secara khusus. Petugas bimbingan harus mengembangkan kewenangan-kewenangan tertentu apabila ia ingin melakukan
bimbingan secara berhasil dan efektif.
H. Peranan Kepala Sekolah dalam Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
Keberhasilan program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak hanya ditentukan oleh keahlian dan ketrampilan para
petugas penyuluh, namun juga sangat ditentukan oleh ketrampilan seluruh staf sekolah dalam memberikan pelayanan tersebut. Untuk itu
diperlukan adanya team work” yang terdiri atas kepala sekolah, konselor, guru penyuluh, guru, psikologdokter, dan pekerja sosial
social worker. Diperlukan juga adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas.
Untuk menelaah tugas dan tanggung jawab dari masing-masing anggota tim tersebut di atas, perlu ditelaah dulu beberapa pola
organisasi bimbingan.
1. Pola Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Pada umumnya ada 3 tiga pola organisasi bimbingan dan konseling di sekolah.
Pola organisasi dimana pelayanan bimbingan diberikan dan dilaksanakan oleh semua staf sekolah. Pelayanan bimbingan ini
merupakan bagian dari tugas mengajar yang diterima guru. Pada pola organisasi bimbingan semacam ini, tidak diperlukan seorang ahli
bimbingan dan konseling yang bertugas secara khusus menyelenggarakan bimbingan di sekolah. Pola organisasi bimbingan
ini biasanya dilaksanakan di sekolah dasar atau yang sederajat. 11
Pola organisasi dimana pelayanan bimbingan diberikan secara khusus. Dalam hal ini pelayanan bimbingan dikoordinir oleh seorang
ahli yang bertugas khusus menyelenggarakan bimbingan dan konseling. Petugas-petugas tersebut dibebaskan dari tugas mengajar.
Biasanya penyelenggaraan layanan bimbingan dengan pola ini memerlukan petugas-petugas lain yang membantu pelaksanaan
program. Dalam pola yang semacam ini sudah harus ada pembagian tugas yang jelas di antara para petugas bimbingan. Pola ini biasanya
digunakan di Sekolah Menengah SMPSMASMKMA. Pola yang ketiga adalah merupakan pola campuran antara pola
yang pertama dan kedua. Dalam pola ini pelaksanaan layanan bimbingan dilakukan oleh guru-guru yang terpilih yang dibebaskan
dari tugas mengjar untuk beberapa jam dalam setiap hari. Untuk itu guru terpilih harus mendapatkan latihan jabatan agar dapat
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
2. Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah dalam Layanan Bimbingan
Pada ketiga pola organisasi bimbingan di atas, tugas kepala sekolah adalah mengelola dan membina penyelenggaraan layanan
bimbingan dan konseling di sekolahnya sehingga pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah dituangkan dalam
program-programnya. Adapun bila dilihat dari statusnya, baik di sekolah maupun dalam organisasi bimbingan konseling pada
khususnya, maka fungsi kepala sekolah adalah sebagai administrator dan supervisor.
Sebagai administrator, kepala sekolah bertanggungjawab terhadap kelancaran pelaksanaan seluruh program sekolah
12
umumnya, khususnya program layanan bimbingan dan konseling di sekolahnya. Karena posisinya yang sentral di dalam sekolah, kepala
sekolah adalah orang yang paling berpengaruh dalam pengembangan atau peningkatan Dpelayanan bimbingan dan konseling di
sekolahnya. Ia akan menyerahkan kewajiban-kewajiban khusus kepada wakil kepala sekolah, penyuluh, guu-guru, dan orang lain. Ia
hendaknya memberikan dukungan umum dan kepemimpinan administratif kepada keseluruhan program pelayanan murid. Ia
mengorganisasikan program dan memberikan bantuan dalam seleksi para penyuluh dan anggota staff, serta merumuskan deskripsi tugas
masing-masing. Sebagai supervisor, kepala sekolah bertanggung jawab dalam
melaksanakan program-program penilaian, penelitian dan perbaikan atau peningkatan. Ia membantu mengembangkan kebijaksanaan dan
prosedur-prosedur bagi pelaksanaan program bimbingan konseling di sekolahnya.
