad „Al al- b n , Ikhtisar fi Ulum al-Qur‟an. Penerjemah Muhammad

Qodirun Nur (Jakarta: Pustaka Amani, 2001), h.333.

2M.Tata Taufik, “Problematika Kebahasaan Terjemah,” Affaq „Arabiyyah I, no.2 (Juni

2007): h.176.

3

Tiga periode tersebut di antaranya, (1)sekitar tahun 1500-1920, dengan dua jenis terjemahan yaitu bahasa Indonesia dan Melayu. pada periode ini, menurut Riddel, ditemui terjemahan sepenggal-sepenggal yang dibuat oleh banyak penulis sebagai ilustrasi bagi doktrin-doktrin atau argumen-argumen teologis tertentu. Kemudian ditemukannya contoh-contoh tafsir yang cukup lengkaap tentang wacana-wacana al-Qur‟an; (2)sekitar tahun 1920-an-1960, menurut

Riddel, minat orang untuk membuat terjemahan al-Qur‟an ke dalam bahasa Indonesia dan Melayu

mulai menguat; (3)pertengahan tahun 1960-an sampai sekarang menurut Riddel banyak muncul terjemahan penggalan-penggalan ayat al-Qur‟an dan terjemaha wacana-wacana yang lebih panjang, serta munculnya kembali tafsir panjang lebar dalam bahasa Indonesia, serta lahirnya keinginan untuk mengabadikan efek puitis dari teks asli arabnya. Lihat, Peter G.Riddell,


(35)

2

Mustafîd karya „Abdul Ra‟uf al-Sinkel (w.1963), merupakan karya terjemahan

lengkap kitab al-Qur‟an pertama dalam bahasa Melayu.4 Kemudian Anthony H.

Jhons, menyatakan bahwa Tarjumân al-Mustafîd merupakan terjemahan dari

Tafsîr a -Ja lain.5 Van Den Berg, senada dengan Anthony, yang juga

menyatakan bahwa terjemahan Tafsîr al-Jalâlain dalam bahasa Melayu yaitu

kitab Tarjumân al-Mustafîd karya „Abdul Ra‟uf al-Sinkili.6 Sedangkan menurut

Peter G.Riddel, Tarjumân al-Mustafîd merupakan terjemahan Tafsîr al-Khâzin

dan Tafsîr a -Ja lain.7 Mafri Amir dalam Literatur Tafsir Indonesia,

menjelaskan bahwa pola penulisan kitab Tarjumân al-Mustafîd yaitu pertama,

ayat al-Qur‟an diterjemahkan secara harfiah. Kedua, terjemah tafsiriahnya

dikategorikan dalam kata a n a q a dan kata mufassir.8

Ta s r al-Jalâlain merupakan sebutan populer dari Ta s r a -Qur‟ n a

-„ karya dua ulama yang sama-sama bernama Jal l, yaitu Jal l al-D n al -Ma alli (w.864/1459) dan Jal l al-Dîn al-Suyȗ i (w.9911/1505 M.).9 Kitab tafsir tersebut merupakan kitab yang sering dijadikan mata pelajaran wajib di berbagai pesantren Indonesia. Hal tersebut, sebagaimana penelitian van Den Berg, yang

“Menerjemahkan al-Qur‟an ke dalam Bahasa-Bahasa Indonesia,” dalam Hendri Chamber Loir, (ed), Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia (Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia, 2009), h.400-404.

4

Ibid.,h.402.

5Anthony H. Jhons, “Tafsir Al

-Qur‟an di dunia Indonesia Melayu: Sebuah Penelitian

Awal,” Jurnal Studi al-Qur‟an I, no.3 (2006): h, 467-468; Faried F.Saenong, “Al-Qur‟an, Modernism, dan Tradisionalisme: Ideologisasi Sejarah Tafsir Al-Qur‟an di Indonesia,” Jurnal Studi al-Qur‟an I, no.3 (2006): h, 511-12.

6

Martin van Bruennessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat (Bandung: Penerbit Mizan, 1999), h.158.

7Peter G.Riddell, “Menerjemahkan al

-Qur‟an ke dalam Bahasa-Bahasa Indonesia,” h.402.

8

Menurut Mafri Amir, kategorisasi kata mufassir dan q a dalam Tarjumân al-Mustafîd

merupakan keterangan asbabun nuzul. Kata bayân adalah penjelasan tentang ragam bacaan (Q r ‟a ). Sedangkan kata ‟ a merupakan guna, manfaat, fadhilah ayat dari surat yang dibaca. Lihat, Mafri Amir dan Lilik Ummi Kaltsum, Literatur Tafsir Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h.18.

9

Muhammad al-Fatih Suryadilaga, “Suntingan Teks Tafsir Jalalayn,” Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur‟an an Ha ts XI, no.2 ( Juli 2010): h.228-229.


(36)

3

menunujukkan bahwa Tafsîr al-Jalâlain, merupakan kitab tafsir yang digunakan

sebagai kurukulum di 39 pesantren tingkat Madrasah Aliyah di Indonesia.10

Muhammad al-Fatih Suryadilaga, dalam artikelnya “Suntingan Teks Tafsir

Jalalayn,” juga menyatakan bahwa salah satu kitab tafsir yang sering dijadikan

sumber rujukan utama hampir semua pesantren salafiah di Indonesia adalah Tafsîr

al-Jalâlain.11

Selain menjadi mata pelajaran wajib dan bahan rujukan pesantren di

Indonesia, Tafsîr al-Jalâlain juga merupakan salah satu kitab tafsir yang sering

ditemui versi terjemahannya, baik dalam bahasa Melayu, bahasa Jawa, bahasa

Sunda, dan bahasa Madura. Berikut ini beberapa peneliti yang mengkaji tentang

terjemahan Tafsîr al-Jalâlain di Indonesia di antaranya, Anthony H. Jhons,

menyatakan bahwa Kiai Bagus Arafah Sala, pernah menulis karya Tafsir Jalalen

Basa Jawi Alus Huruf Arab, tetapi belum sempat selesai.12 Kemudian Imam Zaki

Fuad, dalam skripsinya berjudul “Kajian Kitab atas H sy ah al-S w „al Tafs r al

-Jal lain,” menyebutkan empat terjemahan Tafsîr al-Jalâlain karya ulama

Indonesia, seperti dikutip dari Kawasima Midori, a Provisional Catalogue of

Shoutheast Asian Kitabs.13 Kitab-kitab tersebut di antaranya (1)al-Qur‟ n wa Bihamisyi Tarjumân al-Mustafîd karya Abdul Ra‟uf Sinkel; (2) Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain bi al-Lughah al-Madûriyyah dalam Bahasa Madura dengan aksara Peggu (Arab-Madura), karya Abdul Majid Tamim Pamekasany; (3)Tar a a Ta s r a -Qur‟ n a -„ a a -D n a -Su wa Ja a -D n a -Ma a

10

Martin van Bruennessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, h.158.

