kesehatan itu. Kepala sekolah hendaknya menghubungkan pelayanan kesehatan itu dengan kebijaksanaan pengajaran di sekolahnya.
f. Tujuan dan Fungsi Layanan Kesehatan Sekolah
Pada dasarnya tujuan layanan kesehatan sekolah adalah: a mengikuti perkembangan dan pertumbuhan anak didik, b mengenali
gangguankelainan kesehatan sedini mungkin, c pencegahan penyakit menular, d pengobatan secepat-cepatnya, dan d
rehabilitasi. Sedangkan fungsi layanan kesehatan di sekolah adalah: a menafsirkan keadaan kesehatan siswa dan pegawai sekolah; b
menasehati siswa dan orang tua memberikan semangat dan menyembuhkan penyakit; c membantu dalam pendidikan anak-
anak; d membantu mencegah dan mengontrol penyakit; dan e memberikan layanan darurat untuk lukapenyakit yang datang dengan
tiba-tiba.
g. Jenis-jenis Layanan Kesehatan
Shuster dan Wetzler 1985 menyebutkan bahwa jenis-jenis layanan kesehatan sekolah meliputi:
1. Klinik Sekolah
Dalam pelaksanaannya, sekolah dapat menyelenggarakan klinik sekolah sendiri namun juga dapat bekerjasama dengan layanan
kesehatan umum, seperti Puskesmas, rumah sakit dan lainnya.
2. Ujian Kesehatan
Sekolah harus memiliki informasi yang berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan memahami masalah-masalah
48
emosimental dan penyesuaian diri. Informasi-informasi ini sebaiknya disimpan dalam rekaman komulatif. Menurut American
Medical Association menyebutkan ada 4 ujian kesehatan sebagai berikut:
a. saat anak memasuki sekolah; b. pada tingkat pertengahan;
c. saat usia adolescence; d. saat anak meninggalkan sekolah.
3. Pemeriksaan Gigi
Peserta didik secara periodic perlu diperiksa gigi, agar kesehatan gigi terjaga
4. Bimbingan Kesehatan
Beberapa hal yang harus berdiskusi kepala sekolah dengan guru dan masyarakat untuk mengendalikan berkembangnya suatu
penyakit: a. Tidak memasukkan anak-anak yang sedang sakit ke sekolah;
b. Menyediakan tempat bagi anak yang sakit dan tidak dapat mengikuti pelajaran di kelas sampai diperiksa dokter;
c. Jika tidak ada perawatdokter di sekolah, anak yang sakit segera dikirim ke orang tuanya;
d. Jangan memulangkan anak dari sekolah walaupun jam pelajaran sudah selesai dalam cuaca yang buruk atau
membahayakan siswa.
49
5. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan P3K
Dalam buku Tuntunan Pelaksanaan UKS dinyatakan bahwa kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan layanan
kesehatan adalah sebagai berikut: a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala, baik pemeriksaan
yang bersifat umum maupun pemeriksaan khusus. Pemeriksaan yang bersifat khusus, misalnya menelaah gigi,
mata, dan sebagainya. Pemeriksaan kesehatan secara umum seyogyanya dilakukan setiap 3 tahun sekali, yakni kelas i sd,
kelas iv sd, kelas vi sd, kelas i smp, dan kelas ii smta dan sewaktu-waktu bila diperlukan.
b. Mengikuti pertumbuhan badan anak didik dengan melakukan secara berkala pengukuran berat badan dan tinggi badan .
Karena pertumbuhan badan anak-anak usia sekolah relatif lambat, maka cukuplah bila pengukuran tersebut dilakukan
setiap 6 bulan sekali. c. Pemeriksaan dan pengawasan kebersihan perorangan anak
didik dilakukan sepintas lalu setiap pagi oleh guru kelasnya. d. Peneliharaan dan pengawasan kebersihan lingkungan sekolah.
e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. f. Usaha-usaha dibidang gizi, misalnya: makanan tambahan di
sekolah, kebun sekolah, dan sebagainya. Sebaiknya ini dikaitkan dengan aktivitas mengikuti perkembangan dan
pertumbuhan badan anak didik. g. Usaha kesehatan gigi di sekolah.
h. Observasi harian mengenai kesehatan badan anak-anak yang dapat dilakukan oleh guru dengan maksud mengenal kelainan
kesehatan sedini mungkin.
