Pendahuluan Staff Site Universitas Negeri Yogyakarta

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA MANAJER DAN KEBERHASILAN ORGANISASI KOPERASI UNIT DESA KUD DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh: Sugiharsono Staf Pengajar FISE – UNY Yogyakarta Abstrak Kata Kunci: gaya kepemimpinan, budaya organisasi, kinerja manajer, keberhasilan organisasi.

A. Pendahuluan

Pada era pemerintahan orde baru maupun era reformasi, ekonomi kerakyatan masih menjadi prioritas utama dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Hal ini kiranya cukup beralasan, karena masyarakat golongan miskin di Indonesia pada saat ini jumlahnya 1 Manajer KUD sebagai pemegang manajemen operasional memiliki peran yang sangat penting dalam menggerakkan organisasi KUD. Oleh karena itu, kinerja manajer KUD menjadi penting berkaitan dengan keberhasilan organisasi KUD. Berbagai faktor yang menetukan kinerja manajer seperti kepemimpinan pengurus dan budaya organisasi perlu mendapatkan perhatian agar dapat membentuk kinerja manajer yang baik. Hal ini disebakan manajer merupakan bawahan langsung dan pelaksana kebijakan pengurus. Di sisi lain, manajer akan bekerja pada lingkungan organisasi KUD yang telah memiliki budaya kerja tertentu yang budaya ini mau tidak mau harus diperhatikan oleh manajer sebagai top manajemen opersional organisasi KUD. Studi tentang keberhasilan organisasi KUD ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh gaya kepemimpinan pengurus dan budaya organisasi KUD terhadap kinerja manajer, serta dampaknya terhadap keberhasilan organisasi KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta DIY. Populasi penelitian ini adalah 43 KUD yang ada di DIY yang masih beroperasi secara wajar sampai dengan tahun 2007 dan bersedia dijadikan objek penelitian. Mengingat jumlahnya yang relatif sedikit, maka studi ini menggunakan metode sensus complete enumeration. Teknik pengumpulan data menggunakan angket yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, serta dokumentasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis jalur path analysis. Hasil pengujian menunjukkan bahwa: 1 Gaya kepemimpinan konsiderasi pengurus KUD berpengaruh langsung, positif, dan signifikan terhadap kinerja manajer KUD di DIY. Namun terhadap keberhasilan organisasi KUD, gaya kepemimpinan konsiderasi pengurus tidak berpengaruh secara signifikan. 2 Budaya organisasi KUD berpengaruh langsung, positif, dan signifikan terhadap kinerja manajer KUD maupun terhadap keberhasilan organisasi KUD di DIY. 3 Kinerja manajer KUD berpengaruh langsung, positif, dan signifikan terhadap keberhasilan organisasi KUD. Bahkan kinerja manajer KUD dapat berperan sebagai mediasi antara gaya kepemimpinan konsiderasi pengurus dan budaya organisasi KUD dengan keberhasilan organisasi KUD di DIY. mencapai 40 lebih dari jumlah penduduk Indonesia. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi bagi masyarakat menengah ke bawah harus tetap mendapat prioritas dari pemerintah. Hal ini tentunya tetap harus memperhatikan kepentingan masyarakat golongan ekonomi atas, sehingga kelompok ini tidak menjadi kurban dari pembangunan ekonomi yang ditujukan pada kelompok masyarakat menengah ke bawah. Persoalan yang tetap harus dipertimbangkan dalam pembangunan ekonomi nasional adalah bahwa pembangunan harus mampu mendukung distribusi penda-patan ke arah masyarakat bawah miskin. Hasil pembangunan ekonomi nasional tersebut harus benar- benar dapat dirasakan oleh masyarakat miskin dengan meningkatnya pendapatan riil mereka. Dengan demikian sedikit demi sedikit akan mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi antara kelompok masyarakat bawah miskin dan masyarakat atas kaya, yang mana kesenjangan ini dianggap sebagai salah satu sumber masalah sosial yang sedang memanas di Indonesia akhir-akhir ini. Pada umumnya sumber masalah sosial yang cukup dominan di negara berkembang termasuk Indonesia adalah masalah ekonomi. