PENGARUH PEMAHAMAN KONSEP POITIK TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI POLITIK DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA MASYARAKAT DESA MATARAM BARU KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(1)

(2)

PENGARUH PEMAHAMAN KONSEP POLITIK TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI POLITIK DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA

MASYARAKAT DESA MATARAM BARU KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(Skripsi)

Oleh: ARI RAHAYU

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(3)

(4)

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ari Rahayu, dilahirkan di Waringin Jaya pada 17 Februari 1992 yang merupakan putri pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Saniman dan Ibu Winarsih.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis antara lain : 1. TK PGRI Bandar Sribhawono pada tahun 1997-1998

2. SDN 3 Bandar Sribhawono pada tahun 1998-2004

3. SMP BUANA Bandar Sribhawono pada tahun 2004-2007 4. SMAN 1 Bandar Sribhawono pada tahun 2007-2010

Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur (SNMPTN) Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.


(6)

MOTO

“ Menjadi pribadi yang selalu tersenyum, selalu semangat, dan jangan pernah putus asa”.

(Ari Rahayu)

Jangan pernah ada kata putus asa dalam hidup, terus berjuang dan jangan menyerah, karena ketika kita berjuang maka disitulah kita bisa mengerti akan

makna hidup kita. (Akmal Hakim)


(7)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Tidak lupa shalawat dan

salam kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW atas petunjuk jalan kebenaran bagi umat manusia dimuka bumi ini.

Dengan kerendahan hati, ku persembahkan skripsi ini kepada: Kedua orang tuaku, ibu dan bapak tercinta yang selalu menjadi semangat dalam hidupku, yang telah membesarkanku dengan penuh

kasih sayang dan selalu memberikan doa restu, yang senantiasa menyayangiku, memberikan dukungan, dan mendoakan keberhasilanku.

Suamiku dan adikku tersayang yang dengan kasih sayangnya telah mendukung dan mendoakan keberhasilanku.

Teman-teman PPKn 2010 yang selalu memberikan semangat dan mendoakan keberhasilanku.


(8)

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemahaman Konsep Politik terhadap Tingkat Partisipasi Politik dalam Kehidupan Bernegara Masyarakat Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar maupun dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari bapak Dr. Irawan Suntoro, M.S., selaku Pembimbing I, terimakasih atas motivasi dan bimbingannya dalam membantu penyusunan skripsi. Dan bapak M. Mona Adha, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II sekaligus Pembimbing Akademik penulis terimakasih atas kesediaanya untuk membimbing dalam menyusun skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:


(9)

2. Bapak Dr. Thoha B.S Jaya, M.Si., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Hi. Iskandarsyah, M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas lampung.

6. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd., selaku Ketua Program studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus pembahas II.

7. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku pembahas I.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

9. Bapak dan Ibu staf tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.

10. Bapak Sudarmin, selaku kepala desa dan jajarannya yang telah memberikan izin penelitian dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.

11. Seluruh Masyarakat yang ada di Dusun X Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian. 12. Teristimewa untuk kedua orangtuaku tersayang, Bapak Saniman dan Ibu


(10)

13. Suamiku tercinta Akmal Hakim Rusadi, terimakasih atas doa dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

14. Adik-adikku tersayang Wawan, Khairul, Salsa, terimakasih atas semangat dan keceriaannya.

15. Sahabat-sahabat terbaikku Melvi, Eka, Diah, Anggie, Desak, dan Yuli terimakasih atas keistimewaan yang kalian berikan kepadaku..

16. Keluarga besar Civic Education 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimaksih atas bantuan dan kebersamaan kita selama ini.

17. Sahabat-sahabatku seperjungan KKN-KT Tulang Bawang Udik, Listi, Anniya, Tika, Rian, Fajar, Yusron, Apriana, Indah, dan Mey kalian memang luar biasa.

18. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I serta temen-teman berikan akan mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari penyampaian, penyajian maupun kelengkapannya.


(11)

semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis,

Ari Rahayu


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTAK ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

PERSEMBAHAN ... vi

MOTTO ... vii

SANWACANA ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Batasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 11

1. Tujuan Penelitian ... 11

2. Kegunaan Penelitian ... 11

a. Kegunaan Teoritis ... 11

b. Kegunaan Praktis ... 12

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 13

1. Ruang Lingkup Ilmu ... 13

2. Ruang Lingkup Subjek ... 13

3. Ruang Lingkup Objek Penelitian ... 13

4. Ruang Lingkup Tempat Penelitian ... 13

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 15

1. Pengertian Partisipasi politik ... 15

a. Pengertian Partisipasi ... ... 15

1. Bentuk-bentuk Partisipasi ... 17


(13)

c. Fungsi Politik ... 23

c. Partisipasi Politik ... 24

1. Konsep Partisipasi Politik ... 27

2. Praktik Partisipasi politik ... 30

3. Tingkatan Partisipasi Politik ... 32

4. Tujuan Partisipasi Politik ... 33

5. Fungsi Partisipasi Politik ... 33

2. Pengertian Pemahaman Konsep Politik ... 34

a. Pengertian Pemahaman... 34

b. Pengertian Konsep Politik ... 36

1. Teori Politik ... 37

2. Masyarakat ... 39

3. Negara ... 39

3. Kekuasaan ... 40

B. Penelitian yang Relevan ... 43

C. Kerangka Pikir ... 44

D. Hipotesis ... 45

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 47

B. Langkah-langkah Penelitian ... 48

1. Persiapan Pengajuan Judul ... 48

2. Penelitian Pendahuluan ... 49

3. Pengajuan Rencana Penelitian ... 49

4. Pelaksanaan Penelitian ... 50

5. Penelitian Lapangan ... 51

C. Populasi dan Sampel ... 52

1. Populasi ... 52

2. Sampel ... 52

D. Variabel Penelitian ... 54

E. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 55

1. Definisi Konseptual ... 55

2. Definisi Operasional ... 55

F. Rencana Pengukuran Variabel ... 56

G. Teknik pengumpulan Data ... 57

1. Teknik Pokok ... 57

a. Tes ... 57

b. Observasi ... 57

c. Angket ... 57

2. Teknik Penunjang ... 58

a. Dokumentasi ... 58

b. Wawancara ... 58

H. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 58

1. Uji Validitas ... 58


(14)

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 67

1. Lokasi Penelitian ... 67

2. Keadaan Penduduk ... 67

3. Sarana dan Prasarana ... 68

4. Kedaulatan Politik Masyarakat ... 68

B. Deskripsi Data ... 69

1. Pengumpulan data ... 69

C. Penyajian Data ... 69

D. Pengujian Hipotesis ... 87

E. Pembahasan ... 91

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 98 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data masyarakat yang mengikuti pemilihan Kepala Desa di Dusun X

Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur tahun 2010 ... 9

Tabel 3.1 Data jumlah populasi masyarakat Dusun X Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur ... 52

Tabel 3.2 Data Jumlah masyarakat yang menjadi sampel di Dusun X desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur ... 54

Tabel 3.3 Interval Koefisien Korelasi ... 63

Tabel 3.4 Data X Pengaruh Pemahaman Konsep Politik ... 65

Tabel 3.5 Data Uji Coba Variabel (Y) Tingkat Partisipasi Politik ... 66

Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana Pemerintahan Desa Mataram Baru ... 68

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep Politik Indikator Teori Politik ... 72

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep Politik Indikator Masyarakat ... 74

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep Politik Indikator Negara ... 76

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep Politik Indikator Kekuasaan ... 78

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Partisipasi Masyarakat Indikator Partisipasi Aktif ... 80

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep Politik Indikator Partisipasi Pasif ... 82

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pemahaman Konsep Politik ... 84

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat ... 86


(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... 45


(17)

Lampiran

1. Surat Keterangan Penelitian Dari PD I FKIP 2. Surat Izin Penelitian Pendahuluan

3. Surat Izin Penelitian

4. Surat Balasan Telah Melakukan Penelitian 5. Angket

6. Tabel 1. Distribusi Skor Angket Konsep Politik Indikator Teori Politik 7. Tabel 2. Distribusi Skor Angket Konsep Politik Indikator Masyarakat 8. Tabel 3. Distribusi Skor Angket Konsep Poltik Indikator Negara 9. Tabel 4. Distribusi Skor Angket Konsep Politik Indikator Kekuasaan 10. Distribusi Hasil Angket Partisipasi Politik Indikator Partisipasi aktif 11. Distribusi Hasil Angket Partisipasi Politik Indikator Partisipasi pasif


(18)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Partisipasi politik adalah kegiatan sesorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencangkup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan (contacting) atau lobbying dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu gerakan sosial. Partisipasi merupakan salah satu aspek penting demokrasi. Asumsi yang mendasari demokrasi dan partisipasi adalah orang yang paling tahu tentang apa yang baik bagi dirinya adalah orang itu sendiri. Keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan masyarakat maka masyarakat berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik. Partisipasi politik ialah keikutsertaan warga negara biasa dalam proses politik dan ikut serta menentukan segala keputusan yang nantinya akan menyangkut dan mempengaruhi hidupnya.

