69
pembentukan identitas kebangsaan. Pemberontakan Arab 1936-1939 mengalami kegagalan karena kurangnya disiplin diantara para petani dan kurang terorganisir
secara politis. Semangat bertarung dalam diri bangsa Arab yang mengalir dalam darah mereka selama berabad-abad menjadi boomerang bagi diri mereka
sendiri
185
. Seperti halnya kerusuhan tahun 1929, pemberontakan tahun 1936-1939
menghasilkan dampak yang sangat krusial bagi masyarakat Arab Palestina secara keseluruhan. Pemberontakan ini menghabiskan semua energi dan sumber daya
yang sangat dibutuhkan, karena bertempur melawan musuh yang masih kuat
186
. Pihak Zionis mendapat keuntungan karena mempertahankan sikap kooperatif
dengan Pemerintah Inggris dan akhirnya mereka dapat mengambil peluang dari momen melemahnya Inggris pada tahun 1947-1948. Sementara rakyat Arab
Palestina yang masih belum pulih akibat kekalahan dalam pemberontakan ini, kehilangan
momentum yang
berharga
187
. Dapat
disimpulkan bahwa
Pemberontakan Arab Palestina tahun 1936-1939 adalah tindakan yang terburu- buru, sia-sia dan berakhir anti-klimaks.
C. Kolaborasi dengan Nazi Jerman
Kolaborasi antara oknum pemimpin Palestina dengan Nazi Jerman dilakukan pada masa akhir Pemberontakan Arab. Ketika Amin al-Hussayni
melarikan diri ke Lebanon, ia bertemu dengan Wilhelm Canaris, Kepala Dinas
185
Tom Bowden. “Politics of Arab Rebellion in Palestine 1936-1939”. Middle Eastern Studies.vo.11 no.2 may 1975 h.147-174
186
W.F. Abboushi. “The Road to Rebellion Arab Palestine in the 1930‟s”. Journal of Palestine Studies. Vol.6 no.3 Spring 1977,h.23-46
187
Rashid Khalidi. Iron Cage : Palestinian Struggle for Statehood. Oxford : One World Publication,2007, h.123
70
Intelijen Jerman atau yang disebut Abwehr. Pihak Jerman setuju untuk menyelundupkan sejumlah senjata ke Palestina lewat Arab Saudi, sayangnya
rencana tersebut dibatalkan karena sudah tercium lebih dulu oleh pihak Inggris
188
. Amin al-Husseini pun datang ke Jerman. Ia dipuja di depan publik dalam
satu resepsi penghormatan untuknya yang diberikan oleh Institut Islam Nazi Islamische Zentralinstitut. Ia juga menerima uang saku secara rutin yang
jumlahnya setara dengan 10.000 Dolar, serta fasilitas menginap di sebuah hotel mewah di kota Berlin
189
. Pada 25 November 1941, Amin al-Hussayni bertemu dengan Hitler dalam
sebuah rapat. Hitler menjanjikan akan menjadikan Amin al-Hussayni sebagai Fuhrer atas seluruh dunia Arab
190
, segera setelah Nazi menyeberangi Pegunungan Kaukasus dan melebarkan wilayah ke Timur Tengah. Hitler juga mendukung
kedaulatan negara-negara Arab. Bagi Hitler, tujuan utamanya adalah memusnahkan orang Yahudi. Di mata Hitler sendiri, ideologi Islam dengan
konsepsi mengenai Jihad Islamiyah dianggap sebagai Ideologi Komplementer Nazisme yang bisa digunakan untuk membebaskan dunia dari cengkraman
Yahudi.
191
Setelah rapat dengan Hitler, Al-Hussayni diajak ikut rapat dengan kepala SS Heinrich Himmler. Himmler menugaskan al-Husseini merekrut orang-orang
Arab ke dalam unit-unit militer yang bertugas di Balkan, Rusia, Afrika Utara, dan
188
Francis Nikosia. “Arab Nationalism National-Socialist Germany 1933-1939 : Ideological Strategic Incompability”. International Journal of Middle East. Vol.12 no.3 Nov
1980 h.351-372
189
David Dalin dan John Rothman. Icon of Evil: Hitlers Mufti and the Rise of Radical Islam,
New Jersey : Transaction Publishers,2009, h.47
190
Chuck Morse. Nazi Connections to Islamic Terorism : Adolf Hitler Hajj Amin al- Hussayni, New York : iUniverse,2003, h.55
191
David Patterson. A Genealogy of Evil: Anti-Semitism from Nazism to Islamic Jihad. Cambridge : Cambridge University Press,2010, h. 97
–98
71
Timur Tengah. Himmler yakin, rencana itu akan membuat SS semakin kuat. Amin al-Hussayni merealisasikan keinginan Himmler tersebut pada tahun 1942,
dengan dibentuknya Arabisches Freiheitkorps yang beranggotakan para pemuda Arab Palestina untuk bergabung dengan pasukan Jerman. Divisi Arab ini bertugas
memburu pasukan payung pihak sekutu dan juga akan dikirim untuk bertempur di front Russia
192
. Nama Amin al-Hussayni kemudian dikaitkan dengan program genosida
terhadap etnis Yahudi. Pada tanggal 17 July 1942, Amin al-Hussayni bersama dengan beberapa orang staf yang mewakili Perdana Menteri Irak yang pro-Nazi,
Rashid al-Gailani, mengunjungi Kamp Konsentrasi Sachsenhausen dan Oranienburg. Amin al-Hussayni mengungkapkan kepuasaannya terhadap
banyaknya jumlah orang Yahudi yang menjadi budak pekerja Slave Labour disana. Pada tanggal 25 Juli 1944, Amin al-Hussayni mengetahui detail rencana
genosida tersebut, ia mendukung agar orang orang Yahudi di Hungaria dan Rumania dicegah melarikan diri ke Palestina dan lebih baik dikirim ke Kamp
Konsentrasi di Auschwitz
193
Amin al-Hussayni memanfaatkan kerjasamanya dengan militer Jerman untuk menghancurkan kekuatan Inggris dan Zionis di Palestina. Dinas Intelijen
Jerman Abwehr membuat rencana bersama Amin al-Hussayni yang disebut “Operation Atlas”. Operasi ini bertujuan untuk melakukan sabotase terhadap
fasilitas Inggris dan Yahudi di Palestina, serta meracuni sumber air di Tel Aviv.
