30
BAB III AWAL MANDAT INGGRIS KEBIJAKANNYA
A. Lahirnya Mandat Inggris
Di penghujung Perang Dunia Pertama, Divisi Ekpedisi Mesir yang dipimpin oleh Edmund Allenby, merebut Jerusalem dari pasukan Turki Usmani
pada tanggal 9 Desember 1917. Divisi Ekpedisi Mesir kemudian menduduki seluruh Syria menyusul kekalahan pasukan Turki dalam Pertempuran Megiddo
pada bulan September 1918
61
. Pasukan Inggris dan Perancis yang ketika itu telah menguasai seluruh
wilayah Turki Usmani di Timur Tengah, memutuskan untuk membuat pemerintahan militer sementara di wilayah yang mereka duduki. Pemerintahan
tersebut dinamai OETA Occupied Enemy Territory Administration
62
. Dalam hal ini, Palestina masuk kedalam wilayah OETA Selatan Southern OETA yang
mencakup Muttasharifate Jerusalem Kudüs- i Şerif Mutasarrıflığı dan kota-kota
di Sekitarnya seperti Nablus, Acre dan Hebron. Wilayah lainnya seperti Lebanon masuk ke dalam OETA Utara Northern OETA, sedangkan Syria Saudi Arabia
masuk ke dalam OETA Timur Eastern OETA
63
. Pada awalnya, Jendral Edmund Allenby sendiri yang mengambil tanggung
jawab langsung terhadap urusan administrasi dan politik di wilayah OETA Selatan, namun kemudian ia mengalihkannya kepada pejabat dari Mesir, yang
ketika itu masih merupakan koloni Inggris. Setelah berkonsultasi dengan pejabat
61
Howard Sachar . The emergence of middle east 1914-1924,Westminstter : The Penguin Press, 1969,h.122-138
62
John McTague,Jr. “Anglo-French Negotiation over the Boundaries of Palestine 1919- 20” Journal of Palestine Studies. Vol.11 no.2 Winter 1982,h.100-112
63
Matthew Hughes, Allenby British Strategy in the Middle East 1917-1919,London : Taylor Francis,1999, h.122-124
31
utusan Mesir tersebut, Edmund Allenby menunjuk kepala administrasi pusat untuk Palestina. Kemudian, Edmund Allenby juga membagi wilayah Palestina
menjadi 9 distrik : Jerusalem, Haifa, Hebron, Jenin, Nablus, Safed, Acre, Tiberias, Galilea, Tulkarem dan Beersheba. Setiap distrik diperintah oleh seorang Gubernur
Militer. Tujuan utama dari pembentukan pemerintahan militer ini adalah untuk memperbaiki kondisi sarana prasarana di lapangan yang rusak akibat Perang,
seperti kantor pos, rumah sakit, bank, dan lain lain. Setelah Edmund Allenby kembali ke Inggris, masih ada dua orang perwira tinggi yang memerintah OETA
Selatan, yaitu Mayor Jendral H.D. Watson Letnan Jendral Louis Bols
64
. Pada tanggal 24 April 1920, pihak sekutu sebagai pemenang Perang Dunia
Pertama mengadakan pertemuan di San Remo, Italia. Liga Bangsa-Bangsa memutuskan bahwa wilayah-wilayah pendudukan belum siap untuk diberi
kemerdekaan, maka harus diurus oleh administrasi sipil yang disebut „Mandat‟. Sesuai dengan yang telah disepakati sebelumnya dalam Perjanjian Sykes-Pycot
tahun 1916, Inggris mendapat mandat atas wilayah Palestina dan Transjordania
65
. Apa perbedaan sistem Mandat Liga Bangsa Bangsa yang dijalankan oleh
Inggris di Palestina dengan Koloni Inggris di Hongkong dan Singapura ?.Terbentuknya Sistem Mandat dilandasi oleh situasi international waktu itu,
dimana gagasan “Self-Determination” dari Presiden Amerika, Woodrow Wilson mengemuka. Hal itu disebabkan oleh hancurnya sejumlah imperium besar yang
mewakili system feudal. Golongan liberal dan humanis di Inggrislah yang berinisiatif memprakarsai terbentuknya sistem Mandat dengan tujuan sebagai
64
Robert H Eisenmann, Islamic Law in Palestine Israel : A History of the Survival of Tanzimat and Sharia in the British Mandate Jeiwsh State. Leiden : Ej Brill,1978, h.11-12
65
Article 22, The Covenant of the League of Nations and Mandate for Palestine, Encyclopedia Judaica, Vol. 11, hlm. 862, Keter Publishing House, Jerusalem, 1972
32
