30
Bahan pencemar yang biasa masuk kedalam suatu badan perairan pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pencemar yang sulit terurai
dan bahan pencemar yang mudah terurai. Contoh bahan pencemar yang sulit terurai berupa persenyawaan logam berat, sianida, DDT atau bahan organik sintetis. Contoh
bahan pencemar yang mudah terurai berupa limbah rumah tangga, bakteri, limbah panas atau limbah organik. Kedua jenis bahan pencemar tersebut umumnya
disebabkan oleh kegiatan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab kedua adalah keadaan alam seperti : banjir atau gunung meletus.
Jika lokasi budidaya mengandung bahan pencemar maka akan berpengaruh terhadap kehidupan ikan yang dipelihara didalam wadah budidaya ikan tersebut.
e. Kualitas air keramba jaring apung.
Dalam budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan sebagai setiap perubahan variabel yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup dan
produktivitas ikan yang dibudidayakan. Jadi perairan yang dipilih harus berkualitas air yang memenuhi persyaratan bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan yang akan
dibudidayakan.Kualitas air meliputi sifat fisika, kimia dan biologi. Secara detail tentang kualitas air ini akan dibahas pada posting labih lanjut.
f. lokasi keramba jaring apung bukan daerah up-welling
Lokasi ini terhindar dari proses perputaran air dasar kepermukaan up- welling. Pada daerah yang sering terjadi up-welling sangat membahayakan
kehidupan organisme yang dipelihara, dimana air bawah dengan kandungan oksigen yang sangat rendah serta gas-gas beracun akan kepermukaan yang dapat
Universitas Sumatera Utara
31
menimbulkan kematian secara massal. Lokasi seperti ini sebaiknya dihindari. kecuali sistem keramba dipasok oksigennya dengan suatu mekanisme tertentu.
Setelah mendapatkan lokasi yang memenuhi persyaratan teknis maupun sosial ekonomis maka harus dilakukan perencanaan selanjutnya. Perencanaan disesuaikan
dengan data yang diperoleh pada waktu melakukan survey lokasi. Perencanaan tersebut dapat dibuat dengan membuat gambar dari konstruksi wadah budidaya yang
akan dibuat.
2.4 Pengertian Hotel dan Ruang Lingkup Hotel 2.4.1 Pengertian Hotel
Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada
orang-orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian
khusus. Sedangkan pengertian yang dimuat oleh Grolier Electronic Publishing Inc.1995 yang menyebutkan bahwa : Hotel adalah usaha komersial yang
menyediakan tempat menginap, makanan, dan pelayanan-pelayanan lain untuk umum. Selanjutnya dijelaskan oleh United State Lodging Industri bahwa, yang utama
hotel terbagi menjadi 3 tiga jenis, yaitu : 1. Transient Hotel, adalah hotel yang letak lokasinya ditengah kota dengan
jenis tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk urusan bisnis dan turis.
Universitas Sumatera Utara
32
2. Residential Hotel, adalah hotel yang pada dasarnya merupakan rumah- rumah berbentuk apartemen dengan kamar-kamarnya dan disewakan secara
bulanan atau tahunan. Residential Hotel juga menyediakan kemudahan- kemudahan, seperti : layaknya hotel, seperti : restoran, pelayanan makanan
yang diantar ke kamar, dan pelayanan kebersihan kamar. 3. Resort Hotel, adalah hotel yang pada umumnya berlokasi dan juga ruang
serta fasilitas konfrensi untuk tamu-tamunya.
2.4.2 Pengertian Hotel di Indonesia
Dengan mengacu pada pengertian-pengertian tersebut di atas, dan untuk penggolongan hotel di Indonesia, pemerintah menurunkan peraturan yang dituangkan
dalam surat keputusan Menparpostel, bahwa hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa
pelayanan, penginapan, makan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, hotel seharusnya adalah : 1. Suatu jenis akomodasi
2. Menggunakan sebagian atau seluruh bangunan yang ada. 3. Menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang
lainnya 4. Disediakan bagi umum
5. Dikelolah secara komersial, yang dimaksud dengan dikelola secara komersial adalah : dikelolah dengan memperhitungkan untung atau
Universitas Sumatera Utara
33
ruginya, serta yang utama adalah bertujuan untuk mendapatkan keuntungan berupa uang sebagai tolak ukurnya.