50
i. Pengobatan ringan dan pppk j. Mengirimkan kasus-kasus yang perlu pengobatan lanjutan
kepada ahli.
h. Pemeriksaan Kesehatan Anak
Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan oleh dokter, perawat, dan juga oleh guru-guru. Pemeriksaan kesehatan oleh dokter
dilakukan untuk menentukan keadaan kesehatan anak didik dan untuk mengetahui adanya cacat jasmani atau penyakit. Tujuan utama
adalah untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang memerlukan perhatian . Jika ada yang memerlukan perhatian, maka anak itu
diserahkan ke klinik untuk mendapatkan pengobatan, atau menyarankan kepada orang tuanya agar dibawa ke rumah sakit.
1 Cacat Penglihatan
Cacat penglihatan merupakan salah satu sebab dari kesulitan membaca yang sering kali mempengaruhi perkembangan belajar
siswa. Oleh karena itu guru perlu mengetahui bagaimana mendeteksi adanya cacat penglihatan, bagaimana pengaruhnya terhadap
kesehatan dan kepribadian anak dan apa yang dapat dilakukan guru untuk membantu anak. Beberapa Jenis Cacat Penglihatan:
a. Myopis penglihatan dekat Anak-anak yang menderita “myopia” akan mudah dalam
membaca, tetapi mengalami kesulitan dalam aktivitas di mana diperlukan penglihatan yang jauh untuk mengatasinya dengan
lensa cekung. b. Hyperopia penglihatan jauh
51
Untuk dapat melihat dekat dengan jelas harus memaksakan otot- otot yang mengatur lensa, sehingga untuk membaca
menimbulkan ketegangan pada mata. c. Astigmatisme bayangan pada retina kabur
Anak yang menderita ”astigmatisme” mungkin tulang belakangnya dapat bengkok ke samping karena sering memiringkan kepalanya
untuk berusaha mendapatkan penglihatan yang jelas. Untuk membantunya dapat dipergunakan kaca mata.
d. Strabismus juling Anak yang mendapat cacat in mungkin akan mengalami kesulitan
dalam kepribadiannya kalau sering diejek oleh teman-temannya. Untuk membantunya dapat dipergunakan kaca mata.
e. Buta warna Biasanya terjadi pada 2 laki-laki, dan jarang terjadi pada wanita.
Cacat ini sangat mempengaruhi kemampuan membaca, dan bagi penderita sebaiknya tidak memilih pekerjaan yang membutuhkan
kemampuan untuk membedakan warna.
Cara-cara Mendeteksi Kelainan Penglihatan
Guru dapat mendeteksi kelainan penglihatan pada anak didik dengan cara mengamati gejala-gejalanya. Gejala-gejala kelainan pada
penglihatan dapat berupa: a. sering merasa pusing;
b. kelopak mata bengkak atau berkerak; c. mata merah, berair atau mengeluarkan kotoran;
Disamping itu ada juga gejala-gejala lain yang berupa tingkah laku tertentu seperti:
a. sering menggosok mata;
52
b. berusaha untuk menghilangkan pandangan yang kabur; c. merasa tidak enak apabila bekerja yang memerlukan
penglihatan dekat; d. tidak memperhatikan apabila guru menerangkan di papan tulis
atau gambar-gambar lainya; e. jika melihat benda-benda jauh badan tegang, muka miring,
menjulurkan kepala; f. ketika membaca:
1 terus menerus mengedipkan mata; 2 memegang buku terlalu jauh;
3 memegang buku terlalu dekat; 4 sering berubah-ubah jarak buku dari mata;
5 tidak ada perhatian waktu ada pelajaran; 6 menutup atau menutupi sebelah mata; memiringkan
kepala; 7 sering membalikan kata atau suku kata;
8 sering kehilangan tempat yang dibaca pada halaman buku.
