miskin, ingin agar anak – anaknya dapat bersekolah, supaya kehidupan anak – anaknya itu kelak di kemudian hari tidak seperti dirinya sekarang.
Bahaya kemiskinan antara lain :
Dekat dengan kekufuran
Kebodohan
Kemerosotan akhlak
Kekurangan keamanan masyarakat
Perpecahan umat
B. Pandangan Islam terhadap kemiskinan
Islam memandang kemiskinan merupakan satu hal yang mampu membahayakan akidah, akhlak, kelogisan berikir, keluarga dan juga masyarakat. Islam pun
menganggapnya sebagai musibah dan bencana yang harus segera ditanggulangi. Dimana seorang muslim harus segera memohon perlindungan kepada Allah atas kejahatan yang
tersembunyi di dalamnya. Terlebih, jika kemiskinan ini makin meraja, maka ia akan menjadi kemiskinan yang mansiyyan mampu membuatnya lupa kan Allah dan juga
kemanusiaannnya, ia adalah bagaikan orang kaya yang apabila terlalu meraja, maka ia akan menjadi kekayaan yang mathgiyyan mampu membuat seseorang zalim, baik kepada
Allah maupun kepada manusia lainnya. Banyak sahabat Rasulullah Saw yang meriwayatkan, bahwasannya Rasulullah Saw sendiri pernah ber – tawwudz memohon
lindungan Allah dari kemiskinan. Apabila memang kemiskinan tidak berbahaya, maka tentunya Rasulullah tidak perlu ber – taawudzi atasnya.
Diriwayatkan dari Aisyahra, bahwasannya Rasulullah Saw ber – taawudz: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung pada – Mu dari fitnah api neraka, dan aku
berlindung kepada – Mu atas fitnah kemiskinan.” HR. Bukhari
Diriwayatkan dari Abu Hurairah langsung kepada Rasulullah Saw : “Ya Allah, aku berlindung pada – Mu dari kemiskinan, kekurangan dan juga dari
kehinaan. Aku berlidung padamu dari perbuatanku untuk menzalimi ataupun untuk terzalimi.”
HR. Abu Dawud, Nasa-i dan Ibnu Majah Tampak dari hadist ini sesungguhnya Rasulullah Saw berlindung kepada Allah
dari semua hal yang melemahkan bak secara materi ataupun secara ma’nawi; baik kelemahan itu karena tidak mempunyai uang kemiskinan, atau tidak mempunyai harga
diri dan juga karena hawa nafsu kehinaan.
Poin penting dari semua ini adalah adanya keterkaitan taawudz dengan kekafiran. Sesungguhnya kekafiran inilah yang menjadi landasan dasar dari adanya taawudz itu
sendiri, yang kesemuanya ini akhirnya menjadi bukti akan bahaya kemiskinan itu sendiri. Diriwayatkan dari Abu Bakar langsung kepada Rasulullah Saw :
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung pada – Mu dari kekafiran dan kekafiran. Ya Allah, aku berlindung pada – Mu dari siksa kubur. Sesungguhnya tiada Tuhan selain
Engkau.” HR. Abu Dawud
Imam Manawy dalam kitabnya faidhul Qadir menyebutkan, bahwa ada keterkaitan kuat antara kekafiran dengan kefakiran, karena kefakiran merupakan satu
langkah menuju kekafiran. Seorang yang fakir kmiskin, pada umumnya akan menyimoan kedengkian kepada orang yang mampu dan kaya. Sedang iri dengki mamapu
melenyapkan semua kebaikan. Mereka pun mulai menumbuhkan kehinaan di dalam hati mereka, disaat mereka mulai melancarkan segala daya upayanya demi mencapai tujuan
kedengkian mereka tersebut. Kesemuanya ini mampu menodai agamanya dan juga menimbulkan adanya ketidak ridhaan atas takdir yang telah ditetapkan yang akhirnya
tanpa sadar akan membuatnya mencela rezeki yang telah datang padanya. Walaupun ini semua belum termasuk ke dalam kekafiran, namun sudah merupakan langkah untuk
mencapai kekafiran itu sendiri.
Sufyan Al – Tsauri berkata : “Apabila diberikan padaku empat puluh dinar hingga aku mati dengannya, maka sesungguhnya hal ini labih aku sukai daripada
kekafiranku di suatu hari, dan daripada aku harus merendahkan diriku dengan mengemis kepada orang lain.” Lalu ia berkata : “Demi Allah, aku tidak tahu apa yang akan terjadi
padaku apabila aku ditimpa bencana kemiskinan ataupun ditimpa suatu penyakit. Mungkin pada saat itu aku akan kafir ataupun tidak meraakan apapun.”
C. Faktor – faktor penyebab kemiskinan