11

Muhammad al-Fatih Suryadilaga, “Suntingan Teks Tafsir Jalalayn,” h.235.

12Anthony H. Jhons, “Tafsir Al

-Qur‟an di dunia Indonesia Melayu: Sebuah Penelitian

Awal,” h, 508.

13Imam Zaki Fuad, “Kajian atas Kitab H sy ah al

-S w „al Tafs r al-Jal lain,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h.36-38.


(37)

4

dalam Bahasa Sunda dengan aksara Pegon (Arab-Sunda), karya Ahmad Makki

Ibn Abd.Mahfudz; (4)Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain dalam Bahasa Jawa aksara

Arab (Pegon), karya Muhammad Sa‟id Ibn „Abd.Nafi‟ Ibn Sihami.14

Jajang A.Rohmana, dalam artikelnya “Kajian al-Qur‟an di Tatar Sunda;

Sebuah Penelusuran Awal,” juga menyebutkan beberapa kitab terjemahan Tafsîr

al-Jalâlain dalam bahasa Sunda, di antaranya karya dari Muhammad Bin

Abdullah al-Hasan yang berjudul Sa„a a a -Darayn fî Tar a a Ta s r a

-Qur‟ n a -„ a a -D n a -Su wa Ja a -D n a -Ma a . Kemudian

karya Ahmad Makki Ibn Abd.Mahfudz, yang berjudul Tar a a Ta s r a -Qur‟ n

a -„ a a -D n a -Su wa Ja a -D n a -Ma a dalam Bahasa Sunda.

Menurut Jajang, terjemah antar baris atas Tafsîr al-Jalâlain menjadi salah satu

sumber penting dalam pengajaran agama di pesantren Sunda.15

Selain karya terjemahan Tafsîr al-Jalâlain, ada juga kitab tafsir yang

menjadikan Tafsîr al-Jalâlain sebagai sumber rujukan. Hal tersebut sebagaimana

penelitian Imam Zaki Fuad, dalam skripsinya berjudul “Kajian Kitab atas H sy ah

al-S w „al Tafs r al-Jalâlain.” Ia menyebutkan beberapa ulama Indonesia yang

menjadikan Tafsîr al-Jalâlain sebagai rujukan utama penafsiran al-Qur‟an di

antaranya al-I r a„rifah al-Tafsîr al-Qur‟ n al-'Azîz karya Bisri Mustafa, kiai

dari Rembang, Jawa Tengah, dan Rau atu „Ir n karya Ahmad Sanusi dari

Sukabumi, Jawa Barat.16 Islah Gusmian, dalam Khazanah Tafsîr Indonesia; dari

Hermenetika hingga Ideologi, juga mencatat literatur tafsir al-Qur‟an di Indonesia

tahun 1990-2000, yang menjadikan Tafsîr al-Jalâlain sebagai sumber rujukan di

14

Ibid.,” h.36-38.

15Jajang A.Rohmana, “Kajian al

-Qur‟an di Tatar Sunda; Sebuah Penelusuran Awal,”

Suhuf VI, no.2, (November, 2013), h.217-218.

16Imam Zaki Fuad, “Kajian atas Kitab


(38)

5

antaranya (1)Meyelami Kebebasan Manusia karya Machasin; (2)Tafsir al-Hijr

karya Didin Hafiduddin; (3)Argumen Kesetaraan Jender Perspektif al-Qur‟an

karya Nasarudiin Umar.17

Selain dijadikan rujukan utama penafsiran al-Qur‟an, Tafsîr al-Jalâlain

juga dijadikan rujukan dalam penerjemahan al-Qur‟an. Eri Hariyanto, dalam

artikelnya “Respon Peluang dan Tantangan Terjemah al-Qur‟an berbahasa

Madura,” menyatakan bahwa al-Qur‟an Tarjamah Basa Madura yang disusun

oleh Indrayadi, dkk, menggunakan Tafsîr a -Ja lain sebagai sumber rujukan

utamanya selain al-Qur‟an Ter e a dari Kementerian Agama dan Ejaan Bahasa

Madura tahun 2004 versi Balai Bahasa Surabaya. Berdasarkan penelitian Eri,

Terjemahan al-Qur‟an tersebut terdiri dari tiga juz dengan pola terjemah harfiah,

yakni terjemahan kata per-kata dalam aksara latin. Sistematika penyusunannya

terdiri dari dua bagian pertama, teks al-Qur‟an ditulis per-ayat sesuai kaedah

Madura di sisi kanan, diikuti dengan nomor ayat. Kedua, terjemah al-Qur‟an

ditulis di tepi kiri diikutip nomor terjemahan yang disesuaikan dengan nomor ayat

yang diterjemahkan.18

Berkenaan dengan terjemahan Tafsîr al-Jalâlain, ada satu karya yang

belum termasuk dalam kajian para peneliti tentang terjemahan Tafsîr al-Jalâlain

sebagaimana telah disebutkan di atas, yaitu Tarjamah Tafsîr al-Ja lain litashîli

al-Fikri Bahasa Madura karya Muhammad „Arifun, seorang da‟i asal Bangkalan,

17

Islah Gusmian, Khazanah Tafsîr Indonesia; dari Hermenetika hingga Ideologi (Jakarta: Teraju, 2003), h.186-189.