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional yang mengarah pada kelompok masyarakat menengah ke bawah tidak bisa dihindari lagi. Pembangunan ekonomi nasional harus mampu menyentuh lembaga organisasi ekonomi tingkat menengah ke bawah. Salah satu organisasi ekonomi yang pada umumnya menjadi wadah kegiatan ekonomi masyarakat kelompok menengah ke bawah adalah UKM dan koperasi. Sebagai organisasi atau badan usaha yang bergerak di bidang ekonomi, koperasi termasuk KUD merupakan salah satu wadah kegiatan rakyat yang dipandang tepat untuk membangun ekonomi rakyat, khususnya rakyat kelompok menengah ke bawah. Hal ini cukup beralasan, karena koperasi bisa didirikan dengan modal yang relatif kecil sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat menengah ke bawah miskin. Setiap anggota masyarakat kecil pun bisa “ambil bagian” dalam koperasi sesuai dengan kemampuan ekonominya. Beberapa tokoh ekonomi-koperasi mengatakan bahwa koperasi merupakan wadah kegiatan ekonomi yang paling cocok bagi masyarakat golongan menengah ke bawah. Hal ini diperkuat oleh B.J. Habibie sebagai Wakil Presiden RI pada sambutannya dalam sebuah seminar nasional 1995 di UGM, yang menyatakan bahwa “pembinaan UKM dan koperasi harus tetap dilaksanakan untuk membangun ekonomi kerakyatan, karena UKM dan koperasi merupakan wadah kegiatan ekonomi yang sangat strategis bagi pembangunan ekonomi rakyat”. Di samping itu “koperasi juga bisa menjadi solusi masalah sosial” Hilataha, 2003, karena 2 dengan berkoperasi, masyarakat diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraannya, sehingga sedikit demi sedikiit akan mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi yang menjadi sumber masalah sosial di Indonesia. Penduduk desa merupakan bagian penduduk Indonesia yang terbesar jumlahnya, dan pada umumnya mereka berada pada strata ekonomi menengah ke bawah. Sebagian besar dari mereka hidup dalam kemiskinan. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional harus pula diarahkan pada pembangunan ekonomi pedesaan. Salah satu sarana pembangunan ekonomi pedesaan yang telah lama dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah, sejak pemerintahan orde baru hingga pemerintahan reformasi saat ini adalah KUD. Pada awalnya KUD dicanangkan oleh pemerintah sebagai salah satu pusat kegiatan ekonomi pedesaan untuk membangun ekonomi masyarakat pedesaan. Berbagai undang- undangperaturan dan kebijakan pemerintah, seperti, UU No. 251992, Inpres No. 41973, Inpres No. 21978, Inpres No. 41984, Inpres No. 41995, dan Inpres No. 181998, telah dikeluarkan untuk mendukung perkem-bangan KUD. Namun dalam perjalanannya, banyak kendala yang dihadapi, sehingga sampai saat ini peran KUD dalam pembangunan ekonomi pedesaan dapat dikatakan masih sangat kecil. Menurut Deputi Bidang Kelembagaan Menteri Negara Koperasi dan UKM, Kusumo, 2003, Program bantuan pemerintah yang diberikan kepada KUD sebagian besar tidak berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Salah satu contoh dalam hal ini adalah kredit usaha tani KUT yang disalurkan melalui KUD, telah terjadi kemacetan angsuran tunggakan yang tidak sedikit. Berdasarkan data dari Bank Indonesia, tunggakan KUT 19981999 per 31 Desember 2005 sebesar Rp5,76 Triliun. Secara rinci tunggakan KUT pada koperasiKUD dan UKM di Indoensia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Tunggakan KUT Di Indonesia Per 31-12-2005 SUM BER DANA NILAI Rp Pemerintah 3,30 triliun 57,26 Bank Indonesia BI 2,46 triliun 42,74 J u m l a h 5,76 triliun 100,00 Sumber: Bank Indonesia, 2005. Besarnya tunggakan KUT yang disalurkan melalui KUD tersebut menunjukkan bahwa KUD memang belum mampu mengelola usahanya secara profesional. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya sumber daya manusia SDM KUD yang kurang memahami tentang dunia bisnis 3 dan perkoperasian, serta kecenderungan bekerja secara sambilan tidak profesional. Kenyataan ini sesuai dengan pendapat Suliati 2003 yang menyatakan bahwa pengelola KUD pada umumnya ditunjuk dari atas pemerintah, bukan dari orang-orang yang benar- benar memiliki jiwa wirausaha entrepreneurship, Mereka umumnya tidak menjiwai koperasi, dan hanya tahu kucuran dana dari pemerintah. Jadi pada intinya, KUD dipandang belum mampu menjalankan perannya sesuai dengan harapan pemerintah. Di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2007 terdapat 62 buah KUD yang tersebar di empat kabupaten, yaitu 12 KUD di Kabupaten Kulonprogo, 17 KUD di Kabupaten Bantul, 16 KUD di Kabupaten Gunungkidul, dan 17 KUD di Kabupaten Sleman. Pada umumnya KUD- KUD tersebut didirikan pada era pemerintahan orde baru, sekitar tahun 1970-an. Namun hingga sekarang, perannya dalam membangun ekonomi pedesaan masih dirasa sangat kecil dibanding dengan peran dari sektor ekonomi yang lain. Pada tahun 2004, dengan jumlah anggota KUD sebanyak 290.406 orang dan jumlah modal sendiri sebesar Rp15.048.700.000,00, maka rata-rata per orang anggota memiliki modal sendiri Rp51.820,00 Kantor Dinas Koperasi DIY, 2004. Jumlah ini sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah modal sendiri yang dimiliki oleh swasta yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Begitu