Struktur Vegetasi Mangrove Hasil dan Pembahasan

44 Gambar 1. Gambaran lokasi penelitan beserta titik koordinat pada setiap plot.

B. Struktur Vegetasi Mangrove

1. Susunan Jenis Mangrove Komposisi mangrove di kedua stasiun berbeda, di stasiun 1 ditemukan 13 jenis tumbuhan mangrove, terdiri dari dua mangrove mayor, tiga mangrove minor dan delapan mangrove asosiasi. Sementara di stasiun 2 ditemukan 20 jenis tumbuhan yang terdiri dari enam mangrove mayor, empat mangrove minor dan sepuluh mangrove asosiasi. Pengelompokan tersebut didasarkan pada Kitamura 1997: 97, bahwa mangrove sejati atau komponen mayor ialah tumbuhan yang secara morfologi membentuk seperti akar udara dan mekanisme fisiologis seperti Stasiun 1 Stasiun 2 45 organ pengeluaran garam agar dapat beradaptasi di lingkungan mangrove. Kelompok ini hanya terdapat di hutan mangrove dan membentuk tegakan murni. tidak Kelompok tambahan atau minor merupakan bagian yang penting dari mangrove biasanya terdapat pada daerah tepi dan jarang sekali membentuk tegakan murni. Asosiasi adalah kelompok tumbuhan yang tidak pernah tumbuh di dalam komunitas mangrove sejati dan biasanya tumbuh dengan tumbuhan darat. Terdapat 50 jenis mangrove sejati dan setidaknya tercatat 40 jenis terdapat di Indoesia Noor, dkk. 2006: 9 dan enam di antaranya berada di lokasi penelitian. Di Indonesia terdapat 14 jenis mangrove langka Noor, dkk. 2006: 9. Noor, dkk 2006; 9 juga mengatakan bahwa lima jenis umum setempat namun langka secara global, sehingga berstatus rentan dan memerlukan perhatian khusus untuk pengelolaannya. Jenis-jenis tersebut adalah Ceriops decandra, Scyphiphora hydrophyllacea, Quassia indica, Sonneratia ovata atau S. alba, dan Rhododendron brookeanum, dari kelima spesies tersebut terdapat satu jenis di lokasi penelitian yaitu Sonneratia ovata atau S. alba. Terdapat perbedaan susunan jenis pada kedua stasiun Tabel 2, di stasiun 1 tidak ditemukan S. alba, S. caseolaris, Bruguiera gymnorrhiza, C. tagal, Acrostichum aureum, A. speciosum, Pongamia pinnata serta Scaevola taccada sementara pada stasiun 2 tidak ditemukan Xylocarpus granatum dan Caesalpinia sp, namun spesies yang mendominasi pada 46 kedua stasiun sama yaitu Rhizophora apiculata. Perbedaan komposisi susunan mangrove ini dikarenakan faktor lingkungan yang berbeda seperti salinitas, substrat dan pasang surut. Hal ini sesuai dengan Aksornkoae 1993: 33 bahwa komposisi dan distribusi jenis serta pola pertumbuhan mangrove dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti salinitas, pasang surut, gelombang, arus, substrat dan nutrisi. Tabel 1. Susunan mangrove di stasiun 1 dan 2 No Kel. Famili Jenis Stasiun 1 Stasiun 2 Jalur 1 Jalur 2 Jalur 2 Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3 Jalur 4 Jalur 5 1 Mayor Rhizophoraceae Rhizophora stylosa + + + - - - - + 2 Mayor Rhizophoraceae Rhizophora apiculata + + + + + + + + 3 Mayor Rhizophoraceae Bruguiera gymnorrhiza - - - - - + + - 4 Mayor Rhizophoraceae Ceriops tagal - - - - - + + - 5 Mayor Lythraceae Sonneratia caseolaris - - - + + - + - 6 Mayor Lythraceae Sonneratia alba - - - - + - - - 7 Minor Meliaceae Xylocarpus granatum + - - - - - - - 8 Minor Malvaceae Heritiera littoralis + + - - + - + + 9 Minor Euphorbiaceae Excoecaria agallocha - + - - + - + + 10 Minor Pteridaceae Acrostichum aureum - - - - + - + - 11 Minor Pteridaceae Acrostichum speciosum - - - - - + - - 12 Asosiasi Arecaceae Corypha utan - + + + + + + - 13 Asosiasi Myrtaceae Syzygium polyanthum - + + - + - + + 14 Asosiasi Combretaceae Terminalia catappa - + + - + - - - 15 Asosiasi Anacardiaceae Buchanannia arborescens - - + + + + - + 16 Asosiasi Calophyllaceae Calophyllum inophyllum - - - + + + + - 17 Asosiasi Fabaceae Pongamia pinnata - - - - - - - + 18 Asosiasi Fabaceae Ardisia sp - + - + - - - - 19 Asosiasi Fabaceae Desmodium umbellatum - + - - - - - + 20 Asosiasi Fabaceae Caesalpinia sp - + - - - - - - 21 Asosiasi Lamiaceae Clerodendrum sp - + - - - - + + 22 Asosiasi Goodeniaceae Scaevola taccada - - - - - - - + Keterangan: Kel berarti Kelompok 47 Dominasi R. apiculata, tersebut sesuai dengan Aksornkoae 1993: 47, bahwa spesies yang dominan dan penting merupakan famili dari Rhizophoraceae, genus Rhizophora, Ceriops, dan Bruguiera, famili Sonneratiaceae dengan spesies Sonneratia dan famili Avicenniaceae dengan spesies Avicennia. Jenis R. apiculata tumbuh langsung berhadapan dengan laut, tetapi di stasiun 1, pada ketiga transek, R. stylosa berada di baris terdepan, walaupun dari transek 1 hingga transek 3 zona R. stylosa semakin pendek. Di baris terdepan pada stasiun 2, R. apiculata berasosiasi dengan Sonneratia alba. Hal ini menunjukkan bahwa R. apiculata, R stylosa dan S. alba mampu tumbuh di zona dengan tingkat penggenangan dan salinitas tinggi. Pernyataan tersebut didukung oleh Aksornkoae 1993: 47 bahwa R. mucronata dan R. apiculata lebih suka berada pada daerah dengan pasang tinggi selalu tergenang. Samingan 1980 dalam Noor, dkk. 2006: 8 menemukan bahwa di Karang Agung, Sumatra Selatan, pada zona terdepan di dominasi oleh S. alba yang tumbuh di areal yang benar-benar dipengaruhi oleh air laut. Van Steenis 1958 dalam Noordkk. 2006: 8 menambahkan pula bahwa S. alba dan Avicennia alba adalah jenis ko-dominan pada areal pantai yang selalu tergenang. Noor, dkk 2006: 5, mengungkapkan bahwa S. alba sering ditemui dalam kondisi salinitas mendekati salinitas air laut. Hasil penelitian ini tidak ditemukan Avicennia yang disebabkan kondisi wilayah yang rapat sehingga sinar matahari tidak dapat mencapai 48 lantai hutan serta kondisi biji Avicennia yang berbentuk seperti kacang sehingga sulit tertambat pada substrat yang memiliki frekuensi penggenangan tinggi, terlebih pada stasiun 2, walaupun Avicennia memiliki toleransi yang besar terhadap salinitas. Alasan di atas diperkuat oleh Nybakken 2003: 368 bahwa Avicennia tumbuh di bagian pinggir, biji Avicennia tidak dapat tumbuh dalam keadaan teduh atau berlumpur tebal yang biasanya terdapat di dalam hutan. Sementara kondisi wilayah penelitiaan ini cenderung teduh dengan tegakan Rhizophora yang rapat. Tegakan S. caseolaris di beberapa lokasi terletak di zona belakang, pada stasiun 2 di transek 1, 2 dan 4, pohon tersebut tergenang pasang hanya pada pasang luar biasa, sehingga kadar salinitas rendah. Sebenarnya di stasiun 1 terdapat S. caseolaris namun tidak masuk dalam plot, S. caseolaris terletak di ujung zona pasang surut yang mengakibatkan kadar salinitas di lokasi ini juga minim. Kenyataan tersebut sama dengan yang dikatakan Noor, dkk 2006: 9 bahwa S. caseolaris dapat tumbuh pada salinitas kurang dari 10‰ rendah. Tegakan Bruguiera gymnorrhiza dan Ceriops tagal tidak ditemukan di stasiun 1, disebabkan oleh substrat di stasiun ini lebih lembek, dibanding substrat di stasiun 2 yang lebih keras dan padat. Seperti yang dikatakan oleh Aksornkoae 1993: 99 bahwa daerah yang menuju ke darat, pada tanah liat yang keras tumbuh pohon B. gymnorrhiza dan biasanya berasosiasi dengan C. tagal. 