18

Eri HariyantoRespon Peluang dan Tantangan Terjemah al-Qur‟an berbahasa Madura.” Artikel diakses pada 19 April 2013 dari


(39)

6

Kepulauan Madura.19 Karya tersebut merupakan terjemahan utuh dari Tafsîr a

-Ja lain yang ditulis dengan aksara peggu (Arab-Madura), dan diterbitkan

pertamakali oleh penerbit Mutiara Ilmu tahun 1996.20 Karya tersebut berjumlah 12

jilid. Terjemahannya terdiri dari dua bentuk pertama, menyajikan teks Tafsîr

al-Ja lain sebagai teks sumber dengan terjemah harfiah model gandul. Kedua,

menyajikan komentar atau ringkasan penjelasan dari terjemahan harfiah gandul di

atasnya.

Berdasarkan beberapa karya terjemahan Tafsîr a -Ja lain di atas, penulis

akan menjadikan Tarjamah Tafsîr a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura

karya Muhammad „Arifun sebagai objek dalam penelitian dalam skripsi ini, karena ingin memberikan pembuktian atas kajian para peneliti naskah Madura dan Ta s r Ja lain di antaranya, Azyumardi Azra dalam artikelnya “Naskah

Terjemahan Antarbaris Kontribusi Kreatif Dunia Islam Melayu Indonesia,”

menyatakan bahwa Tafsîr Ja lain merupakan tafsir yang naskah terjemahan

antarbarisnya dan juga edisi cetakannya banyak ditemukan.21 Penelitian dalam

skripsi yang mengangkat karya Terjemahan Tafsîr a -Ja lain bahasa Madura

19Menurut Ahmad Sofyan dalam “Fonologi Bahasa Madura,”

Pulau Madura terletak di Timur Laut Pulau Jawa: berada pada posisi 113˚-115˚ Bujur Timur dan 6,5˚-7,5˚ Lintang Selatan dengan panjang sekitar 190 km dan lebar 40 km (De Jonge, 1989). Secara administratif, Pulau Madura termasuk wilayah Provinsi Jawa Timur dan terbagi menjadi empat kabupaten, yakni Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep.

Lihat, Ahmad Sofyan dalam “Fonologi Bahasa Madura,” Humaniora XXII, no.2 (Juni 2010): h.216. Artikel diakses pada 1 Januari 2015 dari

http://www.google.com/search?q=dialek+bahasa+madura&

20

Wawancara Pribadi dengan Masyhud, Surabaya, 28 Oktober 2013.

21

Menurut Azra, kepopuleran Tafsîr a -Ja lain disebabkan karena tafsir tersebut merupakan tafsir yang tidak rumit yang terjebak dalam wacana bahasa, fiqih, tasawwuf, kalam

atau filsafat, sehingga mudah dipahami kaum muslimin awam. Lihat, Azyumardi Azra, ”Naskah

Terjemahan Antarbaris Kontribusi Kreatif Dunia Islam Melayu Indonesia,” dalam Hendri Chamber Loir,ed., Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia (Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia, 2009), h.441; Lihat juga Ahmad Mujib el-Shirazy, (ed), Anotasi Kitab Kuning: Khazanah Intelektualisme Pesantren di Indonesia (Jakarta:Darul Ilmi, 2007); Lihat juga Muhammad al-Fatih Suryadfilaga, “Suntingan Teks Tafsir Jalalayn,” h.227-249.


(40)

7

karya Kiai „Arifun ini, merupakan bukti bahwa terjemahan antarbaris masih

dilakukan oleh ulama Madura.

Peter G.Riddel dalam artikelnya “Menerjemahkan al-Qur‟an ke dalam

Bahasa-Bahasa Indonesia,” menyatakan bahwa cetakan-cetakan al-Qur‟an yang

disisipi terjemahan antar baris dalam bahasa Jawa berkemabang pada abad ke-19

di wilayah pesantren Sunda dan Madura. Peter hanya menyebutkan karya-karya

terjemahan yang berasal dari Jawa dan Sunda.22 Oleh karena itu, penulis

menjadikan terjemahan Tafsîr a -Ja lain bahasa Madura yang juga menggunakan

model terjemahan antarbaris sebagai objek penelitian dalam skripsi ini. Hal ini karena sebagai tambahan dan suatu pembuktian atas pernyataan Peter, bahwa pada abad 19 perkembangan terjemahan antarbaris tidak hanya dalam bahasa Jawa tetapi juga dalam bahasa Madura. Hal tersebut, karena penulisan terjemahan Ta s r a -Ja lain bahasa Madura karya Kiai „Arifun pada tahun 1970 an dan terbit pertamakali tahun 1996.

Martin van Bruinessen dalam Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat,

menjelaskan tentang aktivitas tulis-menulis di Madura. Menurutnya, pada abad ke-19, pesantren di Madura dan Jawa Barat tidak menggunakan bahasa daerah mereka sendiri dalam penerjemahan kitab kuning, tetapi bahasa Jawa sebagai

22

Di antara kitab-kitab tafsir berbahasa daerah yang masuk dalam kajian Peter adalah (1)Fa a -Ra an Ta s r a -Qur‟ n dalam Bahasa Jawa Karya Muhammad Shaleh Bin Umar al-Samarani;(2)Ta s r a -Qur‟ n Suci dalam Bahasa Jawa Karya Muhammad Adnan, terjemahan

diselesaikan pada tahun 1977; (3)Qur‟an Suci Jarwa Jawi dalam Bahasa Jawa Karya

R.Ng.Djajasugita dan M.Mufti Sharif, terbit tahun 1958; (4) -Hu a Ta s r al-Qur‟an Basa Jaw karya H.Bakri Syahid terbit tahun 1979. Dalam bahasa Sunda Peter menyebutkan beberapa karya yang lahir awal abad ke-20 di antaranya (1)Haji Hasan Moestapa (1852-1930) menyusun terjemahan pertama ayat-ayat pilihan al-Qur‟an dalam bahasa Sunda. Ke-105 ayat pilihan tersebut diterjemahkan ke dalam bentuk kidung tradisional Sunda; (2)R.A.A Wiratakoesoemah menulis terjemahan lengkap surah al-Baqarah ke dalam bahasa Sunda pada tahun1940; (3)Ahmad Sanusi (1881-1950) menulis terjemahan berjudul a -K t a -Mu n Ta s r a -Qur‟ n dalam bahasa Sunda yang terbit tahun 1970; (4)R.Hidayat Suryalaga dengan karyanya Saritilawah Basa Sunda yang

mulai diterbitkan tahun 1940. Lihat, Peter G.Riddell “Menerjemahkan al-Qur‟an ke dalam Bahasa