2.4.3 Dampak wisata terhadap lingkungan.
Para perencana pembangunan sering mengemukakan argumentasi bahwa untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat sekitar hutan, dimana sebagian
besara adalah kawasan lindung atau kawasan dengan tingkat keanekaragaman tinggi, pembangunan menjadi mutlak dan harus dilakukan. Sebaliknya, para pemerhati
lingkungan,konservasionis,dan pihak-pihak pelestari lingkungan hidup melihat bahwa pembangunan yang akan dilakukan merupakan ancaman nyata terhadap
keanekaragaman hayati yang ada di dalam atau disekitar kawasan yang akan dikembangkan. Hal itu layak dijadikan kekhawatiran,karena banyaknya contoh
menunjukkan bahwa pembangunan sering menyebabkan hilangnya bentuk-bentuk keanekaragaman hayati disekitarnya.
Dampak wisata terhadap lingkungan yang dapat diamati dan dirasakan yakni masalah limbah. Limbah yang dihasilkan pengunjung menjadi masalah lingkungan
yang dapat mempengaruhi kualitas daerah tujuan wisata. Hal itu mudah terjadi, dimana ukuran daerah tujuan wisata mempunyai ukuran yang kecil, seperti Taman
Nasional Manuel Antonio di Costa Rika dengan kepadatan pengunjung yang tinggi. Dampak nyata dan beban lingkungan yang harus ditanggung TN. Manuel Antonio,
yakni kawasannya menjadi kotor oleh aktivitas wisatawan.
Universitas Sumatera Utara
34
Limbah cair biasanya datang dari hotel, guethouse , restaurant, dan lodge- lodge yang tersebar pada destinasi wisata. Tidak dapat dihindari bahwa tempat-
tempat tersebut merupakan bagian dari akomodasiekoturisme. Namun perhatian dan penanganan limbah cair yang dihasilkannua sering kali sangat kurang. Untuk
mengatasi polusi air yang terjadi, dua strategi yang umumnya ditempuh yaitu mereduksi sumber-sumber pencemaran dan melakukan perlakuan terhadap limbah
cair agar tidak membahayakan lingkungan. Limbah cair merupakan ancaman nyata bagi manusia dan biota-biota lainnya. Berbeda dengan Limbah serupa botol
plastic,gelas, dan botol aluminium yang bersifat visible, limbah cair biasanya bersifat invisible, tidak dapat terlihat dan larut dalam air. Perpindahan komponen beracun
limbah kedalam tubuh manusia dan makhluk hidup liannya, dapat terjadi karena air yang diminum oleh manusai dan hewan, serta diserap oleh akar tumbuhan. Selain itu,
patogen-patogen yang meracuni air sering menyebabkan masalah kesehatan manusia. Penyelenggaran wisata yang tidak mengindahkan daya dukung lingkungan,
juga menjadi faktor penyebab rusaknya terumbu karang dibanyak kawasan. Selain tidak adanya manajemen yang jelas. Lemahnya pengawasan hokum terhadap perilaku
wisatawan merupakan faktor penyebab degradasi kawasan pesisir. Wisatawan seringkali memasuki dan berjalan jalan di kawasan kerumbu karang saat air laut
surut. Dampak yakni terjadinya kerusakan ekosistem terumbu karang dalam waktu yang cepat.
Universitas Sumatera Utara
35
Dampak lingkungan dan ekologis yang saat ini terindefikasi di kepulauan pasifik karena aktivitas wisata yakni :
1. Degradasi dan populasi lingkungan. Degradasi lahan biasanya berkaitan dengan pembukaan lahan sebagai padang golf sedangkan polpulasi tanah
karena penumpukan sampah. 2. Kerusakan Habitat. Sebab-sebab yang mendasari kerusakan habitat karena
aktivitas wisata, yakni lemahnya manajemen wisata, interaksi manusia dan alam yang tidak teregulasidiatur, ekploitasi sumber daya alam secara
berlebihan, dan sebagainya. 3. Hilangnya sumber daya pesisir dan laut. Habitat yang sering terkonvenrsi
adalah lahan basah pesisir, mangrove, hutan pantai , dan sebagainya, karena pembangunan sarana dan prasarana wisata. Selain itu, aktivitas
wisatawan juga sangat mempengaruhi penurunan biota yang ada. 4. Polusi pesisir. Polusi pesisir dapat terjadi karena system pembuangan
limbah cair dan padat yang tidak berjalan dengan baik, serta penumpukan sampah dan bahan-bahan yang tidak terdegradasi.
5. Pengalihan tata guna air pemukiman dan air tanah . Pengalihan ini dapat terjadi karena pembelokan aliran air dan untuk kepentingan masyarakat
local menuju pemenuhan sumber daya air, seperti hotel, restoran, dan kepentingan wisata lainnya.