49 Adanya Pongamia pinnata serta Scaevola taccada di stasiun 2 disebabkan substrat didominasi oleh pasir, sementara stasiun 1 memiliki substrat dengan prosentase pasir lebih sedikit. Selain itu juga karena tegakan di zona landward stasiun 1 memiliki pohon dengan kanopi yang cukup rapat sehingga sinar matahari sulit menjangkau lantai hutan, sementara kedua jenis tumbuhan ini biasanya tumbuh di lokasi dengan keterbukaan cukup tinggi. Sadiyasa 2012: 45 mengungkapkan bahwa Pongamia pinnata tumbuh di lokasi dengan susbtrat yang memiliki konsentrasi pasir besar. Tumbuhan ini masih ditemukan di belakang zona pasang surut hingga lebih dari 100 m. Di lokasi yang tidak mengandung pasir tegakan ini tidak ditemukan. Acrostichum aureum ditemukan hanya pada stasiun 2 di transek 2 dan 4, sedang Acrostichum speciosum ditemukan pada transek 3, disebabkan oleh kondisi lokasi pada zona landward ini cenderung terbuka, sehingga tumbuhan bawah seperti paku laut ini dapat tumbuh karena sinar matahari dapat masuk. Selain itu juga terdapat pohon yang tumbang pada transek 2, mengakibatkan keterbukaan lebih besar. Hal ini sesuai dengan Mackinnon, dkk 2000: 99, bahwa selain penyusun utama hutan bakau juga ditemukan jenis liana misalnya Derris, tumbuhan paku, rumput dan teki-tekian yang tumbuh di tempat terbuka, adanya paku laut dapat membuat lingkungan mangrove rusak, atau lingkungan mangrove yang rusak biasanya ditandai dengan adanya paku laut. Apabila paku laut 50 mendominasi maka semaian yang jatuh akan menimpanya dan semaian tidak mencapai substrat sehingga tidak dapat tumbuh, atau tidak disebarkan oleh air. Xilocarpus granatum hanya ditemukan di stasiun 1 pada transek 1, disebabkan lokasi lebih tebuka dibanding area lain di stasiun 1. Hal ini pun dikuatkan dengan pernyataan Noor, dkk 2006: 134 bahwa Xilocarpus granatum melimpah khususnya pada area bekas tebangan hutan dan gangguang lainnya dengan kata lain sinar matahari masuk dengan baik. Caesalpinia sp hanya ditemukan di stasiun 1, disebabkan oleh zona landward stasiun 2 yang bersubstrat pasir, sementara tumbuhan ini biasanya tumbuh di substrat yang minim pasir. Hal ini sama dengan apa yang dituliskan dalam pharmatutor.org bahwa jenis ini tumbuh di bantaran sungai atau di belakang zona pasir pada hutan mangrove. B.1 Pohon Berdasarkan analisis vegetasi mangrove di kedua stasiun yang menggunakan metode jalur berpetak, ditentukan tiga jalur dan sembilan plot di stasiun 1 serta lima jalur, 17 plot di stasiun 2, diperoleh data kerapatan, frekuensi, dominansi dan nilai penting lihat Tabel 3 dan 4. 