BAB IV PEMANDIAN PERAHU KERAMAT DALAM UPACARA PEH CHUN
A. Persiapan Menyambut Upacara dan Perlengkapan yang Digunakan dalam
Upacara serta Simbolisasinya
Upacara pemandian perahu keramat biasanya diadakan secara meriah. Untuk menyambut upacara itu, dibentuk kepanitian yang terdiri atas pengurus perahu keramat
dan perkumpulan Kelenteng Boen Tek Bio. Biasanya, sebelum upacara pemandian perahu dimulai, panitia penyelenggara mengadakan pertunjukan-pertunjukan atau atraksi-
atraksi untuk memeriahkan upacara memandikan perahu pemandian perahu keramat. Pertunjukan itu diadakan berbeda-beda setiap tahunnya. Seperti dua tahun yang lalu
2006, acara ini dimeriahkan dengan pertunjukan jalan di atas bara api yang sedang menyala, pertunjukan Liong danBarongsai,
51
pertunjukan mandi minyak yang masih mendidih panas. Tetapi pada tahun 2008 ini, upacara diadakan tidak terlalu meriah dari
pada tahun sebelumnya, karena keadaan dana yang terbatas, jadi hanya dimeriahkan dengan pertunjukan Gambang Kromong dan Barongsai.
52
Upacara ini tidak hanya diramaikan oleh komunitas Cina Benteng, tetapi juga diramaikan oleh masyarakat lokal. Bahkan, para turis yang datang dari Malaysia,
Singapura, dan Negara lainnya. Bagi para turis, upacara pemandian perahu keramat ini etrbilang unik, karena tradisi ini tidak diadakan di temapt lain. Pada saat memandikan
perahu keramat, panitia menyiapkan air yang diambil dari Sungai Cisadane, kembang
51
Liong dan Barongsai: Seni tari yang berasal dari Cina yang menampilkan tiruan binatang buas, diperankan oleh 2 orang atau lebih.
52
Wawancara dengan Bapak Willy, pada Tanggal 20 Juli 2008.
tujuh rupa, dan kain merah,
53
berbentuk segituga sebanyak 500 lembar kain. Air kembang bekas memandikan perahu banyak diperebutkan oleh masyarakat yang datang. Bagi
mereka yang percaya, jika air tersebut dicampur dengan air biasa dan digunakan untuk mandi atau membasuh muka, mereka akan diberi umur panjang, sembuh dari penyakit,
awet muda, dan enteng jodoh. Selain membawa air kembang, mereka juga menyimpan kain merah tadi untuk dijadikan jimat,
54
agar mereka diberi keselamatan dan rejeki yang berlimpah. Dan uniknya lagi, menurut mereka, jika mengambil air kembang tersebut
secara berebut dan saling dorong, maka khasiatnya akan lebih manjur. Sebelum upacara dimulai, panitia juga menyiapkan sesaji di depan Perahu
Keramat dan altar-altar para leluhur. Sesaji yang disediakan terdiri dari lima macam buah, yang disebut Ngo Koo Wu Guo.
55
Seperti pisang dan jeruk, merupakan jenis buah-buahan pokok yang digunakan dalam sembahyang, sedangkan tiga buah lainnya
boleh apa saja, kecuali jenis buah berduri, seperti durian, salak, karena buah berkulit tajam itu dipercaya dapat melukai.
Khonghucu mengajarkan bahwa bersembahyang secara sederhana lebih baik dari
pada terlalu mewah. Ajaran konfusianisme juga tidak mengharuskan untuk menyediakan sesaji yang sulit diperoleh. Selain bua-buahan, sesaji yang disediakan adalah masakan
matang seperti maaf, daging Babi, merupakan salah satu sesaji yang biasa disediakan oleh komunitas Cina Benteng. Selain itu, dalam upacara pemandian perahu keramat ini
wajib menyediakan Bacang dan Kue Cang. Bacang adalah makanan yang terbuat dari
53
Warna merah, dipercaya sebagai warna keberuntungan dan penolak bala bahaya dalam kepercayaan komunitas Cina.
54
Jimat , dari kata azimat, benda yang dianggap keramat dan mempunyai kekuatan magis.
55
Ngo Koo: lima jenis buah-buahan. Melambangkan lima hubungan, yakni hubungan raja dengan menteri, ayah dengan anak, suami dengan istri, kakak dengan adik, kawan dengan sahabat. Lima perkara
inilah jalan suci yang ditempuh di dunia Tiong YongXIX: 8.
beras ketan yang dibungkus daun bambu dan di dalamnya diisi daging cincang yang sudah diberi bumbu.
Pada awalnya, Bacang ini dibuat di dalam tempurung bambu, tetapi pada 338 tahun kemudian setelah peristiwa Khut Gwan menerjunkan diri ke Sungai Bik Loo Mi
Loo , ada seseorang yang bernama Au Hui, yang berasal dari Chang Sha bermimpi.
Dalam mimpinya itu, Au Hui bertemu dengan Khut Gwan dan mengatakan bahwa, makanan yang selama ini untuk Khut Gwan tidak dapat dinikmati atau tidak sampai ke
tujuan karena telah dimakan ikan-ikan dan naga-naga sungai. Khut Gwan meminta, agarberas yang dikirimkan harus dibungkus dahulu dengna daun-daun yang kasap
berduri, seperti daun bambu, dan mengikatnya dengan benang sutera merah, karena daun berduri dan benang sutera merah dapat menakut-nakuti naga dan ikan. Maka
lahirlah Kue Cang yang berbentuk segitiga itu.
56
Perbedaan antara bacang dengan kue cang, kalau bacang berisi daging Babi, sedangkan kue cang tidak ada isinya, kue cang biasanya dilengkapi dengna air gula, dan
kue cang lebih kecil dari pada bacang. Bacang dan kue cang ini dibuat sehari sebelum
upacara pemandian perahu keramat dimulai. Esok harinya setelah pemandian perahu keramat, yaitu pada perayaan Peh Chun, tepatnya pada tanggal 5 bulan V, bacang ini
dilempar ke sungai sebagai persembahan bagi Khut Gwan. Hal ini juga memiliki makna yang sama seperti memandikan perahu keramat, agar masyarakat selalu dalam keadaan
selamat, sehat dan dimudahkan dalam mencari rejeki.
56
Peradaban Tionghoa Selayang Pandang, hlm. 157.
B. Tata Cara