2 Cacat Pendengaran
Mengenal kelainan dalam pendengaran adalah sangat penting. Anak yang kurang pendengarannya tidak akan menceritakan kepada
guru. Namun guru dapat melihat gejala-gejala yang mungkin menunjukan adanya kelainan tersebut, seperti:
a. Agak memutar kepala apabila diajak berbicara; b. Kalau berbicara suaranya datar dan tidak wajar seperti yang
didengarkanya;
53
c. Kalau guru berbicara, melihat dengan seksama kepada guru mencoba mengerti perkataan guru dengan melihat gerak
bibir guru; d. Selalu meminta agar pertanyaan guru diulang-ulang;
e. Pekerjaan tertulisnya lebih baik dari pekerjaan lisannya. Gejala kurangnya pendengaran ini seringkali salah ditafsirkan dan
anak dianggap sebagai pemalu, pemurung, keras kepala atau bodoh. Para siswa yang mengalami gangguan pendengaran yang agak
ringan kurang dari 25 desibel, tetapi dapat mengikuti pelajaran di kelas biasa dengan menempatkan pada tempat duduk yang cocok. Di
dalam kelas di mana terdapat anak-anak semacam ini, maka guru berusaha agar murid dapat mengikuti pelajaran dengan baik yaitu
dengan cara: a. Tidak membelakangi jendela pada waktu berbicara bayangan
dan sinar yang menyilaukan mempersulit anak melihat bibir guru
b. Tidak berbicara sambil menulis di papan tulis. c. Pada waktu berbicara di kelas selalu berada di muka kelas,
dan sebelum memulai berbicara memgusakanagar anak tersebut memperhatikan.
d. Pada waktu berbicara berdiri dengan tenang. e. Guru berbicara dengan jelas tanpa gerak bibir yang
berlebihan. Usaha-usaha untuk mencegah terjadinya penyakit telinga atau
kurang pendengaran, yaitu dengan cara memperingatkan anak agar supaya;
a. jika meniup udara dari hidung lubang hidung tidak ditutup; b. jika masuk angin atau influensa jangan dibiarkan saja;
54
c. murid-murid yang baru sembuh dari penyakit gabag, jika memperlihatkan gejala-gejala sakit telinga segera
diperikasakan ke dokter; d. murid-murid yang selaput telinganya berlubang jangan
diperbolehkan berenang.
3 Kekurangan Gizi
Gejala-gejalanya adalah sebagai berikut. a. Anak kelihatan: kulit pucat, rambut kering dan kusam, di
bawah mata kehitam-hitaman, sangat kurus, otot-otot kecil, ekspresinya menunjukan kekecewaan, gigi rusak.
b. Anak merasa: mudah lelah, agak gugup, mudah tersinggung, perhatian tidak dapat memusat.
c. Tingkah lakunya: gelisah, nafsu makan tidak seperti biasanya, tidak suka banyak jenis makanan, terlalau suka gula-gula,
mudah masuk angin, infeksi kulit, pekerjaan di sekolah tidak baik.
Sebab-sebabnya adalah kemiskinan, ketidaktahuan, dan kurang pengawasan dari keluarga. Sedangkan sebab-sebab yang langsung
adalah: a. Cara makan yang salah
b. Kekurangan makanan karena tidak ada nafsu makan, mungkin disebabkan karena penyakit pencernaan, ventilasi
kamar tidur yang kurang baik, kurang tidur, makanan kurang tersedia atau tidak cukup.
c. Jenis makanan tidak cukup Makanan tidak tersedia cukup, tidak menyukai makanan tertentu,
kebiasaan makanan yang kurang baik atau tidak teratur.
55
a. Kebiasaan hidup yang salah b. Terlalu sedikit tidur;
c. Terlalu banyak kesibukan; d. Kurang sinar matahari dan udara segar
e. Penyakit atau cacat tubuh
2. Pendidikan Kesehatan di Sekolah Health Education in School
a. Pengertian pendidikan kesehatan
Thomas D. Wood dalam Kusmintardjo, 1992 mengatakan bahwa: “health education, is sum experience which favorably
influence habits, attitudes, and knowledge relation to individual, community, and racial health” pendidikan kesehatan adalah semua
pengalaman yang mempunyai pengaruh yang menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang berhubungan
dengan kesehatan individu masyarakat dan ras. Yang dimaksud dengan kesehatan ras di sini bukan perbedaan ras manusia,
melainkan pergantian generasi yang satu dengan generasi berikutnya yang lebih sehat.