51 Table 2. Hasil perhitungan Keraptan KR, Frekuensi FR, Dominansi DR dan Indeks Nilai Penting INP Kategori Pohon Stasiun 1. No Jenis Ki KR Fi FR Di DR INP 1 Rhizophora stylosa 77,78 29,17 0,44 23,52 3,35 15,35 68,03 2 Rhizophora apiculata 119,44 44,79 0,56 29,39 6,13 28,12 102,30 3 Xylocarpus granatum 2,78 1,04 0,11 5,88 0,57 2,60 9,52 4 Heritiera littoralis 16,67 6,25 0,22 11,76 2,05 9,41 27,42 5 Excoecaria agallocha 2,78 1,04 0,11 5,88 0,27 1,23 8,15 6 Corypha utan 33,33 12,50 0,22 11,76 6,89 31,62 55,88 7 Syzygium polyanthum 8,33 3,12 0,11 5,88 1,75 8,02 17,03 8 Terminalia catappa 5,56 2,08 0,11 5,88 0,78 3,58 11,54 Seluruh pohon yang diamati dan diidentifikasi dari kedua stasiun berjumlah 269 pohon. Di stasiun 1, total pohon sebanyak 96, sementara di stasiun 2 berjumlah 173 pohon. Sebanyak 96 pohon tersebut terdiri dari 28 R. stylosa, 43 R. apiculata, satu Xilocarpus granatum, enam Heritiera littoralis, 12 Corypha utan, tiga Syzygium polyanthum dan dua Terminalia cattapa. Di stasiun 2, dari total 173 pohon, terdiri dari satu Rhizophora stylosa, 100 R. apiculata, 16 Bruguiera gymnorrhiza, satu Ceriops tagal, delapan Sonneratia caseolaris, tiga S. alba, tujuh Heritiera littoralis, enam Exoecaria agallocha, lima Syzygium polyanthum, tujuh Buchanannia arborescens, satu Terminalia cattapa, enam Corypha utan dan satu Pongamia pinnata. Kerapatan merupakan jumlah individu yang ditemukan perluas area pengamatan atau persatuan ruang. Tingkat 52 penguasaan ruang tertinggi adalah R. apiculata baik di stasiun 1 maupun stasiun 2, dengan nilai kerapatan relatif masing-masing sebesar 44,79 dan 57,80. R. apiculata di stasiun 1 ditemukan di lima plot, diikuti dengan nilai penutupan yang paling tinggi pula yaitu 2,21 m 2 ha, dengan dominansi sebesar 28,12, berbanding lurus dengan Indeks Nilai Penting INP sebesar 102,30 Tabel 14. Table 3. Hasil perhitungan Keraptan KR, Frekuensi FR, Dominansi DR dan Indeks Nilai Penting INP Kategori Pohon Stasiun 2 No Jenis Ki KR Fi FR Di DR INP 1 Rhizophora stylosa 1,47 0,58 0,06 2,13 0,05 0,21 2,92 2 Rhizophora apiculata 147,06 57,80 0,82 29,79 8,65 37,17 124,76 3 Bruguiera gymnorrhiza 23,53 9,25 0,24 8,51 1,51 6,47 24,23 4 Ceriops tagal 1,47 0,58 0,06 2,13 0,05 0,21 2,92 5 Sonneratia caseolaris 11,76 4,62 0,24 8,51 2,96 12,72 25,85 6 Sonneratia alba 4,41 1,73 0,06 2,13 0,19 0,81 4,67 7 Heritiera littoralis 10,29 4,05 0,24 8,51 1,25 5,35 17,91 8 Excoecaria agallocha 8,82 3,47 0,24 8,51 0,49 2,09 14,07 9 Syzygium polyanthum 7,35 2,89 0,24 8,51 1,26 5,42 16,83 10 Calophyllum inophyllum 16,18 6,36 0,18 6,38 3,54 15,20 27,94 11 Buchanannia arborescens 10,29 4,05 0,24 8,51 1,57 6,75 19,31 12 Terminalia catappa 1,47 0,58 0,06 2,13 0,11 0,47 3,18 13 Corypha utan 8,82 3,47 0,06 2,13 1,56 6,70 12,30 14 Pongamia pinnata 1,47 0,58 0,06 2,13 0,10 0,43 3,13 Keadaan tersebut juga berlaku pada stasiun 2, R. apiculata ditemukan di seluruh transek, sebanyak 14 plot. Luas penutupan 5,88 m 2 ha, dominansi relatif 37,17, sejalan dengan INP sebesar 124,76. Kemelimpahan R. apiculata berkaitan dengan faktor 53 lingkungan yang mendukung, sesuai dengan Mackinnon 2000: 99, bahwa keberadaan atau kemelimpahan suatu jenis dipengaruhi oleh tiga faktor utama: kekerapan dan lama penggenangan air laut, salinitas dan substrat. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sudharmadji 1994: 135, bahwa komunitas didominasi oleh R. apiculata untuk semua tegakan dan diperkirakan akan sama untuk tahun-tahun mendatang. Selain itu, kerapatan dan penyebarannya yang tinggi juga didukung oleh semaian tanaman tersebut. Semaian yang berkecambah saat di pohon atau vivipari, serta bentuknya yang panjang, sehingga ketika jatuh dapat menancap pada substrat atau terbawa air dan tertambat di tempat lain. Hal ini sesuai dengan Nybakken 1998: 364, bahwa benih ketika masih menempel pada induk berkecambah dan terus tumbuh dalam semaian tanpa mengalami istrirahat. Selama waktu ini semaian memanjang dan semakin berat hingga akhirnya terlepas, dapat menancap langsung pada substrat atau mengapung, terbawa ke tempat yang dangkal di mana ujung akar dapat menyentuh substrat hingga akhirnya tumbuh. Di stasiun 1, kerapatan R.stylosa menempati urutan kedua sebesar 29,17, atau dengan kata lain hanya 26,04 yang diisi tegakan lain. Indeks nilai penting untuk R. stylosa sebesar 68,03. 54 Di stasiun 2, kerapatan setelah R. apiculata adalah Bruguiera gymnorrhiza yaitu 9,25, yang ditemukan di empat plot, dengan frekuensi diketemukannya sebesar 8,51 serta luas basal area sebesar 1,02 m 2 ha. Indeks nilai penting sebesar 24,23. Tegakan S. caseolaris memiliki kerapatan relatif sebesar 4,62 namun indeks nilai pentingnya melebihi B. gymnorrhiza, yaitu sebesar 25,85. Keadaan tersebut dapat terjadi karena luas basal area yang dihitung berdasarkan diameter lebih besar S. caseolaris dibanding B. gymnorrhiza. Baris terdepan stasiun 2 adalah R. apiculata yang berasosiasi dengan S. alba, tepatnya di transek 2. Tegakan S. alba memliki kerapatan jenis sebesar 1,73, indeks nilai penting sebesar 4,67. Mackinnon 2000: 99 menyebutkan bahwa komunitas perintis umumnya didominasi oleh tegakan Avicennia marina, Avicennia alba atau Sonneratia alba. Avicennia tumbuh di atas tanah pasir yang kokoh sedangkan Sonneratia dengan lumpur yang lunak. Berdasarkan pernyataan tersebut dan pengamatan lapangan substrat memang cenderung berlumpur dan lunak. Ditambahkan pula oleh Giesen 2007: 18, pada komunitas mangrove di Vietnam Avicennia alba adalah populasi pionir yang berkembang di muara sungai, R. apiculata dan S. alba terdapat pada substrat yang stabil. 55 Berdasarkan tabel 3, tumbuhan asosiasi mangrove memiliki kerapatan, frekuensi, dominansi dan indeks nilai penting yang lebih rendah. Hal tersebut dikarenakan tegakan tumbuh di lokasi yang memang bukan habitat aslinya. Merujuk pada pengertian asosiasi yang merupakan kelompok tumbuhan yang tidak pernah tumbuh di dalam komunitas mangrove sejati. Biasanya tumbuh dengan tumbuhan darat atau dengan kata lain tegakan tersebut berhasil beradaptasi dengan lingkungan di hutan mangrove, tidak murni memiliki akar, batang maupun daun yang dirancang khusus untuk hidup dilingkungan pasang surut. Kondisi ini juga berlaku di stasiun 2 lihat kembali Tabel 4. B.2 Tiang Berdasarkan Tabel 5, hasil analisis vegetasi stasiun 1 dengan luasan wilayah empat ha, total tiang yang didapat sebanyak 29 tiang, dengan total kerapatan jenis sebesar 322 tiangha, yang terdiri dari dua mangrove mayor R. stylosa R. apiculata dan tiga mangrove asosiasi C. utan, T. cattapa dan B. arborescens. Tegakan tiang di stasiun 2 Tabel 6 berjumlah delapan jenis yang terdiri dari empat mangrove mayor, dua mangrove minor dan dua mangrove