Partisipasi politik di negara yang menganut sistem demokrasi merupakan suatu pemikiran yang mendasari adanya pemerintahan berada ditangan rakyat


(19)

sehingga partispasi itu bisa dilaksanakan langsung oleh rakyat ataupun melalui perwakilan.

Partisipasi politik dalam analisis politik modern merupakan suatu masalah yang penting, dan akhir-akhir ini banyak dipelajari terutama dalam hubungannya dengan negara-negara berkembang. Pada awalnya studi mengenai partisipasi politik memfokuskan diri pada partai politik sebagai pelaku utama, tetapi dengan berkembangnya demokrasi banyak muncul kelompok masyarakat yang juga ingin mempengaruhi proses pengambilan keputusaan mengenai kebijakan umum. Kelompok-kelompok ini lahir di masa pasca industrial (post industrial) dan dinamakan gerakan sosial baru

(new social movement). Kelompok-kelompok ini kecewa dengan partai

politik dan cenderung untuk memusatkan perhatian satu masalah tertentu

(single issue) saja dengan harapan akan lebih efektif mempengaruhi proses

pengambilan keputusan.

Setiap warga negara dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Proses pelaksanaan dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung. Secara tidak langsung berati sebatas mendengar informasi atau berita-berita tentang peristiwa politik yang terjadi dan memilih pemimpin melalui perwakilan. Secara langsung berati orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu. Masyarakat dalam menjalankan partisipasinya harus mengerti tentang politik itu sendiri. Sedangkan untuk mengetahui apa itu politik warga negara harus memahami tentang konsep politik. Konsep politik lahir dalam pikiran (mind)


(20)

manusia dan bersifat abstrak. Konsep digunakan dalam menyusun generalisasi abstrak mengenai beberapa fenomena, yang disebut sebagai teori. Pemahaman konsep politik sangat diperlukan oleh masyarakat agar mereka memahami hak dan kewajiban mereka dalam kehidupan bernegara sehingga masyarakat bisa menjalankan hak dan kewajibannya dengan baik dalam kehidupan politiknya.

Setiap konsep dan teori sesungguhnya berawal dari sejumlah anggapan dasar (asumsi) yang menjadi titik tolak kerangka pikirnya. Demikianlah, konsep fungsionalisme berangkat dari suatu asumsi bahwa masyarakat dan sistem politik mengandung bagian-bagian yang mempunyai fungsi yang berbeda, namun mereka saling tergantung satu sama lain. Akibatnya, orang selalu dalam keadaan seimbang, konsensus dan stabil. Sebaliknya, konsep politik berdasarkan pada asumsi bahwa dalam masyarakat dan sistem politik terdiri atas bagian-bagian yang memiliki kepentingan yang berbeda sehingga masyarakatnya berada dalam keadaan tidak seimbang dengan konflik. Konsep politik sesungguhnya sama. Konsep politik sesunguhnya didasarkan pada beberapa asumsi atau anggapan dasar.

Pemahaman konsep politik adalah bagaimana seseorang mampu membedakan, menerangkan, menyimpulkan, mengelompokkan, memberikan contoh, dan menuliskan kembali setelah mereka mempelajari politik.

Politik ialah segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan dan politik sebagai segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat.


(21)

Salah satu kegiatan politik sebagai warga negara adalah dengan partisipasi politik. Partisipasi sebagai kegiatan dibedakan menjadi partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Yang termasuk dalam kategori partisipasi aktif ialah mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berlainan dengan kebijakan yang dibuat pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikan untuk meluruskan kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin pemerintahan. Sebaliknya, kegiatan yang termasuk dalam kategori partisipasi pasif berupa kegiatan yang menaati pemerintah, menerima dan melaksanakan saja setiap keputusan pemerintah. Dengan kata lain, partisipasi aktif berarti kegiatan yang berorientasi ada proses input dan output politik, sedangkan partisipasi pasif merupakan kegiatan yang berorientasi pada proses outputnya.

Berdasarkan pernyataan diatas peneliti telah melaksanakan wawancara terhadap masyarakat Dusun X Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur yang tidak melakukan kegiatan partisipasi politik secara aktif yaitu masyarakat yang tidak membayar pajak dan tidak memilih pemimpin pemerintah.

Berdasarkan hasil wawancara kepada 2 orang yang berprofesi sebagai petani dan buruh yang tidak membayar pajak untuk kendaraan bermotor mereka. Jawaban yang sama bahwa mereka tidak ada uang untuk membayar pajak, karena uang pajak dirasa tidak sebanding dengan penghasilan mereka, jawaban kedua adalah karena mereka beranggapan bahwa kendaraan mereka tidak dipakai untuk bepergian jauh sehingga kemungkinan untuk diketahui oleh polisi sedikit. Dari wawancara kepada kedua belah pihak didapatkan


(22)

informasi bahwa sebenarnya mereka ingin membayar pajak tetapi karena faktor ekonomi mereka bersikap tidak peduli apabila mereka tidak membayar pajak.

Wawancara selanjutnya dilakukan terhadap masyarakat Dusun X Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur yang tidak mengkuti pemilihan pemimpin pemerintahan atau disebut dengan istilah golput (golongan putih) yaitu pada pemilihan kepala desa yang telah dilaksanakan pada tahun 2010. Wawancara dilakukan kepada 3 warga yang golput dalam pemilihan kepala desa dan mereka berprofesi sebagai petani. Orang pertama dia beralasan bahwa golputnya dia dalam pemilihan kepala desa tahun 2010 dikarenakan faktor pekerjaan karena pada waktu pemilihan dia memilih untuk bekerja di ladang karena pergi bekerja dirasa lebih penting dari pada memilih kepala desa, orang kedua beralasan bahwa dia malas untuk memilih karena dia beranggapan bahwa suaranya tidak akan mempengaruhi hasil suara dalam pemilihan, orang ketiga yang golput dia beralasan bahwa ada hal lain yang sedang dikerjakan pada saat pemilihan berlangsung. Dari hasil wawancara terhadap warga yang golput didapatkan informasi bahwa mereka akan menerima hasil keputusan siapa yang terpilih dalam pemilihan walupun sebenarnya mereka mengetahui calon mana yang sebenarnya cocok menjadi kepala desa. Dari wawancara tersebut didapatkan hasil sebenarnya warga kurang mengerti pentingnya partisipasi mereka dalam pemilihan.

Berdasarkan hasil wawancara di atas masih ada masyarakat yang tidak berpartisipasi secara aktif hal ini karena kurangnya kesadaran mereka terhadap politik. Kepasifan masyarakat Dusun X Desa Mataram Baru


(23)

Kabupaten Lampung Timur terhadap partisipasi politik masih tinggi yang terlihat dari warga yang bersikap menerima apa saja setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Walaupun masyarakat mengetahui dan merasakan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dirasa kurang mereka terima karena dianggap belum sesuai untuk masyarakat Mataram Baru.

Menurut Winataputra (2011:1.5) pengembangan masyarakat yang demokratis, religius, beradab, bersatu, dan berkeadilan sosial tersebut tentu tidaklah mudah, terutama bagi masyarakat Indonesia yang secara historis belum memiliki pengalaman utuh berkehidupan yang betul-betul demokratis, perkembangan ekonomi yang masih terbatas, identitas nasional yang masih rapuh, dan budaya kewarganegaraan yang belum terbentuk. Masyarakat yang demokratis hanya dapat tercipta apabila masyarakatnya berpendidikan memadai dan secara ekonomis kebutuhan dasar hidupnya sudah terpenuhi. Dengan demikian, masyarakat demokratis yang religius, beradab, bersatu, dan berkeadilan sosial baru dapat terwujud apabila masyarakatnya terdidik baik dan sejahtera, sehingga mereka mau dan mampu berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Berdasarkan asumsi tersebut masyarakat Dusun X Desa Mataram Baru belum terwujud suatu masyarakat yang demokrtis karena pendidikan di Dusun X Desa Mataram baru Kabupaten lampung timur rata-rata hanya


(24)

sampai pada jejang SD-SMP. Secara ekonomi, masyarakat dusun X Desa Mataram Baru berprofesi sebagai petani dan buruh. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat Dusun X Desa Mataram Baru belum mampu berpartisipasi secara aktif.

Salah satu bentuk partisipasi politik yang telah dilaksanakan masyarakat Dusun X Desa Mataram Baru adalah dengan mengikuti pemilu. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pemilu merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public

relations, komunikasi massa, lobby dan lain-lain kegiatan. Meskipun agitasi

dan propaganda di negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakai oleh para kandidat atau politikus selalu komunikator politik.

Para pemilih dalam pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara.