Pendidikan kesehatan sosial dapat diartikan sebagai: “translation of what is know about health into desirable individual and community
behavior pattern by name of the education process” Grount dalam Kusmintardjo, 1992. Artinya bahwa pendidikan kesehatan sosial
merupakan penterjemahan dari apa yang telah diketahui tentang kesehatan ke dalam pola-pola tingkah laku individu dan masyarakat
melalui proses pendidikan. Dengan demikian, sasaran pendidikan kesehatan adalah individu atau masyarakat yang mempunyai pola-
pola tingkah laku kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang
56
menguntungkan bagi kesehatan. Sedangkan untuk mencapai tujuan- tujuan tersebut, kita harus mengetahui bagimana proses pengalaman
yang bersifat mendidik itu. W. H. Burton dalam Kusmintardjo, 1992 yang menganalisis
pengalaman edukatif dari situasi belajar yang wajar, sampai pada kesimpulan bahwa pengalaman edukatif itu mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut: 1 United around a purpose real to the learner dipersatukan di
sekitar tujuan yangnyata bagi orang yang sedang belajar 2 Countinous with the on-going life of the learner. berhubungan
erat dengan kehidupan yang sedang dialami oleh orang yang sedang belajar
3 Interactive with the environment of the learner. bersifat interaktif dengan lingkungan dari orang yang sedang belajar
4 Contributory to the integration of the learner” membantu pengintegrasian orang yang sedang belajar.
i. Tujuan pendidikan kesehatan di sekolah
Dalam buku Tuntunan Pelaksanaan UKS ditegaskan bahwa tujuan pendidikan kesehatan adalah ”menanamkan kebiasaan hidup
sehat kepada anak didik agar dapat turut bertanggung jawab terhadap dirinya serta lingkungannya dan ikut aktif dalam usaha-usaha
kesehatan. Sedangkan dalam buku pedoman kerja puskesmas dijelaskan bahwa:
Tujuan pendidikan kesehatan di sekolah ialah agar murid selama tahun-tahun bersekolah mendapat pengetahuan secara ilmiah,
mengembangkan sikap positif kearah kesehatan, membawa pula kebiasaan-kebiasan hidup sehat yang dipelajari di sekolah, dan
57
menerapkan kebiasaan kesehatan baru untuk memelihara dan memperbaiki kesehatannya dan kesehatan lingkungannya.
Dari uraian diatas, dapatlah dikatakan bahwa tujuan pendidikan kesehatan pada umumnya dinyatakan dalam bentuk pengalaman-
pengalaman belajar yang hendak dicapai oleh anak. Kebiasan dan sikap yang berhubungan dengan praktik kesehatan yang khusus
dapat dikelompokkan dalam bidang-bidang sebagai berikut: 1 kebersihan ; 2 makanan yang sehat; 3 tidur dan istirahat; 4 sikap
badan; 5 bermain dengan latihan; 6 menjaga kesehatan lingkungan; 7 kesehatan mental; 8 pencegahan kecelakaan; 9
pengendalian penyakit menular; 10 pakaian sehat; 11 mendapatkan pelayanan dario dokter; 12 belajar mengetahui
keterbatasan jasmani sendiri dan hidup sesuai dengannya.
j. Prinsip-prinsip umum yang mendasari pendidikan kesehatan
Secara umum ada sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan pendidikan kesehatan di sekolah, yaitu:
1 kesehatan seseorang ditentukan oleh hereditas dan cara hidupnya.
2 pendidikan kesehatan adalah tanggung jawab bersama keluarga, sekolah, dan masyarakat.
3 di sekolah dasar, pendidikan atau pengajaran kesehatan terutama menjadi tugas guru kelas.
4 pendidikan kesehatan harus diterima dan dimajukan oleh administrator sekolah sebagai bagian dari program sekolah
secara keseluuruhan.
58
5 pendidikan kesehatan yang efektif memerlukan pengertian, dukungan dan kerjasama dari para spesialis kesehatan dalan
sistem sekolah itu. 6 pendidikan kesehatan, terutama perkembangan sikap serta
kebiasaan -kebiasaan yang sehat akan asangat membantu memudahkan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
7 memajukan kesehatan guru-guru adalah penting bagi program pendidikan kesehatan, dan juga bagi kualitas dan
biaya pendidikan. 8 ketrampilan profesional dan inisiatif dari guru merupakan
unsur yang paling berharga dalam pendidikan kesehatan siswa.