192
Rafael Medoff. The Muftis Nazi Years Re-examined. The Journal of Israeli History vol.17 no.3 Summer 1996,h. 317
–333.
193
Achcar, Gilbert, Blame the Grand Mufti. Le Monde diplomatique Online, diakses pada tanggal 15 mei 2014.
72
Pada tanggal 6 Oktober 1944, Hassan Salameh
194
anggota Hizb al-Istiqlal al- Arabi dan Jihad al-Muqaddas
195
terjun bersama 5 orang anggota Pasukan Payung Jerman dari Pesawat Heinkel HeS 3. Mereka mendarat di Wadi Qelt, Jerikho.
Hassan Salameh terluka ketika mendarat, sementara tentara Jerman yang lain berhasil ditangkap. Setelah digeledah, ditemukan beberapa kapsul racun, senapan
mesin, granat dan dinamit
196
. Pada Mei 1945, Nazi Jerman kalah perang. Amin al-Husseini mencari
perlindungan ke Swiss namun ditolak. Ia kemudian ditangkap oleh pasukan Prancis dan ditahan di Constanz sebelum akhirnya dibawa ke Paris untuk
ditempatkan dalam tahanan rumah. Pemerintah Inggris meminta Prancis untuk mengekstradisi Amin al-Hussayni agar bisa diadili di Mahkamah Militer
Nuremberg. Namun, Pemerintah Prancis menolak permintaan Inggris karena Amin al-Hussayni dianggap sebagai tokoh yang disegani dan sanggup
mendinginkan emosi umat Islam di Syria. Pihak Prancis akhirnya mengizinkan Amin al-Hussayni terbang ke Mesir
197
. Walaupun Amin al-Hussayni sudah tak lagi memiliki wewenang politis di
Palestina sejak gagalnya pemberontakan 1936-1939, rakyat Palestina tetap menganggapnya sebagai figur pemimpin. Kolaborasi dengan Nazi Jerman
194
Hassan Salameh adalah ayah dari Ali Hassan Salameh yang terlibat dalam peristiwa Black September in Munich Summer Olympics
195
Jihad al-Muqaddas adalah sebuah gerakan yang berkarakteristik Islami dan nasional, dengan perlindungan dari al-Hajj Amin. Organisasi ini berpusat di kota Jerussalem dengan
kepemimpinan Abdul Qadir al-Husaini dengan jumlah anggotanya hingga tahun 1935 sekitar 400 orang
196
Daphna Sharfmann. Palestine in the Second World War: Strategic Plans and Political Dilemmas. Sussex : Sussex Academic Press, 2014, h.86
197
Richard Breitman. Hitler‟s Shadow : Nazi War Criminals, US Intelligence the
Cold War. Washington : National Archive Press,2010, h.20
73
merupakan pengkhianatan kedua sejak ia menerima subsidi dari Fasis Italia
198
. Keterlibatan pemuda-pemuda Arab dalam Arabische Freiheitkorps dan ikut
sertanya Hassan Salameh selaku anggota Jihad al-Muqaddas dalam „Operation
Atlas‟, juga merupakan pengkhianatan terhadap kemurahan hati yang diberikan Pemerintah Mandat Inggris lewat White Paper 1939. Tindakan Amin al-hussayni
ini jelas merupakan penikaman dari belakang ketika Inggris sedang berperang melawan Nazi Jerman.
Sejak awal, Amin Al-Hussayni memang tak menyetujui White Paper 1939, dan tetap pada tuntutan semula, yaitu kemerdekaan penuh bagi rakyat
Palestina. Sikapnya yang tidak kompromistis dan enggan untuk mempercayai Pemerintah Mandat Inggris membuat Inggris mulai meninjau ulang mengenai
keuntungan merangkul rakyat Arab Palestina.
199
. Bagi pihak Zionis, keterlibatan Amin al-Hussayni dalam mendukung
kegiatan Nazi mengirim orang-orang Yahudi ke camp konsentrasi dan juga perannya sebagai aktor intelektual da
lam „Operation Atlas,‟ adalah kejahatan besar. Pada tahun 1948, Israel melakukan pengusiran terhadap rakyat Palestina
dari rumah-rumahnya. Salah satu alasannya adalah mengkaitkan keterlibatan Palestina dengan Nazi Jerman. Hal tersebut dianggap melegalkan pembalasan atas
perbuatan Nazi namun diarahkan pada “Kolaboratornya” yaitu Palestina
200
.
198
Nir Arielli. “Italian Involvement in the Arab Revolt in Palestine : 1936-1939”. British Journal of Middle Eastern Studies. Vol.35 no.2, h.187-204
199
Zvi Elpeleg. The Grand Mufti Hajj Amin al-Hussayni : Founder of Palestinian National Movement. London : Routledge,2003, h.54
200
Mustafa Kabbha . “The Palestinian National Movement its Attitude toward the
Fascist Nazi Movements 1925- 1945”. Gessischte und Gesselschaft. Vol.37 spring 2011,
h.37 –450
74
BAB V AKHIR MANDAT INGGRIS TATANAN DUNIA BARU
A. Pembagian Palestina dan Berdirinya Negara Israel