Secara lebih terperinci, Dinmeyer dan Caldwell dalam Kusmintardjo, 1992 menguraikan peranan dan tanggung jawab
kepala sekolah dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, sebagai berikut:
a. Memberikan support administratif, memberikan dorongan dan pimpinan untuk seluruh program bimbingan;
b. Menentukan staf yang memadai, baik segi profesinya maupun jumlahnya menurut keperluannya;
c. Ikut serta dalam menetapkan dan menjelaskan peranan anggota-anggota stafnya;
d. Mendelegasikan tanggung jawab kepada “guidance specialist” dalam hal pengembangan program bimbingan,
13
e. Memperkenalkan peranan para penyuluh kepada guru-guru, murid-murid, orang tua murid, dan masyarakat melalui rapat
guru, rapat sekolah, rapat orang tua murid atau dalam bulletin-buletin bimbingan,
f. Berusaha membentuk dan menjalin hubungan kerja yang
kooperatif dan saling membantu antara para konselo, guru dan spesialis yang lain;
g. Menyediakan fasilitas dan material yang cukup untuk pelaksanaan bimbingan;
h. Memberikan dorongan untuk pengembangan lingkungan yang kontinyu yang dapat meningkatkan hubungan antar manusia
untuk menggalang proses bimbingan yang efektif dalam hal ini berarti kepala sekolah hendaknya menyadari bahwa
bimbingan terjadi dalam lingkungan secara global, termasuk hubungan antara staf dan suasana dalam kelas;
i. Memberikan penjelasan kepada semua staf tentang program
bimbingan dan penyelenggaraan “in-service education” bagi seluruh staf sekolah;
j. Memberikan dorongan dan semangat dalam hal
pengembangan dan penggunaan waktu belajar untuk pengalaman-pengalaman bimbingan, baik kelompok maupun
individual; k. Penanggung jawab dan pemegang disiplin di sekolah dengan
memberdayakan para penyuluh counselor dalam memantau tingkah laku siswa, namun bukan sebagai penegak disiplin.
Sedangkan Allen dan Christensen dalam Kusmintardjo, 1992, mengemukakan peranan dan tanggung jawab kepala sekolah dalam
pelaksanaan bimbingan di sekolah sebagai berikut:
14
a. Menyediakan fasilitas untuk keperluan penyelenggaraan bimbingan;
b. Memilih dan menentukan para penyuluh counselor; c. Mengembangkan sikap-sikap yang favorable di antara para
guru, murid, dan orang tua murid masyarakat terhadap program bimbingan;
d. Mengadakan pembagian tugas untuk keperluan bimbingan misalnya para petugas untuk membina perpustakaan
bimbingan, para petugas penyelenggara testing, dan sebagainya;
e. Menyusun rencana untuk mengumpulkan dan menyebarluaskan infomasi tentang pekerjaanjabatan;
f. Merencanakan waktu jadwal untuk kegiatan-kegiatan
bimbingan; g. Merencanakan program untuk mewawancarai murid dengan
tidak mengganggu jalannya jadwal pelajaran sehari-sehari. Dari uraian di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa tugas
kepala sekolah dalam pengembangan program bimbingan dan konseling di sekolah ádalah sebagai berikut.
a. Staff selection seleksi staf
Memilih staf yang mempunyai kepribadian dan pendidikan yang cocok untuk melaksanakan tugasnya. Termasuk disini mengadakan
analisa untuk mengetahui apakah diantara staf yang ada terdapat orang yang sanggup melakukan tugas yang lebih spesialis.
Description of staff roles menentukan peranan dari anggota staf
15
Menentukan tugas dan peranan dari anggota staf, dan membagi tanggung jawab. Untuk menentukan tugas-tugas ini kepala sekolah
dapat meminta bantuan kepada anggota staf yang lain.
b. Time and facilities waktu dan fasilitas
Mengusahakan dan mengalokasikan dana, waktu dan fasilitas untuk kepentingan program bimbingan di sekolahnya.
c. Interpretation of program menginterpretasikan program
Menginterpretasikan program bimbingan kepada murid-murid yang diberi pelayanan, kepada masyarakat yang membantu program
bimbingan. Dalam menginterpretasikan program bimbingan mungkin perlu bantuan dari staf bimbingan tetapi tanggung jawab terletak pada
kepala sekolah sebagai administrator. R.N. Hatch dan B. Stefflre, dalam Kusmintardjo, 1992
3. Cara-cara untuk Memilih Tenaga Penyuluh
Agar pelaksanaan program bimbingan di sekolah berjalan efektif, maka program tersebut perlu didukung oleh para pelaksana yang ahli,
cakap dan terampil dalam bidangnya masing-masing. Hal ini tentu saja dalam keadaan ideal, dan berlaku di negara-negara yang sudah
maju, di mana tenaga ahli dan fasilitas untuk menyelenggarakan program bimbingan sudah cukup tersedia.
