kepada sesama manusia. Kemudian. Orang yang diberi memperoleh lebih dari yang diminta yang memperoleh belanja ketika senag dan susah, siang dan malam,
terang – terangan dan sembunyi – sembunyi. Yang mencintai orang lain lebih dari dirinya sendiri meskipun dalam keadaan susah. Yang memandang harta sebagi
sarana buka sebagitujuan, sarana untuk memberi nafkah dan berbuat baik kepada. Yang hatinya penuh dengan kebaikan. Tangannya lebar untuk memeberi demi
mencari rida Allah, bukan demi kedudukan dan popularitas, juga bukan karena takut pengauasa.
E. Dorongan kaum muslim memperjuangkan kekayaan
Pada hakikatnya sistem Islam itu dengan berpihak aspek satu kesatuan yang tak terpisahkan. Sistem islam dalam perekonomian misalnya memberi dorongan orang untuk
bekerja dan berkaryakarena Islam membolehkannya mempunyai hak milik serta melindungi hak milik ini, juga menetapkan hak waris untuk ketentraman keluarga yang
ditinggalkan. Dengan demikian, menjadi luaslah ruang kepribadian orang untuk memperoleh hak miliknya, memperlihatkan bakatnya dan menampakkan kecukupannya.
Dari sini, maka ia pun dapat berkarya kemudian berkembang, mendapat manfaat dan memberi manfaat kepada yang lain. Lalu, harta miliknya itu menjadi alat yang baik di
tangan orang baiksaleh pula. Semua ini tentu dapat menigkatkan kekayaan masyarakat, menguntungkan mereka, dan mengangkat yang miskin menjdi menjadi maju.
4
[13] Islam ketika memberi orang berupa kebebasan mempunyai hak milik, bekerja, dan
berkarya, ia juga tidak melupakan kepentingan masyarakat seperti halnya yang dilupakan kapitalisme. Dengan demikian, Islam telah berlaku seimbang antara pribadi dan
masyarakat, dimana masing – masing pribadi dan masyarakat ini dapat memperoleh haknya dan menunaikan kewajibannya tanpa dilebih – lebihkan atau pun dikurangi.
Islam memandang bahwa harta itu pada hakikatnya milik Allah. Lantas orang yang memilikinya menurut adat hanyalah penerima titipan saja dari – Nya. Oleh karena itu, ia
tidak bebas mempergunakan harta tersebut, tetapi harus sesuai batasan – batasan perintah dan anjuran sang pemilik aslinya. Pemilik asli ini tiada lain adalah Rabb semua hamba
yang kaya dan yang miskin, dan Yang Maha Penyayang kepada mereka lebih dari kasih saang ibu kepada anakanya. Oleh karena itu, sistem yang dibuat Rabbul Ibad untuk
menjaga harta benda ini, lalu mengembangkan, memutarkan, membagikan, dan
4
membelanjakannya. Semua ini demi mencapai kemaslahatan atau kepentingan masyarakat, kaya maupun miskin.
Sungguh sistem Islam melarang mengahambur – hamburkan harta secara mubazir, lantas menetapkan para pelaku mubazir ini sebagai saudara setan. Tidak hanya itu, sitem
Islam juga membuat auran sekeras batu atas para pembodoh yang suka memboros – boroskan harta.
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum Sempurna akalnya, harta mereka yang ada dalam kekuasaanmu yang dijadikan Allah sebagai pokok
kehidupan QS. An – Nisa’ : 5
Demikian pula, sistem Islam mengharamkan hidup bermewah – mewahan yang telah memecah belah manusia menjadi minoritas kaya dan mayoritas miskin, juga telah
menjadikan para pelakunya batu sandungan bagi petunjuk dan kebenaran. Allah Swt berfirman:
Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya. QS. Saba’ : 34
Merajarelanya hdup mewah juga menyebabkan kehancuran suatu negeri:
Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya mentaati Allah tetapi mereka
melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan ketentuan kami, Kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
QS. Al – Isra : 16 Dalam rangka menjauhi hidup mewah, islam mengharmkan wadah – wadah yang
dari emas, perak, dan lain – lain yang bertahtakan permata, sebab yang demikian ini alat – alat kemewahan di rumah orang – orang sombong, sebagaimana juga emas dan sutera
telah diharamkan bagi lelaki.
Dalam hal membungakan uang, sistem Islam mengharamkan monopoli dan riba. Kedua cara ini sebagai pondasi yang dijadikan asas faham kaum kapitalis.
Rasul Saw. Telah mengumumkan : “Barang siapa yang memonopoli makanan selama empat puluh malam, maka ia benar –
benar lepas dari Allah dan Allah - pun lepas darinya. HR. Ahmad, Hakim, Ibnu Abu Syaibah, Al Bazar
Demikian pula Allah dan Rasul-Nya dalam Al – Qur’an mengumumkan perang terhadap para pelaku riba jika mereka tidak bertobat, maka milik mereka itu pokok
uangnya saja, tidak menzalimi atau pun didzalimi. Monopoli dan riba ini tiada lain hanyalah pengisapan darah orang – orang lemah, akibatnya yang kaya makin kaya, yang
miskin makin miskin. Islam juga melarang keras menumpuk – numpuk dan mendiamkan uang, yakni
mengancam para pelakunya dengan siksa mat berat. Setelah itu, Islam mewajibkan zakat dari setiap kekayaan uang ini jika sudah mencapai satu nishab, apakah uangnya
digolongkan atau tidak. Dengan demikian, para pemilik uang modal dapat mengembangkan uangnya pada bidang – bidang yang diperbolehkan syariah, agar uang
ini tidak termakan zakat dengan bergantinya tahun. Seperti ini pula yang dianjurkan pesan – pesan agama terhadap harta anak yatim agar dikembangkan dengan cara lebih baik
supaya harta ini tidak harus dizakati.
Sistem Islam juga mewajibkan agar menjaga keadilan dalam setiap hubungan usaha di antara manusia, yaitu agar membuat kaidah lebih teliti dalam mengatur hubungan
antara majikan dan buruh, penjual dan pembeli, juga antara produsen dan konsumen. Tujuannya adalah agar masing – masing pihak dapat memperoleh haknya dan tudak
saling mencurigai.
F. Cara mencapai keberkahan