84
kelurahan ini ada 4.341 keluarga dengan rata-rata anggota rumah tangga sebanyak 4 orang.  Pada  kelurahan  ini  terdapat  1  rmah  sakit,  2  Balai  Pengobatan  Umum,  17
posyandu, 3 orang dokter, dan 7 orang bidan.
4.1.4.2 Kelurahan Tanjung Selamat
Luas  Kelurahan  Tanjung  Selamat  adalah  3,00  Km²  dengan  persentase terhadap  luas  kecamatan  sebesar  13,95.  Kelurahan  ini  terdiri  dari  9  lingkungan
dengan  36  blok  sensus.  Jarak  kelurahan  ke  kantor  camatnya  adalah  4,00  Km  yang berarti  kelurahan  ini  jauh  dari  kantor  camat.  Lurah  kelurahan  ini  adalah  H.
Achyaruddin, S.Sos yang sudah menjabat sejak 2013 hingga sekarang. Alamat kantor kelurahan ini berada di Jl. Sakura Raya. Jumlah penduduk kelurahan ini ada sebanyak
11.878 jiwa dengan kepadatan penduduk 3.959 jiwa per Km². Jumlah penduduk laki- laki ada sebanyak 5.892 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 5.986 jiwa. Banyak
rumah tangga pada kelurahan ini ada 2.796 keluarga dengan rata-rata anggota rumah tangga  sebanyak  4  orang.  Pada  kelurahan  ini  terdapat  1  rumah  sakit,  2  Balai
Pengobatan Umum, 4 posyandu, 8 orang dokter, dan 12 orang bidan.
4.2  Keadaan Kesehatan Kota Medan
Profil  kesehatan  kota  Medan  tahun  2012  menunjukkan  bahwa  proporsi anggaran kesehatan untuk kota Medan pada tahun 2012 bersumber dari APBD Kota
Medan  sebesar  95.  Anggaran  biaya  kesehatan  bersumber  dari  APBD  Provinsi Sumatera  Utara  tidak  ada  atau  0  sedangkan  anggaran  biaya  kesehatan  yang
bersumber  dari  APBN  hanya  5.  Tetapi  kalau  anggaran  kesehatan  yang  dari
Universitas Sumatera Utara
85
PinjamanHibah  Luar  Negeri  PHLN  tidak  ada  juga  atau  0.  Oleh  karena  itu, persentase untuk APBD kesehatan terhadap APBD Kota Medan hanya 13,22.
Dari  keseluruhan  penduduk  kota  Medan  pada  tahun  2012,  terdapat  sejumlah 412.249  orang  berpenduduk  miskin  atau  sebanyak  19,65  dari  jumlah  keseluruhan
penduduk kota Medan. Semua penduduk miskin di kota ini tercakup dalam asuransi kesehatan  warga  miskin  askeskin,  yang  berarti  100.  Penduduk  miskin  itu  juga
mendapat  pelayanan  kesehatan  rawat  jalan  di  puskesmas.  Tetapi  pada  kenyataan  di lapangan  tidak  menunjukkan  bahwa  semua  penduduk  miskin  masuk  ke  dalam
Askeskin  tersebut.  Menurut  standar  pelayanan  minimal,  target  pencapaian  askeskin Kota Medan mencapai 75.
Cakupan  jaminan  pemeliharaan  kesehatan  yang  ada  di  Kota  Medan menunjukkan  bahwa  penduduk  yang  ikut  dalam  kepesertaan  jaminan  kesehatan  pra
bayar  seperti  Asuransi  Kesehatan  Askes  ada  sebanyak  176.968  orang  dan  pada Jaminan  Kesehatan  Masyarakat  Jamkesmas  ada  sebanyak  412.249  orang.  Hal  ini
menunjukkan  bahwa  hanya  28,09  penduduk  Kota  Medan  yang  ikut  dalam kepesertaan jaminan pemliharaan kesehatan prabayar.
4.3  Keadaan Penyelenggaraan JKN
Setelah  hampir  empat  bulan  perjalanan  JKN  yang  dijalankan  oleh  BPJS Kesehatan,  ada  banyak  permasalahan  yang  perlu  dievaluasi  oleh  para  pengambil
keputusan. Berdasarkan informasi di Koran Kompas edisi tahun 2014, permasalahan penyelenggaraan  JKN  muncul  dari  pihak  pelaksana  JKN,  penyedia  layanan
Universitas Sumatera Utara
86
kesehatan, masyarakat umum, dan peserta JKN tersebut. Berikut ini adalah beberapa permasalahan tersebut dijelaskan berdasarkan edisi terbitan Koran Kompas.