9 adalah penting untuk mengembangkan praktik-praktik kesehatan para murid sebelum mereka dapat memahami
alasan-alasan ilmiah yang mendasari praktik-praktik itu.
k. Cara-cara memberikan pendidikan kesehatan di sekolah
Pelaksanaan pendidikan kesehatan di sekolah adalah tanggung jawab Departemen Pendidikan dan Departemen Kesehatan
Puskesmas. Ini berarti bahwa petugas kesehatan harus bekerja sama dengan sekolah dalam mengembangkan dan melaksanakan
pendidikan kesehatan di sekolah. Dilihat dari segi kurikulum sekolah, pendidikan kesehatan
mencakup di dalamnya IPA khususnya biologi, dan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Para guru sebaiknya memasukan
pendidikan kesehatan juga pada kegiatan-kegiatan sehari-hari di sekolah, misalnya olahraga, bercocok tanam di kebun sekolah, dan
sejenisnya.
59
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan sekolah dalam memberikan pendidikan kesehatan, seperti yang diungkapkan dalam
Pedoman Puskesmas sebagai berikut: 1 Cara perseorangan: pemberian pelajaran perseorangan anak,
pembicaraan dan wawancara secara perseorangan untuk mempelajari masalah-masalah kesehatan, laporan
perseorangan dari kunjungan-kunjungan atau masalah yang telah dipecahkan.
2 Cara kelompok: kunjungan-kunjungan ke puskesmas, tempat pembersihan air, tempat pembuatan makanan, wawancara
dengan petugas-petugas kesehatan tentang pekerjaannya, penyelidikan-penyelidikan sanitasi dalam masyarakat,
pembicaraan dalam kelas, pembicaraan dengan para ahli, sandiwara, menceritakan hikayat, pertunjukan-pertunjukan
boneka dan sandiwara.
Agar pelaksanaan pendidikan kesehatan berjalan baik maka diperlukan adanya lingkungan sekolah yang sehat, dan juga
pelayanan kesehatan yang baik. Meskipun demikian kita tidak perlu menunggu sampai adanya fasilitas-fasilitas tesebut di atas secara
lengkap, melainkan harus dari hal-hal yang dapat dilaksanakan terlebih dahulu, misalnya kebersihan perseorangan, kebersihan
lingkungan dan sebagainya. Adapun beberapa topik atau persoalan- persoalan untuk pendidikan kesehatan, seperti tercantum dalam buku
tunutunan pelaksanaan UKS, sebagai berikut: 1 kebersihan lingkungan dan perseorangan;
2 pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, melalui penjelasan tentang:
60
a pentingnya hidup sehat dan pentingnya imunisasi b pentingnya pemberantasan nyamuk, tikus dan lain-lain
binatang yang dapat menularkan penyakit; c cara penularan penyakit, dan tindakan yang perlu diambil
bila menjumpai orang menderita penyakit dan sebagainya
3 gizi, melalui cara:
a mengenal dan menghargai makanan yang bernilai gizi; b membiasakan diri untuk memakan makanan yang bernilai
gizi tinggi; c higienies makanan;
d kebun sekolah dan warung sekolah; e pengolahan makanan sehingga tidak mengurangi nilai
gizinya; f
ternak unggas, ikan dan binatang ternak lainnya. 4 pencegahan kecelakaan keamanan dan P3K;
5 perawatan orang sakit di rumah; 6 mengenal dan tahu cara mempergunakan fasilitas kesehatan
yang ada di daerahnya RS, Puskesmas, dan lain-lain ketrampilan dalam kesehatan yang diperlukan.
7 di dalam memberikan pendidikan kesehatan, hendaknya selalu memper-gunakan alat-alat peraga. Misalnya untuk
pendidikan makanan yang bernilai gizi dapat dipergunakan alat-alat peraga bahan-bahan sayuran, buah-buahan di
samping gambar-gambar yang sengaja dibuat dengan slidefilm.
61
l. Kesempatan yang dapat dipergunakan untuk melakukan pendidikan kesehatan
Beberapa kesempatan yang dapat dipergunakan untuk melakukan pendidikan kesehatan di sekolah adalah sebagai berikut.
a. pada waktu pemeriksaan kebersihan perorangan tiap pagi; b. pada waktu pemeriksaan kesehatan;
c. pada waktu pelaksanaan pengobatan dan imunisasi; d. lomba sekolah sehat;
e. lomba PPPK dan pada waktu terjadi kecelakaan; f.
ceramah-ceramah langsung kepada murid; g. pemberian tugas dan tanggung jawab secara bergilir kepada
murid-murid untuk kegiatan-kegiatan yang ada hubungannya dengan kesehatan.