(41)

8

mediumnya. Meskipun ada teks-teks Arab, terjemahannya berupa bahasa Jawa. Namun, menurut Martin, hal tersebut telah mengalami perubahan. Lebih lanjut Martin menjelaskan bahwa kitab kuning karya orang Madura, yaitu Abd.Majid Tamim Pamekasan, yang menerjemahkan lebih dari sepuluh buku dalam bahasa

Madura, yang mencakup semua cabang ilmu agama.23 Kajian dalam skripsi ini

juga berupaya melengkapi contoh karya terjemahan arab dalam bahasa Madura. Hal ini sebagai pembuktian atas pernyataan Martin, bahwa terjemahan teks Arab dalam bahasa Jawa yang digunakan di Madura, telah mengalami perubahan ke dalam terjemahan teks Arab dalam bahasa Madura yaitu dengan adanya karya

Terjemahan Tafsîr a -Ja lain Bahasa Madurakarya Kiai „Arifun yang dijadikan

objek penelitian dalam skripsi ini.

Titik Pudjiastuti dalam tulisannya tentang “Madura,” yang dihimpun

dalam Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum, juga melakukan penelusuran tentang

naskah-naskah di Madura. Menurutnya, naskah-naskah yang teksnya berisi ajaran Islam biasanya berupa naskah tulisan dengan tiga bahasa, yaitu teks asli dalam bahasa Arab, terjemahannya dalam bahasa Jawa, dan penjelasannya dalam bahasa

Madura.24 Lanjut Pujiastuti, naskah yang dihasilkan di kalangan pesantren men-

ggunakan dlubang (dibaca dlubeng dalam bahasa Madura), dalam Bahasa Jawa

dluwang atau lontar, sedangkan aksara yang digunakan dalam teks adalah aksara

Arab atau pegu (tulisan Arab bahasa Madura).25 Menurut Pudijastutik, pendidikan

formal di Madura yang mengajarkan aktifitas tulis-menulis, menjadikan sastra Jawa tertulis di pesantren masih terpelihara sampai sekarang, khususnnya di

23

Martin van Bruennessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, h.144-145.

24

Edi Sedyawati, dkk., (ed), Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum (Jakarta: Pusat Bahasa Balai Pustaka, 2001), h.84.

25


(42)

9

pesantren-pesantren trandisional dengan sistem pendidikan madrasi (sekolah).26

Karya Tarjamah Tafsîr a -Ja lain bahasa Madura dengan aksara peggu

(Arab-Madura) karya Kiai „Arifun yang dijadikan objek penelitian ini, merupakan

contoh atas pernyataan Pudjiastutik, bahwa sampai sekarang, aktifitas tulis- menulis masih berlangsung di pesantren Madura.

Selain beberapa alasan dijadikannya terjemahan Tafsîr a -Ja lain karya

Muhammad „Arifun sebagai objek penelitian dalam skripsi, yang telah disebutkan

di atas, ada juga beberapa alasan di antaranya pertama, terjemahan Ta s r a

-Ja lain karya Kiai „Arifun, sejauh ini belum dikaji para peneliti untuk

dikelompokkan menjadi salah satu karya terjemahan tafsir al-Qur‟an. Maka dari

itu, penulis bermaksud mengangkat sekaligus memperkenalkan karya „Arifun

guna mengungkap salah satu khazanah terjamahan tafsir al-Qur‟an yang ada di

Madura.

Kedua, Tarjamah Tafsîr al-Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura

karya Kiai „Arifun, memiliki keunikan tersendiri dari segi model terjemahannya yaitu penggunaan simbol gramatikal Bahasa Arab dan istilah simbol Madura.

Istilah simbol dalam Bahasa Madura diantaranya posisi mubtadâ‟ diistilahkan

dengan kata dining dan ditandai dengan huruf mim; khabar diistilahkan dengan

panikah dan ditandai dengan huruf k a‟; na„t diistilahkan dengan kata se dan

ditandai dengan huruf ad; a ‟u bih diistilahkan dengan kata da‟ dan ditandai

dengan huruf mîm dan a‟; a ‟u u laq diistilahkan dengan kata kalaban dan

ditandai dengan huruf mîm dan a‟; a‟ „ qil diistilahkan dengan kata pasirah

dan ditandai dengan huruf a‟ panjang, sedangkan untuk a‟ a ru„ qil

26


(43)

10

diistilahkan dengan kata ponapah dan ditandai dengan huruf fa‟ pendek.27 Selain

itu, ada keterangan tambahan di luar teks sumber, yang di awali dengan kata fâ`idah dan qi ah. Kemudian ada juga keterangan tambahan yang berbentuk catatan kaki.

Ketiga,Tarjamah Tafsîr a -Ja lain litashîli al-fikri Bahasa Madura karya

Kiai „Arifun, merupakan terjemahan tafsir utuh dari Tafsîr a -Ja lain. Keunikan

lainnya adalah bahwa Kiai „Arifun menggunakan dialek Pamekasan Madura

dalam terjemahannya, meskipun ia berasal dari Bangkalan Madura. Hal tersebut disebabkan adanya keterpengaruhan dari gurunya yang berasal dari Pamekasan

yaitu Kiai „Abdul „Aziz, pengasuh Pesantren al-Wafa, Temporejo, Jember, Jawa

Timur. Di pesantren tersebut, Muhammad„Arifun belajar kepada Kiai „Abdul

„Aziz selama 19 tahun. Proses belajar mengajarnya, menggunakan Bahasa Madura

dialek Pamekasan. Maka dari itu, untuk proses penerjemahan Ta s r a -Ja lain,

Kiai „Arifun menggunakan pengetahuannya sendiri dalam Bahasa Madura dialek

Pamekasan. Keempat, „Arifun tidak menggunakan buku tata Bahasa Madura

sebagai rujukan penerjemahannnya. Ia mempelajari Bahasa Madura secara otodidak. Hal tersebut dapat diapresiasi sebagai warisan budaya penerjemahan

tafsir al-Qur‟an Bahasa daerah Madura.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas. Pembahasan tentang Tar a a Ta s r a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura, akan dibahas lebih

lanjut dalam skripsi berjudul “Model terjemah tafsir al-Qur‟an berbahasa lokal

(Analisis terjemahan Tafsîr al-Ja lain Bahasa Madura karya Muhammad

‟Arifun).”