Proses penghitungan dimulai setelah pemungutan suara dilakukan. Pemenang pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih.


(25)

Berdasarkan pernyataan di atas, masyarakat dusun X Desa Mataram Baru sudah melakukan partisipasi dengan mengikuti pemilu baik pemilu presiden sampai dengan pemilu kepala desa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari penyajian data melalui tabel sebagai berikut :

Tabel 1.1: Data masyarakat yang mengikuti pemilihan Kepala Desa di Dusun X Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur tahun 2010

No Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1 17-25 tahun 17 16 33

2 26-35 tahun 27 17 44

3 36-45 tahun 22 21 43

4 46-55 tahun 12 17 29

5 56 tahun ke atas 14 12 26

Jumlah 92 83 175

Sumber: Data dari kepala dusun X Desa Mataram Baru

Berdasarkan tabel 1.1 di atas masyarakat Dusun X Desa Mataram Baru Kecamatan Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur sudah melakukan partisipasi poitik dengan memilih kepala desa. Data peserta yang mengikuti pemilihan kepala desa tahun 2010 dengan umur 17-25 tahun sebanyak 33 orang, sedangkan umur 26-35 tahun sebanyak 44 orang, masyarakat dengan


(26)

umur 36-45 tahun sebanyak 43 orang, kemudian pada umur 46-55 tahun sebanyak 29 orang, dan pada umur 56 tahun ke atas ada 26 orang pemilih. Sehingga jumlah secara keseluruhan masyarakat yang mengikuti pemilihan kepala desa pada tahun 2010 di dusun X Desa Mataram Baru sebanyak 175 orang pemilih.

Faktor yang mempengaruhi tinggi rendah partisipasi politik seseorang, ialah kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah (sistem politik). Yang dimaksud dengan kesadaran politik ialah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Hal ini menyangkut pengetahuan seseorang tentang lingkungan masyarakat dan politik, dan menyangkut minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik dan menyangkut minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik tempat dia hidup. Yang dimaksud dengan sikap dan kepercayaan kepada pemerintah ialah penilaian seseorang terhadap pemerintah : apakah ia menilai pemerintah dapat dipercaya dan dapat dipengaruhi atau tidak.

Tinggi rendahnya kedua faktor tersebut, partisipasi politik menjadi empat tipe. Apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah yang yang tinggi maka partisipasi cenderung aktif. Sebaliknya, apabila kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah rendah maka partisipasi politik cenderung pasif-tertekan (apatis). Tipe partisipasi ketiga berupa militan radikal, yakni apabila kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat rendah. Selanjutnya, apabila


(27)

kesadaran politik sangat rendah tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat tinggi maka partipasi ini disebut tidak aktif (pasif).

Suatu tindakan dan keputusan politik tidak hanya ditentukan oleh fungsi (tugas dan kewenangan) yang melekat pada lembaga yang mengeluarkan keputusan (sedangkan fungsi itu sendiri merupakan upaya untuk mencapai tujuan masyarakat negara atau nilai-nilai politik), tetapi juga dipengaruhi oleh kepribadian (keinginan dan dorongan, persepsi dan motivasi, sikap dan orientasi, harapan dan cita-cita, ketakutan dan pengalaman masa lalu) individu yang membuat keputusan tersebut.

Partisipasi politik sangat berperan penting dalam terlaksananya kehidupan politik di lingkungan masyarakat. Karena Indonesia menganut sistem demokrasi sehingga keputusan ynag diambil dalam pembuatan kebijakan ataupun pemilihan ditentukan berdasarkan rakyat. Dan hasil-hasil yang akan dicapai dipengaruhi oleh partisipasi masyarakat. Di Dusun X Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur masyarakat yang melakukan partisipasi masih tergolong rendah karena kurang pemahaman masyarakat terhadap konsep politik itu sendiri, oleh sebab itu peneliti ingin sekali melakukan penelitian bagaimanakah pengaruh pemahaman konsep politik terhadap tingkat partisipasi politik dalam kehidupan bernegara masyarakat Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur. Berangkat dari permasalahan di

atas peneliti mengambil judul “Pengaruh Pemahaman Konsep Politik

terhadap tingkat Partisipasi Politik dalam Kehidupan Bernegara Masyarakat


(28)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka masalah ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pemahaman konsep politik 2. Partisipasi politik masyarakat

3. Kesadaran politik

4. Kepercayaaan kepada pemerintah

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian ini akan dibatasi pada pemahaman konsep politik dan partisipasi politik masyarakat Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah terdapat pengaruh pemahaman konsep poitik terhadap tingkat partisipasi politik dalam kehidupan bernegara masyarakat Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur”.


(29)

E. Tujuan dan kegunaan penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh pemahaman konsep politik terhadap tingkat partisipasi politik dalam kehidupan bernegara masyarakat Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini secara teoritis bertujuan untuk mengembangkan konsep politik dalam Pendidikan Kewarganegaraan khusus partisipasi politik dengan wilayah kajian Pendidikan Politik dan Kenegaraan.

b. Kegunaan Praktis a) Pemerintah

Bagi pemerintah, khususnya pemerintah desa seperti kepala desa dan BPD agar bisa lebih memahami tugas pokok dan fungsi masing-masing. Bagi pemerintah pusat dan daerah agar mengarahkan dan meningkatkan pembangunan, organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan dan organisasi sosial politik.

b) Partai Politik

Memberikan masukan kepada partai politik agar menjalankan fungsinya dengan baik yaitu dengan menjadi agen penting pendidikan dan sosialisasi politik. Meningkatkan partisipasi politik


(30)

anggota dan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan serta melakukan fungsi kontrol terhadap pemerintah dan kebijakan.

c) Masyarakat

Mendorong masyarakat agar lebih memahami tentang konsep politik agar lebih meningkatkan kesadaran dalam partisipasi politik.

d) Mahasiswa

Sebagai masukan kepada mahasiswa agar saat terjun di masyarakat dapat memeberikan pemahaman yang lebih tetang konsep politik kepada masyarakat agar mereka mengerti bagaimana cara berpartisipasi politik yang baik.

e) Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pembaca dalam menjalankan partisipasi politik dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi para peneliti yang ingin meneliti masalah ini lebih lanjut.


(31)

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk ruang lingkup politik dalam Pendidikan Kewarganegaraan dengan wilayah kajian pendidikan politik dan kenegaraan, karena membahas tentang konsep politik dengan partisipasi politik.

2. Ruang Lingkup Subyek

Subyek dalam penelitian ini adalah masyarakat Dusun X Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur.

3. Ruang lingkup obyek

Obyek penelitian ini adalah pemahaman konsep politik dan tingkat partisipasi politik dalam kehidupan bernegara.

4. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun X Desa Mataram Baru Kabupaten lampung Timur.


(32)

5. Ruang Lingkup Waktu

Waktu dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesai.


(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Partisipasi Politik a. Pengertian Partisipasi

Partisipasi adalah keterlibatan individu dalam suatu interaksi sosial dalam suatu kegiatan di masyarakat yang tumbuh dari kesadaran diri sendiri tanpa adanya tekanan atau paksaan serta penuh dengan rasa tanggung jawab.

Menurut Verhangen dalam Mardikanto (2013:167) ”partisipasi

merupakan bentuk keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu

atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu”. Keikutsertaan

atau keterlibatan yang dimaksud disini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, dilu ar pekerjaan atau profesinya sendiri. Sedangkan menurut Sastropeotro (2011:01), partisipasi adalah

“keterlibatan mental atau fikiran dan perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong untuk memberi sumbangan kepada


(34)

kelompok dalam usaha mencapai tujuan tertentu serta turut

bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan”.

Selain menurut Theodarson dalam Mardikanto (2012:01) mengemukakan bahwa dalam pengertian sehari-hari, partisipasi

merupakan “keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau

masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan di sini atau keterlibatan yang dimaksud disini bukanlah bersifat pasif tapi secara

aktif ditunjukkan oleh yang bersangkutan”.

Menurut Wazir (2009:01) partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situsai tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggung jawab bersama.

Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat tarik kesimpulan bahwa partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi serta fisik peserta dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang melaksanakan dalam proses belajar mengajar serta mendukung pencapaian tujuan yang bertanggung jawab atas keterlibatannya.

1. Bentuk-bentuk partisipasi

Partisipasi pada kelompok masyarakat memiliki cara yang berbeda seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli salah satunya menurut


(35)

pendapat Effendi, partisipasi ada dua bentuk, seperti yang beliau kemukakan dibawah ini, yaitu:

1. Partisipasi vertikal adalah suatu bentuk kondisi tertentu dalam masyarakat yang terlibat di dalamnya atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan mana masyarakat berada sebagai posisi bawahan.

2. Partisipasi horizontal adalah dimana masyarakatnya tidak mustahil untuk mempunyai prakarsa di mana setiap anggota/kelompok masyarakat berpartisipasi secara horizontal antara satau dengan yang lainnya, baik dalam melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain.