Di dalam melaksanakan pendidikan kesehatan ini perlu pula diingat adanya pendidikan lain, yang tujuannya untuk
mengembangkan ketrampilan anak didik didalam menghadapi masa depan. Sehingga dengan demikian semua pengetahuan yang didapat
diluar sekolah sebagai kesatuan pengetahuan dan kecakapan yang sangat berguna bagi anak dalam hidupnya, lingkungan keluarganya
dan masyarakat. Latihan-latihan dan penghayatan anak didik sendiri dalam melaksanakan kegitan-kegiatan kesehatan adalah mutlak.
Selanjutnya dalam Tuntunan Pelaksanaan UKS, juga dijelaskan beberapa kebiasaan yang perlu ditanamkan anak didik di sekolah,
yang meliputi: kesehatan mentalrokhani, dan penyakit.
1 Kebiasaan di bidang kesehatan mentalrohani
Kebiasaan-kebiasaan ini dapat ditanamkan kepada para siswa dengan cara- cara sebagai berikut:
62
a belajar mengkonsentrasikan pikiran pada apa yang dikerjakannya;
b secara berangsur-angsur memperkembangkan kemampuan untuk menyatakan pendapat sendiri;
c memiliki dan mengembangkan kemampuan kesanggupan untuk
mengatur keseimbangan
antara bermainbelajarberekreasi olahraga dan beristirahar;
d mengembangkan kesanggupankemampuan
didala memecahkan masalah persoalan sendiri;
e secara berangsur-angsur mengembangkan inisiatif diidalam melakuakn permainan atau pekerjaan;
f belajar untuk menanggapi kesukaran-kesukarankekecewaan-
kekecewaan secara tenang dan wajar; g meningkatkan kesadaran untuk menghargai kebahagiaan
orang lain; h tidak tanggung dalam bergaul dengan jenis berlainan kelamin;
i dapat mengenal diri sendiri serta mempunyai kemampuan
untuk menyesuaikan diri atau mengatasi kelaianan yang terdapat pada dirinya;
j belajar untuk mengenal kesanggupan dikaitkan dengan
kesemapatan dalam mengatasi persoalan; k belajar mengenal berbagai corak kepribadian
danmenyesuaikan dirinya denga mereka; l
meningkatkan kegiatan dalam mengisi waktu terluang dengan kegiatan-kegiatan sosial;
m belajar mempraktikan permainan sederhana, keolahragaan yang baik disekolah dan kegiatan-kegiatan rekreasi;
n belajar menerima tanggung jawab;
63
o belajar menghargai perasaan dengan jalan yang wajar; p menghargai orang lain.
2 Kebiasaan di bidang penyakit, melalui:
a mengetahui penyakit-penyakit yang termasuk di dalam undang-undang wabah dengan cara mematuhi dan mematuhi
imunisasi pada waku-waktu yang ditentukan; b menghindari bahaya penularan dari kawan yang menderita
penyakit menular serta mengetahui tindakan-tindakan yang perlu diambil bila ia menderita penyakit menular agar tidak
menulari kawan-kawannya; c mematuhi nasehat-nasehat yang diberikan oleh petugas
kesehatan, tentang pengobatan serta perawatan bila ia menderita sakit;
3 Kebiasaan di bidang gizi dan makanan, melalui:
a membiasakan diri untuk memakan makanan yang bervariasi yang memgandung nilai gizi yang tinggi;
b membiasakan diri untuk minum dalam jumlah yang cukup menyukai bermacam-macam makanan;
c memakan makanan yang cukup mengandung bahan sayuran cellulose untuk memperlancar buang air besar;
d membiasakan diri untuk makan tiga kali sehari; e menghindari gula-gula diwaktu makan;
f makan pada waktunya memperhatikan tata cara dan sopan
santun pada waktu makan; g mengunyah makanan sebaik-baiknya dan jangan tegesa-
gesa;
64
h menghindarkan makanan dari lalat, kotoran dan binatang kerat;
i menyimpan makan dengan sebaik-baiknya;
j menghilangkan tahayul dan kepercayaan yang berlawanan
dengan pengertian kesehatan; k mengetahui manfaat makanan terhadap kesehatan badan
serta akibat kekurangan atau kesalahan makanan terhadap kesehatan badan;
l mencegah berkurangya makanan karena penggolahan yang
berlebihan dan salah; m mengupas atau mencuci buah-buahan dan sayuran dimakan
mentah; n mencuci bersih alat-alat masak, piring atau teko untuk makan
dan minum; o membiasakan membelanjakan uang untuk makanan secara
ekonomis dengan harga semurah-murahnya diperoleh makanan yang bernilai gizi tinggi.