sarana transisi masyarakat dari statusnya sebagai penduduk koloni yang terbelakang secara politik dan dieksploitasi secara ekonomis, menjadi masyarakat
yang siap untuk hidup di zaman modern
66
. Pengertian tersebut, ditekankan pula oleh Duta Besar Palestina untuk
Republik Indonesia, Fariz al Mehdawi, yang menyatakan bahwa Mandat adalah sebuah Supervisi. Ibaratnya, seperti anak yang kehilangan orangtuanya dan diasuh
oleh orang lain sampai siap hidup mandiri. Negara pemegang Mandat, dalam hal ini Inggris bertanggung jawab pada Liga Bangsa-Bangsa untuk menyiapkan
Palestina agar siap diberi kemerdekaan
67
Roza el-Eini berargumen bahwa rasa superioritas bangsa Eropa juga menjadi faktor dominan dibalik alasan pembentukan sistem Mandat. Apabila dulu
British Empire berperan sebagai imperialis yang mencari kekayaan dan kejayaan dengan mengumpulkan sejumlah besar koloni di seberang lautan, sekarang
mereka mengulurkan tangannya, berkorban untuk “menolong” bangsa yang belum maju yang dalam hal ini adalah Pa
lestina. Rasa simpati ini disebut “White Man Burden” beban bangsa kulit putih
68
. Mandat Inggris di Palestina dipimpin oleh seorang Komisaris Besar
bernama Herbert Samuel yang pada masa kepemimpinannya, Samuel memberikan amnesti kepada Amin Al- Husayni
69
ya ng saat itu sedang mendekam di penjara”.
Setelah bebas, Al- Husayni dilantik oleh Herbert Samuel menjadi Mufti Agung
66
Susan Pedersen, “The Meaning of Mandat System : An Argumen”. Geschicte und Gesselschaft.32 Jahrige.H.4.Sozialpolitik Transnational Oct-Des 2006. h.560-582
67
Wawancara Pribadi dengan Duta Besar Palestina untuk Republik Indonesia, Fariz al Mehdawi, Jakarta 4 Juli 2014.
68
Roza El-Eini. Mandate Landscape : British Imperial Rule in Palestine 1929-1948. London New York : Routledge,2004,h.7
69
Amin al-Hussayni adalah loyalis Raja Faisal yang terusir dari Syria oleh Pemerintah Mandat Prancis. Ia adalah anggota salah satu klan Aristokrat yang cukup berpengaruh di Palestina,
ia juga dikenal sebagai paman dari Yasser Arafat. Namun, ia dipenjara karena terlibat dalam “Pemberontakan Nabi Musa” tahun 1920.
33
Palestina Mufti Filastin al-Akbar. Selain itu, Herbert Samuel mendirikan Dewan Tinggi Muslim Supreme Moslem Council yang bertugas mengatur dan menjaga
lembaga-lembaga dan komunitas Islam di Palestina. Dalam lembaga ini, Amin al- Husayni diangkat menjadi pimpinan pertamanya
70
. Langkah tersebut dilakukan oleh Samuel untuk mempersiapkan pemerintahan independen di Palestina.Namun
para elit Arab Palestina sendiri menolak segala usaha Samuel yang mencoba menggabungkan elit Yahudi dan elit Arab dalam satu wadah institusi
71
. Samuel tidak bisa menerima tuduhan elit Arab Palestina yang menganggap
bahwa Mandat Inggris hanya memprioritaskan rencana pemb angunan “Jewish
National Homeland”
72
. Asumsi ini muncul karena adanya konsesi jaringan listrik untuk seluruh Palestina yang diberikan kepada Pinhas Rutenberg, pengusaha
Yahudi yang juga seorang filantropis
73
.Samuel menyanggah tuduhan tersebut dengan mengklaim bahwa elektrifikasi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
di seluruh wilayah Palestina. Selain itu, Samuel menganggap akan jauh lebih baik apabila sarana perekonomian lebih banyak diberikan kepada bangsa Yahudi untuk
meredam keinginan dan nafsu politik mereka yang diduga kemungkinannya akan bisa menimbulkan konflik politik yang berkepanjangan dengan orang orang
Palestina. Samuel jelas bersikap kooperatif terhadap aspirasi masyarakat Arab
Palestina. Hal itu menyebabkan ia mendapat kecaman dari penduduk Yahudi. Walaupun Samuel telah menetapkan bahasa Ibrani menjadi salah satu dari 3
70
Martin Kolinsky. Law,Order Riots in Mandatory Palestine 1929-1935. London : St Martin‟s Pres,2010, h.86
71
Neil Caplan . Palestine Jewry and the Arab Question, 1917 – 1925, London : NJ F.
