43 yang dikembangkan guru mengacu pada sepuluh langkah yang telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya.
E. Pentingnya Penilaian Ranah Afektif pada Mata Pelajaran IPS
Krathwohl Djemari Mardapi, 2011: 186 menyatakan bahwa semua komponen kognitif hampir semua mengandung unsur komponen
afektif.Sekalipun bahan pelajaran berisi ranah kognitif atau psikomotorik, ranah afektif tetap menjadi bagian yang integral di dalamnya. Ranah afektif
berkaitan dengan pengembangan karakter siswa yang sangat diperlukan dalam pergaulan dan kehidupan bermasyarakat.
Disebutkan dalam National Council for the Social Studies NCCS, salah satu rambu-rambu pembelajaran IPS adalah berbasis nilai yang dapat
memberi ruang refleksi sebagai anggota masyarakat, kritis terhadap isu dan kebijakan sosial, serta menghargai perbedaan pandangan Saidihardjo, 2004:
39. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai salah satu mata pelajaran di SD memiliki pendidikan nilai yang mendasar. Kajian IPS tidak hanya
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan namun juga tentang tindakan empatik yang harus dimiliki siswa sebagai hubungan antar manusia Djodjo
Suradisastra dkk, 1991: 4. Oleh karena itu, tidak cukup jika hanya dilakukan penilaian terhadap aspek pengetahuan.
Diperkuat dari pernyataan Sa‟dun Akbar dan Hadi Sriwiyana 2002: 179 yang menyatakan bahwa IPS sebagai pendidikan nilai sangat diperlukan
seseorang agar dapat berperilaku baik di masyarakat. Perilaku yang baik yaitu perilaku yang dikendalikan oleh nilai-nilai kebaikan yang diyakini. Rohmat
44 Mulyana 2011: 189 menambahkan, IPS merupakan kajian ilmu yang
potensial bagi pengembangan tugas-tugas pembelajaran yang kaya nilai. Mata pelajaran IPS memiliki karakteristik ilmu yang erat kaitanya dengan
kehidupan manusia serta membahas tentang bagaimana manusia dapat menjalin hubungan harmonis dengan sesama, lingkungan dan Tuhan
menyebabkan bidang kajian ini sangat kaya dengan sikap, nilai, moral, etika dan perilaku yang tergolong ke dalam ranah afektif. Oleh karena itu, penilaian
dalam pembelajaran IPS juga harus diperluas pada ranah afektif Saidihardjo, 2004: 107. Penilaian IPS pada ranah afektif harus ditekankan karena melalui
mata pelajaran IPS siswa dipersiapkan agar dapat hidup bersama dimasyarakat yang majemuk dengan beragam norma yang berlaku di
dalamnya. Pembelajaran yang hanya mengejar dan mengedepankan ranah kognitif
tentu belum cukup untuk memberikan bekal moral sebagai dasar pembentukan karakter generasi penerus. Dapat kita lihat kondisi siswa kita
saat ini, data akhir tahun 2012 yang dihimpun Komisi Nasional Perlindungan Anak Komnas PA menunjukan angka memprihatinkan. Komisi Nasional
Perlindungan Anak mencatat 147 kasus tawuran dan 82 anak diantaranya tewas. Angka itu mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya
mencapai 128 kasus. Fakta ironis di lapangan menunjukan tawuran telah merambah pada pelajar di tingkatan SD Fabian Januarius Kuwado. 82
Pelajar Tewas
Sia-sia karena
Tawuran. Diakses
5 Februari
2013.megapolitan.kompas.com. Sangat memprihatinkan ketika melihat
45 fenomena pelajar yang menunjukan sikap kurang etis tersebut. Salah satu
cita-cita pendidikan untuk mewujudkan siswa yang berakhlak mulia dan berkepribadian seakan belum dapat diwujudkan. Hal tersebut juga
menunjukan adanya krisis moral di indonesia. Contoh lain adanya krisis moral yang terjadi di Indonesia adalah kasus korupsi di kalangan pejabat
pemerintah. Komisi Pemberantasan Korupsi KPK sampai Mei 2012 sudah „mengirim‟ 40 anggota DPR-RI dan delapan menteri ke bui karena kasus
korupsi. Data Kemendagri menyebutkan 173 kepala daerah yaitu gubernur, bupati dan walikota terlibat perkara kriminal dan kasus korupsi Kompasiana,
27 Juli 2012. Kondisi krisis dan dekadensi moral ini menandakan bahwa seluruh
pengetahuan agama dan moral yang didapatkan di bangku sekolah ternyata belum berdampak terhadap perubahan perilaku manusia Indonesia Zubaedi,
2011: 2. Pendidikan hanya menitik beratkan pada pengembangan intelektual kognitif semata, sedangkan aspek soft skill atau non akademik masih di
abaikan. Hal demikianlah yang mendukung pentingnya penilaian ranah afektif
dalam mata pelajaran IPS, agar ranah afektif tersebut tidak dikesampingkan dalam pembelajaran. Apabila ranah afektif menjadi bagian yang pokok dan
mendapatkan penekanan dalam pembelajaran, tentu akan memberikan pengaruh positif terhadap krisis moral yang masih terjadi di Indonesia.
Terlebih mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang mempunyai
46 peran untuk menanamkan nilai yang mengembangkan sikap mental yang
baik.
F. Pertanyaan Penelitian