4 Kebiasaan di bidang kesehatan gigi, melalui:
a membersihkan gigi secara teratur dengan cara yang benar; b memeriksakan giginya secara teratur tiap enam bulan sekali
bila terjadi gangguan pada gigi lekas ke klinik gigi, Puskesmas, RS, dan lain-lain;
c secara teratur makan makanan yang memerlukan kunyahan yang kuat wortel mentah, bengkuang dan lainnya;
d meminummemakan bahan minuman makanan yang mengandung floor teh 4 gelas sehari;
65
e menjauhi makanan yang mempermudah kerusakan gigi antara lain gula-gula;
f menjauhi kebiasaan untuk bertopang dagu waktu duduk, atau
belajar; g menjauhkan diri dari kebiasaan dari mengigit jari.
5 Kebiasaan di bidang kesehatan mata, melalui:
a membaca hanya ditempat yang terang tanpa adanya bayangan atau silau;
b membaca dengan jarak yang baik antara mata dengan bahan yang dibaca ± 30 cm;
c menghindarkan melihat langsung sinarcahaya yang sangat terang atau menentang matahari;
d sering memberi istirahat kepada mata dengan jalan menutup atau memfokuskan pada objek yang dekat berjarak;
e menghindarkan membaca dalam keadaan begerak atau membaca sambil tiduran;
f jangan menggosok mata;
g memakai kaca mata sesuai dengan kesehatan dokter; h mengambil benda asing dari mata dengan jalan hati-hati;
i segera memeriksakan kedokter bila terjadi sesuatu gangguan
pada mata; j
memakan makanan yang banyak mengandung vitamin A.
6 Kebiasaan di bidang kesehatan telinga, melalui:
a jangan memasukan sesuatu benda ke dalam telinga; b jangan meninju orang lain, atau berteriak keras-keras didekat
telinga;
66
c segera berobat bila ada gannguan telinga.
7 Kebiasaan di bidang pernapasan, melalui:
a selalu membawa sapu tangan bersih setiap hari; b bernapas melalui hidung dan mulut hendaknya tertutup;
c mengehembuskan pernapasan melalui hidung tanpa menutup lubang hidung;
d jangan memasukan jari atau benda lain ke dalam hidung; e menutup mulut denga sapu tangan bila bersin atau batuk.
8 Kebiasaan di bidang kebersihan kaki, melalui:
a. mencuci kaki ssecara bersih; b. mencegah tumbuhnya kuku ke dalam daging dengan jalan
memotong rata kuku; c. melatih kaki denga jalan tanpa alas kaki di lantai yang bersih
atau tanah kecuali ketahui banyak mengandung cacing tambang.
9 Kebiasaan di bidang kebersihan kulit, meliputi:
a. mencuci tangan dengan air, sabun, atau bahan lain setiap kali sesudah buang air besarkecil dan setiap akan makan, akan
memegang makanan, setelah bekerja atau bermain dan tangan menjadi kotor;
b. mandi bersih setiap hari, sebaiknya tersedia handuk untuk pemakaian sendiri.
1 Kebiasaan di bidang pakaian, melalui:
a. memakai pakaian sesuai dengan musim dan suhu;
67
b. pakaian untuk sekolah, bermain dirumah, dan tidur hendaknya berlainnya;
c. lepaskan baju basah selekas mungkin; d. hindarkan memakai pakaian dan sepatu yang sempit;
e. peliharalah baju sebersih mungkin; f. baju sering dicuci dan sebaiknya diseterika;
g. jaga kerapian baju.
2 Kebiasaan berkenaan dengan zat-zatbahan-bahan yang membahayakan:
a. menjauhkan diri dari alkohol, narkotika, candu dan tembakau; b. hindarkan diri dari kebiasaan dari minum obat kecuali atas
nasehat dokter: c. menyadari bahwa sebagian besar kecelakaan dapat dicegah;
d. mempelajari penyebab-penyebab kecelakaan; e. mengembangkan fungsi koordinasi dan fitnees sebagai alat;
f. mengembangkan rasa sportifitas dalam bermain dan sikap patuh terhadap peraturan lalau lintas untuk menghindari
kecelakaan-kecelakaan; g. mengembangkan sikap yang aktif dalam melindungi jiwa dan
harta masyarakat; h. mengembagkan rasa tanggung jawab atas keamanan dirinya.