pula dalam bidang usahanya, jumlah omset usaha, laba SHU, dan asset seluruh KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta, semuanya jauh tertinggal sangat kecil dibanding BUMN maupun BUMS yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang sudah mencapai puluhan triliun rupiah. Badan Usaha Perbakan saja di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta telah memiliki total asset sebesar Rp11,85 triliun, dengan omset usaha kredit yang disalur-kan sebesar Rp5,13 triliun Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta, 2004. Berdasarkan kenyataan, jelaslah bahwa pada umumnya keadaan KUD-KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta masih sangat memprihatinkan. Perannya dalam menunjang perekonomian masyarakat DIY masih sangat kecil dibanding dengan BUMN maupun swasta. Dari sini jelaslah bahwa peran KUD yang diharapkan dapat menunjang perekonomian masyarakat pedesaan belum sesuai dengan harapan pemerintah. Hal ini berarti bahwa keberhasilan KUD, baik dari aspek organisasi maupun usahanya masih perlu dipertanyakan. Ada banyak masalah yang dihadapi oleh KUD-KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka mengembangkan organisasi dan usahanya. Masalah itu dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu masalah internal dan eksternal KUD. Termasuk dalam masalah internal antara lain: faktor rendahnya kualitas SDM yang berdampak pada pengelolaan organisasi dan usaha KUD; anggota KUD yang umumnya rakyat kecil sehingga cukup sulit untuk 4 memberdayakannya; rendahnya partispasi anggota yang terlihat dari kecilnya jumlah setoran modal anggota dan pemanfaatan anggota terhadap layanan usaha KUD; lokasi KUD yang cenderung kurangtidak strategis untuk bisnis; serta budaya organisasi KUD yang kurang kondusif untuk mengembangkan usaha. Sementara itu, masalah eksternal antara lain menyangkut faktor kebijakan pemerintah dalam bidang perekonomian, persepsi masyarakat terhadap KUD, pemasok, pelanggan, persaingan usaha dari badan usaha lain, teknologi, sosial, dan politik. Masalah eksternal KUD ini cenderung bersifat ”given” dan tidak bisa dikendalikan oleh para pengelola koperasi. Oleh karena itu penelitian ini lebih memfokuskan pada permasalahan internal KUD. Dengan kata lain, penelitian ini akan membatasi pada permasalahan internal KUD. Dengan membatasi pada masalah internal ini, diharapakan hasil penelitian ini dapat lebih bermanfaat bagi para pengambil kebijakan dan praktisi koperasi. Mengingat luasnya permasalahan internal yang dihadapi KUD-KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta, maka dalam penelitian ini masalah-masalah tersebut dibatasi pada masalah yang berkaitan dengan SDM dan budaya organisasi KUD dalam hubungannnya dengan keberhasilan organisasi KUD. Masalah SDM dibatasi pada masalah gaya kepemimpinan pengurus dan masalah kinerja manajer KUD saja. Dipilihnya kedua masalah SDM koperasi ini, karena menurut teori dan pendapat para pakar koperasi, manajer koperasi merupakan pemegang kunci keberhasilan key success organisasi koperasi. Sementara itu kepemimpinan pengurus sebagai pengambil kebijakan operasional tertinggi dalam koperasi memegang peran penting dalam menentukan arah organisasi koperasi. Selanjutnya mengenai budaya organisasi, para pakar juga berpendapat bahwa budaya organisasi memiliki peran yang kuat terhadap keberhasilan organisasi koperasi. Di dalam pengertian koperasi di sini tentu termasuk di dalamnya adalah KUD. Berdasarkan kenyataan dan pendapat para pakar itulah, maka penelitian ini membatasi pada permasalahan ekstrinsik manajer faktor gaya kepemimpinan penggurus dan budaya organisasi KUD dalam kaitannya dengan kinerja manajer KUD dan keberhasilan organisasi KUD, khususnya KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah gaya kepemimpinan pengurus KUD berpengaruh terhadap kinerja manajer dan keberhasilan organisasi KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Apakah budaya organisasi KUD berpengaruh terhadap kinerja manajer dan keberhasilan organisasi KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta? 5 3. Apakah kinerja manajer KUD berpengaruh terhadap keberhasilan organisasi KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menguji pengaruh 1 gaya kepemimpinan pengurus KUD terhadap kinerja manajer dan keberhasilan organisasi KUD; 2 budaya organisasi KUD terhadap kinerja manajer dan keberhasilan organisasi KUD; serta 3 kinerja manajer terhadap keberhasilan organisasi KUD, di DIY.

B. Kerangka Teori 1. Keberhasilan Organisasi KUD