Pendapat lain dikemukakan oleh Hami Joyo (2009:4) ada beberapa bentuk partisipasi yang nyata, yaitu:

1. Partisipasi uang adalah partisipasi untuk memperlancar usaha usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan 2. Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk

menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas

3. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program


(36)

4. Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya

Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkan dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia, terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

Angell (2009: 6) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu: 1. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakat an yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada


(37)

nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

2. Jenis kelamin

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa

mengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berartio bahwa dalam banyak masyarakat peranan

perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi an pendidikan perempuan yang semakin baik, selain itu laki-laki sangat berperan penting dalam kehidupan keluarga karena sebagai kepala rumah tangga yang memegang peranan penting untuk mengatur keluarga serta sebagai pemimpin dalam suatu kelompok sosial masyarakat (kepada adat, pemimpin upacara adat dan lain sebagainya).

3. Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperluakan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.


(38)

Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

5. Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan partisipasi adalah bentuk keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keterlibatan individu dalam suatu interaksi sosial dalam suatu kegiatan di masyarakat yang tumbuh dari kesadaran diri sendiri tanpa adanya tekanan atau paksaan serta penuh dengan rasa tanggung jawab

b. Pengertian Politik

Budiardjo (1993:8) mendefinisikan politik sebagai berbagai macam kegiatan yang terjadi di suatu negara, yang menyangkut proses menentukan tujuan dan bagimana cara mencapai tujuan itu.


(39)

Hoogerwerf dalam Budiardjo (1993:8), mendefinisikan politik sebagai pertarungan kekuasaan.

Menurut Elly M. Setiadi dan Usman Kolip (2013:4) politik dapat dipahami sebagai proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Dapat juga dipahami sebagai proses interaksi antara pihak penguasa dan pihak yang dikuasai.

Morgenthau dalam Philipus dan Nurul Aini (2004:90) juga mendefinisikan politik sebagai usaha mencari kekuasaan (struggle

forpower).

Menurut Arifin (2014:7) politik merupakan aktivitas-aktivitas manusia dalam masyarakat, terutama tentang perjuangan mengangkat atau memilih penguasa yang berfungsi menetapkan kebijakan pemerintah. Menurut Weinstein dalam Arifin (2014:8) bahwa politik mencangkup juga pembagian nilai-nilai dan kekuasaan oleh yang berwewenang atau pemegang kekuasaan.

Aristoteles dalam Maksudi mengemukakan bahwa, “manusia

adalah merupakan binatang politik atau politic animal”.

Berangkat dari asumsi tersebut, ia mengawali penjelasannya; bahwa hakikat kehidupan sosial sesungguhya merupakan politik, karena interaksi satu sama lain dari dua atau lebih orang sudah pasti akan melibatkan hubungan politik. Hal ini merupakan kecenderungan alami dan tidak dapat dihindarkan oleh manusia dan hanya sedikit orang yang cenderung mengasingkan dirinya daripada bekerja sama dengan orang lain.


(40)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat, dalam rangka usaha untuk mendapatkan kekuasaan.

a. Sistem Politik

Menurut Philipus dan Nurul Aini (2004:104-105) sistem adalah suatu kesatuan yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang saling berkaitan

(interdependent). Sedangkan politik (politics). Berarti berbagai

macam kegiatan yang terjadi di dalam suatu negara yang berkaitan dengan proses menetapkan tujuan dan bagaimana menetapkan tujuan itu. Sistem politik adalah berbagai macam kegiatan dan proses dari struktur dan fungsi politik yang bekerja dalam suatu unit kesatuan. Berdasarkan definisi tersebut, Gabriel Almond memberikan ciri-ciri sistem politik sebagai berikut :

1. Setiap sistem politik mempunyai struktur politik;

2. Setiap sistem politik menjalankan fungsi politik yang sama, meski kadarnya berbeda;

3. Semua struktur politik melaksanakan banyak fungsi; 4. Semua sistem politik adalah sistem campuran

b. Struktur Politik

Menurut Philipus dan Nurul Aini (2004:105) struktur politik, yaitu suprastruktur dan infrastruktur politik. Suprastruktur disebut juga the ruler atau penguasa, yang terdiri atas lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Sedangkan infrastruktur


(41)

atau the ruled adalah masyarakat beserta organisasi yang dibentuknya. Yang termasuk infrastruktur politik adalah partai politik/organisasi politik, ormas, pers, kelompok kepentingan, kelompok enekan, asosiasi-asosiasi, LSM, dan informal leader.

Struktur politik berarti badan atau organisasi yang berkenaan dengan urusan negara. Struktur politik adalah pelembagaan hubungan organisasi antara komponen-komponen yang membentuk bangunan itu. Struktur politik adalah alokasi nilai-nilai yang bersifat otoritatif yang dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan.

c. Fungsi Politik

Menurut Philipus dan Nurul Aini (2004:105-106) setiap sistem politik mempunyai fungsi poitik yang harus dijalankan agar sistem politik tetap berfungsi. Menurut Almond, Fungsi politik terdiri dari 7 fungsi, yaitu :

1. Fungsi input (dilakukan infrastruktur politik) a. Sosialisasi dan rekruitmen politik; b. Agregasi kepentingan;

c. Artikulasi kepentingan; d. Komunikasi politik

2. Fungsi Output (dilakukan oleh suprastrukrtur politik)

a. Rule making (pembuatan peraturan),


(42)

c. Rule adju dication (peradilan).

c. Partisipasi Politik

Menurut McClosky dalam Budiardjo (2007:367) partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui dimana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum. Menurut Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam Budiardjo (2007:368) :

Partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif.

Menurut Budiyanto (2007:19) Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, seperti memilih pemimpin negara atau upaya-upaya mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Menurut Surbakti (1992:142) Partisipasi sebagai kegiatan dibedakan menjadi partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Yang termasuk dalam kategori partisipasi aktif ialah mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berlainan dengan kebijakan yang dibuat pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikan untuk meluruskan kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin pemerintahan. Sebaliknya, kegiatan yang termasuk dalam kategori partisipasi pasif berupa kegiatan yang menaati pemerintah, menerima dan melaksanakan saja setiap keputusan pemerintah. Dengan kata lain, partisipasi aktif berati kegiatan yang berorientasi ada proses input dan output


(43)

politik, sedangkan partisipasi pasif merupakan kegiatan yang berorientasi pada proses outputnya.

Menurut Surbakti (1992:144) partisipasi politik di negara-negara yang menerapkan sistem politik demokrasi merupakan hak warga negara tetapi dalam kenyatan persentase warga negara yang berpartisipasi berbeda dari satu negara ke negara yang lain. Dengan kata lain, tidak semua warga negara ikut serta dalam proses politik.

Menurut Weiner dalam Budiyanto (2007:19), terdapat lima penyebab timbulnya gerakan ke arah partisipasi lebih luas dalam proses politik, yaitu :

a. Modernisasi dalam segala bidang kehidupan yang menyebabkan masyarakat makin banyak menuntut untuk ikut dalam kekuasaan politik

b. Perubahan-perubahan struktur kelas sosial. Masalah siapa yang berhak berpartisipasi dan pembuatan keputusan politik menjadi penting dan mengakibatkan perubahan dalam pola partisipasi politik

c. Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa moderen. Ide demokratisasi partisipasi telah menyebar ke bangsa-bangsa baru sebelum mereka mengembangkan modernisasi dan industri yang cukup matang


(44)

d. Konflik antar kelompok pemimpin politik, jika timbul antar elit, maka yang dicari adalah dukungan rakyat. Terjadi perjuangan kelas penentang melawan kaum aristokrat yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi, dan kebudayaan.

e. Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi dan kebudayaan. Meluasnya ruang lingkup aktivitas pemerintah sering merangsang timbulnya tuntutan-tuntutan yang terorganisasi akan kesempatan untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan politik.

Menurut Surbakti (1992:144) faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik seseorang, ialah kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah (sistem politik). Yang dimaksud dengan kesadaran politik ialah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Hal ini menyangkut pengetahuan seseorang tentang lingkungan masyarakat dan politik, dan menyangkut minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik tempat dia hidup. Yang dimaksud dengan sikap dan kepercayaan kepada pemerintah: apakah ia menilai pemerintah dapat dipercaya dan dapat dipengaruhi atau tidak.

Berdasarkan tinggi rendahnya kedua faktor tersebut, Paige dalam Surbakti (1992:144) membagi partisipasi politik menjadi empat tipe. Apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah yang yang tinggi maka partisipasi cenderung aktif. Sebaliknya, apabila kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah rendah maka partisipasi politik cenderung pasif-tertekan (apatis). Tipe partisipasi ketiga berupa militan radikal, yakni apabila kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat rendah. Selanjutnya, apabila kesadaran politik sangat rendah tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat tinggi maka partipasi ini disebut tidak aktif (pasif).