Cass, 1978.,h. 148 –161.
72
Sahar Huneidi, A Broken Trust: Herbert Samuel, Zionism and the Palestinians 1920 –
1925, London and New York, : I.B. Tauris,2001,h. 38.
73
Letter From Pinhas Rutenberg to Colonel Herbert Lehmen
34
bahasa resmi Palestina kedua lainnya adalah Arab dan Inggris
74
, namun penduduk Yahudi tetap saja mengecamnya karena ia menunjuk Amin al-Husayni
yang tidak populer di kalangan masyarakat Yahudi. Pada tahun 1922, Pemerintahan Mandat Inggris juga mendirikan Dewan
Legislatif untuk Palestina yang beranggotakan 23 orang. Masyarakat Arab Palestina memprotes pembagian kursi dewan tersebut karena mereka nilai tidak
adil. Mereka mengklaim bangsa Arab merupakan 88 penduduk Palestina, sedangkan kursi yang mereka dapat hanya 43, sehingga orang Arab memboikot
pemilihan anggota Dewan.
75
. Pada
tanggal, 22
Agustus 1922,
Musa Kazim
al-Hussayni
76
mengumpulkan para elit Palestina di kota Nabl us untuk mengadakan „Kongres
Arab Palestina‟. Kongres ini menghasilkan beberapa keputusan seperti : memboikot pemilihan umum, menyatakan sikap menolak pembentukan „Jewish
National Homeland‟, dan memboikot Perusahaan Listrik milik Pinhas Rutenberg
77
. Untuk masalah administrasi wilayah, Mandat Inggris tetap menggunakan
sistem distrik seperti yang digunakan pada masa OETA, Sistim ini dipakai juga untuk menyelesaikan masalah peradilan dan keagamaan. Pemerintah Mandat
Inggris tetap mempertahankan sistem Millet, yaitu urusan agama setiap kelompok keagamaan diurus oleh pemuka agamanya masing masing dan bahkan peradilan
74
Norman Bentwich. “The Legal System of Palestine under British Mandate”.Middle East Journal,Vol.2 no.1 Jan 1948, h.33-46
75
Martin Kolinsky. Law,Order Riots in Mandatory Palestine 1929-1935. London : St Martin‟s Pres,2010,h.2
76
Beliau adalah Kerabat Amin al Hussayni sekaligus mantan walikota Jerussalem
77
Abdul Wahhab Said Kayyalli .Palestine. A Modern History. London : Croom Helm,1981. h.60-63
35
agama yang dibuat oleh Turki Usmani pada masa Tanzimat tidak dihapus
78
. Hal ini karena karena Pemerintah Inggris ingin mempertahankan Perjanjian Berlin 13
Juli 1878 yang dibuat atas inisiatif Otto von Bismarck guna memberikan kepastian dan menjamin adanya kebebasan beragama di seluruh wilayah Turki
Usmani
79
. Masih di tahun 1922, wilayah Mandat Inggris di sebelah timur, yaitu
Transjordania mendapat serangan dari Suku Ikhwan, yaitu kelompok suku nomaden yang berasal dari Gurun Najd dan memiliki afliliasi dengan Keluarga
Saud. Tujuan utama penyerangan suku Ikhwan ke Transjordania adalah untuk menyebarkan paham Wahabbi yang mereka anut. Suku Ikhwan bertindak keras
dengan menghancurkan jaringan tiang telepon di sepanjang jalan, karena mereka menganggap benda itu adalah hasil karya setan. Tentara Inggris memutuskan
bekerjasama dengan Abdullah bin Hussein, Putra Sharif Hussein di Mekkah yang pernah membantu Inggris melawan Turki Usmani. Akhirnya, kerjasama kedua
pihak ini berhasil mengusir suku Ikhwan keluar dari Transjordania
80
Sebagai imbalan, Pemerintah Mandat Inggris menyerahkan sebagian dari wilayahnya yang dinilai kurang menguntungkan karena banyak dihuni oleh suku