Untuk sekolah-sekolah kita di Indonesia, upaya keadaan tersebut masih dalam cita-cita saja. Masih banyak sekolah-sekolah belum
memiliki tenaga ahli dalam bidang bimbingan dan konseling, lebih- lebih bila dikaitkan dengan fasilitas dan dana yang dibutuhkan untuk
itu.
16
Walaupun kita masih berada dalam keadaan serba kekurangan, tidaklah berarti bahwa pelaksanaan program bimbingan itu harus
ditangguhkan lagi beberapa waktu untuk menunggu tenaga ahli yang tidak kunjung datang itu. Lagi pula, apakah benar bahwa bimbingan
itu hanyalah tugas para ahli saja?. Untuk bidang-bidang tertentu mungkin benar, namun tidak semua tugas bimbingan harus dilakukan
oleh para ahli. Dalam hal-hal tertentu mungkin peranan guru lebih menonjol. Lebih-lebih di Sekolah Dasar di mana hubungan guru dan
murid memang sangat dekat. Kita yakin bahwa kita masih banyak memiliki guru yang cukup berkualitas untuk dijadikan pembimbing dan
penyuluh atau sering disebut dengan “guru penyuluh” . Untuk melaksanakan hal tersebut, nampaknya apa yang
diungkapkan oleh R. D Allen dalam Kusmintardjo, 1992 dapatlah dijadikan sebagai pertimbangan. Ia memilih guru penyuluh melalui 5
lima tahap penyaringan dari guru-guru yang ada di sekolahnya. Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1. Guru-guru yang memiliki superioritas kelebihan dalam mengajarkan mata-mata pelajaran yaitu guru-guru yang:
2. Dapat menggugah minat dan semangat murid-murid terhadap mata-mata pelajaran yang diajrkan;
3. Memiliki kemampuan untuk memimpin murid-murid dan memberikan pengarahan atau petunjuk -petunjuk;
4. Dapat menghubungkan mata-mata pelajaran dengan pekerjaan-pekerjaan praktis.
5. Hubungan-hubungan muid dengan guru, yaitu: 6. Guru yang menjadi tempat bagi murid-murid mendapatkan
nasehat dan pertolongan,
17
7. Guru yang berusaha untuk mengadakan hubungan dengan anak-anak muda di luar sekolah;
8. Guru yang memimpin perkumpulan-perkumpulan kesenian, olahraga, atau aktivitas lain;
9. Guru yang memiliki minat untuk memberikan layanan sosial social service;
10. Guru yang sering-sering mengadakan hubungan dengan keluarga atau rumah murid.
11. Hubungan guru dengan guru, yaitu: 12. Guru yang dapat bekerja sama dengan guru-guru lain;
13. Guru yang tidak menimbulkan pertengkaran; 14. Guru yang memiliki kemampuan untuk menerima
kritikkecaman; 15. Guru yang memperlihatkan kepemimpinan da tidak rakus.
16. Pencatatan dan penelitian, yaitu: 17. Guru yang memiliki sikap ilmiah dan objektif;
18. Guru yang mendasrkan keputusan-keputusannya pada hasil penelitian dan bukan menerka-nerka;
19. Guru yang memiliki minat terhadap masalah-masalah penelitian;
20. Guru yang efisien dalam pekerjaan-pekerjaan klerikal; 21. Guru yang melihat kesempatan-kesempatan untuk
mengadakan penelitian dalam pekerjaan-pekerjaan tulis menulis clerical work.
22. Sikap professional, yaitu guru yang: 23. Senang bekerja secara sukarela dalam pekejaan tambahan;
24. Mampu menyesuaikan diri dan memiliki kesabara-kesabaran; 25. Memiliki sikap konstruktif;
18
26. Mau melatih untuk meningkatkan pekerjaan; 27. Memiliki semangat untuk melayani murid-murid sekolah dan
masyarakat.
4. Pelayanan yang Diberikan Bimbingan dan Konseling kepada Kepala Sekolah