asosiasi. Total individu sebanyak 102, 56 total kerapatan jenis sebesar 600 tiangha, dengan luas total sembilan ha. Table 4. Hasil perhitungan Keraptan KR, Frekuensi FR, Dominansi DR dan Indeks Nilai Penting INP Kategori Tiang di Stasiun 1 No Jenis Ki KR Fi FR Di DR INP 1 Rhizophora stylosa 122,222 37,931 0,333 0,273 2,690 40,059 78,262 2 Rhizophora apiculata 155,556 48,276 0,556 0,455 3,954 58,889 107,619 3 Corypha utan 11,111 3,448 0,111 0,091 0,018 0,263 3,803 4 Terminalia catappa 11,111 3,448 0,111 0,091 0,017 0,248 3,787 5 Buchanannia arborescens 22,222 6,897 0,111 0,091 0,036 0,543 7,530 Jumlah jenis di kedua stasiun berbeda, hal tersebut disebabkan luasan dari kedua plot berbeda, faktor edafik yang berbeda, dan panjang garis tegak lurus garis pantai yang berbeda pula. Di stasiun 1 rata-rata panjang garis tersebut tidak lebih dari 100 m, sementara di stasiun 2, 3 transek memiliki panjang 125 m. Table 5. Hasil perhitungan Keraptan KR, Frekuensi FR, Dominansi DR dan Indeks Nilai Penting INP Kategori Tiang di Stasiun 2 No Jenis Ki KR Fi FR Ki DR INP 1 Rhizophora apiculata 341,176 56,863 0,706 52,174 7,105 0,621 109,658 2 Bruguiera gymnorrhiza 70,588 11,765 0,176 13,043 1,543 0,135 24,943 3 Ceriops tagal 35,294 5,882 0,118 8,696 0,497 0,044 14,622 4 Sonneratia alba 17,647 2,941 0,059 4,348 0,451 0,039 7,328 5 Heritiera littoralis 17,647 2,941 0,059 4,348 0,200 0,017 7,306 6 Excoecaria agallocha 52,941 8,824 0,059 4,348 0,860 0,075 13,247 7 Buchanannia arborescens 11,765 1,961 0,059 4,348 0,174 0,015 6,324 8 Corypha utan 52,941 8,824 0,118 8,696 0,605 0,053 17,572 Di stasiun 1 tidak terdapat jenis Ceriops tagal, Sonneratia alba, Heritiera littoralis dan Excoecaria agallocha sementara di 57 stasiun 2 ada. Hal tersebut terkait dengan kondisi edafik lingkungan. Ceriops tagal membentuk kanopi di bawah tegakan Rhizophora apiculata dan Bruguiera gymnorrhiza pada transek 3 dan 4. B.3 Pancang Berdasar Tabel 7, terdapat 3 jenis mangrove yang ditemukan, terdiri dari satu mangrove mayor, satu mangrove minor dan satu mangrove asosiasi. Kerapatan tertinggi terjadi pada Heritiera littoralis, dengan indeks nilai penting sebesar 1,221. Table 6. Hasil perhitungan Keraptan KR, Frekuensi FR, Dominansi DR dan Indeks Nilai Penting INP Kategori Pancang di stasiun 1. No Jenis Ki KR Fi FR Di DR INP 1 Rhizophora apiculata 88,888 0,181 0,111 0,333 0,638 0,322 0,837 2 Heritiera littoralis 266,666 0,546 0,111 0,333 0,678 0,342 1,221 3 Syzigium polyanthum 133,333 0,273 0,111 0,333 0,664 0,336 0,942 Berbeda pada kategori pohon dan tiang, kategori pancang R. apiculata tidak mendominasi. R. apiculata memiliki nilai penting sebesar 0,837, lebih kecil dari H. littoralis dan S. polyanthum. Hal tersebut dapat terjadi karena hutan mangrove hanya memiliki satu tingkatan kanopi kecuali ada asosiasi dengan tumbuhan jenis lain, biasanya berasosiasi dengan Ceriops tagal atau C. decandra yang menyebabkan pohon kurang lebih memiliki rata-rata diameter yang hampir sama. Jika hutan 58 mangrove tersebut terbuka maka lantai hutan terkena sinar matahari dan semai dapat tumbuh secara bersamaan yang mengakibatkan tumbuhan tersebut tumbuh pada kategori yang sama. Table 7. Hasil perhitungan Keraptan KR, Frekuensi FR, Dominansi DR dan Indeks