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi poitik adalah kegiatan warga negara yang betujuan untuk


(45)

mempengaruhi pengambilan keputusan politik. Partisipasi dilakukan orang dalam posisi sebagai warga negara dan sifat dari partisipasi politik adalah sukarela, bukan dimobilisasi oleh negara atau pun yang berkuasa.

1. Konsep partisipasi politik

Menurut Hardwick dalam Budiyanto (2007:20) partisipasi politik memberi perhatian pada cara-cara warga negara berinteraksi dengan pemerintah, warganegara berupaya menyampaikan kepentingan-kepentingan mereka terhadap pejabat-pejabat publik agar mampu mewujudkan kepentingan-kepentingan tersebut.

Menurut Budiardjo dalam Budiyanto (2007:20) partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dengan jalan memilih pimpinan negara, dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy)

Menurut Surbakti dalam Budiyanto (2007:20) partisipasi politik ialah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan menyangkut atau mempengaruhi hidupnya. Partisipasi politik berarti keikutsertaan warga negara biasa (yang tidak mempunyai kewenangan) dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

Menurut Michael Rush dan Philip Althoft dalam Budiyanto (2007:20) partisipasi politik adalah keterlibatan individu sampai pada bermacam-macam tingkatan di dalam sistem politik.


(46)

Untuk menggolongkan sebuah aktivitas politik tertentu dikatakan sebagai partisipasi politik atau bukan, menurut Surbakti dalam Budiyanto (2007:20-21) memberikan batasan atau rambu-rambu dalam penggunaan konsep partisipasi politik dalam beberapa aspek definisi inti sebagai berikut :

Pertama : partisipasi yang yang dimaksudkan berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga negara biasa yang dapat diamati, bukan perilaku dalam yang berupa sikap dan toleransi.

Kedua : kegiatan itu diarahkan untuk mempengaruhi pemerintah selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik. Termasuk ke dalam pengertian ini seperti kegiatan mengajukan alternatif kebijakan umum, alternatif pembuat dan pelaksana keputusan olitik, dan kegiatan mendukung ataupun menantang keputusan politik yang dibuat pemerintah.

Ketiga : kegiatan yang berhasil (efektif) maupun yang gagal mempengaruhi pemerintah termasuk dalam konsep partisipasi politik. Keempat : kegiatan mempengaruhi pemerintah bisa dilakukan secara langsung ataupun secara tidak langsung

Kelima : kegiatan mempengaruhi pemerintah bisa dilakukan melalui prosedur yang wajar (konvensional) dan tak berupa kekerasan

(nonviolence) seperti ikut memilih dalam pemilihan umum,

mengajukan petisi, melakukan kontak tatap muka, dan menulis surat, maupun dengan cara-cara di luar prosedur yang wajar (tak


(47)

konvensional) dan berupa kekerasan (violence), seperti demonstrasi (unjuk rasa), pembangkangan halus (seperti lebih memilih kontak kosong daripada memilih calon yang disodorkan pemerintah), hura-hura, mogok, pembangkangan sipil, serangan bersenjata, dan gerakan-gerakan politik seperti kudeta dan revolusi.

Huntington dan Nelson dalam Budiyanto (2007:21-22) menemukan lima bentuk kegiatan utama yang dipraktikkan dalam partisipasi politik. Bentuk-bentuk ini masing-masing memiliki tindakan dan pelaku yang berbeda, namun tetap memiliki tujuan yang sama, yaitu berkenaan dengan keikutsertaan warganegara untuk mempengaruhi proses-proses politik. Bentuk-bentuk itu diantaranya :

a. Kegiatan pemilihan : mencangkup memberikan suara, sumbangan-sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi, hasil proses pemilihan

b. Lobbying, mencangkup upaya-upaya perorangan atau kelompok untuk menghubungi pejabat-pejabat pemerintah dan pemimpin-pemimpin politik, dengan maksud mempengaruhi keputusan-keputusan mereka mengenai persoalan-persoalan yang menyangkut sejumlah besar orang.

c. Kegiatan organisasi, menangkut partisipasi sebagai anggota atau pejabat dalam suatu organisasi, yang tujuannya yang utama dan eksplisit adalah mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah.


(48)

d. Mencari koneksi (contacting), merupakan tindakan perorangan yang ditunjukkan terhadap pejabat-pejabat pemerintah, dan biasanya dengan maksud memperoleh manfaat hanya satu orang atau segelintir orang.

e. Tindakan kekerasan (violence), sebagai upaya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah dengan jalan menimbulkan kerugian fisik terhadap orang-orang atau harta benda. ... kekerasan dapat ditunjukkan untuk mengubah pimpinan politik (kudeta, pembunuhan), mempengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah (huru-hara, pemberontakan), atau mengubah seluruh sistem poitik ( revolusi).

2. Praktik partisipasi politik

Di tingkat individu, secara lebih spesifik Goel dalam Budiyanto (2007:22) mengidentifikasi tujuh bentuk partisipasi individual :

1. Aphatetic inactives: tidak beraktifitas yang partisipasif, tidak

pernah memilih

2. Passive supporters: memilih secara reguler / teratur, menghadiri

parade patriatik, membayar seluruh pajak, “mencintai negara”.

3. Contact specialist: pejabat penghubung lokal (daerah), provinsi dan

nasional dalam masalah-maslah tertentu

4. Communicators: mengikuti informasi-informasi politik, terlibat


(49)

mengirim pesan-pesan dukungan dan protes terhadap pemimpin-pemimpin politik.

5. Party and campaign workers: bekerja untuk partai politik atau

kandidat, meyakinkan orang lain tentang bagaimana memilih, menghadiri pertemuan-pertemuan, menyumbang uang pada partai politik atau kandidat, bergabung dan mendukung partai politik, dipilih jadi kandidat partai politik.

6. Community activists: bekerja dengan orang lain berkaitan dengan

masalah-masalah lokal, membentuk kelompok untuk menangani problem-problem lokal, keanggotaan aktif dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan, melakukan kontak terhadap pejabat-pejabat berkenaan dengan isu-isu sosial.

7. Protesters: bergabung dalam demonstrasi-demonstrasi publik di

jalanan, melakukan kerusuhan bila perlu, melakukan protes keras bila pemerintah melakukan sesuatu yang salah, menghadapi pertemuan-pertemuan protes, menolak mematuhi aturan-aturan. 3. Tingkatan Partisipasi Politik

Menurut Huntington dan Nelson, Rush dan Althoff dalam Budiyanto (2007:25) menyatakan bahwa hierarki yang terjadi dalam partisipasi politik sangat bergantung pada akibat yang disebabkannya terhadap sistem politik. Tingkatan-tingkatan khusus menyebabkan akibat besar pada suatu sistem politik, dan akibat kecil atau tanpa mempunyai


(50)

akibat apapun pada sistem lainnya. Tingkatan partisipasi poitik ini disampaikan sebagai berikut :

a. Menduduki jabatan politik atau adsministratif

b. Mencari jabatan politik atau adsministratif c. Keanggotaan aktif suatu organisasi politik d. Keanggotaan pasif suatu organisasi politik

e. Keanggotaan aktif suatu organisasi semu politik

(quasi-political)Keanggotaan pasif suatu organisasi semu politik

(quasi-political)

f. Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya

g. Partisipasi dalam diskusi politik informal minat umum dalam bidang politik

h. Voting (pemberian suara)

4. Tujuan Partisipasi Politik

Menurut Sanit dalam MGMP (2012:9) tujuan partisipasi politik ada tiga, yaitu :

a. Memberi dukungan kepada penguasa dan pemerintah yang dibentuk beserta sistem politiknya.

b. Untuk menunjukkan kelemahan dan kekurangan pemerintah. Pemerintah diharapkan meninjau kembali dan memperbaiki, bahkan mengubah keputusannya.


(51)

c. Sebagai tantangan terhadap penguasa dengan maksud menjatuhkan, sehinggaa ada perubahan struktural pemerintahan dalam sistem poltik.

5. Fungsi Partisipasi Politik

Menurut MGMP (2012:9-10) bagi pemerintah artisipasi politik mempunyai tiga fungsi sebagai berikut.

a. Mendukung program pemerintah. hal ini berarti bahwa peran serta masyarakat diwujudkan untuk mendukung program politik dan program pembangunan.

b. Menyuarakan kepentingan masyarakat sebagai masukan. Partisipasi masyarakat sebagai organisasi yang menyuarakan kepentingan masyarakat untuk masukan bagi pemerintah dalam mengarahkan dan meningkatkan pembangunan, organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan dan organisasi sosial politik merupakan contoh dan fungsi politik itu.

c. Melakukan fungsi kontrol terhadap pemerintah dan kebijakannya. Fungsi kontrol sebenarnya dimiliki oleh masyarakat luas baik itu lembaga legislatif, pers, ataupun individu. Dengan demikian, partisipasi politik merupakan sebuah mekanisme pelaksanaan fungsi kontrol terhadap pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan.