27

Abdul Hannan Tibyan, al-Ikt s a Ta r Q r ‟a Kutu a -salaf li al-Mu ta ‟ n (Pamekasan: Darus Salam), h.10-16.


(44)

11

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maslah di atas, maka penelitian dalam skripsi ini akan difokuskan pada pembahasan tentang model terjemahan yang digunakan Kiai „Arifun dalam kitab Tarjamah Tafsîr a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura yang diterbitkan oleh Mutiara Ilmu. Agar pembahasannya dapat dilakukan secara spesifik, maka masalah dalam penelitian ini akan dirinci ke dalam beberapa poin sebagai berikut:

1. Bagaimanakah model terjemahan yang digunakan Muhammad „Arifun dalam

kitab TarjamahTafsîr a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura?

2. Bagaimanakah isi keterangan tambahan yang di awali kata a q a , dan

qau u u ta‟a a serta catatan kaki dalam terjemahan Kiai „Arifun?

3. Bagaimanakah konsistensi penggunaan simbol gramatikal bahasa Arab dalam

terjemahannya?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Disamping untuk menambah wawasan penulis tentang literatur terjemahan Ta s r a -Ja lain yang berkembang di Indonesia, penelitian ini juga bertujuan:

1. Untuk mengetahui model terjemah yang digunakan Muhammad „Arifun dalam

terjemahan Ta s r a -Ja lain.

2. Untuk mengetahui isi keterangan tambahan dalam permulaan kata a

q a , dan qau u u ta‟a a serta catatan kaki dalam terjemahan dalam terjemahannya.

3. Untuk mengetahui konsistensi penggunaan simbol gramatikal bahasa Arab


(45)

12

Selain berguna untuk memberikan gambaran tentang Tarjamah Tafsîr

al-Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura, penelitian ini juga berguna untuk:

1. Menempatkan secara proporsional keberadaan Tarjamah Tafsîr a -Ja lain

litashîli al-Fikri Bahasa Madura karya Kiai „Arifun.

2. Melengkapi persyaratan untuk meraih gelar strata satu Theologi Islam dalam

bidang ilmu Tafsir Hadits pada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Kajian Pustaka

Kajian tentang model terjemahan lokal atas terjemahan al-Qur‟an, tafsir al -Qur‟an maupun naskah keagamaan, khususnya di Indonesia telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Di antaranya Ali Abu Bakar Basamalah, dalam artikelnya

“Memahami Kitab Kuning Melalui Terjemahan Tradisional (Suatu Pendekatan

Tradisional Terjemahan Pondok Pesantren).”28 Dalam tulisannya, ia

menyimpulkan bahwa kajian kitab kuning melalui terjemah tradisional memiliki sistem yang baku dengan proses penerjemahannya melalui tahapan, pemahaman teks sumber, pemberian arti leksikal maupun global, evaluasi parsial maupun menyeluruh. Terjemah tradisional yang dilakukan terhadap kitab kuning berbahasa Arab menurutnya menampakkan pesan dan bentuk bahasa sumber, dan di dalamnya ada unsur linguistik, dan ekstralinguistik teks. Kemudian disertai simbol-simbol linguistik, bahasa simbolik serta aturan gramatikal bahasa sumber yang berfungsi sebagai pengontrol. Artikel ini menjadi salah satu rujukan dalam pembuatan kerangka tabel daftar simbol gramatikal Bahasa Arab dan istilah

28Ali Abu Bakar Basmalah, “Memahami Kitab Kuning Melalui Terjemahan Tradisional

(Suatu Pendekatan Tradisional Terjemahan Pondok Pesantren),” (Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta, 2008). Artikel diakses pada 5 Maret 2013 dari www.digilib.uin-suka.ac.id/441


(46)

13

simbolik. Namun perbedaannya adalah terletak pada terjemahan istilah simbolik Madura yang disesuaikan dengan berbagai literatur buku kaidah bahasa Arab dalam bahasa Madura.

Irhamni, dalam artikelnya “Kearifan Lokal Pendidikan Pesantren

Tradisional di Jawa: Kajian atas Praktek Penerjemahan Jenggotan,”29

menfokuskan kajiannya atas praktek penerjemahan jenggotan dalam proses pembelajaran di pondok pesantren tradisional di Jawa. Dalam tulisannya, Irhamni menyimpulkan bahwa terjemahan jenggotan ditopang oleh dua nilai di antaranya, nilai kepesantrenan dan nilai intelektual-akademik.

Iip Dzulkifli Yahya, “Ngalogat di Pesantren Sunda Menghadirkan yang

dimangkirkan,” dalam Hendri Chamber Loir, (ed), Sadur Sejarah Terjemahan di

Indonesia dan Malaysia (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, November

2009).30 Dalam artikelnya, Iip berupaya menghaditrkan tradisi yang dimangkirkan

di daerah Sunda yaitu dengan memaparkan sejarah dan praktik ngalogat, serta

perkembangan pasar kitab di daerah Jawa Barat. Iip menyimpulkan bahwa tradisi

ngalogat Sunda masih berlangsung di Pesantren Sunda tradisional (salafiyah).

Menurutnya, selama pesantren salafiyyah masih berdiri, tradisi ngalogat di

pesantren salafiyyah di berbagai provinsi termasuk Jawa Barat, akan terus

berkembang. Artikel ini juga menjadi salah satu rujukan dalam pembuatan kerangka tabel daftar simbol gramatikal Bahasa Arab dan istilah simbolik pada bab dua sub bab c. Perbedaan tabel simbol dan istilah simbolik antara artikel

29Irhamni, “Kearifan Lokal Pendidikan Pesantren Tradisional di Jawa: Kajian atas

Praktek Penerjemahan Jenggotan,” Ulumuna Jurnal Studi Keislaman XV, no.1 (1 Juni 2011), h.95-118.