suku Bedouwin nomaden
81
, yaitu wilayah Transjordania kepada Abdullah melalui kebijakan “British White Paper 1922”. Kebijakan Inggris ini sangat menyakitkan
hati para elit Yahudi dan menganggapnya sebagai pengkhianatan serta
78
Robert H Eisenmann, Islamic Law in Palestine Israel : A History of the Survival of Tanzimat and Sharia in the British Mandate Jeiwsh State. Leiden : Ej Brill,1978, h.13
79
Text Perjanjian Berlin, http:www.fordham.eduhalsallmod1878berlin.html
, diakses pada 13 Mei 2014
80
Darik Ibrahim Erwan, To What Extent of Did the Alliance of Ibnu Saud the Ikhwan during the 1920‟s Lead to the Achievment of their goals ? Massachusets : Concorde
Review.inc,1989, h.112
81
H.R.H. Prince Ghazi bin Muhammad. The Tribes of Jordan at The Beginning of 20
th
Century. Amman : Ruttab, 1999, h.9
36
pelanggaran terhadap Do kumen “British Mandate for Palestine” Artikel 15 yang
menyatakan bahwa “tidak ada wilayah Palestina yang boleh diserahkan atau
disewakan, atau dengan cara apapun, ditempatkan di bawah kontrol pemerintahan
atau kekuasaan asing”
82
. Alasan pihak Zionis Yahudi menentang pemisahan Transjordania dari
Mandat Inggris di Palestina, juga didasari oleh firman Tuhan yang tertulis dalam Kitab Taurat. Dalam Joshua 13:24-31, Wilayah Transjordania adalah daerah
yang pertama-tama didiami oleh orang Yahudi sebagai bagian dari penaklukkan Palestina sesudah peristiwa „Exodus dari Mesir‟. Dengan kata lain, kebijakan
Pemerintah Mandat Inggris tersebut bertentangan dengan kehendak kelompok Zionis yang menganggap Transjordania juga merupakan bagian dari „Tanah yang
dijanjikan‟
83
. Dalam “British White Paper 1922”, Inggris juga menyatakan tidak
mendukung berdirinya sebuah negara-bangsa Yahudi yang terpisah dari wilayah Arab lainnya. Definisi Inggris mengenai Jewish National Homeland adalah
pembentukan komunitas Yahudi yang mandiri di wilayah Palestina
84
. Selain itu, dalam salah satu alenianya, White Paper ini juga menyangkal tuduhan bangsa
Arab Palestina mengenai proyek pembentukan sebuah negara Palestina Yahudi dan menyatakan bahwa pemerintah Inggris tidak berkeinginan untuk melihat
Palestina sebagai “boneka Yahudi Inggris”
85
82
British Mandate for Palestine, Source : The American Journal of International Law, Vol.17 no.3 , Suplement : Official Document July 1923, h.164-171
83
The Black Paper on The Jewish Agency and The Zionist Terrorist. Arab Higher Committee Archive, 12 Maret 1948, h.5
84
Martin Kolinsky. Law,Order Riots in Mandatory Palestine 1929-1935. London : St Martin‟s Pres,2010, h. 11
85
British White Paper 1922, dari http:www.yale.edulawweb mideastbrwh1922.htm
, diakses pada 13 Mei 2014
37
Keberadaan Mandat Inggris di wilayah Palestina sebenarnya membantu Palestina menjadi daerah otonom dengan pergerakan roda ekonomi yang jauh
lebih baik dibandingkan negara Arab lainnya. Namun, timbul resistensi dari penduduk Arab Palestina sendiri yang bersikap tidak kooperatif, sehingga
eksistensi pemerintahan administrasi sipil ini tidak dapat berfungsi maksimal dan jauh dari yang diharapkan ketika Liga Bangsa-Bangsa menugaskan Inggris
86
B. Kebijakan mengenai imigrasi Yahudi Aliyah