Universitas Sumatera Utara
36
2.5 Pendapatan
Pendapatan adalah penambahan jumlah aktiva sebagai hasil operasi perusahaan secara bruto, pendapatan diperoleh karena adanya penyerahanpenjualan
barangjasa atau aktiva lainnya dalam satu periode. Pendapatan dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu sebagai berikut :
1
Pendapatan Operasional Pendapatan operasional adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam
rangka kegiatan utama, misalnya pendapatan servis bagi perusahaan jasa dan penjualan bagi perusahaan dagang
2
Pendapatan Nonoperasional Pendapatan nonoperasional adalah pendapatan yang diperoleh di luar usaha
pokok, yang sifatnya tidak tetap, misalnya pendapatan bunga bagi perusahaan nonbank dan pendapatan komisi bagi perusahaan dagang.
2.6PenelitianTerdahulu
Nico 2010 melakukan penelitian dengan judul: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Degradasi Lingkungan Melalui Degradasi Hutan di Sumatera Utara.
Metode yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah metode analisis data panel yang dipadukan dengan analisis jalur Path Analysis. Ruang lingkup penelitian ini
membahas tentang degradasi lingkungan di Sumatera Utara, yang diukur melalui degradasi hutan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Di mana difokuskan
Universitas Sumatera Utara
37
pada 18 Kabupaten di Sumatera Utara, dalam kurun waktu 2001-2008 8 tahun. Hasil penelitian ini adalah jumlah penduduk, jumlah industri dan luas lahan
perkebunan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Besarnya pengaruh langsung direct effect variabel jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan
pertanian, dan luas lahan perkebunan terhadap pertumbuhan ekonomi 18 kabupaten di Sumatera Utara sebesar 61.52 . Besarnya pengaruh langsung direct effect variabel
jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, luas lahan perkebunan, dan pertumbuhan ekonomi terhadap degradasi 18 kabupaten di Sumatera Utara sebesar
16.64 . Besarnya pengaruh tidak langsung indirect effect variabel jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan terhadap
degradasi hutan 18 kabupaten di Sumatera Utara melalui pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 18.95 .
Rita 2010 melakukan penelitian dengan judul: Kualitas Air Dan Keluhan Kesehatan Pemakai Air Danau Toba Di Sekitar Keramba Jaring Apung di Desa
Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2010. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif, dilakukan untuk
mengetahui kualitas air dan keluhan kesehatan pemakai air Danau Toba di sekitar keramba jaring apung di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten
Samosir. Metode pengumpulan data dengan menggunakan metode primer dan sekunder. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap 6 sampel bahwa kualitas fisik air
Danau Toba disekitar keramba jaring apung masih memenuhi syarat yang
Universitas Sumatera Utara
38
diperbolehkan. Namun kualitas kimia air Danau Toba disekitar keramba jaring apung tidak memenuhi syarat yang diperbolehkan karna memiliki coliform yang jauh diatas
syarat yang diperbolehkan. Jumlah responden yang mengalami keluhan kesehatan sebanyak 67 orang 83,8. Keluhan kesehatan yang dirasakan responden adalah
gatal dan merah-merah pada kulit dan mata merah dan gatal. Sundawatil dan Sanudin 2009 melakukan penelitian dengan judul: “Analisis
Pemangku Kepentingan dalam Upaya Pemulihan Ekosistem Daerah Tangkapan Air Danau Toba Stakeholder Analysis on Ecosystem Restoration of Lake Toba
Catchment Area”. Penelitian dilakukan di 3 kabupaten yang menjadi lokasi kegiatan proyek ITTO, yaitu Kabupaten Samosir, Kabupaten Simalungun, dan Kabupaten
Karo. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metodesnowballing. Data dan informasi dikumpulkan dengan metode wawancara yang kemudian dianalisis secara
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemangku kepentingan dalam pengelolaan dan pemulihan ekosistem kawasan DTA Danau Toba dapat digolongkan
sebagai pemangku kepentingan kunci, utama, dan pendukung. Pemangku kepentingan kunci merupakan lembaga pemerintah kabupaten yang tupoksinya
berkaitan langsung dengan pemulihan ekosistem DTA Toba sepertiDinas Kehutanan dan Badan Lingkungan Hidup yang memiliki peranan yang paling tinggi dalam upaya
pemulihan ekosistem DTA Toba. Hal tersebut terkait dengan system pemerintahan otonomi daerah Pemda memiliki kewenangan yang cukup besar dalam menentukan
berbagai kebijakan di wilayahnya. Meski tidak terjadi konflik kepentingan antar
Universitas Sumatera Utara
39
pemangku kepentingan yang mengemuka, namun terdapatpotensi konflik di antara beberapa pemangku kepentingan. Selain itu ditemukan pula potensi kolaborasi antara
beberapa pemangku kepentingan.
2.7. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.7.1. Kerangka Konseptual