30Iip Dzulkifli Yahya, “Ngalogat di Pesantren Sunda Menghadirkan yang dimangkirka n,

dalam Hendri Chamber Loir, ed., Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia


(47)

14

tersebut dengan skripsi ini adalah terletak pada terjemahan istilah simbolik bahasa Madura yang disesuaikan dengan buku kaidah bahasa Arab dalam bahasa Madura yang menjelaskan rumus-rumus atau simbol pemaknaan kitab di Madura.

Abdul Munip, dalam bukunya yang berjudul Transmisi Pengetahuan

Timur Tengah ke Indonesia; Studi Tentang Penerjemahan Buku Berbahasa Arab di Indonesia 1950-2004 (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2010),31 menfokuskan kajiannya pada dinamika kegiatan penerjemahan buku berbahasa Arab tahun 1950. Menurutnya tahun 1950 merupakan bagian dari sejarah tradisi intelektualisme di Indonesia. Kemudian menurutnya tahun 1950 adalah awal di mulainya kegiatan penerjemahan buku berbahasa Arab di Indonesia. Objek penelitiannya adalah kitab-kitab berbahasa Arab yang diterjemahakan ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.

Abdul Munip menyimpulkan dalam penelitiannya: Pertama, dinamika

kegiatan penerjemahan buku berbahasa Arab di Indonesia di klasifikasikan menjadi empat periode yaitu (1) Periode rintisan yang berlangsung sejak tahun 1940-an, (2) Periode pertumbuhan, yang berlangsung sejak tahun 1950-an sampai tahun 1970-an, (3) Periode percepatan, yang berlangsung sejak tahun 1980-an sampai tahun 1998, dan (4) Periode kebebasan, yang berlangsung sejak 1999 sampai sekarang. Masing-masing periode tersebut menurutnya memiliki corak

atau karakteristik sendiri. Kedua, ada sejumlah motivasi yang melatarbelakangi

penerjemahan buku berbahasa Arab di Indonesia di antaranya motivasi religius, motivasi edukatif, motivasi ideologis, motivasi ekonomis, dan motivasi

stimulatif-provoaktif. Ketiga, menurutnya jenis terjemahan yang digunakan oleh penerjemah

31

Abdul Munip, Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia; Studi tentang Penerjemahan Buku Berbahasa Arab di Indonesia 1950-2004 (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2010).


(48)

15

dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori besar, yaitu terjemahan yang setia kepada teks bahasa sumber, yakni jenis terjemahan harfiah yang memiliki beberapa variasi. Kedua, terjemahan yang lebih memperhatikan bahasa sasaran, yakni jenis terjemahan bebas sampai dengan terjemahan yang sangat bebas. Buku karya Abdul Munip tersebut menjadi salah satu rujukan dalam menganalisi jenis

terjemahan Ta s r a -Ja lain Bahasa Madura Karya Muhammad „Arifun yang

menjadi objek penelitian dalam skripsi ini.

Islah Gusmian, “Karakteristik Naskah Terjemahan al-Qur‟an Pegon

Koleksi Perpustakaan Masjid Agung Surakarta” Jurnal Kajian al-Qur`an dan

Kebudayaan V, no.1, (Juni, 2012).32 Dalam artikelnya, Islah Gusmian menfokuskan kajiannya pada aspek karakteristik lokalitas naskah terjemhan al-Qur‟an pegon koleksi Masjid Agung Surakarta, meliputi struktur teknik penulisan

dan karakteristik terjemahan al-Qur‟an. Ia menyimpulkan beberapa hal, pertama,

naskah terjemahan al-Qur‟an pegon koleksi Masjid Agung Surakarta menjadi

salah satu bukti historis tentang hubungan yang intens antara Islam dan keraton di

Surakarta. Kedua, naskah tersebut didedikasikan untuk para santri Mamabaul

Ulum sebagai bahan ajar, dengan adanya bahasa Jawa ngoko yang digunakan.

Ketiga, dari segi model khat dan teknik penerjemahannya, naskah tersebut menunjukkan proses adaptasi dan adopsi. Bentuk terjemahan bersifat a„nawiyyah. Keempat, dalam hal kategori penulisan terjemahan dan tafsir al-Qur‟an aksara pegon, naskah Terjemahan al-Qur‟an Pe on (1346 H/1927 M)

lahirnya lebih awal dari pada tafsir al-Ibrîz karya Bisri Mustofa yang diterbitkan

oleh Menara Kudus pada tahun 1960.

32Islah Gusmian, “Karakteristik Naskah Terjemahan al

-Qur‟an Pegon Koleksi


(49)

16

Azyumardi Azra, “Naskah Terjemahan Antarbaris Kontribusi Kreatif

Dunia Islam Melayu Indonesia,” dalam Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia

dan Malaysia (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2009). Dalam artikelnya, Azra menfokuskan kajiannya pada tradisi terjemahan antarbaris di wilayah Melayu-Indonesia, dengan mengambil dua contoh bahasa terjemahan Melayu dan Jawa. Dalam tulisannya, Azra menyimpulkan bahwa tradisi terjemahan antar baris telah menjadi produk lokal di dunia Melayu, termasuk Indonesia ketika masyarakatnya menerima dan selanjutnya mengembangkan Islam dalam masyarakat setempat. Menurut Azra, fenomena terjemahan antarbaris, mengasumsikan bahwa penulisnya adalah murid-murid pesantren di lembaga pesantren Islam yang sedang belajar dengan membutuhkan penjelasan dari gurunya dan kemudian terjemahan tersebut, digunakan untuk kepentingan belajar

mengajar bahasa Arab dengan murid-muridnya. 33

Saifuddin,“Tradisi Penerjemahan al-Qur‟an ke dalam Bahasa Jawa; Suatu

Pendekatan Filologis.” Suhuf VI, no.2. (November 2013). Dalam artikelnya,

Saifuddin menyimpulkan beberapa hal, pertama, sebelum abad ke-20 tradisi

penerjemahan al-Qur‟an sudah berkembang secara massif di berbagai tempat di

Nusantara, terutama di Jawa dengan corak umum menggunakan terjemahan Bahasa Jawa yang ditulis antarbaris, baik ditulis secara lengkap 30 juz, 15 juz ataupun beberapa surah-surah penting saja. Kedua, terjemahan antarbaris yang

digunakan hanya al-Qur‟an di Jawa ditulis secara horizontal, tidak sebagaimana

teknik yang biasa digunakan untuk teks-teks Arab lainnya. Adapun metode

penerjemahannya, sebagaian besar menggunakan metode terjemah harfiyyah.