Nilai Penting Kategori Pancang di stasiun 2. No Jenis Ki KR Fi FR Di DR INP 1 Rhizophora apiculata 94,118 0,017 0,118 0,250 0,587 0,220 0,486 2 Excoecaria agallocha 141,176 0,025 0,059 0,125 0,601 0,225 0,375 3 Heritiera littoralis 47,059 0,008 0,059 0,125 0,240 0,090 0,223 4 Ceriops tagal 188,235 0,033 0,118 0,250 0,845 0,316 0,599 5 Bruguiera gymnorhyza 23,529 0,004 0,059 0,125 0,075 0,028 0,157 6 Buchanannia arborescens 70,588 0,013 0,059 0,125 0,324 0,121 0,259 Di stasiun 2 terdapat enam jenis tumbuhan yang masuk dalam kategori pancang, yaitu Rhizophora apiculata, Ceriops tagal, Bruguiera gymnorrhiza sebagai mangrove mayor, dua mangrove minor Heritiera littoralis dan Excoecaria agallocha serta satu mangrove asosiasi Buchanannia arborescens. Tegakan Ceriops tagal memeiliki kerapatan paling tinggi sebesar 188,235 m 2 ha dan indeks nilai penting sebesar 0,599. Tegakan Ceriops tagal tumbuh diantara tegakan R. apiculata dan Bruguiera gymnorrhiza yang membentuk strata kanopi. Di jelaskan pula oleh Aksornkoae 1993: 99 bahwa Bruguiera gymnorrhiza dan Xylocarpus granatum biasanya berasosiasi dengan bakau dan tanaman bawah yang terdiri atas C. tagal. 59 B.4 Semai Berdasarkan Tabel 9, ditemukan empat spesies tumbuhan yang termasuk dalam semak, keempat jenis ini ditemukan pada daerah peralihan atau tanpa genangan air laut. Kerapatan tertinggi pada Caesalpinia sp, yang merupakan climbing shrub sebesar 7777,78 m 2 ha dan kerapatan relatif sebesar 0,39. Cheklist of Mangrove Spesies of South East India and Sri Lanka, menyebutkan bahwa habitat dari Caesalpinia sp berada di tepian sungai dan di belakang hutan mangrove ke arah daratan. Table 8. Hasil perhitungan Keraptan KR dan Frekuensi FR Kategori Semai Stasiun 1. Kerapatan di urutan kedua adalah Ardisia sp dan Clerodendrum sp, dengan kerapatan relatif sama yaitu sebesar 0,22. Clerodendrum sp ditemukan di kedua stasiun, karena habitat tumbuhan ini memang di sepanjang pantai dan di daerah estuari dengan salinitas tinggi ataupun rendah. Semak Ardisia sp, tidak ditemukan di zona landward stasiun 1, disebabkan karena spesies ini tumbuh di substrat lempung learngrow.com, sedangkan di zona landward stasiun 2, substrat cenderung pasir. No Jenis Ki KR Fi FR 1 Ardisia sp 4444,44 0,22 0,11 0,25 2 Desmodium umbellatum 3333,33 0,17 0,11 0,25 3 Caesalpinia sp 7777,78 0,39 0,11 0,25 4 Clerodendrum sp 4444,44 0,22 0,11 0,25 60 Keempat tumbuhan tersebut masuk dalam mangrove asosiasi, karena mampu beradaptasi di lingkungan mangrove. Tabel 10 menunjukkan bahwa, terdapat semai dari mangrove mayor yaitu R. apiculata dan C. tagal dengan masing - masing nilai kerapatan relatifnya sebesar 0,06 dan 0,01. Semai dari R. apiculata ditemukan di transek 5 plot 3. Kondisi kanopi di lokasi tersebut tidak terlalu rapat, sehingga sinar matahari dapat mencapai lantai hutan. Table 9. Hasil perhitungan Keraptan KR dan Frekuensi FR Kategori Semai Stasiun 2. No Jenis Ki KR Fi FR 1 Rhizophora apiculata 2941,18 0,06 0,06 0,06 2 Heritiera littoralis 3529,41 0,07 0,06 0,06 3 Ceriops tagal 588,24 0,01 0,06 0,06 4 Acrostichum aureum 12352,94 0,24 0,18 0,19 5 Acrostichum speciosum 4705,88 0,09 0,06 0,06 6 Clerodendrum sp 11176,47 0,21 0,12 0,12 7 Terminalia cattapa 1176,47 0,02 0,06 0,06 8 