(52)

Menurut MGMP (2012:10) budaya politik yang partisipasif adalah budaya politik yang demokratik dan akan berimbas pada terbentuknya sebuah sistem politik yang demokratik dan stabil.

2. Pengertian Pemahaman Konsep Politik a. Pengertian Pemahaman

Menurut Em Zul, Fajri & Ratu Aprilia Senja (2008:607) “

Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami.

Selanjutnya Suharsimi (2009:118) menyatakan bahwa “Pemahaman

(comprehension) adalah bagaimana seseorang, mempertahankan,

membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan.

Sudjana (2010:24) membagi pemahaman ke dalam tiga kategori, yakni sebagai berikut :

a) Tingkat pertama atau tingkat terendah, yaitu pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya.

b) Tingkat kedua adalah pemahan penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok: dan


(53)

c) Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi, yaitu pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus ataupun masalahnya.

Usman (2002 :35) melibatkan pemahaman sebagai bagian dari

domain kognitif hasil belajar. Ia menjelaskan bahwa “pemahaman

mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berpikir yang rendah”.

Memperhatikan uraian-uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa pemahaman merupakan salah satu bentuk pernyataan hasil belajar. Pemahaman setingkat lebih tinggi dari pengetahuan atau ingatan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pemahaman diperlukan proses belajar yang baik dan benar.

b. Pengertian Konsep Politik

Konsep adalah unsur terpenting dalam usaha kita untuk mengerti dunia sekeliling. Mengerti itu hanya dapat dicapai melalui pikiran (mind) kita. Konsep adalah konstruksi mental, suatu ide yang abstrak, yang menunjuk pada beberapa fenomena atau karakteristik dengan sifat yang spesifik yang dimiliki oleh fenomena itu. konsep adalah abstraksi mencerminkan persepsi-persepsi mengenai realitas, atau


(54)

dasar konsep atau seperangkat konsep dapat disusun atau dirumuskan generalisasi.

Jadi konsep politik lahir dalam pemikiran (mind) manusia dan bersifat abstrak. Konsep digunakan dalam menyusun generalisasi abstrak mengenai beberapa fenomena, yang disebut sebagai teori. Berdasarkan pengertiannya, teori politik bisa dikatakan sebagai bahasan dan generalisasi dari bahasan fenomena yang bersifat politik.

Politik merupakan hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara dimana politik merupakan kegiatan mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat. Definisi politik menurut para ahli adalah sebagai berikut :

Budiardjo (1993:8) mendefinisikan politik sebagai berbagai macam kegiatan yang terjadi di suatu negara, yang menyangkut proses menentukan tujuan dan bagimana cara mencapai tujuan itu.

Menurut Elly M. Setiadi dan Usman Kolip (2013:4) politik dapat dipahami sebagai proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Dapat juga dipahami sebagai proses interaksi antara pihak penguasa dan pihak yang dikuasai.

Menurut Arifin (2014:7) politik merupakan aktivitas-aktivitas manusia dalam masyarakat, terutama tentang perjuangan mengangkat atau memilih penguasa yang berfungsi menetapkan kebijakan pemerintah.


(55)

Menurut Weinstein dalam Arifin (2014:8) bahwa politik mencangkup juga pembagian nilai-nilai dan kekuasaan oleh yang berwewenang atau pemegang kekuasaan.

1. Teori Politik

Menurut Thomas P. Jenkin dalam The Study of Political Theory dapat dibedakan dua macam teori polotik, sekalipun perbedaan antara kedua kelompok teori tidak bersifat mutlak.

a. Teori-teori yang mempunyai dasar moral atau bersifat akhlak dan yang menentukan norma-norma untuk perilaku politik (norms for

political behavior). Dengan adanya unsur norma-norma dan nilai

(values) ini maka teori-teori ini boleh dinamakan yang

mengandung nilai (valuational). Termasuk golongan ini adalah filsafat politik, teori politik sistematis, ideologi, dan sebagainya. b. Teori-teori yang menggambarkan dan membahas fenomena dan

fakta-fakta politik dengan tidak mempersoalkan norma-norma atau nilai. Teori-teori ini dapat dinamakan non-valutional (value-free), biasanya bersifat deskriptif (menggambarkan) dan komparatif (membandingkan). Teori ini berusaha untuk membahas fakta-fakta kehidupan politik sedemikian rupa sehingga dapat disistematisir dan disimpulkan dalam generalisasi-generalisasi.

Budiardjo, sesungguhnya politik itu memiliki beberapa konsep pokok. Beberapa konsep pokok politik tersebut adalah: politik berkaitan dengan negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan


(56)

(decision making), kebijaksanaan umum (public policy), pembagian

(distribution) dan alokasi (alocation). Roger F. Soltou dalam

Budiardjo (2007:5) mengatakan ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari negara, tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan itu, hubungan antara negara dengan warganegara, hubungan antara negara dengan negara lain.

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari si pemilik pengaruh. Lasswel dan Kaplan mengatakan ilmu politik mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan. Sementara Robson mengatakan politik sebagai ilmu yang mempelajari kekuasaan dalam masyarakat yaitu hakikat, dasar, proses, ruang lingkup dan hasil-hasilnya. Fokus utamanya adalah tertuju pada perjuangan untuk mencapai dan mempertahankan kekuasaan, melaksanakan kekuasaan atau pengaruh atas orang lain atau menentang pelaksanaan kekuasaan itu.

2. Masyarakat

Masyarakat adalah keseluruhan hubungan-hubungan antar manusia. Mclver dalam Budiardjo (2007:46), berpendapat bahwa masyarakat adalah suatu sistem hubungan-hubungan yang di tata.

Dalam mengamati masyarakat, khususnya masyarakat Barat, Laswell dalam Budiardjo (2007:47) memperinci delapan nilai, yaitu :


(57)

1. Kekuasaan

2. Pendidikan/Penerangan (enlightenment) 3. Kekayaan (wealth)

4. Kesehatan (Well-being) 5. Keterampilan (Skill) 6. Kasih Sayang (affection)

7. Kejujuran (rectitude) dan Keadilan (rechtschapenheid) 8. Keseganan (respect).

Menurut Laski dari London School of Economics and Political Science, masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dan bekerjasama untuk mencapai keinginan-keinginan mereka bersama.

3. Negara

Soltau dalam Budiardjo (2007:48), “Negara adalah alat (agency atau wewenang (authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas masyarakat

Laski dalam Budiardjo (2007:48), “Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu.


(58)

Weber dalam Budiardjo (2007:49), “Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah”.

Maciver dalam Budiardjo (2007:49), “Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerinta yang untuk maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa”.

Menurut Soltau dalam Budiardjo (2007:54-55) tujuan negara ialah :

“memungkinkan rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sbebas mungkin”.

Menurut Laski dalam Budiardjo (2007:55) tujuan negara ialah

“menciptakan keadaan dimana rakyat dapat mencapai keinginan-keinginan mereka secara maksimal”.

4. Kekuasaan

Kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah-laku seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah-laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu.

Kekuasaan sosial menurut Flechtheim adalah keseluruhan dari kemampuan, hubungan-hubungan dan proses-proses yang


(59)

menghasilkan ketaatan dari pihak lain untuk tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh pemegang kekuasaan.

Flechtheim membedakan dua macam kekuasaan politik, yakni :

1. bagian dari kekuasaan sosial yang terwujud dalam Negara (state

power), seperti lembaga-lembaga pemerintahan DPR, Presiden, dan

sebagainya.

2. bagian dari kekuasaan sosial yang ditujukan kepada Negara.

Definisi yang diberikan oleh Maciver: Kekuasaan sosial adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah-laku orang lain, baik dengan cara langsung dengan memberi perintah, maupun tidak langsung dengan mempergunakan segala alat dan cara yang tersedia. Maciver mengemukakan bahwa kekuasaan dalam suatu masyarakat berbentuk piramida. Ini terjadi karena kenyataan bahwa kekuasaan yang satu membuktikandirinya lebih unggul dari pada yang lain, yang berarti bahwa kekuasaan yang satu itu lebih kuat dengan jalan mengkoordinasi keuasaan yang lain.

Kekuasaan yang paling penting adalah kekuasaan politik. Penertian kekuasaan politik adalah kemampuan untuk mempengaruhi kebijaksanaan umum (pemerintah) baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujaun-tujuan pemegang kekuasaan sendiri.


(60)

Connoly dan Lukes dalam buku Budiardjo (2007:60) menganggap kekuasaan sebagai suatu konsep yang dipertentangkan yang artinya merupakan hal yang tidak dapat dicapai suatu konsensus.