33Azyumardi Azra, “Naskah Terjemahan Antarbaris Ko

ntribusi Kreatif Dunia Islam

Melayu Indonesia,” dalam Hendri Chamber Loir,(ed), Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia (Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia, 2009), h.435-442.


(50)

17

Ketiga, ciri-ciri penerjemahan yang dilakukan pesantren-pesantren ataupun

lembaga pendidikan lainnya menggunakan Bahasa Jawa ngoko.34

Islah Gusmian, “Bahasa Aksara Tafsir al-Qur‟an di Indonesia dari tradisi,

hierarki hingga kepentingan pembaca.” Tsaqafah VI, no.1 (April 2010).35 Dalam

artikelnya, Islah menfokuskan kajiannya terhadap proses adaptasi dan adopsi terkait dengan pemakaian bahasa dan aksara di dalam proses penulisan tafsir al-Qur‟an di Nusantara. Ia menyimpulkan bahwa keragaman bahasa dan aksara yang dipakai dalam penulisan karya tafsir di Nusantara telah diketahui peran latar sosio-kultural, adanya hierarki pembaca dan kepentingan sosialisasi kandungan

kitab suci al-Qur‟an. Menuurt Islah, keragaman bahasa dan aksara yang dipilih

dalam penulisan tafsir al-Qur‟an di Nusantara, mempunyai ruang pembaca yang

beda serta menunjukkan karakter dan hierarki pembaca yang berbeda-beda pula.

Berikutnya beberapa karya berupa buku, artikel, skripsi dan tesis yang

membahas tentang penerjemahan al-Qur‟an dan penerjemahan tafsir al-Qur‟an

dalam bahasa daerah. Di antaranya Howard Federspiel, dalam buku Popular

In ones an L terature o t e Qur‟an yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa

Indonesia dengan judul Kajian al-Qur‟an In ones a oleh Tadjul „Arifin. Dalam

tulisannya, Howard mengakaji tentang literatur tafsir, ilmu tafsir, terjemah al-Qur‟an, dan buku-buku lain yang berkaitan dengan al-Qur‟an.36 Karya berikutnya

adalah Literatur Tafsir Indonesia, karya Mafri Amir dan Lilik Ummi Kaltsum

34Saifuddin, “Tradisi penerjemahan al

-Qur‟an ke dalam Bahasa Jawa:suatu pendekatan

filologis,” Suhuf VI, no.2 (November 2013): h.225-247.

35Islah Gusmian, “Bahasa Aksara Tafsir al

-Qur‟an di Indonesia dari Tradisi, Hierarki

hingga Kepentingan Pembaca,” Tsaqafah VI, no.1 (April 2010): h.1-23.

36

Howard M.Federspiel, Kajian al-Qur‟an In ones a: ar Ma u Yunus n a


(51)

18

(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011).37 Dalam tulisannya,

Mafri Amir menghimpun 14 profil kitab beserta profil penulisnya baik berupa

terjemahan tafsir al-Qur‟an maupun terjemahan al-Qur‟an yang ada di Indonesia

baik yang menggunakan bahasa Melayu, bahasa Indonesia maupun bahasa daerah.

Jajang A.Rohmana, dalam artikelnya “Kajian al-Qur‟an di tatar Sunda;

sebuah penelusuran awal, Suhuf VI, no. 2, (November, 2013), 38 menyimpulkan

bahwa beragam kajian al-Qur‟an menunjukkan secara jelas kreatifitas lokal dalam

merespon tradisi pengkajian al-Qur‟an di Nusantara. Hal tersebut menrutnya

memiliki kontribusi penting dalam proses indigenisasi Islam dan peneguhan identitas Islam lokal di tatar Sunda. Sebuah proses keberagamaan yang membumi dengan mengedepankan sisi adaptasi budaya yang tidak terjebak pada aspek formalitas-simbolik yang lebih menonjolkan Arabisme daripada jiwa lokalitas kesundaaannya. Dalam artikelnya, Jajang juga membahas tentang vernakularisasi. Menurutnya, vernakularisasi merupakan upaya pembahasalokalan ajaran Islam (al-Qur‟an) yang diterjemah dan ditulis ke dalam bahasa dan akasara lokal (Jawi Pegon). Hal tersebut menurut Jajang dilakukan melalui penerjemahan lisan

kutipan-kutipan pendek al-Qur‟an, pengadaptasian tulisan Arab dalam terjemah

antar baris atau catatan pinggir (sebagian atau keseluruhan teks), hingga penulisan literaratur berbahasa Arab oleh penulis lokal yang pada gilirannya diterjemahkan ke dalam bahasa lokal (Arabisasi bahasa lokal).

Ismail Lubis, dalam bukunya berjudul Falsifikasi Terjemahan al-Qur‟an

Depaertemen Agama edisi 1990, menfokuskan penelitiannya atas

37

Mafri Amir dan Lilik Ummi Kaltsum L teratur Ta s r Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011).