Calophyllum inophyllum 11764,71 0,22 0,24 0,25 9 Corhypa utan 4117,65 0,08 0,12 0,12 Berdasarkan seluruh spesies mangrove mayor yang ditemukan hanya R. apiculata dan C.tagal yang ditemukan semaiannya, hal tersebut berhubungan dengan semaian R. apiculata yang berkecambah sewaktu di pohon serta bentuknya yang silindris dan panjang sehingga ketika jatuh dapat langsung menancap di tanah. Sama halnya dengan Ceriops tagal, hanya saja 61 berukuran lebih kecil dibanding dengan semaian R. apiculata. Di jelaskan oleh Aksornkoae 1993: 67 bahwa ketika semaian matang maka akan jatuh ke tanah, dan biji akan tumbuh dengan cepat. Hal ini dapat ditemukan pada Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Avicennia dan Aegiceras. Semai Sonneratia tidak ditemukan, disebabkan jenis biji Sonneratia yang sangat mudah terbawa air. Bentuknya yang bulat sehingga memudahkannya untuk mengapung dan berkemungkinan menambat atau tumbuh di berbagai tempat, dikatakan Primavera dan Esteban 2008 dalam Mukhlisin dan Gunawan. 2016: 119, bahwa S. alba termasuk dalam mangrove pionir yang menghasilkan biji banyak, dan mempunyai kemampuan mengapung yang baik, sehingga penyebarannya dapat terbawa arus laut ke berbagai tempat. Sedikitnya semaian yang ditemukan, dapat disebabkan semaian dimakan ketam. Mackinnon 2000: 104 menyatakan bahwa ketam Grapsidae memakan semai, dan sebagian pohon mangrove memproduksi bahan penyamak pada semaiannya untuk mengurangi predasi tersebut. Selain ketam, sedikitnya semaian juga dapat disebabkan oleh sampah yang berada di areal hutan mangrove, sampah tersebut dapat menghambat pertumbuhan semaian. Semaian yang tertutupi oleh sampai akan mati serta 62 sampah yang melapisi substrat membuat semaian tidak dapat menambat dan tumbuh. Hal ini dibenarkan oleh Arif Pratiwi 2005: 3-4 bahwa, adanya sampah di permukaan tanah membuat buah yang jatuh tertahan oleh tumpukan sampah sehingga biji tidak dapat tumbuh. Serta adanya sampah yang terhanyut juga menimbun seedling yang baru tumbuh sehingga mengakibatkan kematian. Selain semaian mangrove mayor juga ditemukan semaian mangrove minor yaitu Heritiera littoralis, dan semak Acrostichum aureum dan Acrostichum speciosum dengan masing masing kerapatan relatif sebesar 0,07, 0,24 dan 0,09. Acrostichum aureum dan Acrostichum speciosum merupakan paku laut, yang sering tumbuh di areal pertengahan hingga belakang, dengan salinitas dan pengaruh pasang surut yang rendah dibanding dengan zona depan. Jika pertumbuhan paku laut ini tidak terkendali, dapat mengganggu regenerasi tanaman mangrove. Semak Clerodendrum sp dan semaian Terminalia cattapa, Calophyllum inophyllum, serta Corhypa utan ditemukan di areal yang tidak terpengaruh pasang surut. Semai Calophyllum inophyllum memiliki nilai kerapatan yang cukup tinggi yaitu 0,22, disebabkan oleh jenis biji yang mudah tumbuh dan pembungaan yang terjadi sepanjang tahun. Bustomi, dkk 2008. 63 dalam Nurtjahjaningsih 2012:2, bahwa nyamplung Calophyllum inophyllum adalah tanaman asli Indonesia yang tumbuh di daerah pantai hingga dataran tinggi dan berbunga sepanjang tahun. Indeks nilai penting pada kategori ini tidak diketahui, karena tidak dilakukan pengambilan data luas tajuk.

C. Indeks Keanekaragaman H’, Kemerataan E dan Kekayaan R