Weber dalam bukunya Wirtschaft und Gessellshaft (1922:55) kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam suatu hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan, dan apa pun kemampuan dasar ini

D. Laswell dan Abraham Kaplan dalam bukunya Budiardjo (2007:60) kekuasaan adalah suatu hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain ke arah tujuan dari pihak pertama.

Goodwin dalam bukunya Budiardjo (2007:60) kekuasaan adalah kemampuan untuk mengakibatkan seseorang bertindak dengan cara yang oleh dengan yang bersangkutan tidak akan dipilih, seandainya ia tidak dilibatkan. Dengan kata lain memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendaknya.

Parons dalam Budiardjo (2007:63) kekuasaan adalah kemampuan untuk menjamin terlaksananya, kewajiban-kewajiban yang mengikut, oleh kesatuan-kesatuan dalam suatu sistem organisasi kolektif. Kewajiban adalah sah jika menyangkut tujuan-tujuan kolektif. Jika ada perlawanan, maka pemaksaan melalui sanksi-sanksi negatif dianggap wajar, terlepas dari siapa yang melaksanakan pemaksaan itu.

Raswell dan Kaplan dalam Budiardjo (2007:66) kekuasaan untuk mempengaruhin kebijakan-kebijakan orang lain melalui sanksi yang sangat berat (yang benar-benar akan dilaksanakan atau yang berupa ancaman sanksi) itulah yang membedakan kekuasaan dari pengaruh pada umumnya. Kekuasaan merupakan kasus khusus dari penyelenggaraan pengaruh; ia


(61)

merupakan proses ancaman, jika mereka tidak mematuhi kebijakan-kebijakan yang dimaksud.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa politik itu mempunyai beberapa konsep pokok yaitu teori politik, masyarakat, negara dan kekuasaan.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian berikut berkaitan dengan motivasi belajar yakni penilitian yang dilakukan oleh Arif Masyhar (2010) yang berjudul “Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Intensitas Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pemilu Legislatif Tahun 2009”.

Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yang bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan terhadap intensitas partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Desa Yosorejo. Variabel penelitian terdahulu terdapat dua variabel, yaitu : variabel bebas (X) yaitu tingkat pendidikan, tingkatan pendidikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang berdasarkan pada jalur pendidikan formal, dimana terbagi menjadi tiga tingkatan, yakni : pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Sedangkan variabel terikat (Y) yaitu partisipasi politik masyarakat, dimana partisipasi politik dalam penelitian ini adalah intensitas terhadap cara partisipasi politik yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Yosorejo dalam Pemilu Legislatif .


(62)

Dari penelitian terdahulu ada variabel yang sama yaitu tentang partisipasi politik, perbedaannya penelitian terdahulu menghubungkan pengaruh tingkat pendidikan terhadap intensitas partisipasi politik. Sedangkan dalam penelitian yang peneliti lakukan variabel yang diteliti menghubungkan pengaruh pemahaman konsep politik terhadap tingkat partisipasi politik masyarakat. Penelitian terdahulu mengkaji intensitas partsipasi politiknya yaitu aktivis, partisipan, pengamat, orang apolitis. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengkaji tingkat partisipasi politiknya yaitu partisipasi secara aktif dan partisipasi secara pasif.

C. Kerangka Pikir

Konsep politik lahir dalam pemikiran (mind) manusia dan bersifat abstrak. Konsep digunakan dalam menyusun generalisasi abstrak mengenai beberapa fenomena, yang disebut sebagai teori. Berdasarkan pengertiannya, teori politik bisa dikatakan sebagai bahasan dan generalisasi dari bahasan fenomena yang bersifat politik. Politik sendiri mempunyai beberapa konsep pokok yaitu teori politik, masyarakat, negara dan kekuasaan.

Partisipasi poitik adalah kegiatan warga negara yang betujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan politik. Partisipasi dilakukan orang dalam posisi sebagai warga negara dan sifat dari partisipasi politik adalah sukarela, bukan dimobilisasi oleh negara atau pun yang berkuasa.

Pemahaman konsep politik merupakan hal yang sangat penting agar masyarakat mempunyai kemampuan untuk mengenali dan memahami tentang politik. Dengan pemahaman konsep politik yang baik maka akan melahirkan


(63)

partisipasi politik masyarakat yang baik, agar masyarakat paham dengan hak dan kewajiban mereka dalam kehidupan politik di lingkungan mereka.

Untuk mengetahui gambaran bagaimana pengaruh pemahaman konsep politik terhadap tingkat partisipasi politik dalam kehidupan bernegara masyarakat Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur akan disajikan dalam bagan skematik sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Variabel (X) Variabel (Y)

D. Hipotesis

Hipotesis adalah perkiraan jawaban sementara terhadap permasalahan. Menurut Franken dan Walen yang dikutip Yatim Ryanto (1993) menyatakan bahwa hipotesis adalah merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap

permasalahan yang diajukan dalam penelitian, hipotesis belum tentu benar”.

Berdasarkan pendapat di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: terdapat pengaruh pemahaman konsep politik terhadap tingkat partisipasi masyarakat Dusun X Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur.

Tingkat Partisipasi politik masyarakat 1. Partisipasi Aktif 2. Partisipasi Pasif Pemahaman konsep

poitik masyarakat 1. Teori Politik 2. Masyarakat 3. Negara 4. Kekuasaan


(64)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode merupakan cara kerja yang digunakan untuk memahami, mengerti, segala sesuatu yang berhubungan dengan peneliatan agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Sesuai dengan sasaran penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang menggunakan tujuan untuk menentukan tingkat pengaruh variabel-variabel dalam suatu populasi. Menurut Nawawi (2001:63), metode deskriptif merupakan suatu jenis penelitian yang berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran suatu gejala sosial atau keadaan subyek atau obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.

Berdasarkan pendapat tersebut maka yang digunakan dalam metodelogi penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan jenis korelasional, yaitu suatu model penelitian yang menitikberatkan pada masalah atau peristiwa yang sedang berlangsung dengan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang situasi dan kondisi yang ada. Selain itu juga penelitian ini mampu untuk melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu. Metode


(65)

deskriptif ini digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu. Metode korelasional digunakan untuk; (1) Mengukur hubungan diantara berbagai variabel, (2) Meramalkan variabel tidak bebas dari pengetahuan kita tentang variabel bebas, (3) Meratakan jalan untuk membuat rancangan penelitian experimental. Maka penggunaan metode deskriptif ini sangat cocok dalam penelitian ini karena sasaran kaitan penelitian ini berupa pengaruh pemahaman konsep politik terhadap tingkat partisipasi masyarakat Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur.

B. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian pada hakekatnya merupakan suatu persiapan bersifat sistematis dengan tujuan agar penelitian dapat berjalan sesuai dengan rencana. Dalam penilitian dan penulisan skripsi ini kegiatan yang dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Persiapan Pengajuan Judul

Langkah awal dalam penelitian ini, penulis mengajukan judul kepada dosen Pembimbing Akademik. Pada judul pertama yang diajukan kepada Pembimbing Akademik langsung disetujui oleh dosen Pembimbing Akademik. Yang sekaligus ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan dan sekaligus ditentukan Pembimbing Utama yaitu Dr. Irawan Suntoro, M.S.. dan Pembimbing Pembantu yaitu M. Mona Adha, S.Pd, M.Pd.


(66)

Pada tanggal 15 November 2013 judul tersebut disetujui dan sekaligus langsung ditentukan dosen Pembimbing Utama dan Pembimbing Pembantu.

2. Penelitian Pendahuluan

Setelah judul penelitian oleh Pembimbing Akademik dan ketua Program Studi PPKn, dan peniliti mendapat izin penelitian pendahuluan dari Dekan FKIP pada bulan Desember 2013 dengan nomor: 6780/UN26/3/PL/2013, maka peneliti mulai melakukan Penelitian Pendahuluan di Dusun X Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur.

Maksud dari penelitian pendahuluan ini adalah untuk mengetahui lokasi dan keadaan tempat penelitian, memperoleh data, serta memperoleh gambaran secara umum tentang berbagai hal yang akan diteliti dalam mengenai Pengaruh Pemahaman Konsep Politik terhadap Tingkat Partisipasi Politik dalam Kehidupan Bernegara Masyarakat Desa Mataram baru Kabupaten Lampung timur.

3. Pengajuan Rencana Penelitian

Rencana penelitian dilakukan melalui proses konsultasi sebagai salah satu prosedur untuk memperoleh persetujuan melaksanakan seminar proposal. Melalui beberapa perbaikan, proposal akhinya disetujui Oleh Pembimbing II (Pembantu) pada tanggal 30 Desember 2013 dan Pembimbing I (Utama) pada tanggal 17 Januari 2014, lalu seminar proposal pada tanggal 20 Februari 2014. Adapun tujuan diadakan


(67)

seminar tersebut adalah untuk memperoleh masukan, saran, dan kritik, demi kesempurnaan skripsi ini.