Pada  edisi  “Rasionalitas  Tarif  Jaminan  Kesehatan”  dikatakan  bahwa pembayaran pada fasilitas kesehatan pada prinsipnya dilakukan dengan cara kapitasi
untuk  fasilitas  pelayanan  kesehatan  primer  dan  dengan  menggunakan  INA-CBG untuk  fasilitas  rumah  sakit.  Pembayar  iuran  BPJS  merasa  iuran  tersebut  telah
rasional karena telah naik cukup lumayan. Bagi penyedia jasa merasa bahwa iuran itu perlu  dinaikkan  lagi.  Bagi  peserta  yang  membayari  orang  miskin  dan  tidak  mampu
merasa cukup atau tinggi Kompas, 2014. Pada  edisi  “Banyak  Warga  Belum  Paham  Prosedur  JKN”  dikatakan  bahwa
banyak  warga  di  berbagai  daerah  belum  paham  akan  prosedur  mendapat  pelayanan JKN karena sistemnya berubah, yakni setelah menyerahkan formulir pendaftaran dan
surat  rujukan,  pasien  harus  menunggu  formulir  diproses  dan  membawa  ke  poli penyakit.  Salah  satu  penarik  masyarakat  ikut  JKN  adalah  iurannya  yang  cukup
terjangkau  dan  pelayanan  kesehatan  yang  akan  dijamin  lengkap.  Sebenarnya sosialisasi secara umum sudah dilaksanakan sejak tahun 2013 lewat media massa, di
fasilitas  kesehatan,  tokoh  agama,  jalur  instansi  dan  persatuan  pensiunan  Kompas, 2014.
Pada edisi “Proses Berobat Peserta Masih Sama” dikatakan bahwa sosialisasi program  JKN  dinilai  belum  cukup  karena  banyak  warga  belum  paham  mengenai
program  yang sudah terintegrasi  dengan Askes,  Pemeliharaan Kesehatan Jamsostek,
Universitas Sumatera Utara
87
jaminan kesehatan TNI- Polri, Jamkesmas, dan Jamkesda. Pada edisi “Paradigma Para
Pihak Belum Berubah ” dikatakan bahwa berbagai keluhan pasien, tenaga kesehatan,
dan  pengelola  rumah  sakit  pada  bulan  pertama  pelaksanaan  JKN  karena  belum sempurnanya  sistem  dan  kurang
nya  sosialisasi.  Pada  edisi  “Implementasi  Konsep JKN Perlu Dicermati Serius
” dikatakan bahwa JKN dirancang sebagai suatu asuransi sosial  yang  menjamin  pembiayaan  kesehatan  seluruh  rakyat  secara  adil  berdasarkan
prinsip  gotong  royong  dan  berlaku  di  seluruh  Indonesia.  JKN  kemungkinan  hanya akan  dinikmati  oleh  kelompok  mampu  karena  premi  JKN  untuk  layanan  kelas  I
sangat  rendah  padahal  keasadaran  berobatnya  tinggi  dengan  banyak  jenis  penyakit Kompas, 2014.
Pada edisi “Rumah Sakit Tak Ikuti Standar Internasional Akan Ditinggalkan” ditulis  bahwa  beragam  masalah  yang  mewarnai  pelaksanaan  awal  JKN  bersumber
dari sosialisasi yang buruk, yakni sudah dilaksanakan tetapi tidak efektif sehingga di lapangan  masih  banyak  yang  belum  paham.  Jadi  perlu  bagi  BPJS  Kesehatan  untuk
mengalokasikan anggaran yang cukup untuk sosialisasi Kompas, 2014. Pada edisi “Sosialisasi dan Koordinasi Terus Ditingkatkan” dikatakan bahwa
pada bulan pertama pelaksanaan dikeluhkan prosedur pengobatan peserta JKN karena merasa  terhambat  prosedur  berbelit,  keterbatasan  perawatan,  dan  obat.  Persoalan
mendasar  adalah  perbedaan  pemahaman  antara  rumah  sakit  dan  pemerintah  terkait paket  pengobatan  JKN.  Peserta  dan  penyedia  layanan  kesehatan  juga  belum
memahami  proses  pengobatan,  sistem  rujuk  balik,  atau  tarif  obat.  BPJS  Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
88
terus mengupayakan agar prosedur pendaftaran lebih cepat, seperti menyiapkan situs web pada pendaftar daring dan prosedur pendaftaran cepat PPC Kompas, 2014.
Pada edisi “Pasien Bingung, Layanan Gamang” dikatakan bahwa pada bulan ketiga  pelaksanaan  JKN  masih  banyak  keluhan  pasien  seperti  penurunan  mutu
pelayanan,  prosedur  yang  berbelit,  dan  antrean  yang  panjang.  Berdasarkan  data Litbang Kompas ada beberapa permasalahan pelaksanaan JKN, salah satunya bidang
sosialisasi, yaitu sebagian masyarakat belum tahu prosedur JKN dan peralihan peserta belum lancar Kompas, 2014.
4.4  Kepesertaan JKN Menurut BPJS Kesehatan Kota Medan