Tradisi Lokal Pengertian dan Fungsi Tradisi Lokal Upacara atau Ritual

E. Kerangka dan Kajian Teori

1. Tradisi Lokal Pengertian dan Fungsi Tradisi Lokal

Kata tradisi menurut Ensiklopedi Indonesia berasal dari bahasa latin, “tradition”, yang artinya kabar, penerusan. Hal atau isi sesuatu yang diserahkan dari sejarah masa lampau mengenai adat, bahasa, tata kemasyarakatan, keyakinan dan lain sebagainya, maupun proses penyerahan atau penerusannya pada generasi berikutnya. Sering kali proses penerusan terjadi tanpa dipertanyaka sama sekali, khususnya dalam masyarakat tertutup. Di mana hal-hal yang telah lazim dianggap benar dan paling baik diambil alih begitu saja. Memang, tidak ada kehidupan menusia tanpa suatu tradisi. Bahasa daerah yang dipakai, dengan sendirinya diambil dari sejarahnya yang panjang. 12 Sedangkan kata lokal juga berasal dari bahasa latin, “locus” yang artinya tempat. Lokal merupakan ruang yang jelas, suatu daerah setempat. Jadi, pengertian tradisi lokal dapat diartikan sebagai adanya kebiasaan yang diturunkan dari nenek moyang yang dijalankan oleh masyarakat yang tinggal di suatu tempat atau daerah tertentu.

2. Upacara atau Ritual

Pengertian dan Fungsi Upacara atau Ritual Upacara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan peringatan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara berkelompok atau sekumpulan manusia untuk melakukan kegiatan rutin dalam rangka memperingati hari-hari bersejarah yang dipimpin oleh pemimpin tertinggi dalam suatu organisasi atau biasa disebut dengan 12 Ensiklopedi Indonesia, Jilid 6, hlm. 3608. upacara suci. Religi dan upacara merupakan suatu unsur dalam kehidupan manusia di dunia. 13 Sedangkan kata upacara atau ritual berakar daru dua suku kata, yaitu upa dan cara. Upa artinya mendekat. Dan cara berakar dari urutan car yang memiliki arti harmonis, seimbang, selaras. Upacara artinya keseimbangan, keharmonisan dan keselarasan dalam hidup akan mendekatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa. 14 Dapat dikatakan, upacara adalah suatu permohonan dalam pemujaan berterima kasih atau pengabdian yang ditujukan kepada kekuasaan-kekuasaan leluhur yang menggenggam kehidupan manusia dalam tangannya. Dan fungsi dari upacara adalah sebagai alat komunikasi atau hubungan langsung dengan roh leluhur menurut keyakinan yang harus ditaati. Peranan upacara juga dapat dikatakan agar selalu mengingatkan manusia berkenaan dengan eksistensi, 15 dan hubungan dengan lingkungan mereka. Dengan adanya upacara, suatu masyarakat tidak hanya diingatkan tetapi juga dibiasakan untuk menggunakan symbol-simbol yang bersifat abstrak, 16 yang berada pada tingkat pemikiran untuk berbagai kegiatan sosial yang nyata yang ada dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini mungkin terjadi karena upacara-upacara itu selalu dilakukan secara rutin menurut skala waktu tertentu. Sehingga beda antara yang bersifat imajinatif, 17 dan yang nyata menjadi kabur, dan upacara-upacara itu sendiri serta simbol-simbol sucinya 13 Ali Lukman dan kawan-kawan, Kamus Besar bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Depdikbud, 1996, hlm. 25. 14 Ida Pandita Mpu Jaya Wijayananda, Makna FilosofisUpacara dan Upakara, Surabaya: Paramita, 2004, hlm. 46. 15 Eksistensi: keberadaan, adanya. Lihat Tim Media, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Media Centre, hlm. 197. 16 Abstrak: tidak berwujud, tidak berbentuk, tidak dapat dijangkau oleh panca indera. 17 Imajinatif: bersifat khayal; imajinasi:daya pikir untuk membayangkan atau menciptakan gambar- gambar, karangan dan lain-lain. bukanlah sesuatu yang asing atau jauh dari kenyataan. Tetapi sebaliknya, telah menjadi sebagian dari aspek kehidupan sehari-hari yang nyata. 18 Upacara merupakan suatu perwujudan dari atau agama yang memerlukan studi dan analisa yang khusus. Upacara agama, yang bersama-sama mempunyai fungsi sosial untuk mengintensifkan solidaritas masyarakat. Para pemeluk suatu agama memang menjalankan kewajiban mereka untuk melakukan upacara itu dengan sungguh-sungguh, tetapi tidak sedikit pula yang hanya melakukannya setengah-setengah saja. Motivasi mereka tidak hnya untuk berbakti kepada dewa atau Tuhannya, atau untuk mengalami kepuasan secara pribadi, tetapi juga karena mereka menganggap bahwa mwlakukan upacara adalah suatu kewajiban sosial. 19

3. Keramat