Setelah kegiatan seminar proposal penelitian, penulis melakukan perbaikan sesuai dengan saran-saran dan masukan dari para Pembahas seminar proposal penelitian tersebut. Setelah perbaikan selesai, kemudian penulis mengajukan pengesahan Komisi Pembimbing I (utama) dan Pembimbing II (pembantu) yang disetujui oleh Ketua Program Studi PPkn, Ketua Pendidikan IPS, dan dilanjutkanya disahkan oleh Dekan FKIP Universitas Lampung.

4. Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Administrasi

Penelitian dilakukan berdasarkan surat izin penilitian yang dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung No. 1326/UN26/3/PL/2014 yang diajukan kepada Kepala Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur, maka penelitian ini pun dilaksanakan.

b. Penyusunan Alat Pengumpulan Data

Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang menggunakan alat pengumpul data yang berupa angket tertutup yang akan ditujukan kepada responden yang berjumlah 37 anak dengan jumlah pertanyaan 20 item soal dengan 3 (tiga) alternatif jawaban. Adapun langkah-langkah yang peniliti lakukan dalam penyusunan angket tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.


(68)

1. Membuat kisi-kisi angket tentang Pengaruh Pemahaman Konsep Politik terhadap Tingkat Partisipasi Politik dalam Kehidupan Bernegara Masyarakat Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur.

2. Mengkonsultasikan angket kepada pembimbing I dan II guna mendapat persetujuan.

3. Setelah angket tersebut disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing II, serta angket siap untuk disebar, selanjutnya peneliti mengadakan uji coba angket kepada, 10 orang responden diluar sampel yang sebenarnya.

5. Penelitian Lapangan

Pelaksanaan penelitian di lapangan dengan membawa surat izin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pedidikan Universitas Lampung degan Nomor:1326/UN26/3/PL/2014.

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 24 April 2014 setelah memperoleh izin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung serta responden yang ada di Lingkungan II Kelurahan Gunung Terang dan telah diketahui identitasnya, maka kegiatan selanjutnya adalah memberikan angket kepada responden yang sebenarnya yaitu 37 (tiga puluh tujuh) orang untuk menanggapi dan mengisi angket.


(69)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Basrowi dan Kasinu (2007:206) populasi adalah keseluruhan subyek atau obyek yang menjadi sasaran penelitian.

Berdasarkan pendapat di atas populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Dusun X Desa Mataram Baru yang berjumlah 145 orang. Populasi adalah setiap kepala keluarga yang ada di dusun X desa Mataram baru yang mempunyai hak pilih aktif. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 3.1 : Data jumlah populasi masyarakat yang memiliki hak pilih aktif Dusun X Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur

No Umur Jumlah masyarakat

1 20-30 tahun 17

2 31-40 tahun 44

3 41-50 tahun 34

4 51-60 tahun 26

5 60 tahun ke atas 24

Jumlah 145

Sumber : Data dari kepala Dusun X Desa Mataram Baru 2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dijadikan sasaran dalam penelitian. Menurut Mohammad Ali (1987:54), sampel merupakan sebagian besar yang diambil dari keseluruhan obyek penelitian yang


(1)

Untuk menguji adanya hubungan antara variable bebas dan variabel terikat, maka digunakan analisis regresi korelasi sederhana, maka peneliti menggunakan rumus persamaan regresi linier sederhana, dengan rumus sebagai berikut:

a = ∑ ∑ ∑ ∑

∑ ∑

b = ∑ ∑ ∑

∑ ∑

Keterangan:

Y’ : Nilai yang diprediksi

X : Nilai variabel independen (bebas) a : Konstanta atau bila harga X = 0 b : Koefisien regresi

Setelah menguji hipotesis regresi linier sederhana dilanjutkan dengan uji signifikan dengan rumus sebagai berikut :

t0 =

Sb

b

Keterangan :

t0 : Nilai teoritis observasi b : Koefisien arah regresi Sb : Standar devisi

Untuk mengetahui hasil sebuah hipotesis apakah Ho diterima atau ditolak, maka perlu dibandingkan antara t hitung dengan t tabel. Apabila hasil penghitungan dari:


(2)

66

a. Jika , maka Ho diterima dan Ha ditolak. b. Jika , maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Tabel 3.3 : Interval Koefisien Korelasi

Interval koefisien Tingkat Pengaruh 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat Sumber: Sugiyono (2011: 257)


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: adanya pengaruh antara pemahaman konsep politik dengan tingkat partisipasi politik dalam kehidupan bernegara masyarakat Desa Mataram Baru Kabupaten Lampung Timur. Jadi masyarakat cenderung paham dengan konsep politik dan partisipasi politik masyarakat cenderung aktif. Semakin baik pemahaman konsep politik masyarakat Desa Mataram Baru Kabupaten lampung Timur, maka semakin baik pula partisipasi politik masyarakat.

Pemahaman konsep politik yang baik memiliki pengaruh yang signifikan dengan partisipasi politik yang dilaksanakan oleh masyarakat. Begitu pula dengan pengaplikasian partisipasi politik masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ketentuan politik.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan yang sudah dikemukakan, maka peneliti dapat mengajukan saran sebagai berikut:


(4)

99

1. Kepada pemerintah, sebagai pengendali politik jangan memihak partai politik tertentu dan berkordinasi yang baik sebagai sosialisasi dan pendidikan politik.

2. Kepada partai politik agar menjalankan fungsinya dengan baik yaitu dengan menjadi agen penting pendidikan dan sosialisasi politik. Partai politik melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar lebih cerdas merespon program-program yang disampaikan oleh partai politik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Admin WGS.2009.Tata Pemerintahan Desa.diakses 10-01-2014.

http://ilmupemerintahan.wordpress.com/2009/04/05/transformasi-tata-pemerintahan-desa/

Ali,Muhammad.1987.Penelitian Pendidikan dan Strategi.Bandung: Angkasa ...1984.Penelitian Pendidikan dan Strategi.Bandung: Angkasa Alkhazim.2010.Struktur Politik.diakses 17-03-2014

http://alkhazim26.wordpress.com/2010/03/10/struktur-politik/ Andang.1981.Pengantar Ilmu Poitik.Bandung:CV Armico

Anonim.2010.Konsep Dasar Ilmu Politik.diakses 10-11-2013. http://ghostrazieneramochin.wordpress.com/

Anonim.Metodologi Penelitian

.

diakses 10-11-2013

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1fisip09/204612072/bab3.pdf Arifin, Anwar.2006.Pencitraan Politik.Jakarta: Pustaka Indonesia.

Arifin, Anwar.2014.Politik Pencitraan-Pencitraan Politik.Yogyakarta: Graha Ilmu

Arikunto, Suharsini.2009.Manajemen Penelitian.Jakarta:Rineka Cipta.

...1982.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.Jakarta: Bumi Aksara.

Basrowi;Akhmad Kasinu.2007.Metodologi Penelitian Sosial.Purworejo:CV Jenggala Pustaka Utama

Budiyanto.2007.Pendidikan Kewarganegaraan.Jakarta: Erlangga.

Budiardjo, Miriam.2008.Dasar-dasar Ilmu Politik.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Dhal, Robert.1994.Analisis Politik Modern.Jakarta : PT Bumi Aksara. Elly M. Setiadi dan Usman Kolip.2013.Pengantar Sosiologi Poitik.Jakarta:


(6)

Hilda Asriani.2013.Pengaruh Pemahaman Budaya Demokrasi terhadap Pengendalian diri siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Kedondong

Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2013/2013.Universitas

Lampung

Husaini Usman dan Purnomo Stiady Akbar.1995. Metodolgi Penelitian

Sosial.Jakarta:

Bumi aksara

Lubis, Solly.1989.Politik dan Hukum.Bandung: Mandar Maju Maran, R.R.2001.Pengantar Sosiologi Politik.Jakarta: Rineka Cipta. MGMP PKn SMA Lampung Timur.2013.Pendidikan

Kewarganegaraan.Surakarta: Mediatama.

Nazir, Mohammad.1999.Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia.

N.g Philipus dan Nurul Aini.2004.Sosiologi dan Politik.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada

Tursina.2012.Konsep Politik.diakses 15-11-2013.

http://safaritursina008.blogspot.com/2012/11/konsep-dasar-poitik-ii. Saca Firmansyah.2009.Partisipasi Masyarakt.diakses 03-03-2012.

http://sacafirmansyah.wordpress.com/2009/06/05/partisipasi-masyarakat/ Sitepu, Anthoniuss.2012. Studi Ilmu Politik. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Surbakti Ramlan.1992.Ilmu Politik.Jakarta:PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Wikipedia.Pemilihan Umum.diakses 1001-2014.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum

Winataputra, Udin S.2011.Materi dan Pembelajaran PKn SD.Jakarta: Universitas terbuka