38Jajang A.Rohmana, “Kajian al

-Qur‟an di Tatar Sunda; Sebuah Penelusuran Awal,”


(52)

19

kesalahan dalam kalimat terjemahan yang ada dalam Terjemahan al-Qur‟an

Depaertemen Agama edisi 1990 meliputi: (1)Kata yang berlebihan dalam kalimat

terjemahan ayat atau pleonasme;(2)Penyalahgunaan preposisi “Daripada” dalam

terjemahan ayat; (3)Makna ganda (rancu), salah, dan penggunaan kata tidak baku atau bahkan belum dikenal bahasa indonesia; (4)Frasa yang digunakan dalam kalimat terjemahan ayat tidak lazim digunakan dalam bahasa penerima karena ada

unsur yang tertinggal.39

Berikutnya ada beberapa kajian yang membahas tentang karya terjemahan Tafsîr al-Jalâlain dan beberapa kajian yang membahas tentang karya terjemahan al-Qur‟an maupun tafsir al-Qur‟an yang menjadikan Tafsîr al-Jalâlain sebagai

sumber rujukan. Di antaranya Eri Hariyanto, “Respon Peluang dan Tantangan

Terjemah Al-Qur‟an Berbahasa Madura “Annual Conference On Islamic Studies

Acis no.18 Bangkabelitung, 10–13 Oktnober 2011. Dalam artikelnya, Eri

Hariyanto berkesimpulan bahwa respon terhadap “Al-Qur‟an Tarjamah Basa

Madhura,” datang dari masyarakat maupun kalangan terdidik dari kaum akademisi maupun ulama. Menurut Eri, mereka sangat bersemangat menyambut kelanjutan juz yang akan diterjemahkan ke dalam Bahasa Madura. Upaya penerjemahan memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi karena pentashih al-Qur‟an akan berhadapan dengan kaidah dan nilai–nilai yang terdapat pada penulisan bahasa, kaidah penulisan Bahasa Madura, nilai budaya, dan sistem

sosial masyarakat. Sedangkan tantangan dan problem terjemahan al-Qur‟an

Bahasa Madura terletak pada tiga pembahasan pokok yaitu terkait konsep

39

Ismail Lubis, Falsifikasi al-Qur‟an Departe en a a E s 1990 (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001).


(1)

216 Lampiran 26 Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Jawa ) dalam “Memahami Kitab Kuning melalui

Terjemahan Tradisional (Suatu Pendekatan Tradisional Terjemahan Pondok Pesantren),” karya Ali Abu Bakar Basmalah, (Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta)


(2)

(3)

218

Lampiran 28

BIODATA PENULIS SKRIPSI

Nama : Ummi Hannik

Nama Panggilan : Hanny

Tempat tanggal lahir : Bangkalan 17 Juni 1989

Nim : 109034000087

Alamat asal : Jl. Ibnu Sholeh, Dusun Tengginah, Desa Ombul, Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan, Kepulauan Madura, Provinsi Jawa Timur, Kode Pos 69151

Alamat tinggal : Jl.Sd Inpress RT/002, RW/009, Kampung Pisangan Barat, Kelurahan cireundeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tanggerang Selatan, Provinsi Banten.

Nomer Handphone : 08176623560/ 081289830560

Email : hanny.ummycute@gmail.com

Nama ayah : Abi Hafas Asmuni

Tempat lahir ayah : Desa Siwalanpanji, Kecamatan Buduran, Kota Sidoarjo, Jatim

Nama ibu : Salimah


(4)

Pendidikan Formal

1 Taman Kanak-Kanak Dewi Masithoh, Kecamatan Arosbaya Bangkalan Madura (1994-1995)

2 Sekolah Dasar Negeri (SDN) 03 Ombul Tahun (1996-2001 3 Sekolalah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 02 Arosbaya

Bangkalan Madura Jawa Timur Tahun (2002-2004)

4 Madrasah Aliyah Swasta (Mas) Nurus Sholah Desa Akkor, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan, Kepulauan Madura. Jurusan IPS Tahun (2006-2008)

5 S1 Jurusan Tafsir Hadits, Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2015

Pendidikan Non Formal

1 Kursus “Metode Praktis Memebaca Kitab Kuning” Program

6 bulan di PP.Darul Falah (Amtsilati), Kecamatan Bangsri, Kota Jepara, Provinsi Jawa Tengah (23 Agustus 2008- 1 Januari 2009)

2 Kursus computer program Operartor Office di Pusat Pendidikan & Teknologi Komputer “Gajah Mada” Pare -Kediri-Jawa Timur Februari-Maret 2012


(5)

220

3 Kursus Bahasa Inggris 1 bulan di Development English course (DEC) di Juncancang Pamekasan Madura.(23 september-21 Oktober 2006)

4 Yayasan Pondok Pesantren Daru Lughah Islamic Center (DLIC). Desa Akkor, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan, Kepulauan Madura Tahun (2006-2008) 5 Madrasah Ibtidaiyah Diniyyah Yayasan Ibnu Sholeh Jawa

Timur Tahun (1999-2004) Pengalaman Organisasi

1 LSM (Lembaga Seni MahasiswaIslam) Jabatan: Dev,Kesenian, tahun 2009

2 FORMAD (Forum Mahasiswa Madura) Jabatan, Dev Kesenian, tahun 2011

3 FLO (Foreigne Language Orientation), tahun 2010

4 FLP (Forum Lingkar Pena ), “Spesialis Puisi” Ciputat tahun 2010

5 Komunitas Dapur Seni “Spesialis Vokal” tahun 2012 Pengalaman Kerja Selama Kuliah:

1 Pengamen Sehari 2009

2 Kasir londri di “Roz Laudry” Jimbaran Bali, Liburan Kuliah bulan Juni-September 2010

3 Magang Reporter di Majalah Muzakki Lagzis, Oktober-Desember 2010


(6)

4 Kasir Part Time Miinimarket “PRIMAMART” (Sekarang minimarketnya diganti Indomaret) Jl.Tarumanegara no.72 Kelurahan cireundeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tanggerang Selatan, Provinsi Banten. Juli 2011-Maret 2012 5 Kontrak kerja jasa pengetikan Bahasa Arab di Digitama

bulan Juni-Juli tahun 2013

6 Freelance waitress (Pelayan) Restoran “Soto Kauman

Kudus” 2012-2014

7 Relawan Quick Count Pileg 9 April & Pilpres 9 Juli 2014

8 Freelance Surveyor Pileg “Lembaga Indikator Politik

Indonesia” 1 Februari 2014

9 Freelance Surveyor Pileg & Pilpres “ Lembaga Index

Indonesia” Februari-Juni 2014

10Tim Sosial Media (Tim Sukses Capres Prabowo Subianto) PT.Think Big Indonesia, bulan Juni 2014

11Freelance Mistery Observation (Mo) di Indoriset April