Dilihat dari tujuan jangka panjang, maka “health education” memegang peranan penting dalam keseluruhan program kesehatan
di sekolah. Untuk itu dalam pelaksanakannya perlu adanya kerjasama, baik antar dinas di lingkungan kesehatan maupun dengan
68
pihak-pihak lain di luar lingkungan kesehatan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.
a. Kerjasama dengan unsur-unsur pemerintah meliputi : 1 Kerjasama antar petugas kesehatandinas-dinas kesehatan
dalam rangka memperoleh perencanaan seksama dari kegiatan-kegiatan kesehatan di sekolah, sehingga tidak terjadi
“over lapping” dalam pelaksanaan kesehatan disekolah 2 Kerja sama dengan Departen pendidikan dan Kebudayaan
dalam rangka penyusunan perencanaan kurikulum kesehatanpendidikan kesehatan disemua jenis dan tingkatan
sekolah; 3 Kerjasama dengan Departemen Luar Negeri dalam kaitannya
dengan pembangunan gedung sekolah agar memenuhi syarat-syarat kesehatan, dan pendanaanpembiayaan
kegiatan-kegiatan disekolah. 4 Kerjasama dengan Instansi Dinas yang lain, meliputi:
a. Dinas sosial dalam kaitanya dalam pemanfaatan pekerja sosial , dalam hal pembinaan mental dan sosial anak
didik, pemanfaatan Lembaga Sosial Desa untuk mengembangkan Usaha Kesehatan Sekolah;
b. Departemen Agama, dalam kaitannya dalam pembinaan kesehatan mental pada sekolah-sekolah pada
Departemen di lingkungan agama dan pembinaan mental dan spititual pada anak didik.
5. Kerjasama dengan masyarakat yang ada hubungannnya dengan anak didik, misalnya: BP3, yang meliputi: bantuan
pembiayaan Usaha Kesehatan Sekolah; dan pembianaan
69
kebiasaan hidup sehat dan pengawasan kesehatan anak didik diluar sekolah.
6. Kerjasama dengan badan-badanorganisasi bukan pemerintah, seperti: Palang Merah Indonesia; Pramuka, KSR; dan
Organisasi-organisasi lain yang ada hubungannya dengan kesehatan anak didik.
3. Lingkungan Kehidupan Sekolah yang Sehat Healthful School Living
Karena murid menghabiskan sebagian waktu dari masa pertumbuhannya di sekolah, maka perlulah dia dilindungi oleh
lingkungan yang amantidak membahayakan kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Oleh karena itu, dalam melaksanakan aktivitas
di bidang ini perlu diperhatikan 2 dua aspek yaitu: aspek fisik dan aspek mental.
a. Aspek Fisik Sekolah
Aspek fisik, meliputi aspek bangunan sekolah, peralatan sekolah, perlengkapan, sanitasi yang memenuhi syarat-syarat kesehatan,
pemeliharaan, serta pengawasan kebersihannya.
1. Bangunan Sekolah dan Lingkungannya. Bangunan sekolah
dan lingkungannya terdiri atas: a. gedung bangunan sekolah, termasuk di dalamnya
peralatan sekolah, dan perlengkapan sanitasi; b. halaman sekolah tempat bermain-main;
c. sebidang tanah untuk kebun sekolah dan lain-lain
70
2. Pemeliharaan Kebersihan Perseorangan dan Lingkungan
Hal-hal yang perlu diperhatikan: a. kebersihan perseorangan, meliputi: kulit, rambut, kuku
yang besih dan rapi; gigi bersih dan terpelihara; cuci makan sebelum makan, atau sesudah buang air
besarkecil; dan membiasakan tidak memegang mulut dan meggosok mata dengan tangan kotor dan sebagainya.
b. kebersihan lingkungan, meliputi: membersihkan peralatan sekolah; membersih-kan lantai; membersihkan kaca-kaca
cendela agar penerangan baik; membersihkan WC dan kamar kecil setiap hari, dan sebagainya
c. membiasakan diri membuang sampah di tempat yang telah disediakan;
d. membiasakan diri tidak meludah di sembarang tempat; e. pemeliharaan rumput , tanaman, pagar, pohon agar
kelihatan rapi dan bersih.
3. Keamanan Umum di Sekolah dan Lingkungannya. Hal-hal